Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA

PENDERITA TB DI PUSKESMAS KOTABUMI 1 KABUPATEN


LAMPUNG UTARA TAHUN 2020

SKRIPSI

OLEH:
VHERA YUNISA
NPM. 190101075P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2020
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PENDERITA TB DI PUSKESMAS KOTABUMI 1 KABUPATEN
LAMPUNG UTARA TAHUN 2020

CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH ADHERENCE OF MEDICINE ON TB


SUFFERERS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER OF KOTABUMI 1
IN NORTH LAMPUNG REGENCY 2020

Vhera Yunisa1, Dian Arif Wahyudi2, Feri Kameliawati3, Ardinata4


Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu
Jl. A. Yani No. 1A Tambahrejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Lampung 35372
email: vherayunsa@gmail.com

ABSTRAK

Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen
infeksius utama Mycobacterium tuberculosis. CDR tertinggi saat ini diraih oleh Kabupaten Lampung
Timur (68%) dan terendah berada pada Kabupaten Lampung Barat (28%) sedangkan Kabupaten
Lampung Utara sebesar 47%. Angka keberhasilan pengobatan (Sukses Rate/SR) di Provinsi Lampung
mengalami kenaikan yaitu sebesar 86,2%. artinya sebanyak 13.8% penderita TB mengalami putus obat.
Tujuan penelitian ini Diketahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita TB di Puskesmas Kotabumi 1 Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020.
Penelitian kuantitatif, jenis abalitik pendekatancross sectional. Populasi penderita TB paru, sampel
sebanyak 36 orang diambil secara total sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang
dibagikan ke responden. Penelitian telah dilakukan tanggal 18 Februari 2021 di Puskesmas Kotabumi
Lampung Utara. Analisis data secara univariat dan bivariat
Hasil Penelitian didapatkan Diketahui dari 36 responden, sebanyak 36.1% responden tidak patuh
terhadap minum obat TBC Paru,. sebanyak 58.3% responden. dengan dukungan keluarga negative, Ada
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TBC Paru pada penderita TBC Paru di (p-
value = 0,040 OR 7.150). Promosi kesehatan baik dalam bentuk poster, banner, leaflet, baligo tentang
konsep kepatuhan maupun konsep kesehatan lainnya

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat TB, pasien TB

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that mainly attacks the lung parenchyma, with
Mycobacterium tuberculosis as the main infectious agent. The highest CDR is currently achieved by East
Lampung Regency (68%) and the lowest is in West Lampung Regency (28%) while North Lampung
Regency is 47%. The success rate of treatment (Success Rate/SR) in Lampung Province has increased by
86.2%. This means that as many as 13.8% of TB sufferer undergo thewithdrawal symptoms. The research
objective was to know the correlation between family support and adherence of medicine on TB sufferers
at the public health center of Kotabumi 1 in North Lampung Regency 2020.
This research is quantitative research with cross sectional approach abalytic type. The population of
pulmonary TB sufferers, the sample of 36 people was taken by total sampling. Collecting data using a
questionnaire distributed to respondents. The researchconducted on February 18th 2021 at the public
health center of Kotabumi 1 in North Lampung Regency. In data analysis used univariate and bivariate.
The results obtained. It is known that from 36 respondents, 36.1% of respondents did not comply with
taking pulmonary TB medicine as many as 58.3% of respondents with negative family support, there is a
correlation between family support and adherence to taking pulmonary tuberculosis medicine on sufferers
with pulmonary tuberculosis (p-value = 0.040 OR 7.150). Health promotion in the form of posters,
banners, leaflets, billboards about the concept of adherence and other health concepts
Keywords: Family Support, Adherence with taking TB medicine, TB sufferers

