Anda di halaman 1dari 10

Nama : WINDI WAHYUNI

BP : 2011316045

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

I. TUJUAN
PRAKTIKUM
TUJUAN UMUM.
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan abdomen.

TUJUAN KHUSUS.
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan abdomen secara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
2. Melakukan pemeriksaan hepar
3. Melakukan pemeriksaan sphleen
4. Mengidentifikasi abnormalitas pada abdomen

II. KONSEP TEORI


Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan ini
berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen. Pembagian topografi abdomen dapat di amati pada gambar
dibawah ini :
NILAI
No. TINDAKAN
0 1 2
PERSIAPAN
1 Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan/handscoen
4. Kassa steril
5. Selimut
6. Tissue
7. Bullpen
8. Bengkok
9. Lembar dokumentasi
2 Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4. Informed consent
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Persiapan klien :
Atur posisi klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan.
PELAKSANAAN
5 Mengucapkan Basmallah
6 Perawat mencuci tangan
7 Meletakkan alat di dekat klien
8 Memakai handscoen
A. INSPEKSI
9 Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
10 Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
11 Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut
12 Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung) kesimetrisan
abdomen, kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen
(gelombang peristaltik, pulsasi), umbilikus, pembesaran organ, massa
B. AUSKULTASI
1) MENDENGARKAN PERISTALTIK USUS
13 Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan
dengan gambar) pada abdomen pasien
14 Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit
 Normal dewasa : 5 – 35x/menit
 Normal anak : 5 – 15 x/menit
2) MENDENGARKAN SUARA PEMBULUH DARAH
15 Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang muncul
 Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma hepar

C. PALPASI
16 Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam
(jika pasien mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
17 Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam
(muskulus rectus relaksasi maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku maka
itu spasme
sejati)
18 1) PALPASI BIMANUAL
(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam)
Letakkan tangan kiri di pinggang kanan atau kiri pasien, dan tangan kanan
pada bagian depan dinding abdomen

19 2) PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT
memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan dengan cepat
tangan
ditarik kembali
20 Amati gerakan/pantulan abdomen
(cairan asites akan berpindah untuk sementara sehingga massa yang membesar
dalam
rongga abdomen dapat terasa saat memantul)
21 Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
22 Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
23 Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan pertama
D. PERKUSI
24 Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
25 Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan di
perkusi. Lakukan perkusi sesuai urutan gambar di bawah
ini.

26 Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari telunjuk/tengah


tangan kanan
27 Dengarkan suara yang ditimbulkan
(perkusi abdomen normal adalah timpani, hati berbunyi redup/dullness)
1) PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNESS
28 Miringkan pasien ke kanan
29 Perkusi abdomen bagian atas dan bawah
(atas terdengan timpani, bawah redup)
30 Miringkan pasien pada sisi yang berlawanan
(akan terdengar yang semula redup akan berubah menjadi timpani)
31 Rapikan alat-alat yang telah digunakan
32 Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien
33 Perawat mengucapkan “Hamdallah” kemudian menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan
kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai.
34 Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
35 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien
36 Evaluasi :
 Klien bersih, rapi dan nyaman
 Tempat tidur rapi
 Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi
 Perawat mampu menyimpulkan apakah ada pembesaran organ dalam,
berapa suara bising usus klien, dll
Malang,
TOTAL : …… /…...
Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… /……
2 x ……. Fasilitat
or

………………
…..
Nama : WINDI WAHYUNI
BP : 2011316045

Laporan Pendahuluan

A. Pemasangan (NGT)

1. Pemasangan NGT

Melakukan pemasangan selang dari rongga hidung ke lambung yang dilakukan pada
pasien tidak sadar (coma), pasien dengan masalahsaluran pencernaan atas (stenosis
esophagus, tumor mulut/faring/esophagus, dll), pasien yang tidak mampu menelan, pasien
pasca operasi pada mulut/faring/esofagus.

2. Tujuan

Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung
Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma
Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium.
3. Persiapan alat

1. NGT No.14 atau 16 (untuk lebih kecil)


2. Jeli
3. Klem
4. Stetoskop
5. Pinset
6. Handuk, tissue, dan bengkok
7. Segelas air putih dan sedotan
8. Plester
9. Spuit 20 cc atau 50 cc
10. Stetoscope
11. Spatel lidah
12. Senter
13. Sepasang sarung tangan

