Anda di halaman 1dari 129

PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5

TAHUN DAN IMPLIKASI PADA PENGAJARAN


BAHASA INDONESIA DI PAUD

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)

Oleh:

ARIF GUNAWAN

NIM : 11140130000015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M
ABSTRAK

ARIF GUNAWAN. NIM: 11140130000015. Skripsi “Pemerolehan


Sintaksis pada Anak Usia 2-5 Tahun dan Implikasi pada Pengajaran Bahasa
Indonesia di PAUD.” Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A 2020.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis dan struktur kalimat
berdasarkan modusnya yang dituturkan oleh anak usia 2 sampai 5 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan struktur kalimat
berdasarkan fungsi yang dituturkan oleh anak. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan desain penelitian
longitudinal, yakni dengan mengikuti perkembangan subjek penelitian selama
rentang waktu tertentu. Adapun subjek penelitian adalah seorang anak perempuan
bernama Hanifa Nur A. (HNA) ketika berusia 2 sampai 5 tahun. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi audiovisual yang berisi
ujaran dalam setiap peristiwa tuturnya. Kumpulan video itu kemudian
ditranskripsi, dianalisis dengan mengelompokkannya berdasarkan jenis dan
struktur kalimat yang telah dikuasai anak. Data dalam penelitian ini berupa
kalimat yang dituturkan oleh subjek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, dari total 519 kalimat yang dituturkan anak terdapat beberapa jenis
kalimat berdasarkan modusnya yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan
kalimat imperatif. Dari ketiga jenis kalimat tersebut yang paling banyak muncul
adalah jenis kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat, lalu jenis kalimat interogatif
sebanyak 103 kalimat, dan yang paling jarang muncul adalah jenis kalimat
imperatif sebanyak 75 kalimat. Adapun struktur kalimat yang diteliti terbagi
menjadi tiga struktur, yaitu ujaran satu kata (USK), ujaran telegrafis (UT), dan
ujaran banyak kata (UBK). Hasil penelitian yang dapat disimpulkan, struktur
kalimat pada anak rentang usia 2-5 tahun yang paling mendominasi adalah ujaran
telegrafis sebanyak 192 kalimat, lalu ujaran banyak kata sebanyak 171 kalimat,
dan yang terakhir ujaran satu kata sebanyak 156 kalimat.
Kemampuan berbahasa pada anak dapat diimplikasikan dalam pengajaran
bahasa di PAUD sesuai dengan kompetensi dasar 4.11 yaitu Menunjukkan
kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan
nonverbal). Guru dapat memulai dengan membawa beberapa gambar buah dan
bertanya kepada anak-anak. Apabila respon yang diberikan anak cukup baik, guru
meminta salah seorang anak untuk menjelaskan buah tersebut sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan performansi anak. Akan tetapi,
apabila responnya kurang baik, guru dapat memberi informasi tambahan terkait
buah tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan kompetensi anak.

Kata Kunci : Pemerolehan Sintaksis, Jenis Kalimat berdasarkan Modus,


Struktur Kalimat berdasarkan Modus, Pembelajaran Bahasa di PAUD.

i
ABSTRACT

ARIF GUNAWAN. NIM: 11140130000015. Thesis “Acquisition of


Syntax in 2-5 Years Old Children and Implications for Teaching Indonesian in
Early Childhood Education Programs.” Indonesian language and literature
education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah State
Islamic University, Jakarta. Dr. Nuryani, M.A 2020.
The Problem in this study is how the types and structure of sentences
based on the mode spoken by children aged 2 to 5 years. This study aims to
describe the types and structures of sentences based on the functions spoken by
children. The method used in this research is a qualitative descriptive method with
a longitudinal research design, namely by following the development of the
research subject over a certain period of time. The research subject was a girl
named Hanifa Nur A. (HNA) when she was 2 to 5 years old. The data collection
technique is done by using audiovisual documentation which contains utterances
in each speech event. The video collection was then transcribed, analyzed by
grouping it based on the type and structure of the sentences the children has
mastered. The data in this stuy are in the form of sentences spoken by the research
subjects.
Based on the results of the research that has been done, it can be conclude
that from a total of 519 sentences spoken by the children, there are several types
of sentences based on their mode, namely declarative sentences, interrogative
sentences, and imperative sentences. Of the three types of sentences, the most
common were declarative sentences totaling 341 sentences, then interrogative
sentence types totaling 103 sentences, and the most rare ones that appeared were
imperative sentence types totaling 75 sentences. The sentence structure studied is
divided into three structures, namely one-word speech (USK), telegraphic speech
(UT), and multi-word speech (UBK). The conclusion of this research is that the
most dominant sentence structure in children aged 2-5 years is telegraphic
utterances totaling 192 sentences, then multi-word utterances totaling 171
sentences, and the last one-word utterance is 156 sentences.
Language skills in children can be implicated in language teaching in early
childhood education in accordance with the basic competency of 4.11, namely
showing expressive language skills (expressing language verbally and
nonverbally). The teacher could start by bringing some fruit pictures and asking
the children. If the response given by the child is good enough, the teacher asks
one of the children to explain the fruit so that it can indirectly improve the child’s
performance ability. However, if the response is not good, the teacher can provide
additional information related to the fruit so that it can improve the child’s
competence.

Keywords: Syntax Acquisition, Sentences Types by Mode, Sentence


Structure based on Mode, Language Learning in Early Childhood Education
Programs.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti
ajaran beliau hingga akhir zaman.
Skripsi berjudul “Pemerolehan Sintaksis pada Anak Usia 2-5 Tahun dan
Implikasi pada Pengajaran Bahasa Indonesia di PAUD”, disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan doa, bimbingan, dukungan baik moril dan
materil. Dengan segala kerendahan hati dan sebagai ungkapan rasa hormat,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
3. Dr. Nuryani, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
penuh keikhlasan memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam
menyelesaikan sksipsi ini;
4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang segenap hati mendidik mahasiswanya agar lebih berwawasan
dan berbudi pekerti;
6. Orang tua tercinta, yaitu bapak Salim dan ibu Tukini yang selalu
memberikan segalanya kepada penulis;
7. Kakak-kakak tersayang, mbak Fitri Lestari dan mas Imam Dwi
Saputra yang selalu memberikan tekanan untuk segera menyelesaikan
skripsi ini;

iii
8. Kakak-kakak ipar terbaik, yaitu mas Cahyono dan mbak Dwi Astuti
yang selalu memberikan tempat teduh di setiap penulis menginap;

9. Keponakan-keponakan terlucu, Hanifa Nur Aulia, Shopie Shidqia


Nur Aini, dan Alzaidan Hafidz Saputra yang selalu menjadi obat
penenang bagi penulis ketika dilanda masalah;
10. My moodbooster, E. R. yang selalu memberikan doa, semangat, dan
meluangkan waktu untuk membantu mencarikan referensi skripsi
ini;
11. Sahabat-sahabat terkece, Lutfi Prasetyo beserta keluarga, Ginna
Rizki Bhakti, Dzikran Fahruzzaman, dan Abdul Malik Al-Hasan
yang selalu menyempatkan waktu untuk senantiasa menjajakan kaki
ke kampus;
12. Keluarga besar mahasiswa PBSI angkatan 2014 yang senantiasa
menyuguhkan drama dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar
kelas;
13. Keluarga besar SMP Negeri 1 Setu khususnya Ibu Ratih, Pak
Rosmana Hadi, Bu Hj. Titi, Bu Supranti, Elekyo Band, dan
seperikatan Toekang Keboen yang selalu memberikan masukan
untuk segera lulus;
14. Seluruh pihak yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih.

Penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu mendapat


balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran untuk
membangun skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya
jauh dari kata sempurna ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan
umumnya bagi dunia pendidikan.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK........................................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................................................. 8
A. Pengertian Psikolinguistik....................................................................................... 8
B. Pengertian Pemerolehan Bahasa ............................................................................. 9
1. Teori-teori Pemerolehan Bahasa ....................................................................... 12
2. Jenis-jenis Perkembangan Pemerolehan Bahasa ............................................... 15
3. Pemerolehan Bahasa Tataran Sintaksis............................................................. 19
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa ................................. 21
C. Pengertian Sintaksis .............................................................................................. 24
1. Frasa .................................................................................................................. 24
2. Klausa ............................................................................................................... 25
3. Kalimat .............................................................................................................. 25
D. Perkembangan Psikologi pada Anak Usia Dini .................................................... 30
1. Trusts vs Mistrust .............................................................................................. 31
2. Autonomy vs Shame and Doubt ....................................................................... 32
3. Initiative vs Guilt .............................................................................................. 32
E. Pembelajaran/Pengajaran Bahasa Tingkat PAUD ................................................ 34
F. Penelitian Relevan ................................................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 44

v
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 44
B. Subjek Penelitian .................................................................................................. 44
C. Metode dan Desain Penelitian............................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 46
E. Teknik Pengolahan Data ....................................................................................... 48
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 52
A. Simpulan ............................................................................................................. 522
B. Saran ..................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 56
BIODATA PENULIS ................................................................................................... 1177

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAUD Kurikulum 2013
Tabel 3.1 : Tabel Analisis Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Data Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Data Perkembangan Struktur Kalimat
Tabel 4.3 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 2-3 Tahun
Tabel 4.4 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 3-4 Tahun
Tabel 4.5 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 4-5 Tahun
Tabel 4.6 : Rekapitulasi Data Jenis Kalimat dan Struktur Kalimat

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)


Lampiran 2 : Klasifikasi Data Rentang Usia 2-5 Tahun
Lampiran 3 : Transkrip Dialog Anak Rentang Usia 2-5 Tahun

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan piranti penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
adanya bahasa, tentu saja manusia akan kesulitan untuk saling
berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud dapat dilakukan secara verbal
dan juga non verbal, misal dengan tulisan, simbol, maupun gestur. Secara
umum bahasa adalah simbol-simbol yang dipakai oleh sekelompok orang
dalam suatu masyarakat dengan tujuan untuk berkomunikasi antara satu
dengan yang lain.
Manusia memang sudah ditakdirkan untuk berbahasa, tanpa perlu
menghafal satu per satu kata ataupun aturan-aturan kebahasaan yang
berlaku di lingkungan masyarakat, manusia dipercaya akan memahami
bahasa tanpa melakukan pembelajaran. Proses pembelajaran bahasa
memang diajarkan di sekolah PAUD sejak dini. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa sebelum anak belajar di sekolah, mereka pun sudah
mengetahui beberapa kata yang ada di sekitarnya dan bahkan mulai
menguasai berbagai jenis kalimat. Lalu, dari mana kemampuan itu berasal
... apakah berasal dari lingkungan, atau memang semua sudah diatur oleh
Allah SWT yang dikhususkan untuk kehidupan manusia? Sebenarnya
bahasa itu menandai eksistensi manusia, dan di dalam pengertian yang
demikian kita dapat mengenal istilah “Aku berbahasa, karena aku hidup.”1
Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa bahasa merupakan
anugerah yang secara lahiriah patut disyukuri oleh manusia.
Pada kenyataannya hanya manusialah yang diberi kemampuan khusus
untuk berbahasa, sedangkan makhluk lainnya tidak berbahasa. Makhluk
lain terlihat seperti berbahasa namun sebenarnya mereka hanya
berkomunikasi secara terstruktur. Hal ini terbukti dari penelitian yang
dilakukan oleh Hayes, Kellogs, Gardner, dan Premack untuk mendidik

1
Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1978), hlm. 5

1
2

simpanse berbahasa namun pada akhirnya semua penelitian itu pun gagal.
Kegagalan tersebut bukan pada metodologi atau bahan ajarnya yang
kurang baik, akan tetapi memang sistem biologis dan neurologis binatang
berbeda dengan manusia.2 Hal inilah yang membuat manusia perlu
memberi perhatian kepada bahasa, sebab seperti halnya bernafas dan juga
berjalan, bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan
termasuk yang membedakan manusia dengan binatang.3
Secara natural, proses kreatif manusia untuk berbahasa akan lahir
sesuai dengan situasi dan kondisi di sekelilingnya. Adapun bentuk
komunikasi pertama pada manusia adalah tangisan yang menandai
keberadaannya di dunia ketika ia dilahirkan. Alasan bayi menangis pun
amat beragam, entah karena lapar, lelah, meminta orang di sekitar untuk
menggantikan popok, atau lain sebagainya. Menangis inilah satu-satunya
cara bagi bayi untuk dapat berinteraksi atau mencari perhatian orang lain.
Memasuki bulan ketiga, setiap bayi mulai mendengarkan dan mengamati
orang-orang di sekitarnya ketika berbicara. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan
ketika menangis ini pun kemudian bertransformasi menjadi beragam
bentuk setelah ia mendengarkan bunyi-bunyian yang lain. Hal ini
mempengaruhi anak untuk mencoba mengeluarkan bunyi-bunyi yang
dikenal sebagai cooing. Fenomena ini dalam bahasa Indonesia disebut
dengan mendekut, atau usaha bayi dalam memproduksi bunyi vokal dan
konsonan seperti bunyi burung merpati atau perkutut, “Kur” atau “Kut”.
Mereka pun secara tidak langsung akan mengenal intonasi dan nada, atau
pun emosi yang ditunjukkan dalam percakapan.
Percakapan sederhana yang diucapkan secara berulang oleh orang di
sekitar, akan membantu anak dalam mengingat dan memahami kata per
kata atau kalimat dalam percakapan tersebut. Maka amatlah dianjurkan
ketika anak masih dalam usia dini, orang tua sebagai rekan berbicara anak

2
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolingusitik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 189
3
Leonard Bloomfield, Language Bahasa, Terj: I. Sutikno (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1995), hlm. 1
3

untuk mengenalkan beberapa kata yang berhubungan dengan keseharian si


anak, seperti makan (maem), minum (mimi), atau tidur (bobo). Bahkan
jika perlu orang tua dapat mengenalkan orang atau benda di sekitar seperti
ibu, ayah, om, apel, pisang, dan lainnya untuk membantu anak mengenal
berbagai macam hal melalui bunyi. Sehingga pada akhirnya, bayi akan
mencoba untuk menggabungkan beberapa bunyi tersebut secara
bersamaan untuk menciptakan suatu kata. Tahun-tahun pertama kehidupan
anak merupakan tahun pembelajaran, bahkan ada yang menyebutkan
bahwa sejak anak di dalam kandungan sampai dengan anak berusia 6
tahun adalah masa keemasan anak dalam hidupnya. Lima tahun pertama
menetapkan bagaimana anak mendapatkan pengetahuan sepanjang hidup,
maka tidaklah salah jika segala hal yang dilihat, didengar, dirasakan oleh
anak pada usia tersebut merupakan pengalaman belajar. Pengalaman
belajar itu pada akhirnya memberikan gambaran yang jelas mengenai
tingkat pemahaman dan perkembangan kalimat pada anak. Pemahaman
kata per kata adalah tahapan yang harus dilalui anak sebelum akhirnya
mampu memproduksi kata atau menggabungkan bermacam kata sehingga
dapat mengembangkannya menjadi berbagai jenis kalimat lainnya.
Seorang anak dapat belajar di manapun dan kapanpun, tidak ada
sebuah batasan, larangan, atau aturan untuk belajar mengenal suatu hal.
Seiring bertambahnya usia, berkembangnya alat-alat ucap, kematangan
pola pikir pada anak, dan dukungan dari lingkungan sekitar, niscaya
kemampuan berbahasa anak akan berkembang pesat dengan sendirinya.
Anak yang telah melewati masa cooing dan celoteh, umumnya ketika
berusia 1 tahun mereka akan mencoba untuk mengucapkan bunyi bahkan
menirukan kata yang terdengar di sekitar mereka. Kira-kira saat itulah
mereka mengucapkan “kata” pertama mereka atau lebih dikenal sebagai
USK (Ujaran Satu Kata), yang maksud dan tujuannya tidak dapat diartikan
secara langsung dari satu kata tersebut tetapi harus dihubungkan dengan
konteks atau keadaan di sekelilingnya. Dimulai dengan pembentukan USK
yang secara pelafalan belum tepat seluruhnya, contohnya dalam penelitian
4

Dardjowidjojo kepada cucunya yang bernama Echa yang menamakan ikan


sebagai /tan/, persis sama dengan kata untuk bukan. Begitu pula ketika
diminta untuk melafalkan atau memanggil Eyang putri, namun yang
diucapkan justru sebagai Eyang /ti/.4 Memasuki usia 2 tahun, kata-kata
yang didengar anak akan semakin berlipat sehingga ujaran yang di
keluarkan pun lebih jelas dan bertambah menjadi ujaran dua atau tiga kata
yang lebih dikenal dengan Ujaran Telegrafis (UT).
Batita mampu memahami banyak kata yang diucapkan kepada mereka
dan mampu menirukan banyak kata tersebut, walaupun dalam
pengucapannya belum benar secara keseluruhan. Hal ini perlu dimaklumi
karena kemampuannya dalam memproduksi kata lebih dominan daripada
perkembangan alat ucapnya. Tepatnya ketika anak berusia 3 tahun,
pembendaharaan kata yang dikuasainya telah berkembang secara kualitas
maupun kuantitas yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk berbagi
pengalaman tentang dunia luar dengan cara memberi tahu, bertanya,
memerintah, memberikan kritik, dan lain sebagainya.
Fenomena di atas bukannya anak melompati satu tahap ke tahap
berikutnya secara langsung, ia tumbuh dengan teratur sesuai dengan
kemampuan berdasarkan pada setiap butir yang telah dibangun
sebelumnya melalui pengalaman.5 Anak usia dini yang secara fisik, psikis,
kognitif atau neurologi pun masih terus berkembang diyakini akan terus
mengeksplorasi dan merakit kembali kemampuan bahasa yang
sebelumnya telah ia kuasai. Kemampuan ini dibuktikan anak dengan
semakin aktifnya anak dalam menggunakan jenis kalimat lain seperti
fungsi kalimat tanya. Hal tersebut menjadikan sebuah berkah sekaligus
cobaan bagi orang tua dengan ocehan-ocehan anak yang tak ada
ujungnya.6
Masa pengalaman belajar yang dilalui anak dari pengalamannya

4
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 247-248
5
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), hlm. 25
6
H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Terj: Noer Kholis dan Yusi
Avianto Pareanom, (Jakarta: Pearson Education Inc, 2007), hlm. 27
5

menghasilkan sebuah pemahaman dan perkembangan. Dalam ilmu


psikolinguistik, hal tersebut dipelajari dalam materi pemerolehan bahasa.
Terdapat dua proses terkait dengan pemerolehan bahasa pada anak, yaitu
pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa
merupakan suatu proses penguasaan bahasa tanpa disadari dan secara
alamiah terjadi begitu saja, dalam artian tidak melalui proses pembelajaran
secara formal. Sedangkan pengertian dari pembelajaran bahasa sebaliknya,
yakni penguasaan suatu bahasa dengan disadari dan melalui proses
pembelajaran secara formal maupun non formal di sekolah, biasanya
dimulai ketika anak sudah belajar di PAUD, TK, Day Care, Playgroup
dan sebagainya. Proses pembelajaran bahasa anak ini perlu diperhatikan
oleh guru yang nantinya akan mengajarkan beragam jenis kata bahkan
kalimat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.
Kemampuan berbahasa pada anak usia dini amat menarik untuk
diteliti, sebab di masa keemasannya anak usia dini merupakan konsumen
sekaligus produsen kalimat yang paling aktif di masanya. Banyak hal yang
bisa menjadi perhatian, misal seberapa sering ia mengeluarkan jenis
kalimat tanya, kapan anak mulai memberanikan diri untuk memerintah
secara langsung, atau adakah perbedaan jenis kalimat yang anak tuturkan
di setiap tumbuh kembangnya. Hal inilah yang menjadi latar belakang
penulis untuk menelusuri dan menelisik lebih dalam terkait dengan
pemerolehan bahasa pada anak usia dini dengan memfokuskan perhatian
pada perkembangan jenis dan struktur kalimat ketika anak berada di masa
keemasannya pada rentang usia 2 sampai 5 tahun, baik itu jenis kalimat
yang dominan ketika anak berusia 2 sampai 5 tahun, sampai pada
implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di PAUD.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Penguasaan dan perkembangan kalimat pada anak usia 2-5 tahun.
6

2. Jenis kalimat berdasarkan modusnya pada tuturan anak usia 2-5 tahun.
3. Struktur kalimat berdasarkan modusnya pada tuturan anak usia 2-5
tahun.
4. Pola intonasi pada kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat
imperatif.
5. Implikasi pada pembelajaran bahasa di PAUD.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari materi, maka batasan
penelitian yang berjudul Pemerolehan Sintaksis pada Anak dan Implikasi
pada Pengajaran Bahasa di PAUD, fokus pada pembahasan mengenai
penguasaan jenis kalimat tataran sintaksis yaitu modus kalimat deklaratif,
modus kalimat interogatif, modus kalimat imperatif pada anak rentang usia
2-5 tahun dan struktur kalimat tataran sintaksis yaitu ujaran satu kata
(USK), ujaran telegrafis (UT), dan ujaran banyak kata (UBK) pada rentang
usia 2-5 tahun, beserta implikasinya pada pengajaran bahasa Indonesia di
PAUD.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana jenis kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan anak
dalam rentang usia 2-5 tahun?
2. Bagaimana struktur kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan
anak dalam rentang usia 2-5 tahun?
3. Bagaimana implikasi pada pengajaran bahasa di PAUD?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
7

1. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan


anak dalam rentang usia 2-5 tahun.
2. Mendeskripsikan struktur kalimat berdasarkan modusnya yang
dituturkan anak dalam rentang usia 2-5 tahun.
3. Mendeskripsikan implikasi pada pengajaran bahasa di PAUD.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat,
yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat
berkontribusi dalam menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu sintaksis dan ilmu psikolinguistik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan
referensi dalam pemerolehan bahasa khususnya penguasaan dan
perkembangan jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan
modusnya pada anak rentang usia 2-5 tahun, sebagai rujukan awal
dalam melakukan penelitian pada anak usia selanjutnya atau menjadi
tambahan referensi bagi penulis lain. Selain itu, memberikan referensi
mengenai cara yang dapat dilakukan oleh orang tua atau guru PAUD
dalam mengasah kemampuan berbahasa anak.
BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Psikolinguistik
Psikolinguistik termasuk ke dalam suatu disiplin ilmu yang relatif
baru, yang merupakan gabungan dari bidang ilmu psikologi dan ilmu
linguistik. Psikologi merupakan ilmu yang mengkaji proses berpikir yang
mengatur perilaku manusia pada hakikat stimulus, respon, dan proses-
proses sebelum stimulus dan respon terjadi. Sedangkan linguistik
merupakan ilmu yang membahas hakikat bahasa, struktur bahasa,
pemerolehan bahasa, dan bagaimana bahasa itu bekerja dan berkembang.7
Harley mengungkapkan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses
mental-mental dalam pemakaian bahasa. Aitchison pun berpendapat
bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan pikiran. Sebelum
menggunakan bahasa, pengguna harus menguasai bahasanya terlebih
dahulu.8 Levelt membagi psikolinguistik menjadi tiga bagian utama yaitu
psikolinguistik umum, psikolinguistik perkembangan, dan psikolinguistik
terapan. Berikut penjelasannya:
1. Psikolinguistik umum adalah studi mengenai bagaimana
pengamatan atau persepsi orang dewasa tentang bahasa dan
bagaimana memproduksi bahasa. Ada dua cara persepsi dan
produksi bahasa, yaitu secara auditif dan visual. Persepsi auditif
yakni dengan cara mendengarkan sedangkan persepsi visual yakni
dengan cara membaca. Kemudian produksi auditif dengan
berbicara sedangkan produksi visual dengan cara menulis.
2. Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai
perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik
perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua.
3. Psikolinguistik terapan adalah aplikasi dari teori-teori
psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa
atau anak-anak.9
Terdapat tiga aspek utama yang dapat dibahas dalam psikolinguistik,
yaitu persepsi atau pemahaman ujaran, produksi ujaran, dan pemerolehan

7
Achmad HP dan Alek A., Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 103
8
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 7
9
Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 1-2

8
9

bahasa. Pemahaman ujaran membahas bagaimana ujaran dapat sampai


kepada pendengar, dan bagaimana pendengar bisa memahaminya.
Produksi ujaran membahas bagaimana ujaran dihasilkan sehingga dapat
diterima dengan baik oleh pendengar. Sedangkan, pemerolehan bahasa
membahas bagaimana seseorang memperoleh bahasa dalam hidupnya.10

B. Pengertian Pemerolehan Bahasa


Bahasa didefinisikan sebagai suatu simbol sistem lisan yang arbitrer
yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan budaya yang mereka miliki
bersama.11 Kepemilikan sebuah bahasa tentunya tidak semata-mata
dimiliki oleh perorangan saja, akan tetapi berdasarkan keputusan dan
kesepakatan. Maka, tidak mungkin tidak bahwa adanya bahasa
dipengaruhi oleh orang-orang dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Hal
ini dimulai ketika kita membuka mata di dunia dan mulai memperoleh
bunyi-bunyi dari orang atau lingkungan sekitar, sehingga sedari kecil kita
sudah mulai memperoleh dan mempelajari sebuah bahasa. Oleh karena itu,
kajian psikolinguistik akan memberikan deskripsi yang bermanfaat untuk
perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama
ditingkatkan.12
Pemerolehan bahasa atau Language Acquisition adalah proses
manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk tujuan pemahaman dan komunikasi. Slobin
pernah mengemukakan bahwa “pendekatan pemerolehan bahasa dibangun
sejak semula oleh anak dengan memanfaatkan kapasitas bawaannya sejak
lahir dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan
sosial.”13 Permulaan itu sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit
antara aspek-aspek kematangan biologis, neurologis, kognitif, dan sosial

10
Achmad HP dan Alek A., Op.Cit, hlm. 109
11
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 16
12
Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 237
13
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 5
10

yang secara keseluruhan terjadi dalam struktur mental secara bertahap.14


Selama proses pemerolehan si pemeroleh (anak) lazimnya tidak sadar
bahwa ia sedang memperoleh bahasa, ia hanya sadar bahwa ia sedang
menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Oleh karena itu, hasil
yang dicapai melalui proses ini juga bawah sadar.15 Lebih dari dua dekade,
pertanyaan terkait kapan persisnya bahasa itu bermula masih sulit untuk
dibuktikan, namun yang menjadi titik cerah bagi para peneliti pemerolehan
bahasa adalah munculnya ciri-ciri kebahasaan pada setiap tahap tumbuh
kembang anak dan bersifat universal. Werner Leopold (1949) membuat
karakteristik-karakteristik fonologis dan gramatikal tertentu yang bersifat
umum dalam bahasa. Leopold kemudian mengilhami Marastos (1988),
menyebutkan beberapa kategori linguistik universal yang diteliti, seperti:
1. Susunan Kata
2. Nada penanda morfologis
3. Persesuaian gramatikal (misalnya menyangkut subjek dan kata
kerja)
4. Referensi tereduksi (misalnya pronomina, elipsis) nomina dan
kelas-kelas nomina
5. Verba dan kelas-kelas verba
6. Predikatif
7. Negatif
8. Pembentukan pertanyaan16

Masyarakat Indonesia pada umumnya termasuk dalam masyarakat


bilingual. Artinya, bahasa daerah yang digunakan seperti bahasa Sunda,
bahasa Batak, bahasa Jawa, dan beragam bahasa daerah lainnya menjadi
bahasa pertama atau bahasa ibu, sedangkan bahasa keduanya adalah
bahasa Indonesia.17 Akan tetapi bahasa tidak menyoal pada keturunan saja,
seorang keturunan Jawa jika dididik dan dibesarkan di dalam keluarga dan
lingkungan yang tidak berbahasa bahasa Jawa maka penguasaan bahasa
Jawanya pun tidak akan berkembang, melainkan ia akan pandai berbahasa