PENDAHULUAN pada tahun 2019 sebesar 73,2% (Kemenkes,


2020).
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan Berdasarkan data angka penemuan kasus TBC
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh (CDR) semua kasus TB Di Provinsi Lampung
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Baksil TB dapat diketahui terjadi kenaikan dari tahun 2017-
paru yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran 2019 yaitu sebesar 25%-54%, namun angka ini
pernapasan akan mengumpul di dalam paru-paru. belum mencapai target yang telah ditetapkan
Baksil ini juga bisa menyebar ke seluruh bagian yaitu 70%. Case Detection Rate (CDR)
tubuh melalui pembuluh darah atau kelenjar menerangkan persentase penemuan kasus TBC di
getah bening. Maka, infeksi TB paru bisa terjadi masing - masih wilayah Puskemas di
di banyak organ tubuh, seperti: otak, ginjal, Kabupaten/Kota. CDR tertinggi saat ini diraih
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah oleh Kabupaten Lampung Timur (68%) dan
bening. Yang paling sering terjadi adalah infeksi terendah berada pada Kabupaten Lampung Barat
TB Paru. (Widoyono, 2011). (28%) sedangkan Kabupaten Lampung Utara
Menurut Global Tuberculosis Report 2019 yang sebesar 47% (Dinkes Lampung, 2020). Angka
dirilis oleh WHO pada 17 Oktober 2019, dunia keberhasilan pengobatan (Sukses Rate/SR) di
tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai Provinsi Lampung mengalami kenaikan yaitu
tujuan Strategi END TB tahun 2020 yaitu sebesar 86,2%. artinya sebanyak 13.8% penderita
mengurangi TB sebesar 20 persen dari jumlah TB mengalami putus obat.
kasus tahun 2015-2018. Namun, antara 2015 dan Pada tahun 2019Case Notification Rate (CNR)
2018, penurunan kumulatif kasus TB hanya TB Paru di Kabupaten Lampung Utara berjumlah
sebesar 6,3%. Begitu juga dengan penurunan 461 (69,64%) sedangkan angka kesakitan TB
jumlah total kematian akibat TB antara tahun Paru sebesar 110,87 per 100.000 penduduk (664
2015 dan 2018 secara global sebesar 11%, yang ks/598.892 penduduk), dengan angka kesakitan
berarti kurang dari sepertiga target yang sebesar tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Ulak
35 persen pada tahun 2020. Kasus baru Rengas sebesar 292,20 per 100.000 penduduk (48
tuberkulosis secara global sebesar 6,4 juta, setara ks/16.427 penduduk), wilayah kerja Puskesmas
dengan 64% dari insiden tuberkulosis (10 juta). Kotabumi Udik sebesar 241,87 per 100.000
Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab penduduk (18 ks/7.442 penduduk), wilayah kerja
kematian tertinggi di dunia yang menyebabkan Puskesmas Pekurun sebesar 192,29 per 100.000
kematian sekitar 1,3 juta pasien (Kemenkes, penduduk (22 ks/11.441 penduduk) dan
2020). Puskesmas Kotabumi I sebesar 165,63 per
Pada tahun 2019 jumlah kasus tuberkulosis yang 100.000 penduduk (75 ks/45.283 penduduk).
ditemukan sebanyak 543.874 kasus. Secara Angka kesembuhan penyakit TB Paru pada
nasional angka keberhasilan pengobatan Tahun 2019 sebesar 84,93%.
tuberkulosis telah tercapai termasuk pada tahun Mengacu pada kondisi tersebut diperlukan
2019 yang sebesar 86,6% artinya sebesar 13,4% adanya penanggulangan penyakit TB Paru C ini.
tidak berhasil dalam pengobatan, dengan Directly Observed Treatment Succes Rate
pencapaian tertinggi di Provinsi Lampung sebesar (DOTS) adalah strategi penyembuhan TB Paru
97,3% dan terendah di Papua Barat sebesar jangka pendek dengan pengawasan secara
41,5%.Sedangkan indikator pengobatan khusus langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS,
untuk pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi maka proses penyembuhan TB Paru dapat
bakteriologis yaitu angka kesembuhan (cure rate) berlangsung secara cepat.Program kesembuhan
TB Paru DOTS menekankan pentingnya terhadap suatu nilai. Kepatuhan (adherence)
pengawasan terhadap penderita TB Paru agar adalah istilah yang digunakan untuk
menelan obat secara teratur sesuai ketentuan menggambarkan perilaku pasien dalam minum
sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan
direkomendasikan oleh WHO secara global untuk waktuya (Nursalam, 2016).
menanggulangi TB Paru, karena menghasilkan Penelitian Pare (2012) Faktor-faktor yang masih
angka kesembuhan yang tinggi yaitu 95% mempengaruhi perilaku seseorang dalam
(Kemenkes, 2019). menjalani pengobatan mencapai kesembuhan
Terdapat 3 hal yang berpengaruh terhadap antara lain pekerjaan, peran PMO, pelayanan
perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. kesehatan, dukungan dari keluarga serta
menurut Niven (2013) salah satu yang diskriminasi yang diterima oleh pasien dan
mempengaruhi perilaku dalam kepatuhan adalah menurut. Penelitian Septia (2014) Terdapat
adanya dukungan dari keluarga (Niven, 2013). hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
Dukungan keluarga sangat menunjang minum obat pada penderita TB Paru di Rumah
keberhasilan pengobatan pasien TB Paru dengan Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Penelitian
cara selalu mengingatkan penderita agar makan Fitria (2016) ada hubungan dukungan emosional
obat, pengertian yang dalam terhadap penderita (p value = 0,004 ;OR=5,1), ada dukungan
yang sedang sakit dan memberi semangat agar penghargaan (p value= 0,031;OR=3,4), ada
tetap rajin berobat. Dukungan keluarga yang dukungan instrumental(p value = 0,007;OR=4,7),
diperlukan untuk mendorong pasien TB Paru ada dukungan informasional(p value=
dengan menunjukkan kepedulian dan simpati, 0,001;OR=16,2) dengan kepatuhan minum OAT
dan merawat pasien. Dukungan keluarga, yang di wilayah kerja Puskesmas Gading Rejo 2015.
melibatkan keprihatinan emosional, bantuan dan Berdasarkan masalah tersebut di atas maka
penegasan, akan membuat pasien TB Paru tidak peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
kesepian dalam menghadapi situasi serta mengenai Hubungan Dukungan Keluarga dengan
dukungan keluarga dapat memberdayakan pasien Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB di
TB Paru selama masa pengobatan dengan Puskesmas Kotabumi 1 Kabupaten Lampung
mendukung terus menerus, seperti mengingatkan Utara Tahun 2020.\
pasien untuk mengambil obat-obatan dan menjadi
peka terhadap penderita TB Paru jika mereka METODE PENELITIAN
mengalami efek samping dari obat TB (Septia,
2014). Jenis penelitian menggunakan penelitian
Kepatuhan dalam pengobatan dapat sebagai kuantitatif. Waktu penelitian telah di lakukan
perilaku pasien yang dapat mentaati semua pada bulan Februari 2021 di Puskesmas
nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh Kotabumi 1 Kabupaten Lampung Utara.
kalangan tenaga medis, seperti dokter dan Rancangan penelitian survei analitikdengan
apoteker mengenai segala sesuatu yang harus pendekatancross sectional. Populasi dalam
dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, penelitian ini adalah sebanyak 36 orang. Variabel
salah satu diataranya adalah kepatuhan minum dari penelitian ini kepatuhan konsumsi obat dan
obat, hal ini merupakan syarat utama tercapainya dukungan keluarga. Pengumpulan data
keberhasilan pengobatan yang dilakukan (Niven, menggunakan kuesioner. Analisa data dengan
2013).Kepatuhan adalah komitmen seseorang univariat dan bivariate.