4. Prosedur kerja

1. Dekatkan alat disamping klien


2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Cuci tangan
4. Bantu klien pada posisi high fowler, meningkatkan klien untuk menelan
5. Pasang handuk pada dada klien, dekatkan tisu wajah. Agar tidak mengotori pakaian klien.
Pemasangan selang dapat menyebabkan keluarga air mata.
6. Memakai sarung tangan
7. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernafas normal dengan
menutup satu hidung kemudiann mengulanginya dengan menutup hidung yang lain ( bila
klien sadar), selang mudah masuk melalui selang hidung yang lebih paten
8. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan menggunakan :
Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak hidung kedaun telinga bawah dan ke prosesus xifoideus
disternum
Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan
metoode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan
tanda tradisional
9. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan menggunakan plester
10. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm. Pelumasan menurunkan friksi anatar
membrane mukosa dan selang.
11. Ingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan instruksikan klien untukmengatur
posisi kepala ekstensi, masukkan selang melalui hidung dan memelihara agar
jalan nafas tetap terbuka
12. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan,
putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan selang dengan cara memutar
dan sedikit menaruk ujung selang akan mudah masuk kefaring.
13. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati nasofaring
(3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan
14. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air minum (jika perlu tekankan
pentingnya bernnafas lewat mulut) menelan memudahakn lewatnya selang melalui
orofaring
15. Jangan memasakkan selang untuk masak. Jika ada hambatan atau klien tersedak, sianosis,
hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakang tenggorok dengan
menggunakan sudip lidah/spatel dan senter. Selang mungkin terlipat, menggulung
diofaring atau masuk ke trakea
16. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah di tentukan, anjurkan klien
rileks dan bernafas normal. Memberi kenyamanan dan mengurangi kesemasan.
17. Periksa letak selang dengan :
Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada
perut di kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara
bersamaan auskultasi abdomen.
Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkuk yang berisi air
Jika terdapat gelembung udara. Selang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak ada
gelembung udara selang masuk kedalam lambung
18. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering. Membantu
merekatkan plester lebih baik
19. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekankan pada hidung :
Potong plester 10 cm, belah menjadi dua sepanjang 5 cm pada salah satu
ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan
silangkan pada selang yang keluar dari hidung
Tempelkan ujung NGT pada klien dengan memasang plester pada ujungnya dan
peniti pada baju
20. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
21. Rapikan alat-alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan

SOP Pemasangan NGT

I. Tahap Pra Interaksi


1. Cek catatan pasien.
2. Siapkan pasien.
3. Siapkan alat :
a. Peralatan makan : piring, sendok, garpu, gelas minum, serbet, pisau (jika perlu),
dan mangkok untuk cuci tangan
b. Makanan dan minuman disiapkan dan dibawa ketempat pasien
c. Lingkungan di sekitar pasien dirapikan

II. Tahap orientasi


1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya.
2. Beritahukan tujuan tindakan.
3. Beritahukan prosedur kerja dan lama bekerja.

III. Tahap kerja


1. Dekatkan alat disamping klien.
2. Cuci tangan.
3. Bantu klien pada posisi high fowler.
4. Pasang handuk pada dada klien, dekatkan tisu wajah.
5. Memakai sarung tangan.
6. Minta klien untuk rileks dan bernafas normal dengan menutup satu hidung kemudian
mengulanginya dengan menutup hidung yang lain (bila klien sadar).
7. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan menggunakan :
o Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak hidung ke daun telinga bawah dan ke prosesus
xifoideus disternum
o Metode hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Selang yang akan di masukkan pertengahan antara 50 cm
dan tanda tradisional.
8. Beri tanda pada panjang selang yang sudah di ukur dengan menggunakan plester.
9. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm.
10. Informasikan pada klien selang akan segera dimasukkan, intruksikan klien untukmengatur
posisi kepala ekstensi, masukkan selang melalui lobang hidung yang telah
di tentukan.
11. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan,
putarlah selang dan jangan di paksakan untuk dimasukkan.
12. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati
nasofaring (3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan.
13. Dorong klien untuk menelan dengan memberi sedikit air minum (jika perlu).
Tekankan pentingnya bernafas lewat mulut.
14. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien tersedak,
sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang di belakang tenggorokdengan
menggunakan sudip lidah/spatel dan senter.
15. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah di tentukan, anjurkan
klien rileks dan bernafas normal.
16. Periksa letak selang dengan :
Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop
pada perut di kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntikkan 10 20 cc
udara bersamaan auskultasi abdomen.
Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkuk yang brisi air.
Jika terdapat gelembung udara, selang masuk kedalam paru-paru. Jika
terdapat gelmbung udara selang masuk kedala lambung.
17. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering. Membantu
merekatkan plester lebih baik.
18. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung :
Potong plester 10 cm, belah menjadi 2 sepanjang 5 cm pada salah satu
ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan
silangkan pada selang yang keluar dari hidung
Tempelkan ujung NGT pada baju klien dengan memasang
plester pada ujungnya dan peniti pada baju
19. Evaluasi klien setelah terpasang NGT.
20. Rapikan alat-alat.
21. Cuci tangan.

IV. Tahap terminasi


1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
2. Dokumentasikan :
Catat jenis makanan yang diberikan, diet sesuai dengan indikasi.
Catat setiap keluhan yang ditemukan saat klien pemasangan.

Anda mungkin juga menyukai