14
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja
Rosidakarya, 2016), hlm. 84
15
Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: PenerbitKanisius,
1990), hlm. 85
16
H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 44
17
Iskandarwassid dan DadangSuhendar, Op.Cit., hlm. 78
11

bahasa yang dipakai di dalam keluarga dan lingkungan itu.18 Dalam


penerapan dan penguasaannya, pemerolehan bahasa meliputi dua
subproses, yakni proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi
adalah proses penguasaan bahasa secara tidak disadari dan memerlukan
pembinaan sehingga anak memiliki performansi bahasa. Proses
performansi dapat diartikan sebagai kemampuan anak menggunakan
bahasa komunikatif, baik itu pemahaman kata hingga penerbitan kata-
kata.19 Dalam bahasa, kompetensi merupakan pengetahuan mendasar
tentang sistem bahasa-kaidah tata bahasanya, kosakatanya, seluruh pernak-
pernik bahasa, dan bagaimana menggunakannya secara padu. Performa
adalah produksi aktual (berbicara, menulis) atau pemahaman (menyimak,
membaca) terhadap peristiwa-peristiwa linguistik.20 Bagi anak, lima tahun
pertama dalam hidupnya menetapkan bagaimana mereka mendapatkan
pengetahuan sepanjang hidup, maka tidaklah salah jika segala hal yang
dilihat atau dialami anak pada usia tersebut merupakan pengalaman
belajar. Mereka tidak perlu duduk untuk mempelajari kosakata baru atau
berusaha keras untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kalimat
dengan benar.21 Walaupun kedua proses antara kompetensi dan
performansi bertolak belakang, namun jika kedua proses ini telah dikuasai
secara menyeluruh niscaya kemampuan linguistik anak akan berkembang
sesuai dengan tumbuh kembang dalam hidupnya. Adapun ragam
pemerolehan bahasa dapat dibedakan berdasarkan bentuk, urutan, jumlah,
media, dan keasliannya. Berikut pemaparannya:
1. Berdasarkan bentuk, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:
Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition;
Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition;
Pemerolehan ulang atau re-acquisition.
2. Berdasarkan urutannya, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:
Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition;

18
Samsuri, Op.Cit., hlm. 3
19
Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,
(Jogjakarta), dibaca pada tanggal 26 Juni 2018
20
H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 39
21
Suzanne R. Gellens, Membangun Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktivitas untuk Anak Kecil, Terj:
Agnes Theoroda Wolkh Wagunu, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), hlm. 73
12

Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition,


3. Berdasarkan jumlah, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:
Pemerolehan satu bahasa atau monolingual acquisition;
Pemerolehan dua bahasa atau bilingual acquisition.
4. Berdasarkan media, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:
Pemerolehan bahasa lisan atau oral language (speech) acquisition;
Pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition.
5. Berdasarkan keaslian, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:
Pemerolehan bahasa asli atau native language acquisition;
Pemerolehan bahasa asing atau foreign language acquisition.22

Istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan, jumlah, media,


dan keaslian sebenarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Istilah
tersebut pun sering dipakai berganti-ganti untuk tujuan dan maksud yang
sama, terkecuali kalau ada keterangan khusus untuk membedakannya.23
Perbedaannya pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak
sejak semula tanpa bahasa dan kini dia memperoleh satu bahasa.24
Sedangkan pemerolehan bahasa kedua mengacu kepada kegiatan mengajar
dan belajar bahasa, yang terjadi di lingkungan sekolah yang disediakan
oleh guru untuk memenuhi kebutuhan terkait perkembangan bahasa
anak.25

1. Teori-teori Pemerolehan Bahasa

Dalam perkembangan psikolinguistik bahasa anak, terdapat tiga


aliran atau teori yang saling bertolak belakang yakni teori
pemerolehan bahasa behaviorisme, teori pemerolehan bahasa
nativisme, dan teori pemerolehan bahasa kognitivisme. Ketiga aliran
di atas mencerminkan pertentangan tanpa ujung, dengan banyaknya
kemungkinan pendirian dari masing-masing aliran, maka dari itu di
bawah ini akan sedikit diperjelas aliran-aliran dalam pemerolehan
bahasa anak:

22
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), hlm. 4
23
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 8
24
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 97
25
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 142
13

a. Teori Behaviorisme (empiris)


Teori pemerolehan bahasa behaviorisme dipelopori oleh
BF. Skinner. Salah satu penganut teori ini adalah Leonard
Bloomfield yang menganggap bahwa anak sedari lahir tidak
mempunyai bekal apa-apa, tanpa potensi dan lahir sebagai
“papan kosong” (tabula rasa). Kaum behavioris menekankan
bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari
luar diri si anak, yaitu rangsangan yang diberikan melalui
lingkungan.26
Kosongnya kemampuan berbahasa dalam diri anak
diibaratkan sebagai kertas putih yang nantinya akan diisi oleh
lingkungan sekitar sehingga membentuk tingkah laku anak.
Dijelaskan pula bahwa pengetahuan dan keterampilan anak
dalam berbahasa diperoleh melalui pengalaman.27 Akan tetapi
teori ini sulit untuk menjelaskan kenyataan bahwa kalimat
yang dikatakan adalah hal baru, karena ujaran-ujaran baru itu
pun diciptakan anak sewaktu mereka “bermain” langsung
dengan bahasa, dan kreativitas tersebut berlanjut hingga masa
dewasa dan sepanjang hidup manusia.28
b. Teori Nativisme (mentalistik)
Teori pemerolehan bahasa nativisme dipelopori Noam
Chomsky yang meyakini bahwa manusia bukanlah botol
kosong yang dapat diisi semaunya oleh “lingkungan”. Teori ini
berpendapat bahwa sedari lahir, anak telah dikaruniai sebuah
piranti khusus yang dapat membantu anak dalam pemerolehan
bahasa.
Perangkat ini disebut LAD (Language Acquisition Device)
yang memungkinkan anak untuk memproses dan belajar

26
Suhartono dan Syamsul sodiq, Psikolinguistik, (Tangerang: Univ. Terbuka, 2016), hlm. 4.5
27
Ladycia Sundayra, Jurnal Kibas Cenderawasih volume 14 , Nomor 2, Oktober 2017 “Proses
Akuisisi Bahasa pada Anak: Kajian Teoritis Mutakhir” hlm. 171
28
H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 29
14

bahasa melalui pengetahuan bawaan dari kelas-kelas tata


bahasa, landasan struktur dalam, dan cara-cara bahasa
digunakan.29 McNeill menyatakan bahwa teori stimulus dan
respon dalam penganut behaviorisme amatlah terbatas, maka
persoalan pemerolehan bahasa tentunya melebihi kedua hal itu.
LAD menyentuh berbagai aspek akuisisi bahasa, seperti aspek
makna, abstraksi dan kreativitas, yang tidak hanya stimulus
dan respon. Teori ini menganggap anak yang lahir telah
membawa sejumlah kapasitas atau potensi bahasa, sehingga
anak dianggap telah ada bakat sejak lahir.30
c. Teori Kognitivisme
Teori pemerolehan bahasa kognitivisme, dipelopori oleh
Jean Piaget yang menekankan bahwa kemampuan berbahasa
anak diperoleh setelah kedewasaan terjadi dan sejalan dengan
berkembangnya kemampuan kognitif. Teori ini menganggap
bahwa perkembangan kognitif merupakan “prasyarat dan
fondasi pembelajaran bahasa.” Menurut Piaget, pemahaman
anak terhadap lingkungan hanya berasal dari pengalaman
langsung yang terjadi didekatnya (sensorik) dan gerakan
mereka (motorik).31
Piaget dan Lev Vygotsky berpendapat bahwa manusia
mengonstruksi sendiri pengetahuan yang diperolehnya
berdasarkan dengan skemata atau prior knowledge
(pengetahuan awal) yang dimilikinya.32 Skema adalah suatu
struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Apabila seseorang
banyak berkontak atau mempunyai pengalaman dengan
lingkungan sekitarnya, maka semakin kuatlah skema orang
29
Beverly Otto, Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini, Terj: Tim Penerjemah
Prenadamedia Grup, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 34
30
Ladycia Sundayra, Op.Cit., hlm. 172
31
Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 35
32
Suhartono dan Syamsul sodiq, Op.Cit., hlm. 4.12
15

tersebut karena skema akan terus berkembang sesuai


pengalaman.33 Oleh karena itu, para penganut teori ini
menganggap bahwa setiap anak dapat mengatur dan mengerti
peristiwa-peristiwa nyata dalam lingkungannya hanya dengan
bantuan proses kognitif yang terjadi di otak.34 Begitu pula
dengan komprehensif bahasa, pemahaman dan produksi bahasa
pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara
terus menerus berkembang dan berubah.

2. Jenis-jenis Perkembangan Pemerolehan Bahasa


Perkembangan pemerolehan bahasa anak merupakan suatu hal
yang bersifat berkelanjutan dan setiap kelanjutan itu merujuk pada
kematangan struktur dan fungsinya. Jenis-jenis perkembangan
pemerolehan bahasa anak umumnya terbagi menjadi perkembangan
fonologis, morfologi, dan sintaksis.
a. Perkembangan Fonologis
Pemerolehan bahasa dalam perkembangan fonologis
meliputi kemampuan mengartikulasikan bunyi-bunyi ujaran
dalam bahasa anak-anak. Ujaran atau bentuk awal komunikasi
manusia adalah tangisan, setelah itu anak mendengarkan
bunyi-bunyi di sekitarnya. Pada umur sekitar 6 minggu, anak
mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi
konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan
bentuknya karena memang belum terdengar jelas. Proses
mengeluarkan bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang
telah diterjemahkan menjadi dekutan.35 Kemudian ketika anak
berusia 6 bulan, proses babbling (celoteh) mulai terjadi pada
anak. Celotehan ini sudah mulai dapat diidentifikasikan
sebagai bunyi karena mengandung bunyi vokal dan konsonan,
33
Esti Ismawati, dan Faraz Umaya, Balajar Bahasa di Kelas Awal, (Yogyakarta: Ombak, 2017),
hlm. 25
34
Ladycia Sundayra, Ibid.
35
Soenjono Dardjowijoyo, Op. Cit., hlm. 244
16

sebab bunyi yang dikeluarkan berupa suku kata.36 Akan tetapi


banyak bunyi dalam tahap celoteh ini yang tak bermakna,
dikarenakan adanya kesulitan pelafalan dan belum
berkembangnya alat ucap anak.37
Kurang berkembangnya alat ucap anak mengakibatkan
kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Hal yang lumrah terjadi
adalah penyalah-artikulasian bunyi-bunyi dan kelompok-
kelompok bunyi tertentu. Umumnya ujaran anak yang paling
dini dapat menghasilkan semua vokal bahasa, tetapi sulit
menghasilkan konsonan-konsonan seperti bunyi [c] dan [j].
Konsonan yang mula-mula dapat digunakan adalah bunyi
labial [p], dan [b], bunyi [t] dan [d], dan yang paling umum
terdengar adalah serangkaian konsonan dan vokal seperti ‘ba-
ba-ba’ atau ‘ma-ma-ma’.38
Kesadaran dan pemahaman fonetik semakin berkembang
selama masa pertumbuhan. Anak sekitar usia tiga tahun secara
tidak sadar mengetahui kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
yang menurutnya sukar untuk diucapkan, dan mereka mungkin
sengaja menghindar atau menolak mengucapkan kata yang
memiliki bunyi tersebut.39 Anak-anak cenderung memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam memahami kontras fonemik
dibanding kemampuan mereka dalam menghasilkannya.40 Kita
pun tidak salah jika mengatakan bahwa kemampuan reseptif
pada anak mendahului kemampuannya dalam memproduksi
kalimat.
b. Perkembangan Morfologi
Anak-anak yang sudah terbiasa mendengarkan bunyi, akan

36
Soenjono Dardjowijoyo, Op. Cit., hlm. 197
37
Arifuddin, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Rajawali press, 2010), hlm. 154
38
Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2016), hlm. 56
39
Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 121
40
Arifuddin, Op.Cit.,hlm.155
17

mencoba mengucapkan kata pertama dalam hidupnya.


Kemampuan itu diawali dengan mengucapkan kalimat satu
kata, seperti yang sudah dibahas pada perkembangan fonetik
anak, bahwa anak akan menghindari atau sengaja tidak
menyebutkan kata yang mempunyai bunyi sulit. Francescato
berpendapat bahwa seorang anak belajar mengucapkan kata
sebagai satu kesatuan tanpa memperhatikan fonem satu per
satu. Misal anak itu belum mampu mengucapkan fonem [k],
tetapi sudah dapat mengucapkan fonem [t] maka ia akan
menyederhanakan kata [ikan] menjadi [itan].41 Kesalahan
gramatika ini sering terjadi karena anak masih berusaha
mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak pun diyakini
akan terus memperbaiki kesalahan berbahasanya ini sampai
usia sepuluh tahun.42
Kata-kata pertama yang lazim diucapkan biasanya
berhubungan dengan benda yang sering dilihat atau tindakan
yang dikerjakan oleh orang di sekitarnya. Selain itu, bunyi
dengan artikulasi yang mudah diucapkan misalnya konsonan
bilabial [b], [p], [m] dan fonem [a] dalam kata “baba”,
“mama”, atau “mimi”, relatif lebih sering dikeluarkan oleh
anak.43 Namun untuk mengetahui makna sesungguhnya dari
satu kata yang diucapkan oleh anak, kita harus
menghubungkan aktivitas anak dengan gerak isyarat, ekspresi,
atau benda yang dimaksud anak tersebut. Lima puluh kata
pertama yang dapat dihasilkan anak, biasanya berkenaan
dengan nama-nama orang, makanan, kegiatan sehari-hari,
seperti mandi, kemampuan untuk mengubah lingkungan
sekitar, seperti penggunaan kata-kata memberi, mengambil,

41
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 56-57
42
Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,
(Jogjakarta), Op.Cit.,
43
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 59
18

pergi, ke atas, ke bawah, membuka.44


c. Perkembangan Sintaksis
Setiap sistem bahasa memiliki aturan atau tata bahasa
yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk
membentuk kalimat atau frasa atau ujaran yang bermakna.
Aspek pengetahuan bahasa ini disebut pengetahuan sintaksis.45
Dalam sintaksis, anak memulai berbahasa dengan
mengucapkan satu kata atau sebagian kata. Tahapnya pun
berkembang menjadi tahap dua kata, tahap banyak kata sampai
pada perkembangan berbagai jenis kalimat, misalnya kalimat
pertanyaan dan kalimat penyangkalan dengan
perkembangannya dari /tan/, /utan/, /butan/ kemudian /bukan/.
Bentuk penyangkalan yang pertama bagi anak-anak adalah
gelengan kepala.46
Segi sintaksis tahap ujaran satu kata sangat sederhana,
namun pemilihan satu kata tersebut tidaklah sembarangan.
Contoh pada kata “Fajri mau makan.” Dari ketiga kata
tersebut, dia akan memilih kata “kan” (untuk makan) karena
memberikan informasi paling penting dibanding dua kata
lainnya. Lalu gugus konsonan pun diubah menjadi satu
konsonan saja, misal Eyang Putri diucapkan sebagai Eyang
/ti/.47 Selanjutnya pada tahap ujaran dua kata diselingi jeda
yang seolah-olah kedua kata itu terpisah. Misal untuk
menyatakan lampu menyala. Echa bukan mengatakan
/lampunala/ untuk “Lampu nyala” tetapi /lampu /nala /.
Perkembangan selalu berkelanjutan, sehingga struktur sintaksis
dan semantik dari USK ke UDK menjadi lebih jelas karena
adanya dua kata tersebut.

44
Arifuddin, Ibid.,
45
Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 10
46
Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, (Bandung: PT. Angkasa , 1986), hlm. 281
47
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 247-248
19

3. Pemerolehan Bahasa Tataran Sintaksis


Setiap sistem bahasa memiliki aturan atau tata bahasa yang
menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk
kalimat atau frasa atau ujaran yang bermakna. Aspek pengetahuan
bahasa ini disebut pengetahuan sintaksis.48 Fokus dalam bidang
sintaksis, istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa
Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax.49
Dalam pemerolehan bahasa tataran sintaksis, seorang anak mulai
berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata) yang
menurut mereka adalah kata penuh. Dalam pola pikir yang masih
relatif sederhana, seorang anak memiliki pengetahuan tentang
informasi lama dan informasi baru. Hal ini dipengaruhi oleh
percakapan sederhana yang diucapkan secara berulang-ulang oleh
orang di sekitarnya dan akan membantu anak dalam memahami
sesuatu. Hal ini dikarenakan setiap anak umumnya ketika bayi
mengembangkan kosakata reseptif (reseptive vocabulary), yang
artinya adalah mereka memahami makna dari kata atau kalimat
mengenai sesuatu yang terjadi di sekitar mereka.50
Tahap ujaran satu kata, pada masa ini anak sudah mulai belajar
menggunakan satu kata atau sebagian kata yang sebenarnya memiliki
arti yang luas atau mewakili keseluruhan idenya. Mereka menganggap
bahwa satu kata (atau bagian kata) yang mereka keluarkan itu adalah
sebuah kata penuh. Contoh kata “Ju!” (sambil memegang baju).
Walaupun kata yang dikeluarkan anak sangat sederhana, namun
ujaran “Ju!” termasuk dalam ujaran yang kompleks sebab dari satu
kata ini dapat menghasilkan bermacam makna, yang bisa berarti anak
meminta diambilkan baju, dipakaikan baju yang lain, atau memberi
tahu pada lawan bicaranya bahwa yang ia pegang adalah baju. Karena
itulah ujaran satu kata (USK) dilihat dari bidang sintaksisnya amat

48
Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 10
49
Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: CV. Karyono, 1983) hlm. 17
50
Suzanne R. Gellens, Op.Cit., hlm. 80
20

sederhana, namun dilihat dari bidang semantiknya begitu kompleks.


Tahap dua kata dilakukan anak dengan mengombinasikan kata
dalam tahap satu kata dengan ucapan-ucapan pendek tanpa kata
penunjuk, kata depan, atau lainnya. Misal kata “Ma, maem”,
maksudnya “Mama, saya mau makan”.51 Perkembangan tahap dua
kata sampai tahap banyak kata bagi beberapa peneliti dinamai sebagai
“bahasa telegrafik”, atau penggunaan kalimat-kalimat pendek dan
frasa yang terdiri dari dua sampai tiga kata.52 Isi di dalam kalimat
telegrafik ini berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya dianggap
berat dan seolah dipilih yang penting-penting saja. Dalam kasus ujaran
dua kata, biasanya kata depan dan artikel tidak dipakai. Contoh:
Mama Bandung [Mama ke Bandung] pada kalimat tersebut terdapat
kata /ke/ yang dihilangkan, Dia pergi [dia sudah pergi].53 Memang
dalam bidang sintaksis ujaran ini lebih kompleks dibandingkan USK,
namun perkembangan semantiknya sudah semakin jelas. Dengan kata
lain tidak hanya satu kata yang dikeluarkan tetapi ditambah dengan
kata atau sebagian kata lain yang menurutnya dianggap memiliki
unsur penting saja. Meskipun makna pada bidang semantiknya makin
jelas, namun maksud sebenarnya dari ujaran anak harus disesuaikan
dengan konteks dan lingkungan di sekitarnya juga.
Kemudian tahap banyak kata, umumnya terjadi ketika anak
masuk usia 3-5 tahun. Hal ini dikarenakan pembendaharaan kata anak
semakin kaya. Brown memulai dengan mengatakan bahwa anak
mencoba untuk menggabungkan secara bersamaan konstruksi-
konstruksi yang terlebih dahulu sudah ada. Contohnya saja “Saya
menarik hidung boneka”, dari contoh /hidung boneka/ kita mengetahui
adanya perluasan objek, yakni penggabungan dalam suatu istilah
utama.54 Jadi antara ujaran satu kata, ujaran kata kedua atau ujaran

51
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 60
52
Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 217
53
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 21
54
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 25
21

telegrafis, dan seterusnya bukan merupakan tahapan yang terputus.55


Semua tingkat gramatikal yang dihasilkan oleh anak dilalui
dengan cara peniruan, penggolongan morfem, hingga penyusunan
kata-kata secara bersamaan untuk membentuk kalimat.56 Ketika
berusia 2-5 tahun, anak berbicara dengan banyak kata walaupun tata
bahasanya masih banyak yang tidak sempurna. Menjelang 6 tahun,
tata bahasa yang digunakan berkembang dan mulai mendekati tata
bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa.57 Anak pun semakin
mampu mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan,
misalnya mampu membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif,
kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya.58

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa


Seorang anak mulai berkomunikasi dengan orang yang paling
dekat, yakni ibu dan ayah. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua
dan lingkungan sangat mendukung pemerolehan dan perkembangan
kemampuan berbicara anak.59 Namun, terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi pemerolehan dan perkembangan bahasa pada anak,
yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor intelegensi, dan
faktor motivasi.60
A. Faktor Biologis
Bentuk awal komunikasi pada anak yakni tangisan,
kemudian berceloteh, hingga mengeluarkan kata dan akhirnya
membentuk kalimat. Seperangkat prosedur dan aturan bahasa
yang dinamakan Chomsky Language Acquisition Device
(LAD) membuat kemampuan berbahasa pada anak umumnya
bersifat universal karena dipengaruhi oleh keterbatasan unsur

55
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 249-250
56
Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,
(Jogjakarta), Op.Cit.,
57
Arifuddin, Op.Cit.,hlm. 156
58
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 60
59
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 51
60
Esti Ismawati dan Faraz Umaya, Op.Cit., hlm. 14
22

biologis pada anak. Namun seiring pertambahan usia dan


perkembangan unsur biologis anak seperti bibir, lidah, gigi,
bahkan rongga mulut, membuat kemampuan berbahasanya
akan semakin baik.
B. Faktor Intelegensi
Piaget berpendapat bahwa intelegensi mencakup adaptasi
biologis, ekuilibrum antara individu dan lingkungan,
perkembangan yang gradual, kegiatan mental dan kompetensi
sehingga memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.61 Intelegensi adalah proses bertambahnya
pengetahuan setelah seseorang menemukan hal baru melalui
pengalaman. Secara beriringan, pemerolehan bahasa
dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi anak. Namun,
intelegensi anak pun dapat berkembang lebih pesat dengan
adanya bantuan bahasa. Dengan proses yang saling
menguntungkan itu, maka anak akan semakin mahir berbahasa
setelah tumbuh menjadi anak yang berpikir melalui
pengalamannya dari lingkungan sekitar.
C. Faktor Motivasi
Seorang anak berbahasa setelah mendengarkan ujaran atau
respon yang dilontarkan orang tua atau orang di sekitarnya.
Pada periode awal mungkin anak hanya mendengarkan semua
ujaran dan mencoba mengulangnya kembali tanpa
memperhatikan reaksi orang di sekitarnya. Akan tetapi seiring
dengan bertambahnya usia dan kematangan integensinya, anak
akan menunggu respon atau komentar dari orang tua atau
orang yang diajak berbicara. Apabila respon yang diberikan
bersifat positif atau pujian, niscaya anak akan mengulangi kata
atau ujaran-ujaran tersebut. Akan tetapi jika sebaliknya atau
respon negatif, anak pun akan mengurangi atau bahkan

61
Esti Ismawati dan Faraz Umaya, Op.Cit., hlm. 25
23

menghentikan penggunaan kalimat tersebut.


D. Faktor Lingkungan Sosial
Skinner mengatakan setiap anak yang lahir akan
distimulus oleh lingkungan. Maka tanpa diajarkan sekalipun,
dipercaya anak akan dapat berbahasa dengan cara
menyesuaikan sekelilingnya. Bahasa bukanlah aturan yang
dipahami perindividu melainkan perkelompok, maka semakin
tinggi tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin besar
peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Adapun
yang dapat dilakukan oleh orang tua atau orang-orang di
sekitarnya adalah:
1). Biasakan membaca cerita bergambar kepada anak sejak
usia bayi. Pengetahuan bahasa atau kosa kata anak akan
berkembang ketika mendengarkan cerita atau dengan
melihat gambar-gambar secara langsung yang
bersangkutan dengan cerita.
2). Bernyanyilah untuk anak, agar mereka dapat mengenali
berbagai macam bunyi dan nada. Tunggulah respon
anak dan tunjukkanlah wajah yang gembira sesuai
dengan lagu yang dinyanyikan. Ketika anak terlihat
mulai bosan dengan nyanyian tersebut, ada kalanya
orang tua dapat bermain “Cilukba” untuk membuatnya
kembali semangat atau bisa dengan mengajak anak
untuk bernyanyi. Hal tersebut bisa meningkatkan
jumlah kosa kata anak yang ia dapat dari
pengalamannya bernyanyi.
3). Ajak anak berkeliling di kebun binatang.
Keanekaragaman hewan yang ada di kebun binatang
akan menambah rasa penasaran dalam otak anak. Hal
itu merupakan kesempatan bagi orang tua untuk
mengenalkan nama hewan atau bahkan
mendeskripsikan hewan yang saat itu sedang mereka
lihat.
4). Gunakan pengucapan dan tata bahasa yang benar, tetapi
jangan sesekali membenarkan kata-kata yang
diucapkan anak. Biarkan mereka berusaha untuk
membenarkan sendiri kesalahannya. Hal ini
dikarenakan pikiran mereka bekerja jauh lebih cepat
24

dibandingkan kemampuan mereka mengkoordinasi


mulut, bibir, dan lidah untuk berbicara.62

C. Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata
dalam tuturan.63 Verhaar mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti
“dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Maka kata
suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu penempatan kata atau ilmu
tata kalimat.64 Misalnya dalam bahaasa Indonesia kalimat Kami tidak
dapat melihat pohon itu. Urutan katanya sudah tentu—tidak mungkin
dituturkan “kalimat” seperti Pohon itu dapat kami tidak melihat.65
Sintaksis juga merupakan cabang ilmu linguistik yang secara langsung
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. 66 Satuan-
satuan itu disebut satuan gramatikal, dan satu dengan lainnya memiliki
perbedaan masing-masing. Diurutkan dari yang terkecil satuan gramatikal
dalam sintaksis diawali dari frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
1. Frasa
Ramlan (1987: 153) dalam bukunya berjudul, Ilmu Bahasa
Indonesia: Sintaksis mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik
yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi
unsur klausa.67 Maksudnya adalah dua kata atau lebih itu selalu
terdapat dalam satu fungsi yang sama, misalnya fungsi subjek, objek,
pelengkap, atau keterangan. Fungsi predikat dalam frasa tidak ada,
karena frasa memiliki sifat nonpredikatif. Jadi di dalam kelompok kata
itu tidak mungkin dapat ditemukan fungsi predikat seperti dalam

62
Suzanne R. Gellens, Op.Cit., hlm. 82-83
63
Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2016) hlm.
161
64
Suhardi, Dasar-dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016)
hlm. 13-14
65
Verhaar,Op.Cit., hlm. 11
66
Ramlan, Op.Cit.,hlm. 17
67
Suhardi, Op.Cit., hlm. 19
25

kalimat.68 Ciri-ciri frasa adalah terdiri dari dua kata atau lebih, belum
melampaui batas fungsi, dan belum memenuhi syarat sebagai klausa.69
2. Klausa
Ramlan (1981: 62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan
gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek
(S), objek (O), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun tidak.70
Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, klausa dapat menempati posisi
subjek, objek, pelengkap atau keterangan.71 Ciri-ciri klausa adalah
merupakan kelompok kata, memiliki unsur predikat di dalamnya, dan
satu klusa hanya terdiri dari satu predikat.72 Oleh karena itu, klausa
pasti bersifat predikatif dan berpotensi untuk menjadi sebuah
kalimat.73
3. Kalimat
Kalimat dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang dibatasi
oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.74
Kalimat pun dapat diartikan sebagai satuan terkecil yang dapat
digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan apabila
disandingkan dengan paragraf dan juga wacana.75 Dalam karangan,
kalimat merupakan satuan yang terkecil, namun dianggap sebagai
satuan terbesar dalam analisis gramatikal di samping frasa dan
klausa.76 Kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan
dengan subjek dan predikat yang dirakit secara logis. 77 Kalimat
menjelaskan berbagai jenis pikiran dan perasaan dari seseorang. Tidak
mengherankan apabila jenis kalimat yang dipakai pun berbeda-beda.78

68
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009) hlm. 67
69
Suhardi, Op.Cit., hlm. 21
70
Suhardi, Op.Cit., hlm. 47
71
Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm.72
72
Suhardi, Op.Cit., hlm. 48
73
Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm.71
74
Ramlan, Op.Cit., hlm. 20
75
Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm. 76
76
Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
244
77
Alek dan Achmad, Ibid.,
78
Alek dan Achmad, Ibid.,
26

Kalimat adalah sekumpulan kata atau sebagian kata yang secara


keseluruhan memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan
itu. (Dalam ortografi kita melambangkan akhir kalimat dengan tanda
titik, atau dengan tanda lain yang sesuai, misalnya tanda seru, atau
tanda tanya).79 Intonasi kalimat ditandai dengan tanda baca titik (.)
untuk kalimat pernyataan atau berita, tanda baca tanya (?) untuk
kalimat pertanyaan, dan tanda seru (!) untuk kalimat perintah,
larangan, atau seruan.80 Kalimat bila dilihat dari fungsi dalam
hubungannya dengan situasi, dapat dibagi atas beberapa kelompok,
yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.81
A. Kalimat Berita (Deklaratif)
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat
berita pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu
kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan
hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan
mata yang menunjukkan adanya perhatian.82 Kalimat ini
dipakai apabila penutur ingin menyampaikan suatu informasi
secara lengkap kepada lawan bicara.83 Kalimat berita tidak
mengharapkan jawaban ataupun tindakan dari
pendengar/pembacanya, tetapi yang diharapkan adalah
perhatian agar pendengar/pembaca memperoleh
pengetahuan.84 Oleh karena itu, sebuah kalimat disebut berita
ditentukan oleh isinya yang merupakan pemberitaan. Dalam
bentuk tulis diakhiri tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan
diakhiri dengan nada turun.85

79
Verhaar,Op.Cit., hlm. 161
80
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 328
81
Suhardi, Op.Cit., hlm. 90
82
Ramlan, Op.Cit., hlm. 26
83
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2009), hlm. 95
84
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan, SINTAKSIS Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 227
85
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan,Op.Cit.,hlm. 228
27

Kalimat berita memiliki pola intonasi yang disebut pola


intonasi berita, ialah [2] 3 // [2] 3 1 diakhiri tanda # yang di
bawah tanda pagar itu diberi tanda ˇ ; [2] 3 // [2] 3 apabila
predikatnya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari
belakangnya bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering,
tepung, bekerja; dan [2] 3 2 // [2] 1 diakhiri tanda # yang di
bawah tanda pagar itu diberi tanda ˇ bagi kalimat berita yang
bersusunan inversi, ialah predikatnya di depan, diikuti
subjek.86 Akan tetapi, dikarenakan penulis tidak menemukan
tanda yang sesuai, maka penulis menggunakan tanda ▼ untuk
mengganti tanda pagar (#) yang di bawahnya ada panah ke
arah bawah (ˇ). Jadi penulisan pola intonasi berita dalam
penelitian ini ialah [2] 3 // [2] 3 1 ▼. Keterangan : nomor ( 1,
2, 3, ... ) adalah tinggi rendahnya intonasi. Tanda siku buka
dan siku tutup ( [ ... ] ) menandakan intonasi yang sama, misal
[2] 3 1 sama dengan intonasi 2 2 2 2 3 1. Tanda garis miring
satu ( / ) berarti terdapat jeda sebentar, tandan garis miring dua
( // ) berarti ada jeda yang cukup lama. Dan tanda panah ke
bawah (▼) menandakan pola intonasi turun.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang meminta orang lain
untuk menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Biasanya di akhir kalimat menggunakan tanda baca tanya (?).87
Kalimat pertanyaan mempunyai pola akhir naik, polanya ialah
[2] 3 // [2] 3 2 # yang di atas tanda pagar (#) itu diberi tanda
ˆ.88 Seperti halnya pada pola intonasi kalimat deklaratif,
penulis pun mengganti tanda pagar (#) yang diatasnya ada
tanda panah ke atas (ˆ) menjadi ▲. Jadi, penulis menuliskan
pola intonasi kalimat interogatif menjadi [2] 3 // [2] 3 2 ▲.