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat
Tabel 4.1
Karakteristik Responden

Variabel Kategori Jumlah Persentase


Usia <20 8 22.2
20-45 11 30.6
>45 17 47.2
Total 36 100,0
IRT 5 13.9
Wiraswasta 5 13.9
Buruh 5 13.9
Pekerjaan
Petani 6 16.7
Lain –lain 15 41.7
Total 36 100,0
Jenis Kelamin Laki – laki 21 58.3
Perempuan 15 41.7
Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa usia terbanyak adalah usia >45 tahun yaitu sebanyak 17
orang (47,2%), pekerjaan yang terbanyak adalah lain - lain yaitu sebanyak 15 orang (41.7%) . jenis
kelamin terbanyak adalah laki – laki sebanyak 21 (58,3%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


Dukungan Positif 15 41.7
Keluarga Negative 21 58.3
Kepatuhan Patuh 23 63.9
Tidak Patuh 13 36.1
Total 36 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui dari 36 responden, sebanyak 15 (41.7%) responden dengan
dukungan keluarga positif dan sebagian besar sebanyak 21 (58.3%) respondendengan dukungan keluarga
negatif. sebanyak 23 (63.9%) responden patuh minum obat TBC Paru dan sebanyak 13 (36.1%)
responden tidak patuh terhadap minum obat TBC Paru.