86
Ramlan, Op.Cit., hlm. 26
87
Suhardi, Op.Cit., hlm. 78
88
Ramlan, Op.Cit., hlm. 28
28

Keterangan : nomor ( 1, 2, 3, ... ) adalah tinggi rendahnya


intonasi. Tanda siku buka dan siku tutup ( [ ... ] ) menandakan
intonasi yang sama, misal [2] 3 2 sama dengan intonasi 2 2 2 2
3 2. Tanda garis miring satu ( / ) berarti terdapat jeda sebentar,
tandan garis miring dua ( // ) berarti ada jeda yang cukup lama.
Dan tanda panah ke atas (▲) menandakan pola intonasi naik.
Kalimat tanya dipakai jika penutur ingin memperoleh
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.89 Reaksi
jawaban yang diharapkan dapat terbagi menjadi lima, yaitu:
1). Kalimat tanya yang meminta pengakuan atau jawaban
ya atau tidak. Contoh: Suaminya guru SMP?;
2). Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai
salah satu unsur kalimat. Contoh: Siapa nama anak
itu?;
3). Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa alasan.
Contoh: Mengapa kamu sering terlambat?;
4). Kalimat tanya yang meminta pendapat orang lain.
Contoh: Bagaimana cara mengangkut batu sebesar
ini?;
5). Kalimat tanya yang jawabannya digunakan untuk
menguatkan yang ditanyakan, biasanya diikuti dengan
adanya kata “bukan”. Contoh: Anda berasal dari
Bogor, bukan?90
Secara formal, kalimat ini ditandai oleh kehadiran
kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, mana,
mengapa, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –
kah sebagai penegas. Apa digunakan untuk
menanyakan benda atau sesuatu selain manusia, siapa
digunakan untuk menanyakan orang, berapa digunakan
untuk menanyakan jumlah, mana digunakan untuk
menanyakan keberadaan, kapan digunakan untuk
menanyakan waktu, mengapa digunakan untuk
menanyakan cara atau perihal.91
C. Kalimat Perintah (Imperatif)
Berbeda dengan kalimat tanya, kalimat perintah

89
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Ibid
90
Abdul Chaer, Op.Cit., hlm. 355
91
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan,Op.Cit., hlm. 228-289
29

mengharapkan reaksi yang berupa tindakan atau perbuatan


dari orang yang diajak bicara (pendengar atau pembaca).92
Kalimat ini dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau
“melarang” orang berbuat sesuatu.93 Dalam bentuk
tulisannya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya
diakhiri dengan tanda seru, sedangkan dalam bentuk lisan
intonasi ditandai dengan nada rendah di akhir tuturan.94 Pola
intonasinya ialah [2] 3 ditambah tanda pagar(#) yang di
bawah tanda pagar itu diberi tanda panah ke bawah (ˇ) atau
[2] 3 2 ditambah tanda pagar (#) yang di bawah tandanya itu
diberi tanda panah ke bawah (ˇ) jika diikuti partikel lah pada
predikatnya. Sama halnya dengan kalimat deklaratif dan
kalimat interogatif, penulis menggunakan tanda ▼ untuk
mengganti tanda pagar (#) yang di bawahnya ada panah ke
arah bawah (ˇ). Jadi, penulisan pola intonasi kalimat
imperatif menjadi [2] 3 ▼. Keterangan : nomor ( 1, 2, ... )
adalah tinggi rendahnya intonasi. Tanda siku buka dan siku
tutup ( [ ... ] ) menandakan intonasi yang sama, misal [2] 3
sama dengan intonasi 2 2 2 3. Tanda garis miring satu ( / )
berarti terdapat jeda sebentar, tandan garis miring dua ( // )
berarti ada jeda yang cukup lama. Dan tanda panah ke bawah
(▼) menandakan pola intonasi turun.
Struktur kalimat suruh dapat dikelompokkan menjadi
empat golongan, yaitu: kalimat sebenarnya, kalimat
persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Berikut
penjelasannya:
1). Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola
intonasi suruh. Apabila predikatnya tediri dari kata
verbal intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya
partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal untuk

92
Abdul Chaer, Op.Cit., hlm. 356
93
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Op.Cit., hlm. 96
94
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan, Op.Cit., hlm. 222
30

memperhalus perintah. Misal: “Duduk!”, “Datanglah


engkau ke rumahku!”. Apabila kata verbalnya transitif
maka tidak ada previks meN- pada kata transitif itu,
kecuali apabila dipakai secara absolut, artinya verbal itu
tidak diikuti oleh objek. Misalnya: “Carilah buku baru
di perpustakaan!”, “Ambillah buku itu!”. Selain partikel
lah, kata tolong dapat dipakai di muka kata verbal yang
benefaktif, ialah kata verbal yang menyatakan tindakan
yang dimaksudkan bukan untuk kepentingan
pelakunya. Misal: “Tolong ambilkan minum!”, “Tolong
tuliskan surat!”.
2). Kalimat persilahan ditandai oleh penambahan kata
silakan atau dipersilakan yang diletakkan di awal
kalimat. Subjek kalimat boleh dibuang, boleh tidak.
Misal: “Silakan beristirahat!”, “Silakan Bapak duduk di
sini!”.
3). Kalimat ajakan berbeda dengan kedua kalimat suruh di
atas,. Perbedaannya tindakan pada kalimat ini bukan
hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,
melainkan juga oleh orang yang berbicara. Dengan kata
lain tindakan itu dilakukan oleh kita. Kalimat ini pun
ditandai dengan penambahan kata-kata ajakan, seperti
kata mari dan ayo, yang diletakkan di awal kalimat.
Misalnya: “Mari kita berangkat sekarang!”, “Ayo
duduk di depan!”.
4). Kalimat larangan ditandai oleh adanya kata jangan di
awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan untuk
memperhalus larangan, dan subjek boleh dibuang atau
boleh juga tidak. Misal: “Jangan engkau membaca
buku itu!”, “Jangan suka menyakiti hati orang!”.95

D. Perkembangan Psikologi pada Anak Usia Dini


Perkembangan berorientasi pada proses mental yang berlangsung
seumur hidup. Anak-anak usia dini yang berada pada masa keemasan
(golden age) mengalami perkembangan yang sangat menakjubkan pada
fisik maupun psikisnya. Berdasarkan perkembangan psikisnya, tahap
sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu menggunakan inderanya.
Berkembang menjadi tahap pra operasional konkret yang menjadi

95
Ramlan, Op.Cit., hlm. 41
31

pemahaman yang bercampur dengan imajinasi anak.96


Secara garis besar proses perkembangan manusia terdiri dari proses
biologis, kognitif, dan sosial emosional. Proses biologis meliputi
perubahan gen dari orang tua, pertumbuhan berat dan tinggi badan,
perkembangan otak, dan keterampilan motorik. Proses kognitif meliputi
perubahan dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa manusia. Contohnya
ketika bayi mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya, menguasai
kata, menggabungkan kalimat, dan memahami sesuatu yang tersirat dalam
sebuah peristiwa. Proses sosial emosional merupakan perubahan dalam
hubungan manusia dengan manusia lain, perubahan emosi, dan perubahan
dalam kepribadian. Misal tersenyum kepada ibu, berkelahi dengan teman
sebaya, atau perasaan kepada lawan jenis. Ketiga proses tersebut saling
berhubungan satu dengan lainnya.97 Erik erison, seorang ahli psikoanalisis
dari Jerman membagi tahap perkembangan jiwa manusia ke dalam delapan
tahap. Tiga tahap pertama berlangsung di masa kanak-kanak (0-6 tahun)
dan sangat dipengaruhi bimbingan dan dukungan dari orang tua. Ketiga
tahap itu ialah trust vs mistruth (0-1 tahun), autonomy vs shame and doubt
(2-3 tahun), dan initiative vs guilt (4-5 tahun).

1. Trusts vs Mistrust
Tahap ini terjadi pada 0-1 tahun ketika berlangsung
pengembangan rasa percaya diri. Rasa percaya diri (trust) itu akan
timbul saat bayi merasa kebutuhan dasarnya telah dipenuhi oleh
pengasuh utamanya, baik dalam hal biologis atau kasih sayang. Bayi
yang sering diperhatikan, disentuh, dan dipeluk akan merasa aman dan
selalu terlindungi. Sedangkan bayi yang tidak merasa diperhatikan
akan membentuk rasa tidak percaya (mistrust) terhadap orang lain di
sekitar dan menganggap dunia adalah tempat yang kejam untuk
bertumbuh dan berkembang.

96
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2015),
hlm. 4
97
Masganti Sit, Op.Cit., hlm. 10
32

2. Autonomy vs Shame and Doubt


Setelah anak merasa percaya pada dirinya, maka tingkat kognitif
anak yang telah berkembang perlu didorong oleh orang tua sebagai
pengasuh utama tuk memberikan kesempatan anak bereksplorasi
disertai pengawasan yang cukup dan bijaksana, sehingga anak mampu
mengembangkan sifat mandiri (autonomy). Sebaliknya, anak yang
terlalu dikekang akan selalu merasa ragu pada kemampuannya sendiri
(shame and doubt).
3. Initiative vs Guilt
Tahap ini anak sudah mengenal lingkungan yang lebih luas di luar
rumah dan keluarga. Tidak heran jika kemudian ia sering bertanya dan
terkesan cerewet yang menandai ketertarikan bereksplorasi. Anak
akan merasa bahwa dirinya mampu melakukan sejumlah aktivitas
tanpa terikat dengan orang tuanya. Kebebasan itulah yang
mengembangkan kemampuan anak dalam mengambil inisiatif dalam
memilih suatu tindakan atau menghadapi masalah sekitar (initiative).
Sedangkan, anak yang sering dilarang bermain atau dimarahi ketika
bertanya akan merasa bersalah (guilt) dan mudah gelisah.98
Tahapan-tahapan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan
berkesinambungan. Mulai dari timbulnya rasa percaya diri pada
anak, yang kemudian memacu perkembangan pada tingkat
eksplorasi yang membuatnya lebih mandiri terhadap dirinya
sendiri, sampai pada sikap pengambilan inisiatif dalam memilih
suatu kegiatan atau menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.
Hal tersebut tentu saja dipengaruhi faktor-faktor psikologi anak,
yakni keterlibatan aktif dari kedua orang tua, pola asuh yang
tepat, adanya kenangan atau trauma selama ia kecil, dan interaksi
dengan lingkungan. Berikut penjelasannya:

98
Alia An Dhiva, Dukung Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Masa Prasekolah,
https://www.parentingclub.co.idsmart-stories/mengenal-tahap-perkembangan-psikologi-anak-dari-
tahun-ke-tahun dibaca pada tanggal 29 September 2019
33

a. Keterlibatan Orang Tua


Peran orang tua dalam perkembangan anak sangatlah
penting. Anak yang sering melakukan aktivitas bersama
dengan orang tua akan lebih tercipta ikatan yang erat antara
keduanya. Hal itu akan membuat anak menjadi pribadi yang
lebih percaya, jujur dan terbuka.
b. Pola asuh
Pola asuh yang baik akan membentuk karakteristik dan
psikologi anak. Selain itu, kasih sayang pun turut berperan
dalam tumbuh kembang anak. Jika kasih sayang anak
tercukupi ia akan menjadi orang yang lembut, penyayang, dan
memiliki empati terhadap orang lain.
c. Kenangan atau Trauma
Meningkatnya kemampuan kognitif anak membuatnya
dapat mengingat berbagai macam hal, salah satunya adalah
kenangan. Kenangan yang ia buat di waktu kanak-kanak akan
sangat membekas, entah kenangan baik atau kenangan buruk.
Oleh karenanya, ucapan dan tindakan orang tua terhadap anak
haruslah dipikirkan dengan baik, jangan sampai melukai dan
membekas pada batin anak.
d. Interaksi dengan Lingkungan
Sebagai makhluk sosial, anak pasti akan bermain dan
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, tidak mungkin
hanya berada di dalam lingkup keluarga. Walaupun di rumah
ia dididik dengan baik, namun jika bergaul di lingkungan yang
buruk maka bisa saja ia pun ikut terpengaruh. Perlu adanya
pengawasan dan arahan dari orang tua mana lingkungan yang
boleh dan tidak boleh diikuti anak, disertai dengan bermacam
alasannya.
34

E. Pembelajaran/Pengajaran Bahasa Tingkat PAUD


Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai usia enam tahun dengan memberi rangsangan
pendidikan untuk membantu tumbuh kembang anak baik jasmani maupun
rohani supaya anak memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar.99
Menurut UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat
(14), pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.100
Pada lingkungan masyarakat terkadang lembaga PAUD, TK, ataupun
Playgroup terkadang disamaartikan, namun ketiga lembaga tersebut
mempunyai perbedaan yang perlu diketahui. TK dan playgroup masih
termasuk dalam satu lembaga PAUD, perbedaannya TK berada pada jalur
formal, sedangkan playgroup ada pada jalur non formal.101 Setiap anak
yang mendaftarkan diri masuk ke PAUD tidak akan bisa diketahui
pemerolehan bahasa yang dikuasainya secara langsung dan kasat mata,
oleh sebab itu terdapat beberapa cara atau tes untuk mengukur kemampuan
berbahasa:
1. Pengukuran perkembangan bahasa
Tes ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berupa
tuturan spontan pada anak, dan dianalisis untuk mengetahui berapa
banyak morfem yang telah mereka ketahui atau kuasai.
2. Tes membedakan fonem
Tes ini dilakukan dengan cara mendengarkan kata-kata yang
setiap pasangan katanya hanya memiliki satu fonem yang berbeda,
misal kapan – papan, payung – gayung. Hal ini berguna untuk
mengetahui kemampuan anak dalam mengenal aspek-aspek bahasa
lisan atau tidak.

99
Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 3
100
UU no. 20 tahun 2003, https://kelembagaan.ristekdikti.go.id dibaca pada tanggal 23 Juni 2018
101
Elizabeth Puspa, Ketahui Perbedaan Antara Sekolah PAUD Playgroup dan TK,
https://glitzmedia.co dibaca pada tanggal 19 Juni 2018
35

3. Tes cerita
Tes ini dilakukan dengan memberikan sebuah cerita pendek, dan
anak diminta untuk mengulang cerita tersebut dengan kata-katanya
sendiri, atau peneliti dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada
anak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman anak
terhadap cerita.
4. Tes mengukur kemampuan komunikasi
Tes ini dilakukan dengan menghadapkan dua orang anak di meja
yang sama namun diberi sekat supaya mereka tidak saling melihat.
Keduanya diberikan benda dengan ukuran dan jumlah yang sama.
Seorang anak diinstruksikan untuk mengambil dan mendeskripsikan
sebuah benda dan satu lagi diminta untuk menebak benda yang
dideskripsikan. Tes ini berguna untuk mengukur kemampuan
pemahaman dan produksi tuturan.
5. Tes perbendaharaan kata
Dalam tes ini, anak harus menunjukkan gambar yang sesuai
dengan kata-kata yang diucapkan dalam tes. Anak dapat pula diminta
untuk menyebutkan nama-nama dari suatu gambar, hal ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat keproduktifan anak.102

Selain itu perlu adanya tindakan dan keseriusan dari para guru
untuk meneliti dan mencermati lebih lanjut agar
pembelajaran/pengajaran yang akan terjadi dapat mengembangkan
kemampuan bahasa pada anak. Sebagai guru anak usia dini perlu juga
untuk memfasilitasi penggunaan bahasa pertama di dalam kelas, hal
ini dapat dicapai melalui:
a. Menyadari dan mengakui bahwa bahasa pertama yang
digunakan murid termasuk dalam suatu bentuk komunikasi.
Hal ini bertujuan untuk memperluas harga diri dan
kepercayaan diri anak.
b. Mempelajari bahasa atau dialek pertama murid, sehingga guru
bisa menyadari dan memahami gangguan potensial bahasa
dalam fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, atau pragmatik
yang mungkin saja terjadi pada anak.
c. Menyadari dan mengakui kebutuhan murid untuk
mengembangkan pengetahuan reseptif bahasa Indonesia
sebelum menggunakan bahasa tersebut secara ekspresif. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan bagi
murid untuk mendengarkan pembacaan buku cerita dan buku
nonfiksi secara keras. Secara tidak langsung, kata demi kata

102
Samsunuwiyati Mar’at, Op.Cit.,hlm. 76 - 77
36

yang didengar akan mempengaruhi jumlah kosa kata yang


dimilikinya.
d. Menyediakan banyak kesempatan bagi murid untuk terlibat
dalam percakapan/diskusi. Ini akan memperluas bahasa
produktif-ekspresifnya. Selain untuk menambah
pembendaharaan kata yang didengar, hal ini pun dapat
membuat anak semakin mengenal bahasa lain yang mungkin
saja terjadi dari teman sebayanya.
e. Mengizinkan murid untuk merespons dalam bahasa
pertamanya lebih dahulu, dan kemudian fokus untuk
menerjemahkan respons tersebut dalam bahasa Indonesia. Hal
ini bukan berarti seorang guru harus menerjemahkan setiap
kalimat yang dituturkan anak, namun lebih kepada
membebaskan dan mengizinkan murid untuk dapat memproses
pesan dalam dua bahasa dan membantu mereka dalam
berkomunikasi.
f. Menyediakan wilayah buku konten yang memiliki ilustrasi
jelas mengenai konsep utama yang dihadirkan dalam teks.
Dengan upaya ini, pembelajar bahasa kedua bisa
mengidentifikasi kata demi kata yang terdapat dalam buku dan
menghubungkannya dengan bahasa pertama miliknya,
sehingga ia dapat mengetahui kata tersebut dalam dua bahasa
sekaligus.
g. Menggunakan lagu, sajak anak-anak, dan permainan jari
sambil menyanyi untuk menekan sistem bunyi-bunyi simbol
dan kesadaran serta pengetahuan fonetik. Kegiatan ini
dilakukan untuk menambah pemahaman anak tentang
perbedaan bunyi, dan mengembangkan ingatan anak pada lagu
dan sajak melalui ritme yang diperdengarkan.103

Kurikulum tahun 2013 telah menurunkan dua buah kompetensi dalam


kemampuan berbahasa di jajaran PAUD, yaitu keterampilan
mendengarkan pada KD 3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan
bahasa secara verbal dan nonverbal), dan keterampilan penggunaan bahasa
pada KD 4.11 Mengungkapkan kemampuan berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal). Di bawah ini
ditampilkan KI dan KD kurikulum 2013, yakni sebagai berikut:

103
Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 105-106
37

Tabel 2.1 Kurikulum 2013 PAUD dan sederajat104


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1.1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
KI-1. Menerima ajaran
1.2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan
agama yang dianutnya
lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
2.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup
sehat
2.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
ingin tahu
2.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
kreatif
KI-2. Memiliki perilaku 2.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
hidup sehat, rasa ingin estetis
tahu, kreatif dan estetis, 2.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
percaya diri, disiplin, percaya diri
mandiri, peduli, mampu 2.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat
bekerja sama, mampu terhadap aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
menyesuaikan diri, 2.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
jujur, dan santun dalam sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika
berinteraksi dengan orang lain berbicara) untuk melatih kedisiplinan
keluarga, guru dan/atau 2.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan
pengasuh, dan teman kemandirian
2.9. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya
2.10.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
menghargai dan toleran kepada orang lain
2.11.Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri
2.12.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

104
PAUD Jateng https://www.paud.id/2015/05/kompetensi-dasar-kurikulum-2013-paud-tk-kb.html
dibaca pada tanggal 20 September 2019
38

tanggung jawab
2.13.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
jujur
2.14.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
rendah hati dan santun kepada orang tua, pendidik,
dan teman
3.1. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
3.2. Mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak
mulia
3.3. Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya
KI-3. Mengenali diri, untuk pengembangan motorik kasar dan motorik
keluarga, teman, halus
pendidik dan/atau 3.4. Mengetahui cara hidup sehat
pengasuh, lingkungan 3.5. Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-
sekitar, teknologi, seni, hari dan berperilaku kreatif
dan budaya di rumah, 3.6. Mengenal benda -benda di sekitarnya (nama,
tempat bermain dan warna, bentuk, ukuran,pola, sifat, suara, tekstur,
satuan PAUD dengan fungsi, dan ciri-ciri lainnya)
cara: mengamati dengan 3.7. Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman,
indra (melihat, mendengar, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi)
menghidu, merasa,meraba); 3.8. Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman,
menanya; mengumpulkan cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll.)
informasi; mengolah 3.9. Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah
informasi/mengasosiasikan, tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan,
dan mengomunikasikan dll.)
melalui kegiatan bermain 3.10.Memahami bahasa reseptif (menyimak dan
membaca)
3.11.Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan
bahasa secara verbal dan nonverbal)
3.12.Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
39

3.13.Mengenal emosi diri dan orang lain


3.14.Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri
3.15.Mengenal berbagai karya dan aktivitas seni
4.1. Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
tuntunan orang dewasa
4.2. Menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan
akhlak mulia
4.3. Menggunakan anggota tubuh untuk
pengembangan motorik kasar dan halus
4.4. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
4.5. Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif
4.6. Menyampaikan tentang apa dan bagaimana
benda-benda di sekitar yang dikenalnya (nama,
KI-4. Menunjukkan yang
warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur,
diketahui, dirasakan,
fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil
dibutuhkan, dan dipikirkan
karya
melalui bahasa, musik,
4.7. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk
gerakan, dan karya secara
gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll. tentang
produktif dan kreatif, serta
lingkungan sosial (keluarga, teman,tempat tinggal,
mencerminkan perilaku
tempat ibadah, budaya, transportasi)
anak berakhlak mulia
4.8. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk
gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll. tentang
lingkungan alam (hewan, tanaman,cuaca, tanah, air,
batu-batuan, dll.)
4.9. Menggunakan teknologi sederhana (peralatan
rumah tangga, peralatan bermain, peralatan
pertukangan, dll.) untuk menyelesaikan tugas dan
kegiatannya
4.10.Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif
(menyimak dan membaca)
40

4.11.Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif


(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal)
4.12.Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal
dalam berbagai bentuk karya
4.13.Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
4.14.Mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan
minat diri dengan cara yang tepat
4.15.Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan
menggunakan berbagai media

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun


2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 5
dinyatakan bahwa aspek-aspek pengembangan dalam kurikulum PAUD
mencakup: nilai agama, nilai moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, dan seni. Guru yang memahami dan menguasai karakteristik
peserta didik dari segi moral, sosial, emosional, dan intelektual dapat
memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak.
Berdasarkan KI dan KD di atas, maka perkembangan bahasa pada anak
usia dini dapat diimplikasikan pada pengajaran bahasa dengan KD 4.11
yaitu menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan
bahasa secara verbal dan nonverbal). Tujuannya untuk mengembangkan
kemampuan performansi dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengekspresikan diri melalui ujaran kebahasaan atau
tindakannya dalam kegiatan pembelajaran.

F. Penelitian Relevan
Penelitian pertama yang diteliti oleh Nurjamiaty dengan judul
“Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun berdasarkan Tontonan
Kesukaannya Ditinjau dari Kontruksi Semantik” bertujuan untuk
mengetahui pemerolehan bahasa melalui ujaran setiap giliran tutur yang
41

diperoleh dan mengetahui penguasaan makna ujaran anak usia tiga tahun
dalam bertutur melalui konstruksi semantik. Sampel film yang digunakan
adalah animasi Boboiboy dan serial televisi Adventure of Hatim. Sumber
data yang diteliti adalah, anak berusia 3 tahun 10 bulan bernama Musa.
Peneliti dibantu oleh Arief Ahmad yang merupakan kakak dari sumber
data yang saat itu berusia 9 tahun, bantuannya adalah untuk memastikan
makna ataupun maksud dari ujaran Musa tanpa membatasi gerak bermain
atau interaksi di antara keduanya.
Hasil yang diperoleh adalah anak berusia tiga tahun pada umumnya
mengucapkan kata secara terpenggal. Kalimat yang disusun pun relatif
masih sederhana dan sekedar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
lawan tuturnya. Selanjutnya, kosakata yang diperoleh dari tayangan
televisi yang sering ditonton itu terbukti sangat memengaruhi kemampuan
anak dalam memaknai kata. Proses perkembangan makna kata yang
dialami anak memberikan pengaruh pada esensi makna kalimat dan daya
ilokusi pada makna tindak tutur. Hal tersebut seiring dengan semakin
berkembangnya kematangan kognisi, kosakata, dan pengalaman pada
anak.
Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah subjek yang
diteliti sama-sama satu orang anak yang berusia tiga tahun, sedangkan
perbedaannya terletak pada bidang yang dikaji dalam pemerolehan bahasa
pada anak. Nurjamiaty membahas pemerolehan bahasa anak konstruksi
semantik, sedangkan pada penelitian ini membahas pemerolehan bahasa
anak pada aspek sintaksis. Selain itu, perbedaannya dalam penelitian ini
pun diimplikasikan pada pembelajaran bahasa di PAUD sedangkan pada
penelitian Nurjamiaty tidak dilakukan.
Penelitian selanjutnya diberi berjudul “Pemerolehan Bahasa pada
Anak Usia 7 Tahun 3 Bulan dalam Bidang Sintaksis” yang diteliti oleh
Chairul Bachri Siregar dan Rizka Maya Sari dengan memfokuskan
kajiannya pada bidang sintaksis, yakni pada pembentukan kalimat bentuk
deklaratif, imperatif, introgatif, dan kalimat bentuk ekslamatif. Subjek
42

yang dijadikan bahan penelitian adalah seorang anak berusia 7 tahun 3


bulan bernama Ahmad Jefri Andana. Hasil analisis diketahui bahwa
kalimat yang disusun oleh Jefri sudah hampir mencapai kalimat kompleks.
Dilihat dari bentuk kalimatnya, terdapat 15 kalimat deklaratif, 1 kalimat
interogatif, 8 kalimat imperatif, dan Jefri belum mampu membuat kalimat
ekslamatif (kalimat seru).
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, persamaannya
terletak pada bidang yang dikaji, yaitu pemerolehan bahasa kajian sintaksis
dan memfokuskan untuk meneliti satu orang anak. Walaupun sama-sama
meneliti satu orang anak, umur dari anak yang diteliti dan waktu
menelitinya pun berbeda. Pada penelitian Chairul dan Rizka anak yang
diteliti berumur 7 tahun 3 bulan, sedangkan pada penelitian ini meneliti
anak sejak umur 2 sampai 5 tahun. Selain itu penelitian Chairul dan Rizka
juga tidak diimplikasikan pada pembelajaran bahasa di sekolah, sedangkan
penelitian ini diimplikasikan pada pembelajaran/pengajaran di PAUD.
Penelitian ketiga diteliti oleh Endang Rusyani dengan judul
“Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus
terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini)”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem pemerolehan bahasa anak
usia 2,5 tahun tataran fonologi, morfologi, sintaksis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umur 2,5 tahun,
seorang anak yang normal dapat mengucapkan fonem-fonem dan kata
yang terbatas sesuai dengan lingkungan dan benda-benda yang ada di
sekitarnya. Kata-kata yang diproduksi tersebut mulai bertambah dari kata
benda dan kata kerja yang diakibatkan oleh repetisi dari pemerolehan baik
dari teman, kakak, maupun orang tua secara sadar maupun tidak sadar.
Erisa pun sudah bisa merangkai kata-kata secara sederhana, mulai dari
satu, dua, sampai tiga kata, dan akhirnya membentuk kalimat. Kalimat
sederhana yang dikemukakan masih berkisar pada urutan sederhana dan
belum teratur namun sudah dapat ditangkap sebagai kalimat berita, kalimat
imperatif ataupun kalimat tanya.
43

Adapun persamaannya dengan penelitian penulis terletak pada desain


penelitian longitudinal yang mengikuti perkembangan seorang anak,
namun dalam penelitian ini hanya sekitar 3 bulan dan fokus penelitiannya
bercabang menjadi pemerolehan bahasa dari segi fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Sedangkan pada penelitian penulis mengikuti selama 2-3 tahun
dan memfokuskan pada pemerolehan sintaksis saja, tepatnya pada jenis
kalimat berdasarkan modusnya.
Penelitian keempat berjudul “Menganalisis Kalimat pada Anak Usia
Dini (2-3 Tahun / Siswa Playgroup)” yang diteliti oleh Tiarnita M. S.
Siregar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kalimat dan
jumlah kata yang dihasilkan dalam satu kalimat pada anak-anak usia 2-3
tahun yang termasuk ke dalam siswa playgroup. Adapun sampel penelitian
ini adalah 13 orang anak yang merupakan siswa playgroup di Medan.
Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan media gambar sebagai
stimulus untuk melihat kemampuan anak. Adapun hasil penelitiannya
adalah pola kalimat pada anak usia 2-3 tahun didominasi oleh pola subjek,
disusul pola predikat, kemudian pola keterangan. Sedangkan, jumlah kata
yang digunakan oleh anak usia 2-3 tahun didominasi dengan kalimat satu
kata.
Penelitian ini memiliki persamaan yakni umur subjek penelitian yang
diteliti berada dikisaran umur 2-3 tahun dan dalam proses pembelajaran di
playgroup Tiarnita menggunakan media gambar untuk menstimulus
kemampuan berbicara anak. Namun terdapat perbedaan pula, yakni jumlah
subjek yang digunakan pada penelitian Tiarnita adalah 13 orang anak
sebagai sampel, sedangkan pada penelitian ini terfokus pada
perkembangan satu anak saja dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi rumah atau tempat
bermain dari subjek penelitian secara langsung. Penelitian ini pun
dilakukan secara tatap muka dengan subjek penelitian. Adapun penelitian
ini dilakukan di dua lokasi, yaitu:
1. Jalan MT. Haryono RT. 003 RW. 07 No. 9, Kecamatan Setu,
Kabupaten Bekasi.
2. Jalan Grand Cikarang City, Blok B No. 19, Karangraharja,
Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, berselingan waktu dan
dibatasi selama 3 tahun. Pengumpulan data penelitian dimulai pada tanggal
9 Juli 2015 ketika subjek penelitian berusia 2 tahun lebih 2 bulan sampai
dengan tanggal 7 Mei 2018 ketika subjek penelitian berusia 5 tahun.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan orang atau informan untuk mendapatkan
data penelitian. Biasa disebut pula sebagai sumber informasi dalam sebuah
penelitian. Adapun dalam penelitian ini subjek penelitian adalah seorang
anak perempuan dengan inisial HNA. HNA adalah anak pertama dari
pasangan C dan FL, sekaligus keponakan dari peneliti. Alasan utama
dalam pemilihan HNA sebagai subjek penelitian karena HNA termasuk
keponakan yang paling aktif jika dibandingkan dengan keponakan dan
anak-anak yang ada di sekitar peneliti, selain itu HNA pun tinggal di satu
rumah yang sama dengan peneliti sehingga peneliti dapat mengambil data
dan memantau ujaran yang di keluarkan HNA ketika berbincang dengan
orang-orang di sekitarnya, terutama dari keluarga atau kedua orang tuanya.
Data penelitian berupa data kebahasaan lisan yaitu ujaran yang
dituturkan oleh HNA dalam setiap peristiwa tutur. Sumber data dalam

44
45

penelitian ini adalah rekaman audiovisual berupa video yang berisi


peristiwa dan tuturan HNA ketika berusia 2-5 tahun. Penulis
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari hasil rekaman video
tersebut, lalu mengelompokkan dan menganalisis data sesuai dengan jenis
dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya.

C. Metode dan Desain Penelitian


Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.105
Crawfurd membagi metode penelitian berdasarkan kriterian metode dan
teknik, yakni: eksperimen, sejarah, psikologi, studi kasus, survei
(deskriptif), membuat kurikulum, analisis pekerjaan, interview, kuesioner,
observasi, pengukuran, statistik, tabel dan grafik, teknik dan
perpustakaan.106 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif biasanya
bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi pada saat itu juga. Metode penelitian deskriptif ini cenderung
digunakan dalam penelitian kualitatif, sebab metodologi kualitatif
merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data
tertulis atau lisan.107 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada
masalah aktual sebagaimana adanya, tanpa memberikan perlakuan khusus
terhadap peristiwa yang terjadi.108
Penelitian ini menggunakan desain penelitian longitudinal, secara
garis besar pengertian penelitian longitudinal adalah desain penelitian
yang mengikuti perkembangan subjek penelitian selama rentang waktu
tertentu. Seringkali sampai beberapa tahun dengan subjek biasanya hanya

105
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung:
PT. Retika Aditama, 2006), hlm. 1
106
Fatimah Djajasudarma,Op.Cit., hlm. 5
107
Fatimah Djajasudarma,Op.Cit., hlm. 11
108
Juliansyah Noor,MetodePenelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi dan KaryaIlmiah), (Jakarta:
Kencana, 2012), hlm. 35
46

satu atau beberapa anak.109 Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, yakni mengamati penguasaan dan perkembangan
bahasa anak terutama pada jenis dan struktur kalimat dari subjek penelitian
dalam rentang usia 2-5 tahun dengan memperhatikan perkembangan jenis
dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya dari tuturan yang diucapkan
ketika subjek berbicara dengan orang lain atau merespon lingkungan yang
ada di sekitarnya.

D. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian yang baik perlu mengutamakan metode yang tepat dan
menggunakan teknik yang relevan. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.110 Teknik pengumpulan data
merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian. Umumnya cara mengumpulkan dara
dapat menggunakan teknik wawancara (interview), angket (questionnaire),
pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan Focus Group
Discussion (FGD).111 Namun penulis hanya menggunakan beberapa teknik
saja dalam mengumpulkan data penelitian, yaitu dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang
diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu
untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara adalah suatu
proses tanya jawab atau sebuah percakapan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya

109
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 227
110
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), hlm. 62
111
Juliansyah Noor,Op.Cit.,hlm. 138
47

sehingga berguna untuk mengecek atau mengecek ulang sesuatu


yang ingin diketahui oleh peneliti.112 Penggunaan teknik ini
bertujuan untuk mengetahui ujaran dan menitikberatkan pada jenis
dan struktur kalimat yang diproduksi oleh informan. Pelaksanaan
wawancara dilakukan secara spontan bertanya dan tidak terstruktur
namun disesuaikan kondisi dan lingkungan sekitar dari informan.
2. Observasi
Observasi selalu dikaitkan dengan kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam suatu fenomena.
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada subjek
penelitian.113 Instrumen yang dapat digunakan yaitu lembar
pengamatan, panduan pengamatan. Beberapa informasi yang dapat
diperoleh dari hasil observasi yaitu: ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan
perasaan.114
Dengan desain penelitian longitudinal, peneliti dapat
menggunakan sifat observasional natural atau observasional
terkontrol. Perbedaan pada tipe observasional dan natural, peneliti
tidak perlu mengadakan interfensi apa pun, sedangkan pada tipe
observasional dan terkontrol peneliti perlu menyiapkan sebuah
tempat beserta isinya yang sudah diatur sesuai dengan tujuan yang
ingin diperoleh.115 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi tipe observasional dan natural karena dalam
pengumpulan data dilaksanakan secara bebas di berbagai tempat
tanpa diatur suatu apapun, yaitu di dalam rumah, di kebun, dan di
tempat-tempat lainnya.

112
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 228
113
S. Margono, MetodePenelitian Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2009), hlm. 158
114
Juliansyah Noor,Op.Cit., hlm. 140
115
Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 229 - 230
48

3. Dokumentasi
Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tidak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga peneliti dapat mengolah dan meninjau
kembali data-data yang sebelumnya telah diperoleh. Secara detail,
bahan-bahan dokumenter terbagi menjadi memorial, kliping,
dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, dan
tersimpan di web site.116
Selama masa penelitian, teknik pengumpulan data didapat
dengan cara mengambil data berupa video yang direkam
menggunakan gawai merk Nokia dan ASUS. Video tersebut
berisikan kegiatan wawancara terhadap subjek penelitian.
Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan secara tidak
terstruktur atau spontan bertanya kepada subjek penelitian, penulis
berusaha untuk menggali kemampuan berbahasa anak dengan
menjadi mitra tutur anak dan menanyakan berbagai macam hal
selama masa penelitian. Dokumentasi dalam bentuk video-video
tersebut digunakan sebagai tanda bukti bahwa penulis telah
melakukan penelitian secara intensif.

E. Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
analisis data yang memuat jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan
fungsinya dalam ujaran keseharian HNA. Langkah-langkah yang
dilakukan peneliti dalam mengelola data yaitu mereduksi data,
mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan
menyimpulkan data yang diperoleh. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Mereduksi Data
Langkah awal dalam penelitian ini adalah mereduksi atau

116
Juliansyah Noor, Op.Cit., hlm. 141
49

memilah data. Adapun data rekaman yang berupa video


audiovisual terbagi menjadi 6 buah folder berdasarkan tahun
pengambilannya, yakni mulai tahun 2014 sampai dengan tahun
2019 dengan total video berjumlah 146 video. Namun keseluruhan
video tersebut dipilah berdasarkan usia subjek penelitian ketika
berusia 2 sampai 5 tahun, yakni pada tahun 2015 sampai tahun
2018 dengan total video berjumlah 119 video.
2. Mengidentifikasi Data
Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi data. Adapun identifikasi data dilakukan dengan
mentranskripsikan data dari video yang telah direduksi. Sumber
data yang pada awalnya berupa rekaman berbentuk video
audiovisual, kemudian ditranskripsi menjadi bentuk tulis dengan
cara mengetik dialog dari hasil rekaman video tersebut. Akhirnya
seluruh dialog yang berhasil terekam ditranskripsikan agar lebih
mudah diketahui jenis dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya.
3. Mengklasifikasikan Data
Hasil dari proses identifikasi data kemudian diklasifikasi
sesuai dengan jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan
fungsinya. Klasifikasi data tersebut dilakukan dengan cara
membuat tabel bagian usia subjek penelitian, total ujaran yang
telah diidentifikasi, dan total jenis kalimat atau struktur kalimat
yang diperoleh berdasarkan fungsinya pada setiap peristiwa tutur.
4. Menganalisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengubah tuturan HNA pada
tabel menjadi bentuk naratif. Peneliti menganalisis jenis kalimat
dan struktur kalimat yang dituturkan oleh anak selama masa
pengambilan data dengan memperhatikan intonasi dan konteks
yang melatarbelakangi tuturan tersebut. Analisis difokuskan pada
jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya. Adapun
jenis kalimat berdasarkan modusnya yang diteliti yaitu fungsi
50

kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Sedangkan, struktur


kalimat berdasarkan fungsinya yang diteliti adalah struktur kalimat
ujaran satu kata (USK), struktur kalimat ujaran telegrafis (UT), dan
struktur kalimat ujaran banyak kata (UBK).
5. Menyimpulkan Data
Setelah melakukan analisis data, selanjutnya peneliti
menyimpulkan data dari tuturan HNA sehingga diketahui
banyaknya jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan
fungsinya. Baik itu fungsi kalimat deklaratif, fungsi kalimat
interogatif, dan fungsi kalimat imperatif. Maupun struktur kalimat
ujaran satu kata (USK), struktur kalimat ujaran telegrafis (UT), dan
struktur kalimat ujaran banyak kata (UBK) ketika HNA berusia 2-5
tahun. Selain itu disajikan pula implikasi pada proses pembelajaran
di PAUD.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah diri sendiri karena dalam penelitian ini
penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi.
Adapun contoh instrumen bentuk tabel analisis jenis kalimat yang
digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Tabel Analisis Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya
Rentang Tanggal
Modus Kalimat Total
Usia Pengambilan Data
Kalimat
(thn) Mulai Akhir D In Im
2-3
3-4
4-5
TOTAL
51

Ket:
D : Modus kalimat deklaratif
In : Modus kalimat interogatif
Im : Modus kalimat imperatif
Tabel di atas digunakan untuk mengetahui jenis kalimat
berdasarkan modusnya dari tuturan HNA ketika berusia 2-5 tahun.
Penulis mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi dengan
membuat kolom rentang usia subjek penelitian, tanggal pengambilan
data, dan modus kalimat yang dibagi menjadi tiga kolom, yaitu untuk
kalimat deklaratif (D), kalimat interogatif (In), dan kalimat imperatif
(Im), yang seluruhnya itu kemudian ditotal oleh peneliti.
Kolom rentang usia berisi pembagian tahun dari usia subjek
penelitian, yakni ketika subjek berusia 2-3 tahun, 3-4 tahun, dan
ketika subjek berusia 4-5 tahun. Tanggal pengambilan data digunakan
untuk memperjelas waktu pengambilan data yang terbagi menjadi
kolom mulai atau awal pengambilan data dan kolom akhir atau waktu
terakhir pengambilan data. Kolom modus kalimat berisi jumlah
kalimat yang dibentuk oleh anak selama masa penelitian. Jenis
kalimatnya pun terbagi menjadi tiga modus yakni kolom D digunakan
untuk kalimat deklaratif (kalimat pernyataan), kolom huruf In
digunakan untuk kalimat interogatif (kalimat pertanyaan), sedangkan
kolom huruf Im digunakan untuk kalimat imperatif (kalimat perintah).
Lalu yang terakhir adalah kolom total yang berisi jumlah keseluruhan
data dari kolom kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif selama
masa penelitian berlangsung.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
disampaikan di bagian pendahuluan, maka sebagai simpulan dapatlah
disampaikan hal-hal berikut:
1. Jenis kalimat berdasarkan modus yang dituturkan anak ketika
berusia 2-5 tahun adalah modus kalimat deklaratif, kalimat
interogatif, dan kalimat imperatif. Dari total 519 kalimat, subjek
penelitian (HNA) sudah cukup mahir dalam membentuk semua
jenis kalimat tersebut, berikut perinciannya:
a. Pembentukan kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat,
b. Pembentukan kalimat interogatif sebanyak 103 kalimat,
dan
c. Pembentukan kalimat imperatif sebanyak 75 kalimat.
Maka, jenis kalimat yang mendominasi ketika anak berusia 2-5
tahun adalah jenis kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat.
2. Struktur kalimat berdasarkan modus yang dituturkan anak ketika
berusia 2-5 tahun adalah struktur ujaran satu kata (USK), ujaran
telegrafis (UT), dan ujaran banyak kata (UBK). Dari total 519
kalimat, subjek penelitian (HNA) semakin mahir dan berkembang
dalam membentuk struktur kalimat, berikut perinciannya:
a. Pembentukan struktur USK sebanyak 156 kalimat,
b. Pembentukan struktur UT sebanyak 192 kalimat, dan
c. Pembentukan struktur UBK sebanyak 171 kalimat.
Maka, struktur kalimat yang mendominasi ketika anak berusia
2-5 tahun adalah struktur ujaran telegrafis sebanyak 192 kalimat.
3. Adapun pengajaran bahasa di PAUD dapat diimplikasikan sesuai
dengan KD 4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal). Salah satu

52
53

caranya yaitu dengan menggunakan media bantu berupa gambar


buah-buahan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi dan
performansi anak, sehingga kemampuan berbahasa anak semakin
berkembang dan menjadi lebih baik.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan,
dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Guru PAUD harus bisa memahami maksud tuturan anak secara
lebih luas dan tidak terpaku pada kata yang dikeluarkan oleh
peserta didik. Guru harus dapat memahami karakteristik peserta
didik sehingga bisa memberikan materi pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Guru pun dituntut berperan
aktif untuk membantu anak dalam pengarahan berbahasa yang
baik dan benar.
2. Peneliti yang berminat mengkaji permasalahan yang sama supaya
dapat melengkapi kekurangan dalam penelitian ini dan
menindaklanjuti bidang kebahasaan lain, seperti pemerolehan
bahasa anak usia dini dalam tataran fonologi, semantik atau
pragmatik secara lengkap.
54

DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Ahmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
An Dhiva, Aulia. Dukung Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Masa
Prasekolah, https://www.parentingclub.co.idsmart-stories/mengenal-tahap-
perkembangan-psikologi-anak-dari-tahun-ke-tahun dibaca pada tanggal 29
September 2019
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali press.
Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.Jakarta:
Pearson Education Inc.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003.Psikolingusitik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian. Bandung: PT. Retika Aditama.
Gellens, Suzanne R. 2014. Membangun Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktivitas untuk
Anak Kecil. Jakarta: PT. Indeks.
H.P, Achmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosidakarya.
Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2017. Balajar Bahasa di Kelas Awal.
Yogyakarta: Ombak.
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. SINTAKSIS Memahami Satuan
Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.
Kushartanti. 2009.Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Madyawati, Lilis. 2016.Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Margono, S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik. Bandung: Refika Aditama.
Noor, Juliansyah. 2012. Metode Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah). Jakarta: Kencana.
Otto, Beverly. 2015. Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Prenadamedia Group.
PAUD Jateng https://www.paud.id/2015/05/kompetensi-dasar-kurikulum-2013-
paud-tk-kb.html dibaca pada tanggal 20 September 2019
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Puspa, Elizabeth.Ketahui Perbedaan Antara Sekolah PAUD Playgroup dan TK,
https://glitzmedia.co dibaca pada tanggal 19 Juni 2018
Ramlan, Sintaksis. 1983. Yogyakarta: CV. Karyono, 1983.
55

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Erlangga.
Ridwanudin, Dindin.2015. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press.
Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-
bahasa.html, (Jogjakarta), dibaca pada tanggal 26 Juni 2018
Sit, Masganti. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing
Sugiyono. 2014. MemahamiPenelitian Kalitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Suhardi. 2016. Dasar-dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Suhartono dan Syamsul Sodiq. 2016. Psikolinguistik. Tangerang: Univ. Terbuka.
Sundayra, Ladycia. 2007. Proses Akuisisi Bahasa pada Anak: Kajian Teoritis
Mutakhir. “Jurnal Kibas Cenderawasih” Volume 14 Nomor 2, Balai Bahasa
Papua, diakses pada 18 Februari 2019.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
UU no. 20 tahun 2003, https://kelembagaan.ristekdikti.go.id dibaca pada tanggal
23 Juni 2018
Verhaar. 2016. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

56
57
58

Lampiran 2 : Tabel Klasifikasi Data

Tabel Lampiran 2.1


(Umur 2 – 3 Tahun)
Mulai tanggal 9 Juli 2015 sampai 4 Maret 2016
Jenis Kalimat
No. Tuturan Konteks
D In Im
1 Ung ngi apah? (Om S menanyakan kepada O1 ✓
lagi apa?) tentang apa yang dilakukan
[2] 3 2 ▲ O1 dengan gawainya.
2 Ada. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] ▼ tentang keberadaan O1 di
layar gawai.
3 Abis abis oenya owa, S memberitahu ketika ✓
oenya a Obet. (abis bernyanyi bahwa oreonya a
abis oreonya om, Obet habis.
oreonya a Obet)
[2] 3 [2] / 2 3 2 [3] 2

4 Iyah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ tentang Oreo a Obet yang
habis.
5 Na nyonya siyapah- S memberitahu bahwa ✓
siyapah. (Gak punya Oreonya bukan punya siapa-
siapa-siapa) siapa lagi
[2] 3 2 / 2 3 2 ▼
6 Yang inih. S memberitahu O1 makanan ✓
232▼ yang mau dibukanya.
7 Ini! ini! emmah ini! S meminta O1 dan O2 untuk ✓
ini! membukakan makanan yang
2 3 / 2 [3] 2 / 2 [3] 3 / mau dimakannya.
232/21▼
8 Nih! S menyerahkan makanan ke ✓
21▼ O1 supaya makanan itu
segera dibuka.
9 Tain. (Bukain) S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 2 ▼ “Bukain gak?” Ketika ingin
dibukakan makanannya.
10 Butain! O1 bertanya kembali, dan S ✓
[2] 3 2 ▼ menjawab dengan sedikit
menyuruh.
11 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
21▼ “Bukain?” Ketika ingin
59

dibukakan makanannya.
12 Mau. S memberitahu O1 bahwa ia ✓
232▼ menginginkan makanan itu.
13 Caosna yah? (Saosnya S menanyakan kepada O1 ✓
yah?) untuk memastikan saos yang
2 3 [2] 1 ▲ ada di dalam makanannya.
14 Cih. (Makasih) S berterima kasih setelah ✓
[1] ▼ makanannya dibukakan oleh
O1.
15 Nih! S menyerahkan saos yang ada ✓
21▼ di dalam makanannya kepada
O1.
16 Siyup yah? (Sirup S bertanya kepada O1 bahwa ✓
yah?) yang dicari O2 adalah sirup.
[2] 3 2 ▲
17 Ayi siyup yah mbah Sekali lagi S menanyakan ✓
uti yah? (Nyari sirup kepada O1 untuk memastikan
yah mbah Uti yah?) yang dicari oleh O2 adalah
[2] [3] 2 / 2 3 2 [3] 2 sirup.

18 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
[2] ▼ “Nyari sirup?” berdasarkan
tuturan yang ia katakan
sebelumnya.
19 Enak. S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 [2] 1 ▼ “Enak gak?” dari rasa
makanan yang sedang
dimakannya.
20 Wet tewaw om. S memberi tahu O1 tentang ✓
(Terang om) keadaan di rumah yang
2 [3] 2 / 3 2 ▼ terang.
21 Eng ait ati ampu agi S bertanya kepada O1 tentang ✓
yah? (Enggak mati keadaan rumah ketika mati
lampu lagi yah?) lampu.
[2] 3 2 ▲
22 Yat lambutyang. (lihat S menjawab pertanyaan O1 ✓
rambutan) “Ngapain boboan di situ?”
[2] 3 2 ▼ ketika berbaring di luar rumah
dan melihat rambutan di
atasnya.
23 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
232▼ “liat rambutan?” ketika
berbaring di luar rumah.
24 Iyah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
121▼ “Udah gak buah tapi ya
rambutannya yah?”
60

25 Itu ung yah? (itu daun S bertanya kepada O1 ketika ✓


yah?) melihat daun di pohon
[2] [3] 2 ▲ rambutan yang sedang
dilihatnya.
26 Ung yah? (daun yah?) S bertanya kembali setelah ✓
[3] 2 ▲ O1 tidak mengerti apa yang
dituturkan S kepadanya.
27 Daung. (daun.) S memberi tahu O1 bahwa ✓
232▼ yang ditanyakannya adalah
daun.
28 Auuuung. (daun.) S menegaskan kembali ✓
2 [3] 2 ▼ kepada O1 bahwa yang
ditanyakannya adalah daun.
29 Ana dabu nyah? S bertanya kepada O1 ketika ✓
(mana jambunya?) O2 membicarakan tentang
[2] 3 2 ▲ jambu yang ada di atas S.
30 Codotna nyatang, S memberi tahu O1 bahwa ✓
codot codot natang codotnya nakal sudah
sutanyah mamamin memakan jambu.
nabu.
[2] 3 [2] 1 / [2] [3] 2 1
[2] 3 [2] 1 ▼
31 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
12 1 ▼ “Udah bobonya di sini aja
yah?” ketika berbaring di luar
rumah.
32 Iyetadana dus ya? S menanyakan kepada O1 ✓
(Yadana bagus ya?) bahwa “Yadana (lagu
1 [2] 3 2 ▲ Yadana) bagus ya?” setelah
bernyanyi sayonara.
33 Uwiin ayah duwu yah. S memberi tahu kepada O1 ✓
(Beliin ayah dulu bahwa lagu Yadana yang
yah.) sebelumnya dinyanyikan,
[2] 3 2 ▼ nanti akan dibelikan oleh
ayah.
34 Dudu. (duduk) S menanggapi pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Mau ngapain, berdiri,
duduk?” ketika S ingin
berpindah posisi.
35 Boboang. (boboan) S berpindah posisi lagi dari ✓
[2] 3 2 ▼ duduk menjadi
boboan/tiduran.
36 Anah? (mana?) S bertanya kepada O1 ketika ✓
32▲ dikatakan bahwa kaki S sudah
panjang.
37 Enda. (enggak) S menolak permintaan O1 ✓
61

[2] 3 2 ▼ ketika disuruh menyanyikan


lagu kodok ngorek.
38 Iyah, ini batu atit nyih. S memberi tahu O1 bahwa ✓
(iya, ini batu akik yang dipegangnya saat itu
nih.) adalah batu akik.
1 2 / [2] 3 [2] 1 ▼
39 Uwat om aip atu S memberi tahu bahwa batu ✓
atitnyah. (buat om aip akik yang dipegangnya itu
batu akiknya) untuk O1.
[2] 3 [2] 3 2 ▼
40 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
121▼ “Batu akiknya buat om aip?”
41 Nya mba ifa anah? S kemudian menanyakan batu ✓
(punya mbak Nifa akik kepunyaannya mana?
mana?) kepada O1.
[2] 3 2 3 2 ▲
42 Nih, puna om aip ni. S memberi tahu batu yang ✓
(Nih, punya om Aip dipilihkan untuk O1.
ini)
2 1 / [2] 3 [2] 1 ▼
43 Anah? (mana?) S bertanya ketika O1 berkata, ✓
21▲ “Tuh mama aa tuh.” Saat S
mencari batu akik di tanah.
44 Ada atu atit iyee. S menjawab pertanyaan ✓
(ada batu akik ye.) mama dede yang diulang oleh
[2] [3] 2 ▼ O1 “Tuh, ngapain ditanya tuh
ngapain?”
45 Atu atit. (batu akik) S memperjelas jawabannya ✓
[2] [3] 2 ▼ ketika ditanya oleh O1 “apaan
sih?”
46 Iyah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
121▼ “Oh batu akik?”
47 Eh dampus. (Eh ada S memberi tahu O1 bahwa ✓
mpus (kucing). ada kucing yang
[2] [3] 2 ▼ mendekatinya.
48 Atut. (takut) S menjawab pertanyaan O1 ✓
21▼ “Ada empus, takut gak?”
ketika melihat kucing di
depannya.
49 Iyah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
21▼ “masuk gapapa?” ketika
melihat kucing ingin masuk
ke rumah.
50 Ifa enda nyampe. (Ifa S diminta oleh O1 untuk ✓
engggak nyampe.) mengambil bola di bawah
[2] 3 [2] ▼ meja.
62

51 Ini yang mana si? S menanyakan kepada O1 ✓


[2] 3 [2] ▲ tentang keberadaan bola yang
ada di bawah meja.
52 Nih. S memberikan bola yang ✓
[2] 1 ▼ sudah diambilnya dari bawah
meja kepada O1.
53 Yan una ifa ana om? S menanyakan kepada O1 ✓
(yang punya Nifa tentang bola miliknya yang
mana om?) ada di bawah meja.
[2] 3 2 ▲
54 Ifa ambiwin dong! S meminta O1 untuk ✓
(Nifa ambilin dong!) mengambil bola miliknya
[2] 3 1 ▼ yang ada di bawah meja.
55 Yan ono yan bilu. S memberi tahu O1 tentang ✓
(Yang sana, yang ciri-ciri bola miliknya yang
biru.) ada di bawah meja.
[2] 3 2 ▼
56 O atung, itu atung. S memberi tahu atung bahwa ✓
[2] 3 // [2] 3 2 ▼ bola miliknya ada di bawah
meja,
57 Atung ifa ambiwin S meminta atung untuk ✓
dong bowa! (Atung mengambilkan bola miliknya
Ifa ambilin dong yang ada di bawah meja.
bola!)
[2] 3 // [2] 3 // 3 2 ▼
58 Tuh. S memberi tahu posisi bola ✓
21▼ miliknya sambil meunjuk ke
arah bola.
59 O olang om aip anah? S menanyakan bola yang tadi ✓
(bola om Aip mana?) diberikan kepada O1.
[2] 3 2 ▲
60 Ini anana yah? (ini S bertanya kepada O1 tentang ✓
anaknya yah?) anak dari bola yang dipegang
[2] 3 2 ▲ olehnya.
61 Itu ibunya yah, ini S bertanya kepada O1 tentang ✓
ibunya yah? ibu dari bola yang ditunjuk
[2] 3 2 // [2] 3 2 ▲ olehnya, karena terlihat lebih
besar dari bola sebelumnya.
62 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
21▼ “yang gede yah?” tentang ibu
dari bola.
63 Ana na bih cing yah? S bertanya kepada O1 tentang ✓
(anaknya lebih kecil ukuran anak bola yang lebih
yah?) kecil dari bola yang satunya.
[2] 3 // [2] 3 2 ▲
64 Matangnyah, nang te S berusaha melarang O1 ✓
63

sono sono! (Makanya, untuk bermain bola di sekitar


jangan ke sana-sana!) meja, khawatir bola akan
[3] 2 / [2] 1 ▼ masuk ke kolong meja.
65 Entang nyabung sono S memberi tahu alasannya ✓
om. (Entar kecebur ke melarang O1 bermain bola di
sana om.) dekat meja.
[2] 3 2 ▼
66 Entang nang nang na S memberi tahu alasannya ✓
teuang. (Entar gak ke melarang O1 bermain bola di
luar.) dekat meja..
[2] / 2 / 2 / 2 3 [2] 1

67 Na te uang entangnah S sekali lagi memberi tahu ✓
ana te sono sono ama alasannya melarang O1
te sono te sono. (Gak bermain bola di dekat meja,
ke luar entarnya ke setelah ditanya oleh O1.
sana sama ke sana.)
[2] 3 2 / [2] 3 2 2 3 2

68 Gitu yah? S sekali lagi memastikan O1 ✓
2 [3] 2 ▲ paham dengan arahannya
terkait dengan bermain bola
dekat meja.
69 Iyah ama-ama yah. S memberikan respon ketika ✓
(iya sama-sama yah.) O1 mengucapkan terima
1 [2] 3 2 ▼ kasih.
70 Ni ifa ni om aip. (ini S memberi tahu yang ini bola ✓
bola HNA, ini bola miliknya dan satu lagi bola
om Aip.) milik O1 yang keduanya
2 [3] 2 3 [2] 1 ▼ sedang ia pegang.
71 Nih! S menyuruh O1 untuk ✓
23▼ memegang bola yang
diberikan S ke O1.
72 Ma ama. S memberikan respon ketika ✓
[2] ▼ O1 mengucapkan terima
kasih.
73 Ita edua dua, ita edua Setelah S memberikan bola ✓
dua. (kita berdua-dua, kepada O1, S senang bisa
kita berdua-dua.) bermain dengan O1.
2 3 [2] / 2 3 [2] ▼
74 Iyah, asik-asik. S senang bisa bermain dengan ✓
21/23232▼ O1 sambil meloncat-loncat.
75 Om aip cuba! (Om aip S meminta O1 untuk mencoba ✓
coba!) melompat seperti yang
[2] / 3 2 ▼ dilakukannya.
76 Ifa ucyah. (Ifa udah.) S memberi tahu kepada O1 ✓
64

[2] 3 2 ▼ bahwa ia sudah melompat.