Analisis Bivariat

Tabel 4.4
Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TBC Paru

Kepatuhan
OR
Dukungan Tidak N % p-value
Patuh CI 95%
keluarga patuh
n % n %
Positif 13 86.7 2 13.3 15 100,0 7.150
Negatif 10 47.6 11 52.4 21 100,0 0.040 (1.284-
Total 23 63.9 13 36.1 36 100,0 39.827)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui dari 15 responden dengan dukungan keluarga positif, sebanyak 13
(86.7%) responden patuh dan sebanyak 2 (13.3%) responden tidak patuh. Dari 21 responden dengan
dukungan keluarga negatif, sebanyak 10 (47.6%) responden patuh dan sebanyak 11 (52.4%) responden
tidak patuh. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,040 yang berarti p-value<α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat TBC Paru pada
penderita TBC Paru di , dengan nilai OR 7.150 berarti responden dengan dukungan keluarga positif
memiliki peluang 7.150 kali lebih besar patuh jika dibandingkan dengan responden dengan dukungan
keluarga negatif.

PEMBAHASAN lingkungan akibat penyakit yang dideritanya


(Randung, 2013)
Pembahasan Univariat Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia
Karakteristik responden terbanyak adalah usia >45 tahun yaitu sebanyak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia 17 orang (47,2%) artinya responden sudah masuk
terbanyak adalah usia >45 tahun yaitu sebanyak dalam usia yang matang dimana sudah banyak
17 orang (47,2%), pekerjaan yang terbanyak memiliki pengalaman sehingga memahami
adalah lain - lain yaitu sebanyak 15 orang bahwa kepatuhan untuk konsumis obat penting
(41.7%). jenis kelamin terbanyak adalah laki – bagi dirinya dalam kesembuhan tekait dengan
laki sebanyak 21 (58,3%). penyakit yang dideritanya.Dalam penelitian ini
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang banyak responden yang bekerja karena hanya
dilakukan oleh Makhfudli (2010) yang sebagian kecil responden ibu rumah tangga yaitu
mengatakan bahwa perubahan daya tahan tubuh sebesar 13.9% artinya banyak responden yang
merupakan salah satu alasan dari hubungan bekerja mencari nafkah untuk kehidupan sehari-
keadaan dan usia, hal ini juga selaras dengan hari sehingga responden berusaha untuk sembuh
penyakit TB Paru. Pada negara maju, TB Paru dengan patuh mengkonsumsi obat sehingga
menginfeksi penderita pada saat usia penderita responden dapat bekerja kembali secara
masih muda, karena adanya penurunan daya maksimal. jenis kelamin terbanyak adalah laki –
tahan tubuh pada usia lanjut, penyakit yang lama laki sebanyak 21 (58,3%), responden, dimana
bisa timbul kembali. Selain sumber tersebut, dalam penelitian ini laki-laki bisa dikatakan
penelitian lain yang dilakukan oleh Zubaidah dan adlaah tulang punggung keluarga dalam mencari
Setyaningrum (2015) menyatakan bahwa adanya nafkah sehingga lebih sering berinteraksi dengan
hubungan signifikan antara usia penderita orang lain sehingga mudah terpapar oleh penyakit
Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan minum TB dan karena sebagai tulang punggung keluarga
obat. Dimana hasil uji statistik yang dilakukan dalam mencari nafkah maka responden berusaha
p=0,000 , tetapi untuk nilai odd ratio pada secara maksimal untuk bisa sembuh salah satunya
penelitian tersebut penderita usia muda 0,822 kali adalah dengan konsumsi obat secara teratur..
daripada penderita usia tua
Fazlul Karim et al menjelaskan bahwa Distribusi frekuensi dukungan keluargapada
kebanyakan pasien laki-laki datang atas penderita TBC Paru
kesadaran sendiri ke fasilitas kesehatan untuk Berdasarkan hasil penelitian dari 36 responden,
memperoleh pertolongan pertama pada penyakit sebanyak 15 (41.7%) responden dengan
yang dideritanya, sedangkan pasien perempuan dukungan keluarga positif dan sebagian besar
sulit untuk membuat keputusan tersebut. Selain sebanyak 21 (58.3%) responden. dengan
itu, pasien perempuan juga harus meminta ijin dukungan keluarga negative, artinya sebagian
terlebih dahulu untuk keluar rumah bahkan harus besar responden dengan dukungan keluarga
ada yang menemani jika ingin keluar rumah. negative.