77 A ifa tinggi. (Ha, ifa S memberi tahu O1 bahwa ia ✓
tinggi.) merasa lebih tinggi setelah
3 [2] 3 2 ▼ melompat.
78 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
21▼ “Ha mba ifa tinggi?” setelah
ia melakukan lompatan.
79 Atu uwa tiga (satu dua S memberikan aba-aba ✓
tiga.) sebelum melompat dengan
[2] 1 / 3 2 ▼ menghitung dari satu sampai
tiga.
80 Owa om aip anah? S menanyakan kepada O1 ✓
(Bola om Aip mana?) terkait bola yang tadi
[2] 3 2 ▲ diberikan S.
81 Nih. S memberikan bola kepada ✓
[2] 1 ▼ O1
82 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Entar ilang yah mbak ifa
yah?”
83 Matangnya jan te sono S kembali melarang O1 untuk ✓
sono, jan te sono, jan memainkan bola di dekat
te sono sono! meja.
(Makanya jangan ke
sana sana, jangan ke
sana-sana!)
[2] / 1 [2] 1 [2] 1 ▼
84 Yah? S memastikan O1 paham ✓
21▲ dengan larangannya tersebut.
85 Yan baik S memberi tahu O1 untuk ✓
mainangnyah. bermain bola dengan lebih
2 3 [2] 3 2 ▼ baik.
86 Yan baik S menjawab setelah ditanya ✓
mainangnyah. kembali oleh O1 “Apa?”
[2] 1 [2] 3 2 ▼ untuk memastikan kembali
kalimat yang dituturkan oleh
S.
87 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Yang baik mainannya?”
88 Dede mana yah? S menanyakan kepada O1 ✓
[2] 3 2 3 2 ▲ tentang keberadaan dedenya
(boneka).
89 Dedena manah? S menanyakan kembali ✓
[2] 3 2 ▲ kepada O1 tentang
keberadaan dedenya (boneka).
90 De ifa. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Dedenya siapa?”
65

91 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓


21▼ “Dede Nifa?”
92 Si En, si End. (Si S menjawab pertanyaan O1 ✓
Hendi) “Dede nifa atau si Hendi?”
[2] / 2 1 ▼
93 Pongo. S memilih Pongo dari ✓
[2] 1 ▼ pertanyaan O1 “Hendi atau
pongo?”
94 Ewincina agi O1 kemballi memberikan ✓
dijemuw. (Kelincinya pilihan dalam sebuah
lagi dijemur.) pertanyaan “Pongo atau
[2] 1 / 2 3 [2] 1 ▼ kelinci?”
95 Dijemuw. (dijemur.) S memberi tahu O1 bahwa ✓
[2] 1 ▼ boneka kelincinya sedang
dijemur.
96 Jemuw. (jemur.) S menegaskan kembali bahwa ✓
[2] 1 ▼ boneka kelincinya sedang
dijemur.
97 Mandi yah? S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 2 ▲ “Tadi abis ngapain (boneka
kelincinya)?” S menjawab
sekaligus memastikannya
kepada O1.
98 Endak. (enggak.) S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 [2] 1 ▼ “Dikeramasin gak (kepala
boneka kelincinya)?”
99 Om Aip ya? S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 2 ▲ “Emang siapa yang mandiin
(boneka kelincinya)?” S
menjawab sekaligus
memastikannya kepada O1.
100 Tu nanain mamam S menanyakan kepada O1 ✓
yah? tentang yang nanyain makan.
(Itu nanyain makan Belum terdeteksi siapanya
yah?) yang menanyakan makan.
[2] 3 2 ▲
101 No na au nanain S menanyakan kembali ✓
mamam yah? (Ongo kepada O1 tentang Pongo
gak mau nanyain yang gak mau menanyakan
makan yah?) makan.
[2] 3 // [2] 3 2 ▲
102 Iyah. 2 1 ▼ S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
“Gak mau ngasih makan?”
103 Dantian yah. (Gantian S memberi tahu O1 bahwa ✓
yah.) main bolanya bergantian,
[2] 3 2 ▼ sambil memegang kedua bola
66

itu.
104 Om Aip yan ini yah. S memberikan salah satu bola ✓
(Om Aip yang ini yang dipegangnya kepada O1.
yah.)
[2] 3 1 ▼
105 Emping. (Pink) S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Warna apa ini?” dari bola
yang diberikan kepada O1.
106 Iiii unu. (Ungu) S menjawab kembali ✓
[2] 3 2 ▼ pertanyaan O1 “Bukan dong,
warna?” dari bola yang
diberikan kepada O1.
107 Wo (Ru/biru) S memberi tahu jawaban ✓
231▼ sebenarnya yaitu biru, setelah
S dipancing dengan jawaban
bi ...
108 Aduh datoh agi. S memberi tahu bahwa ✓
(Aduh jatuh lagi.) bolanya terjatuh dari
[2] // [2] 1 ▼ pegangan.
109 Ni ni Ifa ndak jat toh. S memberi tahu bola di ✓
(Nih, Ifa gak jatuh.) tangannya tidak lagi terjatuh.
[2] 3 [2] 3 2 ▼
110 E Ifa duda jatoh S mengikuti O1 yang ✓
[2] 3 2 // [2] 3 2 ▼ menjatuhkan bola dari
pegangannya.
111 Ifa ndak jatoh. S memberi tahu bola di ✓
[2] 3 2 ▼ tangannya sudah seimbang
dan tidak lagi terjatuh.
112 Datoh temuah, mba S memberi tahu bahwa bola ✓
Ifa datoh om aip yang sedang dimainkan
datoh. dengan O1 jatuh semua.
[2] 3 // [2] 3 [2] 3 2 ▼
113 Aip da adi mau poto S menutupi muka setelah ✓
Ifa. (Om Aip dari tadi menganggap O1 memfoto
mau foto Ifa.) dirinya.
[2] 3 [2] 3 2 ▼
114 Nih! S memberikan bola kepada ✓
232▼ O1 untuk kembali dimainkan.
115 Iyah. 2 3 ▼ S mengiyakan ucapan terima ✓
kasih O1 setelah S mengambil
dan memberikan bola ke O1.
116 Agi yuk! (lagi yuk!) S mengajak O1 untuk kembali ✓
[2] 3 ▼ memainkan bola.
117 Cape. S memberi tahu O1 bahwa ia ✓
[2] 3 2 ▼ cape sehabis bermain.
118 Yuk! S mengajak O1 untuk ✓
67

23▼ beristirahat sebab kecapekan.


119 Iyah. 2 3 ▼ S mengiyakan ucapan O1 ✓
untuk menaruh bola yang tadi
dimainkan S dan O1.
120 Ifa tape semuanah. S memberi tahu O1 bahwa ia ✓
(HNA cape sedang kecapekan setelah
semuanya.) bermain.
[2] 3 [2] 3 2 ▼
121 Om Imam. S memanggil Om Imam. ✓
[2] 3 2 ▼
122 Om Aip. S salah mengucapkan nama ✓
[2] 3 2 ▼ dan membenarkan ucapannya
setelah ditanya O1, “Eh kok
om Imam, ini siapa?”.
123 Mba Nifa maap om, S meminta maaf karena ✓
maap. kesalahan ucapannya kepada
[2] 3 2 1 // 2 3 2 ▼ O1.
124 Maap. S mengulang ucapan maafnya ✓
232▼ kepada O1.
125 Nang om Aip. S memberi tahu bahwa ia ✓
(keponakan om Aip) adalah keponakan O1 (Om).
[2] 3 2 ▼
126 Bu. (ibu) S memberi tahu bahwa ia ✓
21▼ adalah anaknya Ibu.
127 Ti. (uti) S memberi tahu bahwa ia ✓
[2] ▼ adalah cucu mbah Uti.
128 Tung. (atung) S memberi tahu bahwa ia ✓
23▼ adalah cucunya mbah atung.
129 Ini udah tada tubow. S memberi tahu O1 bahwa ✓
(Ini udah pada jebol.) bola yang dipegangnya sudah
[2] 3 2 // 2 3 2 ▼ jebol.
130 Udah tada tebow. S mengulang kembali ✓
[2] 3 2 ▼ informasi bola yang jebol
tersebut.
131 Jebong nih. S memberi tahu O1 bola yang ✓
[2] 3 2 ▼ jebol itu sambil menunjukkan
bola yang sedang
dipegangnya.
132 Ya. 2 3 ▼ S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
“Jebol?”
133 Dapapa yah? S menanyakan kondisi bola ✓
[2] 3 2 ▲ yang dipegangnya itu tidak
masalah untuk dimainkan
apabila jebol.
134 Inih! 3 2 ▼ S memberikan bola kepada ✓
68

O1.
135 Bebeknah mau mandi. Setelah S melihat boneka ✓
[2] 3 // 2 3 2 ▼ bebek di dekat kamar mandi,
ia pun beranggapan bahwa
bebeknya mau mandi.
136 Mau mandi tu yah? S menanyakan kembali ✓
[2] 3 2 ▲ kepada O1 bahwa bebeknya
mau mandi.
137 Noh. S memberi tahu lokasi bebek ✓
32▼ kepada O1 sambil
menunjuknya.
138 Mau mandi tayanyah. S memberi tahu O1 bahwa ✓
[2] 3 2 sepertinya bebek mau mandi.
139 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
23▼ “Mau mandi kayak kelinci?”
140 Ifa. S menjawab pertanyaan O1 ✓
23▼ “Siapa yang mandiin?”
141 Iyah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
23▼ “Ifa aja?” terkait memandikan
bebek.
142 Iyah. S mengiyakan ucapan O1 ✓
23▼ untuk memandikan bebek di
sore hari.
143 Ain ladi yuk! (main S mengajak O1 untuk ✓
lagi yuk!) [2] 3 2 ▼ bermain bola lagi
bawah bersamanya.
144 Doyang doyang, S menggoyangkan bola ✓
doyang. (goyang setelah melihat O1
goyang, goyang) menggoyangkan bolanya
2 3 2 3 // 2 3 ▼ terlebih dahulu.
bawah
145 Nifa itut-itut ah. S ikut berpindah tempat ✓
[2] // [2] 3 ▼ bawah ketika O1 berpindah tempat.
146 Tena (kena.) S memberi tahu O1 ada ✓
21▼ bagian yang terkena ketika
bermain.
147 Tena inih. (Kena ini.) S memberi tahu O1 sambil ✓
[2] 3 2 ▼ memegangi dagunya.
148 Inih. S memberi tahu bagian yang ✓
21▼ terkena O1 ketika bermain.
149 Tena om Aip. (kena S menjelaskan bahwa ia ✓
om Aip.) terkena sesuatu ketika
[2] 3 2 ▼ bermain dengan O1.
150 Bowanah. (bolanya) S menjelaskan bahwa ia ✓
232▼ terkena bola ketika bermain
69

dengan O1.
151 Adi yuk! (Lagi yuk!) S kembali mengajak O1 untuk ✓
[2] 3 ▼ bermain bola dengannya.
152 Ifa uda beldili ah. (Ifa S mengikuti ketika O1 tiba- ✓
juga berdiri ah.) tiba memainkan bola sambil
[2] 3 2 ▼ berdiri.
153 Tape. S mengikuti ucapan O1 ketika ✓
21▼ merasakan capek.
154 Ifa boboang ah. S kembali megikuti ucapan ✓
[2] 3 2 ▼ O1 diikuti gerakan tiduran di
lantai.
155 Dudu yuk! S mengajak O1 untuk duduk ✓
[2] 3 ▼ (tidak hanya tiduran di lantai).
156 Ifa ambiwin dudu om S memberi tahu O1 sambil ✓
Aip ya. (HNA ambilin mengambil tempat duduk
tempat duduk om Aip yang ada di bawah kursi.
yah.)
[2] 3 ▼
157 Om Aip duduk di sini. S memberi tahu O1 supaya ✓
[2] 3 2 ▼ duduk di tempat yang sudah
disediakan.
158 Ifa dudu di sini yah. S memberi tahu O1 tentang ✓
[2] 3 2 ▼ tempat duduk untuk dirinya.
159 Ambiwin dong Ifa! S meminta O1 untuk ✓
[2] [3] 2 ▼ mengambilkan tempat duduk
yang letaknya jauh di bawah
kursi.
160 Itu. S menunjuk letak tempat ✓
32▼ duduk yang memang berada
jauh di dalam kursi.
161 Ono. S menunjukkan letak tempat ✓
21▼ duduknya kepada O1.
162 Ono om. S kembali menunjukkan letak ✓
[2] 3 2 ▼ tempat duduk dengan sedikit
memaksa O1.
163 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
232▼ “Ono?”
164 Ambiwin om! S meminta O1 untuk ✓
[2] 3 2 ▼ mengambilkan tempat
duduknya.
165 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
232▼ “Mbak Ifa gak nyampee?”
166 Ifa dudu sini yah? S bertanya sambil menarik ✓
[2] 3 2 ▲ tempat duduk yang baru saja
diambilkan oleh O1.
70

167 Apa yah, nanyi apa S bertanya kepada O1 nyanyi ✓


yah? apalagi setelah lagu balonku.
2 3 [2] // [2] 3 2 ▲
168 Yuk! S menyetujui permintaan O1 ✓
21▼ untuk menyanyikan lagu
“Naik naik yuk!”
169 Hendina mana yah? S menanyakan keberadaan ✓
(Hendinya mana yah?) Hendi setelah diminta untuk
[2] 3 2 ▲ bernyanyi naik-naik ke
puncak ..
170 Hendinya mana yah? S kembali menanyakan ✓
(Hendinya mana yah?) keberadaan Hendi kepada O1.
[2] 3 2 ▲
171 Iyah. S mengiyakan ucapan O1 ✓
21▼ untuk menaruh tempat
duduknya.
172 Yuk cali Hendi yuk! S meminta O1 untuk mencari ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ Hendi bersamanya.
173 Ada teweta. S memberi tahu ada kereta ✓
(Ada kereta.) dari buah jeruk yang
2 // [2] 3 2 ▼ disejajarkan.
174 Yah. S sedih setelah kereta ✓
[2] 1 ▼ jeruknya hancur ditendang
Pongo yang sedang
dimainkan oleh O1.
175 Mau nyang mana? S bertanya kepada Pongo mau ✓
[2] [3] 2 ▲ jeruk yang mana?
176 Nyang ni. (Yang ini.) S memberikan jeruk yang ✓
[2] 3 ▼ telah dipilihnya dan diberikan
kepada Pongo.
177 Pongo dipoto. (difoto) S memberi tahu bahwa Pongo ✓
2 3 2 / [2] ▼ dipoto setelah melihat
kamera.
178 Pongo. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Siapa yang dipoto?”
179 Matasih. S berterima kasih setelah ✓
2 3 [2] ▼ Pongo membantunya
merapikan kereta.
180 Endak yah? S merespon ucapan O3 ✓
232▲ “Pongo jangan ditendang lagi
ya!”
181 Udah. S merespon ucapan O1 yang ✓
21▼ meminta S untuk segera
menyelesaikan kereta
jeruknya.
182 Apa? S bertanya setelah O1 ✓
71

21▲ memanggilnya, “mbak Nifa.”


183 Yu kita nyanyi! S mengajak Pongo untuk ✓
[2] 3 2 ▼ bernyanyi bersamanya.
184 Janan! (Jangan!) S melarang Pongo untuk ✓
[2] 3 2 ▼ menendang kereta jeruknya.
185 Edang, nih! (Pegang, S meminta Pongo untuk ✓
nih!) memegang jeruk yang
2 [3] 2 ▼ diberikan kepadanya.
186 Iyah. S mengiyakan ucapan O1 ✓
231▼ “Nah ini, pegang aja deh.”
(Jeruknya)
187 Mama. (Sama-sama.) S merespon ucapan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Makasih.” setelah menaruh
jeruk di tangan Pongo.
188 Nih. S menaruh kembali jeruk ✓
21▼ yang terjatuh dari tangan
Pongo.
189 Nih! S meminta Pongo untuk ✓
21▼ memegangi jeruk yang
berkali-kali terjatuh.
190 Euh Pongo bobo. S melihat Pongo yang sedang ✓
1 2 / [2] 3 2 ▼ rebahan dan S mengikutinya.
191 Wabismita amut, S melanjutkan doa sebelum ✓
aamiin. Gitu. tidur setelah dipandu oleh O2.
[2] / 2 [3] 2 ▼
192 Iyah. S merespon pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Gitu, iyah?” tentang doa
sebelum tidur.
193 Bobo. S mengikuti Pongo yang juga ✓
[2] 1 ▼ terbaring di ubin.
194 Sosis. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Apa itu?”.
195 Diabising. (Diabisin.) S memberi tahu bahwa sosis ✓
2 [3] 2 ▼ yang dipegang akan
dihabiskan.
196 Gamah (gak mau.) S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 3 [1] ▼ “Mana oreonya om Arip
mau?”
197 Satu. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Emang masih berapa
(oreonya)?”.
198 Iya. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Cuma satu doang?”
199 Buat Nifa aaah. S memberi tahu bahwa oreo ✓
[2] [3] 2▼ tersebut untuk S seorang.
72

200 Enda. (enggak) S menolak untuk membagi ✓


1 [2] 1 ▼ oreonya dengan O1.
201 Aaaahhhh, mau S melaporkan kepada ibu ✓
diminta bu. bahwa oreo yang dipegangnya
[2] / [2] 3 2 ▼ mau diminta oleh O1.
202 Om Aip sosis adah. S memberi tahu bahwa O1 ✓
(Om Aip sosis aja.) akan diberi sosis, bukan oreo.
[2] 3 2 ▼
203 Entang sama-sama ya! S meminta O1 untuk makan ✓
(Entar sama-sama ya!) sosis bersama dengannya.
[2] 3 2 ▼
204 Abis. S memberi tahu kepada O1 ✓
[2] 1 ▼ bahwa oreonya sudah habis.
205 Iyah. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
231▼ “Udah mandi yah?”
206 Ada Ifanah. (Ada S tiba-tiba mengucapkan ✓
HNAnya.) “Ada Ifanah” setelah melihat
[2] 3 2 ▼ kamera.
207 Baju Ifa tede, celana S memberi tahu bahwa baju ✓
Ifa tede. dan celana yang dipakainya
[2] 3 2 / [2] 3 2 ▼ besar.
208 Iya. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
232▼ “Baju baru ya?”
209 Celana om Aip S memberi tahu bahwa celana ✓
cecing. yang dipakai O1 kecil.
[2] 3 2 / 2 3 2 ▼
210 Celana om Aip S mengulang ucapannya ✓
kecying. terkait celana yang dipakai
[2] 3 2 / 2 3 2 ▼ O1 kecil.
211 Enda. S menolak untuk membelikan ✓
2 [3] 2 ▼ O1 celana baru.
212 Adu siyapa is yan S bertanya kepada O1 tentang ✓
ooao? (Lagu siapa sih lagu dengan lirik OOAO.
yang ooao?)
[2] 1 / [2] 1 ▲
213 Abis abis oweona S memberi tahu bahwa Oreo ✓
abis. (Habis habis, yang dimakannya sudah
Oreonya habis.) habis.
[2] 3 [2] ▼
214 Oweona abis. S kembali memberi tahu ✓
[2] 3 2 / 2 3 [2] 1 ▼ bahwa Oreo yang dimakannya
sudah habis.
215 Es klim. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Makan apa?”
216 Emang ada di situ? S menanyakan lagu kepada ✓
73

[2] 3 [2] 3 2 ▲ O1 sambil menunjuk ke arah


gawai.
217 La kenapa nyanyi? S bertanya kepada O1, jika ✓
(Lah kenapa nyanyi?) lagunya tidak ada di gawai
[2] / [2] 3 2 ▲ lalu kenapa nyanyi?
218 Pa? (Apa?) S bertanya setelah O1 bilang ✓
21▲ “Salah (liriknya).”
219 Mau ke ayah, mau ke S bertanya setelah O2 bilang ✓
ayah? “Mau di rumah apa mau
[2] 3 2 / [2] 3 2 ▲ ikut?”
220 Dia mau ikutan. S menonton TV dan melihat ✓
[2] 3 2 ▼ Sopo mau ikut menari dengan
Cheribelle.
221 Jatoh. S melihat Sopo terjatuh ✓
[2] 1 ▼ setelah mengikuti tarian
Cheribelle.
222 Sopo. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Siapanya jatoh?”
223 Om Aip mau ditato S bertanya kepada O1 mau ✓
gak? Chitato setelah mendengar
(Om Aip mau Citato iklan Cheetos di TV.
gak?)
[2] / [2] 3 2 ▲
224 Mau ditato? (Mau S mengulang pertanyaannya ✓
Chitato?) setelah ditanya “Apa?” oleh
[2] 3 2 ▲ O1.
225 Iya, nanti yah. S mengiyakan jawaban O1 ✓
2 1 / [2] 1 ▼ “Mau” dan memberi tahu O1
beli Chitatonya nanti.
226 Ental kalau aku ke S memberi tahu bahwa ✓
Alpa, beliin citato. dirinya akan ke Alfa dan
(Entar kalau aku ke membelikan Chitato.
Alfa, beliin Chitato.)
[2] 3 2 / [2] 1 ▼
227 Jalwo, butan Cici. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 1 / [2] 1 2 1 ▼ “Siapa dek?”
228 Tapi tahu gak Cici S bertanya kepada O1 tentang ✓
temennya aku, yang Cici, boneka kepunyaannya.
cewek?
[2] 1 [2] 3 2 / [2] 1 ▲
229 Fela wan cewek, S memberi tahu O1 bahwa ✓
Jalwo cowok. (Fera Fera cewek, sedangkan Jarwo
kan cewek, Jarwo cowok.
cowok)
[2] 3 2 / 2 3 2 3 2 ▼
230 Kesangkut. S menjawab pertanyaan O1 ✓
74

23/32▼ “Jetnya kenapa dek?”


231 Kesangkut. S mengulangi jawabannya ✓
2 [3] 2 ▼ karena tidak terdengar oleh
O1.
232 Tomang. (Kendang) S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Mbak Nifa main apa si itu?”
Jumlah 162 44 26

Tabel Lampiran 2.2


(Umur 3 – 4 Tahun)
Mulai tanggal 11 Mei 2016 sampai tanggal 9 April 2017
Jenis Kalimat
No. Tuturan Konteks
D In Im
1 Coklat S menjawab pertanyaan O1 ✓
121▼ “Apa itu?” yang dipegang S.
2 Coklat S mengulang kembali ✓
121▼ ucapannya setelah O1 tidak
mendengarnya.
3 Bole. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Boleh emang om Arip?”
4 Bole. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Abisin boleh?”
5 Nah! S memberikan cokelat yang ✓
21▼ dipegangnya kepada O4.
6 Sayang atung. S memberi tahu bahwa ✓
[2] 3 2 3 2 ▼ dirinya menyayangi O4
(kakeknya).
7 Sayang om Aip. S memberi tahu bahwa ✓
[2] 3 2 3 2 ▼ dirinya menyayangi O1
(omnya).
8 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4 ✓
“Nih atung semua?”
9 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4 ✓
“Mbak udah?”
10 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4 ✓
“Abisin atung?”
11 Om manah? S bertanya kepada O1 setelah ✓
[2] 3 2 ▲ melihat gawai.
12 Foto uang taun S bertanya kepada O1 “Di ✓
manah? mana foto ulang tahunnya?”
[2] 3 2 3 2 ▲
13 Iya, situ. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 / 2 3 2 ▼ “Ulang tahunnya di mana?”
75

14 Iya. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓


21▼ “Di situ?”
15 Situ. S memberi tahu fotonya ada ✓
2 [3] 2 ▼ di kamera gawai milik O1.
16 Sini. S menjawab pertanyaan O1 ✓
121▼ “Di mana si?”
17 Iya. S mengiyakan pertanyaan O1 ✓
21▼ “Di sini?”
18 Coba manah? S bertanya karena ingin ✓
[2] 3 2 ▲ melihat hasil nyanyiannya.
19 Sama siapa? S bertanya setelah O1 ✓
[2] 3 2 ▲ menjawab “Lagi divideoin.”
20 Dadah kak Los. S tidak mau bernyanyi lalu ✓
[2] 3 [2] 3 2 ▼ melambaikan tangan.
21 Abis mbak om Aip S memberi tahu Om yang ✓
mainan ya. mendapat giliran bermain.
[2] 1 2 1 [2] 3 2 ▼
22 Gantian om Aip, S memberi tahu supaya ✓
mainan. bergantian main dengannya.
[2] 3 2 / [2] 1 ▼
23 Gantian om Aip S kembali memberi tahu ✓
mainan. supaya bergantian main
[2] 3 [2] [3] 1 ▼ dengannya.
24 Katanya gak punya? S menanyakan permainan ✓
[2] 3 [2] 1 ▲ yang tidak ada di gawai O1.
25 Main motol-motolan. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 1 / [2] 3 2 ▼ “Nonton apa sih serius
banget?”
26 Ih malu, nanti keliatan S memberi Sophie agar ✓
owlang. menutupi perutnya.
2 1 / [2] 1 // 2 3 [2] 3
2▼
27 Mbak cantik. S memberi tahu dirinya cantik ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ setelah memakai baju baru.
28 Ibu ini miki mos? S menanyakan gambar di baju ✓
2 3 [2] 1 ▲ yang dikenakannya.
29 Mini mos aku, minyi S memberi tahu gambar di ✓
mos aku. bajunya adalah mini mos.
[3] [2] / [2] 1 2 1 ▼
30 Besoknye kalo gak S memberi tahu O1 sambil ✓
kelamas, esoknya lagi bernyanyi.
abis kelamas.
2 3 [2] 3 2 [1] [2] 1 /
[2] 3 [2] ▼
31 Dali mbah uti Jawa. S menjawab pertanyaan O1, ✓
76

[2] 3 2 ▼ “Dari siapa baju barunya?”


32 Bagus. S menjawab pertanyaan O1, ✓
2 [3] 2 ▼ “bagus tak?”
33 Tcih. (putih) S menjawab pertanyaan O1, ✓
23▼ “Warna apa?”
34 Om jalan-jalan! S memberi tahu kepada O1 ✓
[2] [3] 2 ▼ bahwa dirinya mau jalan-
jalan.
35 Om Aip jalan-jalan S sebenarnya ingin mengajak ✓
om Aip! O1 berjalan-jalan.
2 3 2 / [2] 3 2 ▼
36 Yok om Aip! S meminta O1 untuk segera ✓
2 3 / [2] 3 2 ▼ jalan-jalan.
37 Owionya abis. S bernyanyi setelah diminta ✓
[2] [3] 2 ▼ bernyanyi oleh O1.
38 Ini ada bunga. S memberi tahu kepada O1 ✓
[2] 3 2 ▼ ada bunga di tempat
bermainnya.
39 Unga tuh. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 [1] 2 [1] ▼ “Ngambil apa itu?”
40 Isa kan? S memastikan kepada O1 ✓
1 [2] 1 ▲ bahwa dirinya bisa
menyebrangi gorong-gorong.
41 Tuh mbak yang itu S memberi tahu bahwa ✓
bisa. dirinya bisa menyebrangi
[2] 3 2 ▼ gorong-gorong sambil
menunjuk ke arah gorong-
gorong yang dimaksud.
42 Ayo! S mengajak O1 untuk ✓
23▼ berpindah tempat.
43 Ih, paku. S memberi tahu bahwa ada ✓
2 1 / 2 [3] 2 ▼ paku di jalan setapak di atas
gorong-gorong.
44 Situ aja lah. Setelah melihat paku, S pun ✓
[2] 3 2 ▼ memilih jalan setapak
lainnya.
45 Ih tempat kubulan. S melihat segundukan tanah ✓
[2] 3 2 ▼ di sekitar tempatnya bermain
dan memberi tahu tanah itu
kuburan.
46 Itu tempat kubulan. S mengulang kembali ✓
[2] 3 2 ▼ informasi sebelumnya.
47 Jangan, jangan, eh S melarang O1 supaya tidak ✓
jangan! menjatuhkan dirinya ke dalam
2 1 [2] 1 ▼ gorong-gorong.
77

48 Yiat mbu! S meminta ibu untuk melihat ✓


[2] 3 2 ▼ goyangannya.
49 Mbak seneng kotek S memberi tahu bahwa ✓
kotek. dirinya menyukai tarian
[1] [2] [3] 2 ▼ tekotek.
50 Om Aip mbak seneng S memberi tahu O1 bahwa ✓
goyang bebek. dirinya menyukai goyang
[2] 3 [2] 1 ▼ tekotek.
51 Ga tahu. S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 [2] 1 ▼ “Nonton apa sih mba?”
52 Tumben Sifa enggak S memberi tahu O1 bahwa ✓
ada. film Sifa tidak ada.
[2] 3 2 ▼
53 Film kaltun lah. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 [2] 1 ▼ “Sifa emang film apa?”

54 Bewuang dikasih S memberi tahu bahwa ✓


bedak ah. dirinya ingin membedaki
[2] 1 ▼ boneka beruang.
55 Enggak, biyar wangi. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 2 ▼ “Emang biar bau?”
56 Biar wangi. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 1 ▼ “Biar apa?”
57 Kenapah? S merespon tuturan O1 “Nanti ✓
121▲ yang terakhir mbak yah!”
58 Kata ibu kok wangi S bertanya seolah menjadi ibu ✓
anak ibu? yang menanyakan aroma
[2] [3] 2 ▲ wangi dari tubuh anaknya.
59 Gantian Hendi, mana S menanyakan keberadaan ✓
ya? Hendi untuk dibedaki.
[2] 3 / [2] 1 ▲
60 Tu diya. S menemukan hendi. ✓
232▼
61 Wangi. S memberi tahu bedak yang ✓
132▼ dipakainya wangi setelah
menghirupnya.
62 Dah, Mbak kan dah S memberi tahu bahwa ✓
gede, banyak. dirinya sudah besar makanya
2 1 / [2] 3 [2] 1 ▼ membutuhkan banyak bedak.
63 Tadi ada bayi bebek S bertanya setelah melihat ✓
ya? iklan di televisi.
[1] 2 3 2 ▲
64 Om Aip mbak mau S memberi tahu bahwa ✓
jawan-jawan. dirinya mau jalan-jalan
[2] 3 [2] 1 ▼ terlebih dahulu.
78

65 Nanti kembali lagi. S memberi tahu bahwa ✓


[2] 1 ▼ dirinya akan kembali lagi.
66 Foto! S meminta O1 untuk ✓
2 [3] 2 ▼ memotret Sophie (adik dari S)
67 Gak usah pake siyou- S meminta O1 supaya tidak ✓
silaw om! memakai flash kamera.
[2] 1 ▼
68 Mana, mana? S merespon pertanyaan dari ✓
3 [2] 1 ▲ O1 “Eh siapa itu?”
69 Ibu. S memanggil ibu. ✓
2 [3] 2 ▼
70 Yuk pasal malam! S mengajak Ibunya untuk ✓
3 [2] 3 ▼ pergi ke pasar malam.
71 Dah. S memberi tahu bahwa ✓
32▼ dirinya sudah selesai
menyanyikan lagu anak soleh.
72 Mana? S ingin melihat video ✓
21/32▲ nyanyiannya tersebut.
73 Maju! S menyuruh Sofi untuk maju. ✓
23▼
74 Mbak buka biskuit. S memberi tahu dirinya ✓
2 3 [2] ▼ membuka biskuit.
75 Gambal Sofi ko S bertanya setelah menutup ✓
iwlang kata Sofi? kamera gawai yang sedang
[2] 1 ▲ menyorot ke arah Sofi.
76 Apah? S merespon pertanyaan O3 ✓
121▲ “Mbak Han tahu gak ini apa?”
77 Piw, telimakasih S berterima kasih setelah ✓
dibeliin piw. dibelikan buah pir.
[2] 1 / 3 [2] 1 ▼
78 Sayang ibu. S menyatakan perasaanya ✓
2 3 [2] 1 ▼ kepada O3.
79 Terimakasih ayah. S berterima kasih kepada O6. ✓
3 [2] 3 [2] 1 ▼
80 Mutel-mutel yuk! S mengajak O1 untuk muter- ✓
[2] 3 ▼ muter perumahan.
81 Tapi, ada item di sini. S memberi tahu bahwa masih ✓
2 3 / [2] 1 ▼ ada motor di dalam rumah,
sehingga ia tidak bisa keluar.
82 Minum! S meminta O1 untuk ✓
232▼ mengambilkan minum.
83 Udah. S memberi tahu O3 bahwa S ✓
232▼ telah selesai makan.
84 Belapa suap? S bertanya kepada O1 tentang ✓
2 [3] 2 1 ▼ jumlah suapannya.
79

85 Belapah? S kembali bertanya jumlah ✓


2 [3] 2 # suapannya.
86 Sopi senep, mba S mencoba menghibur Sophie ✓
ikutan senyeng. dengan tertawa.
2 3 [2] 1 / 1 [2] 3 2 ▼
87 Itu apaan si om? S bertanya soal kamera yang ✓
1 [2] 3 2 ▲ diarahkan ke Sophie.
88 Om Aip liat. S memberi tahu O1 bola yang ✓
2 3 [2] 1 ▼ dimasukkan ke dalam baju S.
89 Liat! S meninggikan suaranya ✓
2 [3] 2 ▼ karena O1 tidak merespon.
90 Tuh, bola gelinding. S memberi tahu O1 bahwa ✓
2 1 / [2] [3] 2 ▼ bolanya menggelinding dari
dalam bajunya
91 Duh cape. S memberi tahu bahwa ✓
1 [2] 3 2 1 ▼ dirinya cape setelah diminta
untuk merangkak oleh O1.
92 Sakit. S bercanda dengan adiknya ✓
2 [3] 2 ▼ dan berpura-pura kesakitan.
93 Banting! S menyuruh adiknya ✓
3 [2] 1 ▼ membanting remote.
94 Banting! S kembali menyuruh adiknya ✓
3 [2] 1 ▼ membanting remote.
95 Ni de celana kamu. S memberi tahu adiknya ✓
2 [3] [2] 3 2 1 ▼ setelah melihat celana dalam
di dekatnya.
96 Nggak. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Ngelipetin baju bu?”
97 Selfi. S mengambil gawai dari O1 ✓
232▼ dan ingin selfi.
98 Ya itu mah gambal S mengambil gawai dan ✓
om aip. ternyata videonya menyorot
[2] 3 [2] [3] 2 ▼ ke arah O1.
99 Mbak dapet, foto-foto Setelah merebut kembali ✓
ah. gawai O1, S berniat untuk
2 3 [2] 1 / [2] 1 ▼ foto-foto.
100 Belentiin dulu! O1 merebut kembali ✓
2 3 [2] 1 ▼ gawainya dan S meminta O1
untuk berhenti merekam.
Jumlah 65 18 17
80

Tabel Lampiran 2.3


(Umur 4 – 5 Tahun)
Mulai tanggal 24 Mei 2017 sampai tanggal 7 Mei 2018
Jenis Kalimat
No. Tuturan Konteks
D In Im
1 Esti. S merespon pertanyaan O1 ✓
32▼ “Mbak minum apa sih?”
2 Esti botol segini mbak S memberi tahu O1 seberapa ✓
abisin. banyak teh yang dapat
[2] 1 2 3 2 ▼ dihabiskannnya.
3 Kan dali kemalin. S memberi tahu waktu untuk ✓
1 [2] 1 ▼ menghabiskan teh tersebut.
4 Aku menang. S menggelindingkan botol ✓
2 [3] 2 ▼ dan memberi tahu
kemenangannya.
5 Tangkep ayo bu S menyuruh untuk ✓
gulunya! menangkap ibu gurunya.
2 [3] [2] 1 ▼
6 Tangkep! S menegaskan kembali ✓
23▼ perintahnya.
7 Tangkep semua S memerintah kembali hal apa ✓
pelmen punya bu yang harus ditangkap dari ibu
gulu! guru.
2 3 [2] 1 ▼
8 Aku menang. S kembali mendeklarasikan ✓
[2] [3] 2 ▼ kemenangannya.
9 Rautan manah? S menanyakan keberadaan ✓
[2] 3 2 ▲ rautan atau serutan pensil.
10 Om, gak bisa. S tidak bisa menyerut ✓
2 3 [2] 1 ▼ pensilnya.
11 Bisa, bisa. S merespon pertanyaan O1 ✓
21/21▼ “Bisa gak nyerutnya?”
12 Owang ib, owang S memberi tahu alasannya ✓
biaw om aip tahu. mengganti-ganti lagu yang
(Orang biar Om tahu) sedang dinyanyikan.
[2] 1 / [2] 3 [2] 1 ▼
13 Uda gapapa cowet- S membiarkan Sofi mencoret- ✓
cowet. coret buku tulisnya.
2 3 [2] ▼
14 Mba ga mau sekolah S merajuk setelah bukunya ✓
lagi gapapa cowet- dicoret-coret Sofi.
cowet aja.
3 [2] [3] 2 ▼
15 Siapa yang ngelalang? S menanyakan larangan ✓
81

(Siapa yang mencoret-coret bukunya.


melarang?)
2 3 [2] ▲
16 Siapa yang ngelalang S kembali menanyakan ✓
dede ngacak kan? larangan mencoret-coret
2 3 [2] 3 2 ▲ bukunya.
17 Capa yang ngelalang S menanyakan larangan Sofi ✓
belajaw? (Siapa yang untuk belajar.
melarang belajar?)
2 [3] [2] 1 ▲
18 Duh lautin dong! S meminta supaya pensilnya ✓
2 3 [2] 3 ▼ diraut.
19 Tangan mbak gak S memberi tahu alasan ✓
tahan banget. meminta pensilnya diraut
[2] 1 ▼ karena tangannya capek.
20 Gak tahan banget, S memberi tahu kembali ✓
mau patah. terkait tangannya yang seakan
[2] 1 [2] 3 2 ▼ patah sehabis meraut pensil.
21 Ayah sewamat jawan. S memberi tahu O6 untuk ✓
2 3 [2] [3] 2 ▼ mengganti lagunya.
22 Selamat jalan! S menyuruh O6 untuk ✓
[2] 3 ▼ mengganti lagunya.
23 Bingung, bingung S memberi tahu ✓
nama-namanya. kebingungannya setelah O1
2 [3] 2 / 2 3 [2] 1 ▼ meminta dikenalkan dengan
boneka-boneka tangannya.
24 Udah lama mba ga, S memberikan alasan akan ✓
uda lama mba gak, kebingungannya atas nama
ketemu. dari boneka-bonekanya.
[2] 3 2 // [2] 3 2 / 3
[2] 1 ▼
25 Nyampe lambut mba S memberi tahu bahwa ✓
gatak. rambutnya gatal.
[1] [2] 3 ▼
26 Bum pada kelamas ya S menanyakan kepada ✓
de? (Belum pada adiknya yang belum keramas
keramas ya de?) juga.
1 [2] 3 2 ▲
27 Bu tadi dede juga S memastikan kembali ✓
beum kelamas? dengan bertanya langsung
1 [2] 3 [2] 1 ▲ kepada ibunya.
28 Iya, jangan nangis ya S bertanya kepada ibunya ✓
mbu? ketika membicarakan tentang
1 2 / [2] 3 2 ▲ keramas.
29 Engga ke mana-mana. S menjawab pertanyaan O1 ✓
3 2 [3] 2 ▼ “Emang mau ke mana?”
82

30 Sofi kok dibangun- S memarahi adiknya setelah ✓


bangunin? 2 3 [2] 1 ▲ merusak boneka jarinya.
31 Bingung deh sama S memberi tahu ✓
Sofi. kebingungannya terkait sikap
2 3 [2] 1 ▼ Sofi.
32 Awas awas! S memerintah Sofi untuk ✓
1212▼ menjauh dari bonekanya.
33 Awas tangannya! S memberi tahu Sofi untuk ✓
[1] 2 ▼ memindahkan tangannya.
34 Ini dari tadi S memberikan alasan ✓
bonekanya lagi tidul memarahi Sofi.
malah digangguin.
[2] [3] 2 ▼
35 Jangan! S melarang O1 merusak ✓
[2] [3] 2 ▼ boneka-boneka yang
dibaringkan di lantai (menurut
S bonekanya sedang tertidur).
36 Bukan. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Mbak Nifa yang tidur
sampai jam 11 pagi yah?”
37 Om keliwil. S memberi tahu O1 bahwa ✓
2 3 [2] 1 ▼ yang tidur sampai jam 11
adalah O1.
38 Om keliwil. S menegaskan kembali ✓
[2] 1 ▼ jawabannya.
39 Masih keliwil, ya bu? S bertanya kepada O3 tentang ✓
2 [1] 2 [3] 2 ▲ rambut O1.
40 Belum kelamas tahu. S memberi tahu alasan O1 ✓
[2] [3] [2] ▼ keriwil karena belum
keramas.
41 Bangun ada badai. S merusak boneka-boneka ✓
2 3 [2] [3] 2 ▼ tangannya seperti yang O1
lakukan.
42 Om pakein! S meminta O1 untuk ✓
2 1 [2] 3 2 ▼ memakaikan boneka jari.
43 Yang panda. S menjawab pertanyaan O1 ✓
[2] 3 2 ▼ “Mau dipakein yang mana?”
44 Ibu itu di kepala ibu. S memberi tahu ada boneka ✓
2 3 [2] 1 ▼ kodok di kepala ibu.
45 Bo ibu ibu ibu S memberi tahu bahwa ✓
tikusnya mimi. boneka tikusnya mau minum.
2 3 [2] 3 [2] 1 ▼
46 Ada tikus di kepala S memberi tahu ada boneka ✓
dede. tikus di kepala Sofi.
[2] 3 2 ▼
83

47 Ada tikus di lambut S kembali memberi tahu ada ✓


kamu de. (rambut) boneka tikus di kepala Sofi,
[2] 3 [2] 1 ▼ tepatnya di rambut.
48 Mba gak apal. S memberi tahu O1 bahwa ✓
1 [2] 1 ▼ dirinya tidak hafal lagu itu.
49 Lagu hay faif. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Lagu apaan itu?”
50 Udah diklik? Setelah O1 menyalakan flash ✓
1 [2] 1 ▲ gawai, S bertanya kepada O1.
51 Udah bewum si? S kembali menekankan ✓
1 [2] 3 2 ▲ pertanyaan sebelumnya.
52 Fotonya. S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 2 1▼ “Udah belum apanya?”
53 Sentel ya? S bertanya ke O1 karena flash ✓
2 [3] 2 ▲ yang menyala tersebut.
54 Jangan! S melarang O1 untuk terus ✓
232▼ menyalakan flash kamera.
55 Silau. S memberi alasan melarang ✓
121▼ O1 untuk menyalakan flash.
56 Nanti buat mati S memberi tahu bahwa flash ✓
wampu. digunakan ketika mati lampu.
1 [2] 3 2 ▼
57 Belhasil bewom? S bertanya kepada O1 yang ✓
2 [3] 2 ▲ saat itu merancang jalan
untuk mainan kereta api.
58 Ayah, itu ga ada S bertanya kepada Ayah soal ✓
gambal kaka mba apa kakak yang ada di depan
ya? proyektor.
2 3 [2] 3 2 ▲
59 Yah kenapa? S masih bertanya alasannya ✓
2 [3] 2 ▲ kepada Ayah
60 Ayah, dede pengen S memberi tahu ayah setelah ✓
hawo hawo. Shopie memegang mikrofon.
2 3 [2] 3 2 ▼
61 Gak tau. S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 [2] 1 ▼ “Apalagi abis ini mbak?”
62 Silau om Aip. S memberi tahu O1 bahwa ✓
1 [2] 3 2 ▼ dirinya silau karena flash.
63 Om Aip gi ngapain? S menanyakan O1 yang fokus ✓
2 3 [2] 1 ▲ dengan gawainya.
64 Da bewom? S menjawab respon O1, ✓
1 [2] 1 ▲ “Nyanyi aja terus!”
65 Uda om. S menjawab respon O1 ✓
232▼ “Terus, nyanyi aja terus!”
66 Om Aip, yang video S meminjam gawai dan ✓
84

mana om? menanyakan fitur video pada


2 3 2 / 1 [2] 1 ▲ gawai.
67 Tapi gak bisa om. S tidak bisa membuka fitur ✓
2 3 [2] 1 ▼ video
68 Gak ada videonya tuh. S merespon pertanyaan O1 ✓
2 3 [2] 1 ▼ “Bisa apanya?”
69 Masa dikaya giniin S masih tidak bisa membuka ✓
gak mau? fitur video karena gawai
1 3 [2] 1 ▲ sedang merekam S.
70 Om Aipnya ayo! S mengajak O1 jalan-jalan ke ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ samping rumahnya.
71 Mbak. S menjawab pertanyaan O1 ✓
121▼ “Rumah siapa emang itu?”
72 Foto apa? S bertanya setelah O1 ✓
[2] 3 2 ▲ mengarahkan kamera ke
bunga.
73 Ini bunganya cantik. S memberi tahu O1 bahwa ✓
2 3 [2] 1 ▼ bunganya cantik.
74 Ayo ke mana? S merespon perkataan O1 ✓
2 3 [2] 3 2 ▲ “Ayo!”
75 Na om ni kalau ujan S menunjukkan bagian rumah ✓
kita bisa beteduh sini dari tetangganya yang bisa
ni om. dipakai untuk berteduh kala
2 3 / [2] 3 2 ▼ hujan.
76 Tanya lagi, tanya agi! S meminta O1 untuk ✓
2 3 [2] 1 / 2 3 [2] 1 ▼ bertanya.
77 Sendal mba yang gede S memberikan contoh ✓
dali siapa? pertanyaan yang harus
2 3 [2] 3 2 ▲ ditanyakan oleh O1.
78 Yang itu yang bagus? S memastikan sendalnya. ✓
2 3 [2] 1 ▲
79 Yang dali Jawa. S menjawab pertanyaan ✓
2 3 [2] 1 ▼ “Yang bagus dari siapa?”
80 Sendal ijo. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 3 [2] 1 ▼ “Dari mbah uti Setu apa?”
81 Bagus. S merespon pertanyaan dari ✓
232▼ O1 “Bagus gak?”
82 Kayaknya ... mba dari S menjelaskan pertanyaan O1 ✓
atung pasal mawem. “Kalau dari atung? Atung
2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 ▼ Setu apa?”
83 Dari om aip baju sama S memberi tahu pemberian ✓
boneka. dari O1.
1 [2] 3 2 ▼
84 Belalti om aip S menekankan pemenangnya ✓
pemenangnya duwu. adalah O1.
85

2 3 [2] 3 2 1 ▼
85 Tas flozen sama buku S menjawab pertanyaan “Dari ✓
sedus. om Imam, apa ayo?”
2 3 [2] 1 ▼
86 Om aip pemenangnya S mengonfirmasi kembali ✓
sama om imam. pemenangnya.
2 3 [2] 3 2 ▼
87 Sekalang bewom S menjawab pertanyaan O1 ✓
sama ibu. “Kalau dari ayah?”
2 3 [2] 1 ▼
88 Mba bewom bisa. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ “Kalau yang dulu apa?”
89 Naiknya. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Bisa apa?”
90 Loda bantunya S menjawab pertanyaan O1 ✓
masalahnya pelnah “Naiknya, emang dikasih
kebalik om. apa?”
2 3 [2] 3 2▼
91 Kewlas ya. S merasa kardusnya keras ✓
232▼ ketika digunting.
92 A tolongin ah, S meminta O1 untuk ✓
tolongin ah! membantunya menggunting
3232▼ kardus.
93 Tu dibentuk nanti mba S menjelaskan maksud ✓
mau ituin. menggunting kardus tersebut.
2 3 [2] 1 ▼
94 Di elem. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Terus kalau udah jadi?”
95 Ada lem keltas bental S menjawab pertanyaan O1 ✓
ya mba ambil. “Ada lemnya?”
2 3 [2] 3 [2] 1 ▼
96 Sekalang tempelin di S bertanya untuk meminta ✓
mana ya ini? pendapat O1.
1 2 3 [2] 1 ▲
97 Di keltas deh. S memberi tahu bahwa ia kan ✓
2 [3] 2 ▼ menempelkannya di kertas.
98 Apa ni om? S bertanya setelah ✓
1 [2] 1 ▲ mendapatkan hadiah 17-an.
99 Buku. S menjawab pertanyaan yang ✓
232▼ diajukan ke O1
100 Om maap om, lagi ada S membuka hadiah lain yang ✓
sajen om, maap ya. isinya beberapa bungkus mie.
1 [2] 1 / [2] 3 2 / 1 [2]
1▼
101 Bu, dede mau mi. S memberi tahu ibunya bahwa ✓
86

2 3 [2] 3 2 ▼ Shopie mau mie.


102 Biawin aja om dia S merespon perkataan O1 ✓
mau usaha. kepada Shopie “Berdiri! Mau
1 [2] 1 2 3 2 ▼ berdiri emang?”
103 Apa? S merespon ketika dipanggil ✓
21▲ ibu “Mba han sayang.”
104 Mi gowe, mi kuah aja S menjawab pertanyaan ibu, ✓
deh. “Mi apa kamu?”
1 2 1 / 2 [3] 2 ▼
105 Soto. S menentukan jawaban “Soto ✓
232▼ apa ayam bawang?”
106 Tu bewakang. S menjawab pertanyaan O1, ✓
2 [3] 2 1 ▼ “Sopinya mana sopi?”
107 Sama ibu. S kembali merespon ✓
121▼ pertanyaan O1 “Sama siapa?”
108 Ga ada, pulang Lalu menjawab pertanyaan ✓
kampung. O1 “Ayah?”
232/1232▼
109 Ga mau. S menjawab pertanyaan O3 ✓
21▼ “Mba mau somay gak mba?”
110 Ade, main jungkat- S mengajak Shopie untuk ✓
jungkit sini! bermain jungkat-jungkit
2 3 / 1 [2] 3 2 ▼ bersamanya.
111 Dolongin! S meminta O1 untuk ✓
2 3 [2] 1 ▼ mendorong ayunan.
112 Dah turun, mau S meminta Shopie turun agar ✓
kenceng. ayunannya bisa lebih kencang
2 3 2 / 2 [3] 2▼ dimainkannya.
113 Cepetan! S meminta Shopie untuk ✓
32▼ segera turun dari ayunan.
114 Jangan, jangan, S meminta O1 untuk tidak ✓
jangan! menggoyangkan ayunan
2 3 2 3 2 [3] 2 ▼ terlalu kencang.
115 Mba takut om. S merasa takut ketika melihat ✓
2 3 [2] 1 ▼ O1 menaiki sebuah wahana.
116 Mba gak mau nyampe S memberi tahu bahwa ✓
tinggi-tinggi. dirinya tidak akan menaikinya
2 3 [2] 3 2 ▼ terlalu tinggi.
117 Om Aip kan da gede. S menanggapi perkataan O1 ✓
2 3 [2] 1 ▼ “Om Aif aja berani.”
118 Bu, mba mau. S meminta hal yang sama ✓
2 [3] 2 ▼ ketika Shopie diangkat ibu
naik perosotan.
119 Ah gantian! S meminta O3 untuk ✓
[2] 1 ▼ menggendongnya menaiki
87

perosotan.
120 Ga mau. S merespon perkataan O1 ✓
1 [2] 1 ▼ “Dari atas, nanti om aip
tangkep.”
121 Boong? S merespon perkataan O1 ✓
232▲ sebelumnya “Beneran.”
122 Om nanti tangkep ya! S meminta O1 untuk ✓
[2] 3 [2] 3 2 ▼ menangkapnya dari
perosotan.
123 Tangkep! S meminta O1 untuk ✓
23▼ menangkapnya kembali.
124 Ayo! S meminta Shopie untuk ✓
[2] 1 ▼ berpindah tempat dari
perosotan tersebut.
125 Om ini gimana si S bertanya tentang permainan ✓
ngilanginnya? di gawai
2 [3] 2 ▲
126 Gak, udah. S menolak ketika diminta ✓
2 [3] 2 ▼ untuk menyuap makanan lagi.
127 Bental ya mau pipis S memberi tahu bahwa ✓
dulu. dirinya ingin buang air
2 [3] 2 1 ▼ terlebih dahulu.
128 Om liat kowsi aku S bertanya kepada O1 tentang ✓
gak? keberadaan kursinya.
2 1 2 3 [2] 1 ▲
129 Kuwsi yang kecil. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 1 [2] 3 2 ▼ “Kursi apa?”
130 Ini citanya lampu S memainkan senter dan ✓
jalanan. menganggapnya sebagai
2 1 [2] 3 2 ▼ lampu jalanan.
131 Bukan. S menjawab pertanyaan O1 ✓
232▼ “Lampu jalanan, bukan lampu
mbak?”
132 Om liat bayangan S meminta O1 untuk melihat ✓
mba! bayangannya.
2 3 / 1 [2] 1 ▼
133 Uti agi ada pesta. S memberi tahu O2 bahwa ✓
2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 ▼ ada pesta di rumah.
134 Agi ada acawa ya om? S bertanya kepada O1 tentang ✓
2 3 [2] 1 2 1 ▲ acara yang sedang dilakukan.
135 De, sentelin ini ya! S meminta Shopie untuk ✓
2 1 / 1 [2] 3 2 ▼ mengarahkan senter.
136 Ibu liat emba! S meminta O3 untuk melihat ✓
2 [3] 2 ▼ ke arahnya.
137 Ama jake sama O1 meminta S untuk ✓
88

maeko, jake sama bernyanyi dengan berkata


maeko ni. “Coba nyanyi lagi!”
2 3 [2] 1 / 2 3 2 ▼
138 Mana ade? S bertanya kepada O1 tentang ✓
2 [3] 2 ▲ keberadaan adiknya.
139 Kenapa? S menanyakan bagian kaki ✓
232▲ Shopie yang terluka.
140 Mana coba liat? S menegaskan ulang ✓
2 3 [2] 1 ▲ pertanyaannya.
141 Jangan tung jangan S melarang untuk ✓
betadin! memberikan obat untuk kaki
2 1 [2] 1 ▼ Shopie yang terluka.
142 Mba mau keluar ya. S memberi tahu bahwa ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ dirinya ingin bermain ke luar.
143 Bu, sini! S meminta ibu untuk ✓
3 [2] 3 2 ▼ mendekat.
144 Telowongannya S memberikan penjelasan ✓
jeblos. bahwa terowongannya rusak.
2 3 [2] 3 2 ▼
145 Mbak gak lewat yang S memberi tahu bahwa ✓
jeblos. dirinya tidak melewati
1 [2] 3 2 ▼ terowongan tersebut.
146 Selem banget tau. S memberikan penilaian dari ✓
2 3 [2] 1 ▼ terowongan yang rusak itu.
147 Dah. S menginformasikan bahwa ia ✓
21▼ selesai menyiapkan makanan.
148 Ini. S menjawab pertanyaan O1 ✓
2 [3] 2 ▼ “Mana?”
149 Bental bental, sabal ya S merespon perkataan O1 ✓
pak. “Terus oncomnya mana
2 [3] 2 / 2 3 2 [3] 2 ▼ oncom?”
150 Ibu awas awas! S melarang O3 mengambilkan ✓
2 [3] 2 ▼ oncom untuk O1.
151 Capcaynya dah mau S memberi tahu sayur ✓
abis. capcaynya sudah mau habis.
3 [2] 1 ▼
152 Ya awoh tumpah. S memberi tahu sayur ✓
2 3 2 / [2] 1▼ baksonya tumpah.
153 Abis ni yak buat S memberi tahu bahwa ✓
kakak. sayurnya habis untuk O1.
2 3 2 / [2] 1 ▼
154 Ayah mau engga? S bertanya keinginan ayah ✓
2 3 [2] 1 ▲ terhadap sayur tersebut.
155 Ni buat apa bu S bertanya kepada O3 ✓
sendoknya? terhadap sendok-sendok yang
89

2 3 [2] 3 2 ▲ berada di dekat piring.