Adanya stigma juga menyebabkan pasien Sejalan dengan penelitian Perdana (2017) dengan
perempuan banyak yang mengisolasi diri dan hasil penelitian Sebagian besar dukungan
menunda pengobatannya.Linda Masniari dkk, keluarga paling dominan masuk dalam kategori
juga menjelaskan bahwa perempuan lebih sering sedang yaitu sebanyak 34 orang (68%). Penelitian
terlambat datang ke pelayanan kesehatan Mafrur (2018) hasil penelitian tentang dukungan
dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin keluarga responden menunjukkan bahwa
berhubungan dengan aib dan rasa malu yang sebagian besar responden memiliki dukungan
lebih dirasakan oleh perempuan dibanding laki- keluarga sedang sebanyak 32 responden (32%),
laki. Perempuan juga lebih sering mengalami sedangkan paling sedikit responden memiliki
kekhawatiran akan dikucilkan dari keluarga atau dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 3
responden (7,3%). Sedangkan penelitian mengkonsumsi obat hal – hal ini yang terlihat
Tumenggung (2013) dukungan sosial keluarga sepele namun mempengaruhi perilaku penderita
pada penderita TBC Paru di RSUD Toto Kabila TB dalam mengkonsumsi obat karena dengan
Kabupaten Bone Bolango dari 30 responden yang dukungan yang kurang penderita merasa sendiri
di teliti 26 responden (86,7%) mempunyai dalam menghadapi sakit yang dialami. Menurut
dukungan keluarga dengan kategori baik pendapat peneliti keluarga dapat berperan sebagai
Dukungan keluarga adalah salah satu faktor sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota
penguat yang sangat mempengaruhi sikap dan keluarga juga berpandangan bahwa orang yang
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2014). Sejalan bersifat mendukung selalu siap memberikan
dengan teori Friedman (2014) yang pertolongan dan bantuan jka diperlukan.
mengungkapkan bahwa dukungan merupakan Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
tindakan dan penerimaan terhadap seseorang, penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sepeti dalam keluarga yang bersifat mendukung sakit. Dukungan keluarga merupakan suatu
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan bentuk perhatian, dorongan yang didapatkan
jika diperlukan, dalam hal ini penerima dukungan individu dari orang lain melalui hubungan
keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang interpersonal seperti perhatian, emosional dan
memperhatikan, menghargai dan mencintainya. penilaian. Dukungan keluarga dalam melakukan
Keluarga berperan sebagai sistem pendukung pengobatan, keluarga dapat menjadi faktor yang
bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang sangat berpengaruh dalam program pengobatan
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu TBC Paru. Bimbingan penyuluhan dan dorongan
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika secara terus-menerus sangat diperlukan agar
diperlukan. Peran sosial keluarga membuat penderita TBC Paru mampu melaksanakan
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai rencana yang dapat diterima untuk bertahan
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini hidup dan mematuhi aturan terapinya.
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga
(Friedman, Marilyn M.; Bowden, Vicky R.; Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat
Jones, Elaine G., 2014). Dukungan keluarga TBC Paru pada penderita TBC Paru
dalam hal ini sangat berperan dalam Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 23
meningkatkan kepatuhan menjalankan (63.9%) responden patuh minum obat TBC Paru
pengobatan yang dianjurkan karena keluarga dan sebanyak 13 (36.1%) responden tidak patuh
merupakan unit terdekat dengan pasien. Adanya terhadap minum obat TBC Paru, artinya sebagian
perhatian dan dukungan dalam mengontrol dan besar responden patuh dalam konsumsi obat TBC
mengingatkan apabila pasien lupa menjalankan Paru.
diit dengan baik dan merubah gaya hidup sesuai Dalam penelitian Kusumastuti (2014) bahwa 19
dengan petunjuk medis, dapat mempercepat (54,3%) tidak patuh dalam pengobatan TBC Paru
proses kesembuhanya (Brilianifah, 2017). dan 16 lansia (45,7%) patuh dalam