156 Ehm oncom. S menjawab pertanyaan O1 ✓
1 2 / [2] 3 2▼ “Apa mbak itu mbak?”
157 Nih sendoknya. S memberi tahu dan memberi ✓
2 3 [2] 1 ▼ sendok untuk O1.
158 Ah pake segawa S merespon pertanyaan O1 ✓
bayal, dah ga usah. “Berapa ribu bu?”
2 3 [2] 3 2 / [2] 3 2 ▼
159 Gratis. S merespon pertanyaan O1 ✓
232▼ “Berapa, gratis dong?”
160 Kena knalpot S merespon pertanyaan O1 ✓
tangannya. “Kenapa?”
1 [2] 3 2 ▼
161 Tewunjuk. S mengoreksi ucapan O1, ✓
232▼ “Coba liat jempolnya!”
162 liat de, liat de! S meminta Shopie ✓
2 3 2 / 2 3 2▼ memperlihatkan jarinya
kepada S
163 Manah? S bertanya pada bagian mana ✓
[2] 1 ▲ jari Shopie yang terkena
knalpot.
164 Itu diselfiin? S bertanya kepada O1 setelah ✓
1 [2] 3 2 ▲ melihat Shopie di gawai O1.
165 Kak liat mbak! O1 diminta melihat S yang ✓
2 3 / [2] 3 2 ▼ sedang menaiki motor.
166 Nanti nyungsep ke S merespon ucapan O1 “Heh ✓
tanah. jangan dipinggiran gitu!”
2 [3] [2] 1▼
167 Mbak bisa, itu S memberi tahu O1 bahwa ✓
lagunya kakak Tasya dirinya hafal lagu yang telah
tapi mbak ngapalin dinyanyikan.
doang, lagunya mah
engga ada.
2 3 2 / [2] 3 2 1 ▼
168 Da lusak. S merespon ucapan O1 ✓
2 3 [2] 1▼ “Kenapa gak ada si?”
169 Engga, cuma ngusap- S menjawab pertanyaan O1 ✓
ngusap. “Lagi mijitin mbak?”
2 3 2 / [2] 1▼
170 Bental ya tak tambain S memberi tahu akan ✓
bantal buat dudukan mengambilkan bantal
ade. tambahan agar adiknya tidur.
2 3 [2] 3 [2] 3 2▼
171 Dah sini bobo, bobo! S meminta Shopie untuk tidur ✓
1 [2] 3 2 / 2 3 2▼ di bantal yang S bawakan.
90

172 Bobonya yang benel S memberi tahu Shopie untuk ✓


ngapa de. membenarkan posisi tidurnya.
2 3 [2] 1▼
173 Yuk masuk kamal S mengajak Shopie pindah ✓
yuk! untuk tidur di kamar.
2 3 [2] 3 2▼
174 Gapapa, mbahnya S memberi tahu temannya ✓
baik. bahwa O2 itu bersifat baik.
2 [3] 2 / [2] 3 2 ▼
175 Ada anak bintang S merespon perkataan ✓
kecil. temannya “Ada anak kecil.”
2 3 [2] 1 ▼
176 Iya, ako juga uda ngaji S merespon perkataan teman ✓
bisa di rumah aku. “Anak kecil gak boleh naik,
2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 1▼ ini anak gede yang dah ngaji.”
177 Suawa babi. S menjawab O1 “Kenapa ✓
[2] 3 2 ▼ sih?”
178 Wiat kak! S meminta O1 untuk melihat ✓
232▼ dirinya menirukan suara babi.
179 De nyanyamnya. S mengingatkan Shopie ✓
2 3 [2] 1▼ tentang nyamnyam miliknya.
180 Nyanyamnya tata S meminta izin kepada Shopie ✓
minta ya. untuk memakan nyamnyam
[2] 3 2 ▼ milik Shopie.
181 Om Aip pengen S memberi tahu bahwa ✓
nelfon dong. dirinya dan Shopie ingin
2 3 [2] 3 2 ▼ telepon dengan O1.
182 Kuwang kenceng ya S bertanya kepada O1 karena ✓
om? tidak ada balasan dari O1.
1 [2] 3 2 ▼
183 Om Aip pengen S kembali memberi tahu ✓
nelfon. keinginannya menelepon O1.
2 [3] 2 ▼
184 Kedengeran gak si S kembali bertanya kepada ✓
dari hapenya? O1 karena tidak juga ada
1 [2] 1 ▲ balasan.
185 Om kedengeran gak si S mengulang kembali ✓
dari hapenya? pertanyaannya kepada O1.
2 3 [2] 3 2 ▲
186 Bental ya om. S meminta izin keluar dari ✓
2 3 [2] 3 2 ▼ video yang direkam oleh O3.
187 Gak. S merespon ucapan O1 ketika ✓
21▼ merekam “Sini sama dede.”
Jumlah 114 41 32
91

Lampiran 3 : Transkrip Dialog

Kode penutur untuk lampiran.


S = Subjek penelitian (HNA)
O1 = Mitra tutur 1 (Om dari HNA)
O2 = Mitra tutur 2 (Uti atau Nenek dari HNA)
O3 = Mitra tutur 3 (Ibu dari HNA)
O4 = Mitra tutur 4 (Kakek dari HNA)

TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 2-3 TAHUN


DATA 1 SAMPAI DENGAN DATA 9

Transkrip Dialog Data 1 (Tanggal 9 Juli 2015)


S : Ung ngi apah? (om lagi apa?)
O1 : Coba liat ke muka om Aip, tuh ada om Aipnya gak?
O2 : Ada ... gak ada.
S : Ada.
O1 : Waduh di dalem kardus, mba Nifanya minta apa aja tuh? Liat tuh! Tuh
satu, dua, tiga togo. Nyanyi dulu tapi kalau mau dibukain!
S : Atu duwa ...
O1 : Sekalian sama ini dong, sambil goyang!
S : Atu uw ida empat iya bis. Abis abis oenya owa, oenya a Obet. (Abis abis
oreonya bawa, oreonya a Obet.)
O1 : Punya a obet?
S : Iyah.
O1 : Punya siapa lagi?
S : Na nyonya siyapah-siyapah.
O1 : Gak punya siapa-siapa?
S : Yang ini.
O1 : Entar ketahuan ibu loh.
O1 : Entar dilaporin sama mbah Uti gimana?
O2 : Gapapa yah.
O1 : Gapapa, dikasih tahu ke ibu?
S : Ini! ini! emmah ini! ini!
O2 : Yaudah buka buka buka buka!
S : Nih!
O1 : Sini sini, bukain gak?
S : Butain.
O1 : Bukain gak?
S : Butain!
O1 : Bukain?
S : Iyah.
O1 : Nih pegang! Sekarang mbak Nifa yang ngerekam. (menit 1,55)
O1 : Nih ekspresi dia pada saat dikasih makan, ya?
S : Iyah.
O1 : Liat senyumannya gimana?
92

S : (HNA mulai senyum-senyum) Mau.


O1 : Ini. Eit eit tangan bagus ah tangan bagus! (Om bercandain HNA) nih ...
bilang apa?
S : Waaa caosna yah?
O1 : Iya, bilang apa?
S : Cih (makasih)
O1 : Iya sama-sama
S : Nih! (HNA memberikan saos dari dalam makanan.)
O1 : Dah taro
O1 : Taro situ aja yah? Am, duduk duduk! Kalau makan itu duduk. Mbah Uti
nyari apa sih?
O2 : Sirop.
O1 : Nyari apa de?
S : Siyup yah?
O1 : Hah?
S : Ayi siyup yah mbah uti yah?
O1 : Nyari sirup?
S : Iyah
O1 : Enak enggak? Duh om aipnya lagi puasa juga (menit 3,19)
S : Enak.
O1 : Enakkk, gimana enaknya?
S : Wet tewaw om?
O1 : Ehm?
S : Om aip setewang, tewang.
O1 : Terang?
S : He euh.
S : Eng ait ati ampu agi yah?
O1 : Iyah, kalau pun mati lampu kalau siang tetep terang.

Transkrip Dialog Data 2 (Tanggal 10 Juli 2015)


O1 : Ehehehe.
O2 : Kaya dede bayi bobo situ.
O1 : Ngapain di situ de?
O2 : Enak de bobo situ de?
O1 : Eh, ngapain bobo situ?
S : Yat lambutyang. (Liat rambutan.)
O1 : Liat rambutan?
S : Iyah.
O1 : Ah hebat.
O2 : Rambutannya udah gak buah.
O1 : Udah gak buah tapi ya rambutannya yah?
S : Iyah. Itu ung yah?
O1 : Apa?
S : Ung yah?
O1 : Satu doang?
S : Daung.
93

O1 : Hah?
S : Auuuung.
O1 : Jambu?
O2 : Jambunya pentil.
S : Ana dabu nyah? (Mana jambunya?)
O2 : Jambunya kembang.
O1 : Jambu, itu jambu tuh.
O2 : Palingan dimakanin codot de. (Mbah)
O1 : Udah dimakanin codot yah?
S : Codotna nyatang, codot codot natang sutanyah mamamin nabu.
O1 : Wah hebat.
S : Do do dott ...
O1 : Enak tidur sini? Udah bobonya di sini aja yah?
S : Iyah.
S : Hayonawa hayoonawa ape ejupa puwa.
O1 : Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang
S : Iyetadana dus ya? Uwiin ayah duwu yah.
O1 : Beli ayah dulu?
O1 : Mau ngapain, berdiri, duduk? Udah duduk aja ya!
S : Dudu.
O1 : Waa, duduk kok begitu si? Ampun deh ampun deh.
S : Boboang.
O1 : Boboan?
O1 : Wededede, kakinya udah panjang yah?
S : Anah?
O1 : De, nyanyi kodok ngoret de!
S : Enda.
O1 : Ifa mainan apa si? Waah nyari batu akik yah?
S : Iyah, ini batu atit nyih. (Iya, ini batu akik nih.)
O1 : Hahaha, mana batu akiknya?
S : Uwat om aip atu atitnyah.
O1 : Batu akiknya buat om aip?
S: : Iyah.
O1 : Wah hebat nih, kecil kecil udah tahu batu akik yah?
S : Nya mba ifa anah?
O1 : Mana coba liat?
S : Nih, puna om aip ni.
O1 : Oh ini batu akikna. Ini buat om aip nih. Waduh berkilau banget batu akik
berkilau, berkilau karena tanah. Udah heh jorok ah, udah mandi kan? Om
Aip laporin nih. Tuh mama aa tuh.
S : Anah?
O1 : Tuh ngapain, ditanya tuh ngapain?
S : Ada atu atit iyee asik.
O1 : Apaan sih?
S : Atu atiiiit.
O1 : Oh batu akik?
94

S : Iyah. Eh dampus.
O1 : Ada empus, takut gak?
S : Atut.
O1 : Ga kali, gapapa ya. Masuk gapapa?
S : Iyah.

Transkrip Dialog Data 3 (Tanggal 13 Agustus 2015)


O1 : Mba nifa ambilin dong!
S : Ifa enda nyampe.
O : Yah gimana dong? Itu dia tuh masih di sono.
S : Ini yang mana si?
O1 : Itu ... itu, ambil! Alhamdulillah.
S : Nih
O1 : Aduuuh, mba Nifa puinter. Mana kasih om aip dong! Kasih dong, mana
dong, bolanya dong? Kasih mba hanifa. Mba Nifa hebat.
S : Yan una ifa ana om?
O1 : Hem?
S : Ifa ambiwin dong!
O1 : Yang mana?
S : Yan ono yan bilu. O atung, itu atung. Atung ifa ambiwin dong bowa!
O1 : Yang mana bolanya?
S : Tuh.
O1 : Alhamdulillah
S : Ye ye ye ... o olang om aip anah?
O1 : Ini diah, ama-ama yah.
S : Ini anana yah?
O1 : Iya anaknya yah.
S : Itu ibunya yah, ini ibunya yah?
O1 : Hehehe yang gede yah?
S : Iyah.
O1 : Tahu aja kamu.
S : Ana na bih cing yah?
O1 : Heem.
O1 : Kasih tahu om aip dong, makanya gimana?
S : Matangnyah
O1 : Kenapa?
S : Matangnyah, nang te sono sono!
O1 : Jangan ke sono-sono?
S : Euhh
O1 : Aduhh, iyah.
S : Entang nyabung sono om.
O1 : Iyah, emang kalau ke sono entar kenapa?
S : Entang nang nang na teuang.
O : Entar kenapa?
S : Na te uang entangnah te sono sono ama te sono sono. Gitu yah?
O1 : Iyah, makasih ya mbak nifa yah.
95

S : Iyah ama-ama yah.


O1 :Iyah.
S : Ni ifa ni om aip. Nih!
O1 : Makasih.
S : Ma ama. Ita edua dua, ita edua dua.
O1 : Om Aip yang biru, mbak Nifa yang putih yah?
S : Iyah, asik-asik.
O1 : Loncat-loncat, asik
S : Om aip cuba! Ifa ucyah.
O1 : Om aip ngapain?
S : Ifa tinggi.
O1 : Ha mba ifa tinggi?
S : Iyah.
O1 : Om aip lebih tinggi nih loncatnya om aip, tu dua tiga. Mbak ifa coba!
S : Atu uwa tiga.
O1 : Alhamdulillah
S : Owa om aip anah?
O1 : Tu bola om aip siniin dong, siniin dong!
S : Aduh!
O1 : Aduh
S : Ini.
O1 : Entar ilang yah mbak ifa yah?
S : Iyah.
O1 : Makanya, gimana mbak ifa?
S : Matangnya jan te sono sono, jan te sono, jan te sono sono! Yah?
O1 : Iyah.
S : Yan baik mainangnyah.
O1 :Apa?
S : Yan baik mainangnyah.
O1 : Yang baik mainannya?
S : Iyah.
O1 : Iya mbak Nifa.
S : Dede mana yah?
O1 : Hah?
S : Dedena manah?
O1 : Dedenya siapa?
S : De Ifa.
O1 : Dede Nifa?
S : Iyah.
O1 : Dede Nifa atau si Hendi?
S : Si En, si End.
O1 : Hendi atau pongo?
S : Pongo.
O1 : Banyak banget kamu ... Pongo atau kelinci?
S : Ewincina agi dijemuw.
O1 : Hah?
96

S : Dijemuw.
O1 : Kelincinya lagi di ... ?
S : Jemuw.
O1 : Jemur?
O1 : Tadi abis ngapain?
S : Mandi yah?
O1 : Mandi? Dikeramasin gak?
S : Endak.
O1 : Emang siapa yang mandiin?
S : Om aip ya?
O1 : Iya om aip dong.
S : Tu nanain mamam yah?
O1 : Ngapain?
S : No na au nanain mamam yah?
O1 : Gak mau ngasih makan?
S : Iyah.
O1 : Iya. Aduuuh mbak Nifa, mbak Nifa. Udah gak usah mainan sapu entar
kena kepala kamu. Udah biarin taro situ.
S : Dantian yah.
O1 : Iyah.
S : Om Aip yan ini yah.
O1 : Yang apa ini, warna apa ini? Ini warna apa?
S : Emping.
O1 : Bukan dong, warna?
S : Iiii unu.
O1 : Bi ...
S : Wo.
O1 : Warna biru, iyah dong. Coba yang mbak Nifa warna apa itu? Coba liat
sini! Warna apa itu?
S : Aduh datoh agi.
O1 : Warna apa hayo?
S : Ni ni Ifa ndak jat toh.
O1 : Om Aip juga ndak ettt jatoh lagi.
S : E Ifa duda jatoh.
O1 : Ikut-ikutan, gak jatoh om Aip.
S : Ifa ndak jatoh.
O1 : E om Aip ndak jatoh.
S : Datoh temuah, mba Ifa datoh om aip datoh.
O1 : Iyah, hadooh.
O1 : Yeh, kenapa?
S : Aip da adi mau poto Ifa.
O1 : Siapa yang motoin Nifa? Gak difotoin kok.
S : Nih!
O1 : Makasih.
S : Iyah. Agi yuk!
O1 : Lagi yuk, gimana?
97

O1 : Haduh haduh, mbak Nifa mbak Nifa.


S : Cape.
O1 : Iyah sama. Eh mau ke mana?
S : Yuk!
O1 : Ini taro dulu yah.
S : Iya. Ifa tape semuanah. Aduuuh
O1 : Muka capenya kayak gimana? Muka capenya coba.
O1 : Main apa sih itu?
S : Om Imam!
O1 : Eh kok om Imam, ini om siapa?
S : Om Aip.
O1 : Iyah.
S : Mba Nifa maap om, maap.
O1 : Salah yah mbak Nifa yah?
S : Maap.
O1 : Iyah gapapa.
O1 : Keponakan siapa?
S : Nang om Aip.
O1 : Iyah keponakan om Aip. Pinter. Anak i?
S : Bu.
O1 : Cucuna mbah u?
S : Ti.
O1 : Cucunya mbah a?
S : Tung.
O1 : Ngapain sih?
S : Ini udah tada tubow.
O1 : Hah?
S : Udah tada tebow.
O1 : Udah gak jebol?
S : Jebong nih.
O1 : Jebol?
S : Ya.
O1 : Masa sih?
S : Dapapa yah?
O1 : Gapapa.
S : Ini!
O1 : Mana?
S : Bebeknah mau mandi.
O1 : Hem?
S : Mau mandi tu yah?
O1 : Mana bebek?
S : Noh.
O1 : Oh iyah ada bebek.
S : Mau mandi tayanyah.
O1 : Mau mandi kayak kelinci?
S : Iyah.
98

O1 : Siapa yang mandiin?


S : Ifa.
O1 : Ifa aja?
S : Iyah.
O1 : Dah entar yah, sekalian mandi yah? Sore aja yah?
S : Iyah.
S : Ain ladi yuk!
O1 : Gimana coba?
S : Doyang doyang, doyang.
O1 : Goyang goyang
S : Nifa itut-itut ah.
O1 : Ah ikut-ikut lagi. Aduh
S : Tena.
O1 : Kena? Ya ampun nakal, nakal.
S : Tena inih.
O1 : Kena apa? Ini yah?
S : Inih. Tena om Aip.
O1 : Kena om Aip?
S : Iyah.
O1 : Kena apanya om Aip?
S : Bowanah.
O1 : Bolanya yah? Aduh bola bola.
S : Adi yuk!
O1 : Om Aip sambil berdiri ah.
S : Ifa uda beldili ah.
O1 : Cape ah.
S : Tape.
O1 : Om Aip boboan ah.
S : Ifa boboang ah.
O1 : Aduh mbak Nifa mbak Nifa, ikut-ikut aja deh.
S : Dudu yuk!
O1 : Hah, duduk?
S : Ifa ambiwin dudu om Aip ya. Om Aip duduk di sini.
O1 : Iya.
S : Ifa dudu di sini yah.
O1 : Iya.
S : Ambiwin dong Ifa! Itu.
O1 : Mbak Ifa yang mana?
S : Ono.
O1 : Mana?
S : Ono om.
O1 : Ono?
S : Ambiwin om!
O1 : Mbak Ifa gak nyampee?
S : Iyah.
O1 : Aduuuh, ambilin gak yah? Ambilin ah. Dah, itu dia.
99

O1 : Om Aip duduk sini, mbak Ifa duduk sini.


S : Ifa dudu sini yah?
O1 : Terus ngapain dah gini? Nyanyi dong!
S : Awangtu ada lima. Apa yah, nanyi apa yah?
O1 : Naik naik yuk!
S : Yuk!
O1 : Naik naik ke puncak ...
S : Hendina mana yah?
O1 : Haduh ngajakin Hendi. Udah mainan aja sama om Aip.
S : Hendinya mana yah?
O1 : Yaudah ambil sono Hendinya yah! Ininya taro sini yah.
S : Iyah. Yuk cali Hendi yuk!

Transkrip Dialog Data 4 (Tanggal 22 Agustus 2015)


O2 : Kereta? Jus jus jus jus gitu?
S : Wa, ada teweta. Teweta api tut tut tut ciyapa enggak tuwun tem
Bangdung, Sulabaya, anena umpang ketulis
O2 : Ayo cepatlah cepat naik! Keretaku tak berhenti lama.
S : Ma, yeee. (HNA melanjutkan lagu yang dinyanyikan O2)
O2 : Noh satu lagi noh. (Uti menujuk ke sebuah jeruk)
O3 : Cepat keretaku jalan ...
S : Tut tut tut banak ...
O3 : Penumpang turun.
O1 : Pongo mau nendang, Pongo mau nendang. Cia cia.
S : Yah.
O1 : Emang enak, emang enak. Ayo kabur!
S : Mau nyang mana? Nyang ni.
O1 : Kasih, makasih.
O2 : Om Aip ese, gitu de.
O3 : Ha, om Aip esek? (pesek)
S : Pongo dipoto.
O1 : Siapa yang dipoto?
S : Pongo.
O1 : Ye, sama mbak nifa ya?
O3 : Yah ade kereta apinya rusak dong.
O1 : Yuk benerin lagi yuk! Yuk benerin lagi yuk!
O3 : Bantuin dong Ongo!
O1 : Bantuin ah bantuin, pongonya bantuin.
S : Matasih.
O1 : Sama-sama. Mba nifa sini dong temenin aku!
O3 : Entar lagi bikin kereta api.
O1 : Duh, yang ini belum bener mbak Nifa, benerin dong!
O3 : Bantuin dong Pongo!
O1 : Cepetan dong! Ayo dong!
O3 : Pongo jangan ditendang lagi ya! (Mf)
S : Endak yah?
100

O1 : Udah siap-siap nih, ayo!


S : Udah.
O3 : Mana liat?
O2 : Om kasihan om.
O1 : Aduh Pongonya capek, ketawa mulu.
O1 : Mbak Nifa, itu tuh mbak Nifa. (menunjuk jeruk di belakangnya S.)
S : Apa?
O3 : Nyanyi dong!
O1 : Ono mbak Ifa di kolong noh.
O3 : Udah, capek.
O1 : Itu mbak Nifa satu lagi.
O3 : Astaghfirullahal’adziim.
O1 : Lumayan kalau kejedot.
O3 : Bisa? Dah sekarang nyanyi!
S : Naik kita api, yu kita nyanyi! Iyah. (ngajak nyanyi Pongo)
O1 : Aduh diajakin Pongo, capek tahu Pongonya.
O3 : Nyanyi! Satu dua.
O1 : Gimana nyanyinya mbak Nifa?
S : Naik kita api tut tut tut, siyapa ... (HNA terdiam dan menggoyangkan
kepalanya)
O1 : Siapa hendak turut? Ke bandung ...
O3 : Mbak Nifa. (Ibu memanggil Hanifa)
O1 : Surabaya. Ah mbak ifa enggak nyanyi!
O3 : Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik! Keretaku tak
berhenti lama. Pongonya joget.
O1 : Satu ... dua ... (Pongo pengen nendang jeruk.)
O3 : Jangan Pongo!
S : Janan!
O1 : Tiga ....
S : Ihhh ... Endang, nih! (pegang nih!) Pongo disuruh memegang jeruk.
O1 : Nah ini, pegang aja deh.
S : Iyah.
O1 : Aduh mbak Nifa gimana sih? (Pongo tidak bisa memegang jeruk.)
O3 : Pongonya gak pintar.
O1 : Nah, jatoh lagi jatohh lagi mbak Nifa.
O3 : Udah nyanyinya?
O1 : Yah jatoh lagi, mau tepuk tangan malah jatoh.
(S menaruh kembali jeruk ke tangan Pongo.)
O1 : Makasih.
S : Mama. (Sama-sama)
O1 : Tepuk tangan gak nih? yah, dasar-dasar.
S : Nih. Nih!
O1 : Aduh pongo cape, bobo.
S : Euh Pongo bobo.
O3 : Ya ikutan, capek deh. Udahan, capek?
O1 : Aku mau baca doa dulu deh sebelum bobo.
101

O3 : Bismillaahirrahmaanirrahiim ...
O1 : Gimana mbak Ifa?
O3 : Bismika allahumma ahya ...
S : Wabismita amut, aamiin. Gitu.
O1 : Gitu, iyah?
S : Iyah.
O1 : Udah bobo.
S : Bobo.
O3 : Dadah ifa bobo yah! Assalamualaikum.
O1 : Caaa ... (Pongo terbangun dan merusak kereta jeruk buatan S.)
O3 : Pongo rusuh.
(S mengikuti Pongo yang juga merusak kereta jeruk tersebut.)

Transkrip Dialog Data 5 (Tanggal 17 Oktober 2015)


O1 : Ha, salah ... masa divideoin yah? Apa itu?
S : Sosis.
O1 : Aha sosis.
S : Diabising.
O1 : Mana, mana Oreonya om Arip mau?
S : Gamah. (gak mau.)
O1 : Emang masih berapa?
S : Satu.
O1 : Cuma satu doang?
S : Iya.
O1 : Mana coba, ada enggak?
S : Buat Nifa aaah.
O1 : Masa buat mbak nifa? Sama-sama dong!
S : Enda. (enggak)
O1 : Yah ... om aip juga kan mau.
S : Aaaahhhh, mau diminta bu.
O1 : Ih genit banget kalau di depan kamera.
S : Om Aip sosis adah. Entang sama-sama ya!
O1 : Wa ... (lihat Oreo)
S : Abis.
O1 : Om Aip minta dong yang gak ada krimnya.
S : Mwleeeee (S ngelewein ke arah kamera)
O1 : Weh dilewein lagi. Genit nih si centil nih.
S : Mwleeee (S kembali ngelewein ke arah kamera)
S : Dilelwein.
O1 : Dilewein yah? Udah mandi yah?
S : Iyah.
O1 : Om Aip minta dong!
(S menggelengkan kepalanya lalu menjulurkan lidahnya.)
O1 : Dih dih dih, genit banget.
S : Ada Ifanah.
O1 : Ada nifanya.
102

S : Baju Ifa tede, celana Ifa tede.


O1 : Baju baru ya?
S : Iya. Celana om Aip cecing. Celana om aip kecying.
O1 : Beliin dong, yang baru dong!
S : Enda.
O1 : Ah nenek, nyanyinya gimana? Ao ao
S : Ao ao ao ao oa ao
O1 : Lagu siapa si?
S : Adu siyapa si yan o o ao?
O1 : O o ao. Makan oreo gak bagi-bagi. Ati-ati!
(S ngelewein kamera lagi)
O1 : Idih nenek. Dasar nenek, dasar nenek.
S : Abis abis oweona abis. Oweona abis.

Transkrip Dialog Data 6 (Tanggal 13 Januari 2016)


O1 : Mbak Nifa makan apa? Hah, makan apa?
S : Es klim.
O1 : Es krim, masa es krim? Es batu kali. Biarin nanti kasih tahu ibu, nanti
diomelin ibu.

Transkrip Dialog Data 7 (Tanggal 31 Januari 2016)


O1 : Kemarin paman ...
S : Datang. Emang ada di situ?
O1 : Tidak ada.
S : La kenapa nyanyi?
O1 : Mbak Nifa nyanyi coba!
S : Mawlin paman datang.
O1 : Terus?
S : Pamanku dali desa. Hatiku giwang.
O1 : Salah.
S : Apa?
O1 : Dibawakannya ...
O1 : Mengajak ...
S : Libul di desa.
O1 : Terus?
S : Hatiku giwlang tidak telpeli
O2 : De! De, jaketnya pake! Mau di rumah apa mau ikut?
S : Mau ke ayah, mau ke ayah?
O1 : Mau ke mana sih de? Nanti aja de!

Transkrip Dialog Data 8 (Tanggal 29 Februari 2016)


S : Dia mau ikutan.
S : Cia cia cia, jatoh.
O1 : Siapanya jatoh?
S : Sopo.
-
103

Transkrip Dialog Data 9 (Tanggal 4 Maret 2016)


S : Om aip mau ditato gak?
O1 : Apa?
S : Mau ditato?
O1 : Mau.
S : Iya, nanti yah.
S : Ental kalau aku ke Alpa, beliin citato.
O1 : Buat om Aip?
O1 : Siapa dek?
S : Jalwo, butan Cici. Tapi tahu gak Cici temennya aku yang cewek?
O1 : Kalau Fera temennya siapa?
S : Fela wan cewek, Jalwo cowok.
O1 : Jetnya kenapa dek?
S : Kesangkut.
O1 : Hah?
S : Kesangkut.
O1 : Tawanya gimana tawanya?
(S menunjukkan cara tertawanya.)
O1 : Mbak Nifa main apa si itu?
S : Tomang.
-
TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 3-4 TAHUN
DATA 10 SAMPAI DENGAN DATA 20

Transkrip Dialog Data 10 (Tanggal 11 Mei 2016)


O3 : Nak itu coklatnya masih ada? Daripada disemutin suruh abisin om Aip
kalo gak atung!
O1 : Apa itu?
S : Coklat.
O1 : Hah?
S : Coklat.
O1 : Boleh emang om Arip?
S : Bole.
O1 : Abisin boleh?
S : Bole.
O1 : Om Arip lagi gak mau coklat ah, buat mba Nifa saja.
O3 : Atung aja mbak, ibu gak mau.
S : Atong. Nah!
O4 : Kasih cantik.
S : Sayang atung.
O4 : Iya sayang mbak, sayang.
O1 : Om Arip?
S : Sayang om Aip.
O4 : Ni Atung semua?
S : Iyah.
O4 : Mbak udah?
104

S : Iyah.
O4 : Abisin Atung?
S : Iyah.
O4 : Makasih cantik.

Transkrip Dialog Data 11 (Tanggal 19 Agustus 2016)


Hanifa memainkan mulut dan lidahnya untuk mengeluarkan bunyi-bunyian.
O1 : Ngapain itu?
S : Om manah?
O1 : Ntar ah.
S : Yaahhh, foto uang taun manah?
O1 : Ulang tahunnya di mana?
S : Iya, situ.
O1 : Di situ?
S : Iya. Situ.
O1 : Di mana si?
S : Sini.
O1 : Di sini?
S : Iya.

Transkrip Dialog Data 12 (Tanggal 11 Oktober 2016)


O1 : Nanyi!
S : Ayo mama, jangan mama mama malah betta. Dia cuma memegang
tangan betta. Ayo mama, jangan mama mala betta. La olang muda punya
biasa.
S : Coba manah?
O1 : Lagi divideoin.
S : Sama siapa?
O1 : Joged sambil joged! Bisa tak? Lagu lain!
S : Dadah kak los.

Transkrip Dialog Data 13 (Tanggal 29 Oktober 2016)


S : Abis mbak om Aip mainan ya.
S : Om.
O1 : Dalem?
S : Gantian om Aip, mainan.
S : Om!
O1 : Dalem?
S : Gantian om Aip mainan. Katanya gak punya?
O1 : Nonton apa sih serius banget?
S : Main motol-motolan.
O1 : Mbaknya malah mainan.
O3 : Si mbak, kita kejal de mbaknya! Hayo.
O1 : Aduuuh perutnya keliatan itu, malu malu.
S : Ih malu, nanti keliatan owlang.
O1 : Iya.
105

O3 : Keliatan orang? Mbak juga belum mandi cama. Hayo mau diapain
mbaknya?

Transkrip Dialog Data 14 (Tanggal 4 Desember 2016)


S : Mbak cantik. Ibu ini miki mos?
O3 : Mini mos.
S : Minyi mos.
S : Mini mos aku, minyi mos aku.
O1 : Mbaknya ngapain sih ya?
S : Ayah bunda, bunda piala piala.
O3 : Diem mbak, sisirin dulu sini.
S : Besoknye kalo gak kelamas, esoknya lagi abis kelamas.
O3 : Om baju barunya om.
O1 : Waaah, baju baru.
O3 : Baru kering minta langsung dipake.
O1 : Dari siapa? Dari siapa baju barunya?
O3 : Dari siapa ditanyain?
S : Dali mbah uti Jawa.
O1 : Waduh, bagus tak?
S : Bagus.
O1 : Warna apa?
S : Tcih. (putih)
S : Om jalan-jawlan!
O3 : Heh, omnya belum sholat.
S : Om Aip jalan-jalan om Aip!
O1 : Iya nanti.
O3 : Omnya suruh mandi tuh! Masa gak mandi?
S : Yok om Aip!
O1 : Dalem?

Transkrip Dialog Data 15 (Tanggal 21 Januari 2017)


O1 : Nyanyi dong!
S : Owionya abisss.
S : Aaa ini ada bunga.
O1 : Ahhh masa ngambil apa itu?
S : Unga tuh.
O1 : Jangan! punya orang itu.
O1 : Awas ey, awas ey, awas ey, awas ey! Iyaaah. (S lewat gorong-gorong)
S : Isa kan?
O1 : Gak jatoh gak jatoh, tapi hati-hati!
S : Tuh mbak yang itu bisa. Ayo!
(lewati gorong-gorong lagi)
O1 : Awas pelan-pelan.
S : Ih, paku.
O1 : Iya ada pakunya, jangan!
S : Situ aja lah.
106

O1 : Iya ... awas kejeblos nanti.


S : Ih tempat kubulan.
O1 : Wa, masa tempat kuburan?
S : Itu tempat kuburan.
O1 : Kuburan semut?
S : Jangan, jangan, eh jangan!
O1 : Hiya om Aip kecemplung. Haduh gimana ini mbak Hanifa?

Transkrip Dialog Data 16 (Tanggal 22 Januari 2017)


O1 : Imutnya gimana imut?
S : Imut enak belgizi. Imut
O1 : Yaha masa goyang bebek?
S : Teko teko teko tek, teko teko tek.
S : Ibo. Yiat mbu!
S : Mbak seneng kotek kotek. Keteuk keteuk keteuk goyang bebek, teko
teko tek, goyang bebek. Eheu
S : Om Aip mbak seneng goyang bebek.
O1 : Nonton apa sih mba?
S : Ga tahu.
S : Tumben Sifa enggak ada.
O1 : Sifa?
S : Eu euh.
O1 : Sifa emang film apa?
S : Film kaltun lah.
S : Bewuang dikasih bedak ah.
O1 : Masa beruang dikasih bedak? Sayang bedaknya dong. Emang biar bau?
S : Enggak, biyar wangi.
O1 : Biar apa?
S : Biar wangi.
O1 : Mbaknya aja bau kok.
O1 : Nanti yang terakhir mbak yah!
S : Kenapah?
O1 : Biar wangi, yah?
S : Kata ibu kok wangi anak ibu?
O1 : Heem, jangan cuma boneka doang. Yah?
S : Gantian Hendi, mana ya?
O1 : Waaa mbaknya mana? Mbaknya aja belum.
S : Tu diya. (HNA menemukan hendi)
O1 : Hompimpa ...
S : Hompim alaium gambleng gambleng mbak menang.
S : Wangi.
O1 : Udah jangan banyak-banyak! Wey!
S : Dah, Mbak kan dah gede, banyak.
O1 : Ketek tuh ketek!
S : Tadi ada bayi bebek ya?
S : Om Aip mbak mau jawan-jawan.
107

O1 : Dadaaah.
S : Nanti kembali lagi.

Transkrip Dialog Data 17 (Tanggal 4 Februari 2017)


S : Foto!
O1 : Weh silau ya? (O1 menyalakan flash kamera)
S : Gak usah pake siyou-silaw om!
O1 : Eh siapa itu?
S : Mana, mana?
O1 : Coba gimana tepuk anak soleh?
S : Tepuk anak soleh.
O1 : Gimana? Yang bener dong!
S : Ibu.
O3 : Dalem?
S : Yuk pasal malam!
O3 : Enggak, itu tepuk anak soleh dulu.
S : Tepuk anak soleh. Aku anak soweh adin saat adin sowat ladi ngaji.
Owang tua diholmati diholmati. Inta islam cinta iswam cinta islam sampai
mati sampai mati. Lailaha ilawloh muhammadawosuluwloh, yes. Lailaha
ilawloh muhammadar rosulullah, yes. Dah.
O1 : Udah?
S : Mana?
O1 : Coba sofi maju sini, sofi!
S : Maju!
S : Mbak buka biskuit.
S : Gambal sofi ko iwlang kata sofi?
O1 : Iya kok gambar sofi ilang?

Transkrip Dialog Data 18 (Tanggal 5 Maret 2017)


O3 : Mbak Han tahu gak ini apa?
S : Apah?
O3 : Jengjeng ... buat mbak.
O1 : Haaaa, apa itu?
S : Piw, telimakasih dibeliin piw.
O3 : Iya sama-sama.
S : Sayang ibu.
S : Terimakasih ayah
O5 : Sama-sama.
S : Mutel-mutel yuk!
O1 : Yuk!
S : Tapi, ada item di sini.
O1 : Jalan kaki aja.

Transkrip Dialog Data 19 (Tanggal 9 April 2017)


S : Eeeee eeeee sakit. Aaaa Hahaha
S : Banting!
108

S : Banting!
O1 : Jangan dong.
S : Bob si kleta ke petelnakan.
O1 : Iya iya ho.
S : Iya iya ooo.
S : Ewlsa leisgo le igo.
S : Ni de celana kamu.
O1 : Ngelipetin baju bu?
S : Nggak.
S seperti memakan rambut “uwek”
O1 : Rambutnya kepanjangan itu. Coba mana liat?
S : (S mengarahkan kamera) Selfi. Ya itu mah gambal om aip.
S lalu berusaha mengambil gawai O1.
S : Mbak dapet, foto-foto ah.
O1 : Foto-foto siapa? Bukan foto itu lagi video sayang.
O1 mengambil kembali gawainya dan mengarahkan ke S
S : Belentiin dulu!
O1 : Tos dulu!

Transkrip Dialog Data 20 (Tanggal 24 Mei 2017)


O3 : Batuk entar, jangan banyak-banyak minum manis ah!
O1 : Mbak minum apa sih?
S : Esti.
S : Esti botol segini mbak abisin.
O1 : Abis sendiri?
S : Kan dali kemalin.
O1 : Dari kemarin?
S : Aku menang.
S : Tangkep ayo bu gulunya!
S : Tangkep!
S : Tangkep semua pelmen punya bu gulu!
O1 : Semua permen, ada permennya?
S : Aku menang.
S : Pokoe melu, melu ngendi? Neng ngendi wae. Pokoe, melu melu koe ya
sopo wae. Pokoe melu, melu sopo? Le melu kowe. Pokoe melu, melu
ngendi? Neng ngendi wae. Pokoe
S : Rautan manah?
S : Om gak bisa.
O1 : Bisa gak nyerutnya?
S : Bisa, bisa.
S : Sewamat jawan sayang.
O3 : Kenapa ganti lagu ya?
O3 : Tadi pokoe melu, sekarang selamat jalan sayang.
S : Owang ib, owang biaw om Aip tahu.
O3 : Eh asik banget loh nulisnya loh. Eh pinter loh ... eh pinter loh nulisnya.
Gitu emang? Oh hebat.
109

S : Uda gapapa cowet-cowet.


O3 : Ye lah udah dicoret-coret.
S : Mba ga mau sekolah lagi gapapa cowet-cowet aja. Siapa yang ngelalang?
O1 : Gak mau sekolah lagi? Gak mau sekolah apa nih?
S : Siapa yang ngelalang dede ngacak kan? Capa yang ngelalang belajaw?
Duh lautin dong! Tangan mbak gak tahan banget.
O1 : Udah nih?
S : Gak tahan banget, mau patah.
O3 : Mau patah?
S : Ayah sewamat jawan.
O5 : Masih lama, masih jauh.
S : Selamat jalan!
O5 : Dengerin ini dulu. Masih jauh.

TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 4-5 TAHUN


DATA 21 SAMPAI DENGAN DATA 39

Transkrip Dialog Data 21 (Tanggal 10 Juni 2017)


O1 : Ini kenalin siapa-siapa aja, kenalin!
S : Bingung, bingung nama-namanya. Udah lama mba ga, uda lama mba
gak, ketemu.
O1 : Kenalin aja yang satu apa? Kelinci.
S : Nyampe lambut mba gatak.
O1 : Hah? Sampe rambut mba gatel?
S : Ehm.
O1 : Haduuh, ini bocil juga ikut-ikutan nih rambutnya gatel nih, haduh bocil
bocil. (Sofi)
S : Bum pada kelamas ya de?
O1 : Iya belum keramas ih.
S : Bu tadi dede juga beum kelamas?
O3 : Dede kemarin sudah.
O1 : Aaah mbaknya belum, siap-siap keramasin.
O3 : Gapapa ya mbak yah? Orang keramas doang.
O1 : Emang mau kemana?
S : Iya, jangan nangis ya mbu?
O1 : Emang mau ke mana?
S : Engga ke mana-mana. Ga ga ga engga manah gak ke mana.
S : Sofi kok dibagun-bagunin? Bingung deh sama Sofi. Awas awas! Awas
tangannya!
O3 : Kenapa sih mbak? Adenya dimarah-marahin mulu ya.
O1 : Ya ampun.
S : Ini dari tadi bonekanya lagi tidul malah digangguin.
O3 : Oh dedenya ngajak main.
O1 : Kan tadi udah tidur di luar. Ada badai datang dan bangun. (O1 merusak
boneka-boneka S yang sedang dibaringkan di lantai (dalam artian tertidur)).
S : Jangaaan!
110

O1 : Orang suruh bangun. Udah cukup istirahatnya tadi dari pagi sampai jam
sebelas.
O3 : Itu mah om Aip.
O1 : Emang itu siapa mba?
(S hanya menunjuk ke arah O1)
O1 : Siapa? Mba Hanifa?
S : Bukan.
O1 : Atau dede Sofi?
S : Om keliwil.
O1 : Siapa?
S : Om keliwil.
O1 : Om keriwil? Rambut om Arip udah rapi tahu.
S : Masih keliwil, ya bu? Belum kelamas tahu.
O1 : Orang rapih kayak gini kok.
S : Bangun ada badai.
S : Om pakein!
O1 : Mana, yang mau dipakein yang mana?
O1 : Oh pengen ke ibu sono? (Sofi menujuk ke arah luar)
S : Yang panda.
O3 : Kodok webek ...
S : Ibu itu di kepala ibu. (S menaruh boneka kodok di kepala ibu.)
O3 : Sini dong, gerak dong! Hiya mbak duluan. (S dipeluk ibu) Gantian.
O3 : Eh de, webeknya mimi.
S : Bo ibu ibu ibu tikusnya mimi.
O3 : Tikusnya mimi.
O3 : Kodok webek, webek, cium perut dede.
S : Ada tikus di kepala dede.
O1 : Ada tikus di rumahku.
S : Ada tikus di lambut kamu de.
O3 : Eh tikusnya cium mbak. Hujan boneka ye ...
O3 : Gak terima dede. Dede ceritanya ngambek ditinggalin ibu?
O1 : Dadah.

Transkrip Dialog Data 22 (Tanggal 1 Agustus 2017)


S : Gagaga ping ping ping ... naik naik es kema liha liha ence, Mba gak apal.
O1 : Lagu apa, lagu apaan itu?
S : Lagu hay faif. Udah diklik? Snap snap snap snap snap snap snap.
O1 : Apa sih itu?
S : Udah bewum si?
O1 : Udah belum apanya?
S : Fotonya.
O1 : Foto? Emang foto?
S : Snap snap ... Sentel ya?
O1 : Iya
S : Eh jangan! Silau.
O1 : Ssstt
111

S : Nanti buat mati wampu.

Transkrip Dialog Data 23 (Tanggal 2 Agustus 2017)


HNA bermain kereta (2-8-17)
S : Belhasil bewom?
O1 : Berhasil dong.

Transkrip Dialog Data 24 (Tanggal 2 Agustus 2017)


HNA bernyanyi (6-8-17)
S : Ayah, itu ga ada gambal kaka mba apa ya?
Ayah : Heem
S : Yah kenapa?
S : Ayah, dede pengen hawo hawo.
O1 : Apalagi mbak abis ini mbak?
S : Gak tau.
S : Silau om Aip.
O1 : Oh silau, yaudadeh. (mematikan flash kamera)

Transkrip Dialog Data 25 (Tanggal 16 Agustus 2017)


S : Om Aip gi ngapain?
O1 : Ngapain aja ke, nyanyi aja terus!
S : Da bewom?
O1 : Terus, nyanyi aja terus.
S : Uda om.
S : Om Aip, yang video mana om?
O1 : Itu video sayang.
S : Tapi gak bisa om.
O1 : Bisa apanya?
S : Gak ada videonya tuh.
O1 : Tu kan kalau ininya jalan berarti video.
S : Masa dikaya giniin gak mau?
O1 : Ya gak bisa lah, itu mah buat foto.
O1 : Udah sono!
S : Om Aipnya ayo!
O1 : Iya om Aipnya belakangan. Tu dua ...
S : (HNA mengetuk pintu)
O1 : Rumah siapa emang itu?
S : Mbak.
(O1 mengarahkan kamera ke bunga)
S : Foto apa?
S : Ini bunganya cantik.
O1 : Ayo!
S : Ayo ke mana?
S : Na om ni kalau ujan kita bisa beteduh sini ni om.
O1 : Ogitu.
-
112

S : Tanya lagi, tanya agi!


O1 : Tanya apa?
S : Sendal mba yang gede dali siapa?
O1 : Sendal mba yang gede dari siapa?
S : Yang itu yang bagus? Yang dali Jawa
O1 : Yang bagus dari siapa?
S : Dali Jawa
O1 : Dari mbah Jawa? yang dari mbah uti Setu apa?
S : Em inih ... sendal ijo
O1 : Sendal ijo, bagus gak?
S : Bagus
O1 : Kalau dari atung? Atung Setu apa?
S : Kayaknya ... mba dari atung pasal mawem. Dari om aip baju sama
boneka.
O1 : Wadu ...
S : Belalti om aip pemenangnya duwu.
O1 : Dari om Imam, apa ayo?
S : Tas flozen sama buku sedus.
O1 : Sedus?
S : Om aip pemenangnya sama om imam.
O1 : Kalau dari ayah?
S : Sekalang bewom sama ibu.
O1 : Kalau yang dulu apa?
S : Mba bewom bisa.
O1 : Bisa apa?
S : Naiknya
O1 : Naiknya, emang dikasih apa?
S : Loda bantunya masalahnya pelnah kebalik om.
O1 : Mba lagi buat apa?
S : Om Aip duntingin dong, kewlas ya.
O1 : Keras?
S : A tolongin ah, tolongin ah! Tu dibentuk nanti mba mau ituin.
O1 : Terus kalau udah jadi?
S : Di elem.
O1 : Ada lemnya?
S : Ada lem keltas bental ya mba ambil.
S : Sekalang tempelin di mana ya ini? Di keltas deh.
O1 : Kita tempelin di kertas aja.

Transkrip Dialog Data 26 (Tanggal 17 Agustus 2017)


S : Apa ni om?
S : Buku.
-
S : Om maap om, lagi ada sajen om, maap ya. (HNA mendapat hadiah 17an)
S : Bu, dede mau mi.
O3 : No.
113

O1 : Berdiri! Mau berdiri emang?


S : Biawin aja om dia mau usaha.
O3 : Mba han sayang.
S : Apa?
O3 : Mi apa kamu?
S : Mi gowe, mi kuah aja deh.
O3 : Soto apa ayam bawang?
S : Soto.

Transkrip Dialog Data 27 (Tanggal 11 Oktober 2017)


HNA bermain di TK (11-10-17) S
O1 : Sopinya mana sopi?
S : Tu bewakang.
O1 : Sama siapa?
S : Sama ibu.
O1 : Ayah?
S : Ga ada, pulang kampung.
O3 : Mbak mau somay ga mba, dede udah abis dua lo mbak.
S : Ga mau.
...
S : Ade, main jungkat-jungkit sini!
O3 : Noh, mau main sama mbak gak?
(HNA dan Shopie menaiki ayunan)
O3 : Jangan kenceng-kenceng Han dedenya takut.
O1 : Udah tau pelan-pelan aja ciplut.
S : Dolongin!
O3 : Gak mau no kata dede.
S : Dah turun, mau kenceng. Cepetan!
O1 : Sini om aip kencengin sini ni. Satu ... dua ...
S : Jangan, jangan, jangan!
...
S : Mba takut om. (HNA mencoba menaiki alat yang lain)
S : Mba gak mau nyampe tinggi-tinggi.
O1 : Gapap berani om arip aja berani
S : Om Aip kan da gede.

Shopie diangkat ibu untuk main perosotan


S : Bu, mba mau.
O1 : Udah mbak nyobain dari atas.
S : Ah gantian.
O1 : Dari atas, nanti om aip tangkep.
S : Ga mau.
O1 : Beneran.
S : Boong?
O1 : Beneran. Lagi?
S : Om nanti tangkep ya! Tangkep!
114

O1 : Stop!
S : Ayo!
O3 : Jangan nanti dedenya disruduk sakit.

Transkrip Dialog Data 28 (Tanggal 1 November 2017)


S : Om ini gimana si ngilanginnya?
O1 : Waduh om aip tak tahu pun

Transkrip Dialog Data 29 (Tanggal 5 November 2017)


O3 : Ayang sini Ayang! (Ibu HNA mau menyuapi)
S : Gak, udah.
S : Bental ya mau pipis dulu.
S : Om liat kowsi aku gak?
O1 : Kursi apa?
S : Kuwsi yang kecil.
O1 : Entahlah ... gak.
(HNA memainkan senter)
S : Ini citanya lampu jalanan.
O1 : Lampu jalanan, bukan lampu mbak?
S : Bukan.
S : Om liat bayangan mba!
-
S : Uti agi ada pesta.
O1 : Ah pesta apa sih?
S : Agi ada acawa ya om?
O1 : Acara apa?
S : De, sentelin ini ya!

Transkrip Dialog Data 30 (Tanggal 7 November 2017)


S : Ibu liat emba! (mbu, liat mba!) (HNA pakai topi om) Ade iyat!
O1 : Liat liat apa si mbak?
O1 : Coba nyanyi lagi!
S : Ama jake sama maeko, jake sama maeko ni. (Boneka tangan HNA)

Transkrip Dialog Data 31 (Tanggal 26 November 2017)


S : Mana ade?
O1 : Noh, ayo kejar
S : Kenapa?
O4 : Kakinya berdarah, kasih betadin.
S : Mana coba liat? Jangan tung jangan betadin!
O1 : Emang kenapa?
S : Mba mau keluar ya.

Transkrip Dialog Data 32 (Tanggal 28 Desember 2017)


S : Bu, sini!
O3 : Iya
115

S : Telowongannya jeblos.
O3 : Yaudah mbak kan sudah besar, bisa menghindar yang nyeblos
S : Mbak gak lewat yang jeblos. Serem banget tau.

Transkrip Dialog Data 33 (Tanggal 16 Februari 2018)


S : Dah
O1 : Mana?
S : Ini.
O1 : Terus oncomnya mana, oncom?
S : Bental bental, sabal ya pak.
O1 : Mana sih, udah laper nih.
S : Ibu awas awas.
O1 : Abangnya udah laper nih.
S : Capcaynya dah mau abis (HNA mengambilkan lauk untuk O1)
O3 : Abisin aja, entar sore kan biasa masak baru.
S : Ya awoh tumpah
O1 : Buat mbak mana buat mbak?
S : Abis ni yak buat kakak. Ayah mau engga?
O1 : Buat mba jeu
S : Ni buat apa bu sendoknya?
O3 : Terserah buat sendok om arip boleh, tuh ambil oncomnya.
O1 : Apa tuh? Apa tu mbak?
S : Ehm oncom. Nih sendoknya.
O1 : Berapa ribu bu?
S : Ah pake segawa bayal, dah ga usah.
O1 : Gratis dong?
S : Gratis.
O1 : Alhamdulillah
...
O1 : Kenapa?
S : Kena knalpot tangannya.
O1 : Coba liat jempolnya!
S : Tewunjuk
S : liat de, liat de! Manah?
O1 : Iii nanti juga diomelin.
S : itu diselfiin?
O1 : Bukan selfi, ini namanya vidio.
(HNA menaiki motor)
S : Kak liat mbak!
O1 : Kenapa? Heh jangan dipinggiran gitu!
S :Nanti nyungsep ke tanah.
O1 : Iya iya.
S : (Bernyanyi pak kondektur) Mbak bisa, itu lagunya kakak Tasya tapi
mbak ngapalin doang, lagunya mah engga ada.
O1 : Kenapa gak ada si?
S : Da lusak.
116

O1 : Lagi mijitin mbak?


S : Engga, cuma ngusap-ngusap.
O1 : Terus entar tidur gak?
S : Bental ya tak tambain bantal buat dudukan ade. Dah sini bobo, bobo!
O1 : Hahaha, nak kecil so tau.
S : Bobonya yang benel ngapa de.
S : Yuk masuk kamal yuk!

Transkrip Dialog Data 34 (Tanggal 2 Maret 2018)


O2 : Nada sini!
S : Gapapa, mbahnya baik.

Transkrip Dialog Data 35 (Tanggal 19 Maret 2018)


Teman : Ada anak kecil.
S : Ada anak bintang kecil.
Teman : Anak kecil gak boleh naik, mba udah gede, udah ngaji, anak kecil
belom.
S : Iya, Ako juga uda ngaji bisa di rumah aku.

Transkrip Dialog Data 36 (Tanggal 14 April 2018)


O1 : Kenapa sih?
S : Suawa babi. Wiat kak!
(HNA memencet hidungnya dan mengikuti suara babi)
S : De nyanyamnya. Nyanyamnya tata minta ya.

Transkrip Dialog Data 37 (Tanggal 29 April 2018)


O3 : Om Aip pengen nelfon dong, gitu.
S : Om Aip pengen nelfon dong.
O3 : Panggil omnya de! Ngomong dong.
S : Kuwang kenceng ya om?
S : Om Aip pengen nelfon.
S : Kedengeran gak si dari hapenya?
S : Om kedengeran gak si dari hapenya?
S : Bental ya om.

Transkrip Dialog Data 38 (Tanggal 7 Mei 2018)


O1 : Sini sama dede.
S : Gak.
BIODATA PENULIS

Arif Gunawan: lahir di Jakarta, besar dan kini


menetap di Bekasi. Aktif sebagai pelajar juga
pengajar di daerah Setu. Bisa ditemui melalu laman
twitter dan instagram: @rifunawan dengan kontak
surel: arifgunawan2610@gmail.com.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dengan


menamatkan pendidikan di taman kanak-kanak
Cenderawasih pada tahun 2001, melanjutkan
pendidikan dasarnya di SD Negeri Ciledug 02 dan
lulus pada tahun 2008, menyelesaikan pendidikan
di SMP Negeri 1 Setu tahun 2011, dan lulus di
SMA Negeri 1 Setu pada tahun 2014.
Kemudian penulis melanjutkan program S1 di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

117

Anda mungkin juga menyukai