Dukungan keluarga secara penuh dan optimal pengobatanTBC Paru, begitupula dengan hasil
dapat diberikan dalam bentuk dukungan Sartika (2017) hasil penelitian menunjukkan
informasi, emosional, finansial dan penghargaan bahwa dari 100 responden sebanyak 97
(Friedman, 2014) responden (97%) memiliki kepatuhan yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 36 kurang baik, sedangkan sebanyak 2 responden
responden, sebagian besar dengan dukungan (2%) memiliki kepatuhan yang baik. Penelitian
keluarga negatif yaitu sebanyak 21 (58,3%) Hendrawati (2018) hasil penelitian sebanyak 29
responden, hal ini menurut pendapat peneliti orang (29.8%) tidak patuh terhadap pengobatan
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa TBC Paru , dan 20 orang (20.2%) lansia patuh
pada item pernyataan terkait keluarga masih ada terhadap pengobatan TBC Paru .
yang merokok didekat penderita TBC Paru, Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang
keluarga juga terkadang tidak mempunyai cukup berarti disiplin dan taat. Sacket dalam Niven
waktu untuk mengantarkan berobat serta (2013) mendefinisikan perilaku pasien sesuai
terkadang anggota keluarga berkata dengan nada dengan Ketentuan yang diberikan oleh petugas
kasar ketika penderita malas untuk kesehatan. Kepatuhan minum obat tidak
menyembuhkan dan tidak mengurangi Pembahasan Bivariat
kekambuhan 100 persen, kepatuhan minum obat Hubungan dukungan keluarga dengan
hanya mengurangi saja kekambuhan dan kepatuhan minum obat TBC Paru pada
rehospitalisasi pasien (Niven, 2013). Faktor yang penderita TBC Paru
mempengaruhi kepatuhan pasien antara lain Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,040 yang
pemahaman terhadap intruksi, kualitas interaksi, berarti p-value<α (0,05), maka dapat disimpulkan
isolasi social dan keluarga, keyakinan, sikap dan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan
kepribadian. Tidak seorangpun dapat mematuhi kepatuhan minum obat TBC Paru pada penderita
instruksi, jika ia salah paham tentang instruksi TBC Paru , dengan nilai OR 7.150 berarti
yang diterima, bahwa lebih dari 60% yang responden dengan dukungan keluarga positif
diwawancarai setelah bertemu dokter salah memiliki peluang 7.150 kali lebih besar patuh
mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada jika dibandingkan dengan responden dengan
mereka. Hal ini disebabkan kegagalan petugas dukungan keluarga negatif.
kesehatan dalam memberikan informasi yang Menurut Friedman, Marilyn M.; Bowden, Vicky
lengkap dan banyaknya instruksi yang harus R.; Jones, Elaine G. (2014), menyatakan bahwa
diingat dan penggunaan istilah medis. Kesehatan keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung
dan pasien merupakan bagian yang penting dalam bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang
menentukan derajat kepatuhan (Niven, 2013). bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
responden yang tidak patuh terhadap minum obat diperlukan.. Keluarga dapat menjadi faktor yang
TBC Paru, yaitu sebanyak 13 (36,1%) responden, sangat mempengaruhi dalam menentukan
menurut peneliti kepatuhan pada responden ini keyakinan dan nilai kesehatan individu serta
bisa terjadi ketika ada faktor yang dapat menentukan tentang program pengobatan
mempengaruhinya, seperti pengetahuan yang yang dapat mereka terima, menurut Niven salah
baik dan adanya dukungan keluarga sehingga satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan
responden mematuhi minum obat TBC Paru, pengoabatan adalah adanya peran keluarga
tujuan pengobatan pada penderita TBC Paru (Niven, 2013).
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, akan Sejalan dengan penelitian Perdana (2017)
tetapi banyak yang berhenti berobat ketika berdasarkan analisis data diperoleh nilai korelasi
tubuhnya sedikit membaik, sehingga diperlukan (0,001).dengan taraf signifikan p< 0,05. Ada
kepatuhan pasien yang menjalani pengobatan hubungan yang bermakna secara statistik antara
TBC Paru agar didapatkan kualitas hidup pasien dukungan keluarga dengan kepatuhan TBC Paru
yang lebih baik. Faktor yang mempengaruhi di dusun Depok Ambarketawang Gamping
kepatuhan pasien dalam berobat antara lain Sleman Yogyakarta. Penelitian Tumenggung
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat (2013) terdapat hubungan antara dukungan
penghasilan, kemudahan menuju fasilitas keluarga dengan kepatuhan penderita TBC Paru
kesehatan dan tersedianya asuransi kesehatan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
yang meringankan pasien dalam membayar biaya Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
pengobatan namun pada penelitian ini terdapat Nainggolan, dkk. (2012) di Poliklinik RSUD
responden tidak patuh terhadap minum obat TBC Tugurejo Semarang terhadap 45 responden,
Paru , yaitu sebanyak 29 (54,7%) responden, hal terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
ini dapat terjadi karena responden belum kepatuhan penderita TBC Paru dengan nilai p
memahami dengan baik manfaat dari patuh 0,017.
terhadap minum obat TBC Paru atau dukungan Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 15
keluarga yang masih kurang baik. Kepatuhan responden dengan dukungan keluarga positif,
dapat digunakan sebagai parameter tingkat sebanyak 2 (13,3%) respondentidak patuh hal ini
pengetahuan melakukan instruksi dari tenaga dimungkinkan adanya faktor lain seperti
medis yang berupa pengetahuan tentang resep, pengetahuan yang kurang baik terkait tentang
meminum obat secara teratur dan tepat dan manfaat dari kepatuhan pengobatan bagi
merubah gaya hidup. penderita TBC Paru atau adanya motivasi
responden yang kurang baik sehingga responden
terkadang tidak mematuhi aturan konsumsi obat terbanyak adalah laki – laki sebanyak 21 (58,3%).
yang seharusnya di konsumsi untuk penderita sebanyak 23 (63.9%) responden patuh minum
TBC Paru , sehingga diperlukan peran petugas obat TBC Paru dan sebanyak 13 (36.1%)
dalam upaya promotif terkait dengan kepatuhan responden tidak patuh terhadap minum obat TBC
ini sehingga penderita TBC Paru benar-benar Paru, artinya sebagian besar responden patuh
dapat memahi dan mematuhi pengobatan yang dalam konsumsi obat TBC Paru. sebanyak 15
dijalani dirinya. (41.7%) responden dengan dukungan keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 21 positif dan sebagian besar sebanyak 21 (58.3%)
responden dengan dukungan keluarga negatif, responden. dengan dukungan keluarga negative,
sebanyak 10 (47.6%) responden patuh hal ini artinya sebagian besar responden dengan
dimungkinkan adanya faktor lain seperti dukungan keluarga negatif. Ada hubungan
responden memahami minum obat TBC Paru dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
bagi dirinya sehingga walaupun tidak di dukung obat TBC Paru pada penderita TBC Paru di (p-
oleh keluarga namun responden memiliki value = 0,040 OR 7.150).
pengetahuan dan motivasi yang baik sehingga
responden patuh terhadap konsumsi obat yang SARAN
akan di jalani dan sebanyak 11 (52.4%)
responden tidak patuh, menurut pendapat peneliti Memberikan pendidikan kesehatan kepada
bahwa peran dari keluarga sangat berharga dan keluarga penderita TBC Paru tentang minum
akan menambah kepatuhan dalam minum obat obat TBC Paru secara maksimal sehingga dapat
TBC Paru . Peran dari keluarga yang diberikan menurunkan kejadian TBC Paru. Meningkatkan
kepada pasien yang menderita TBC Paru akan pengetahuan dengan cara, mencari informasi
mampu dipahami maknanya dengan baik sebagai kepada petugas kesehatan. Meningkatkan
penyokong/penopang kehidupannya. Jadi, jelas dukungan kepada penderita TBC Paru dengan
secara teori peran dan dukungan keluarga cara mengingatkan untuk minum obat, memberi
berpengaruh pada kepatuhan.Karena dengan motivasi sehingga penderita tidak jenuh dalam
adanya peran yang baik dari keluarga, secara konsumsi obat.
emosional merasa lega karena merasa
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang DAFTAR PUSTAKA
menyenangkan pada dirinya, merasa dihargai,
dan disayangi. Menurut pendapat peneliti adanya Bratanegara, A. S. (2012). Gambaran Dukungan
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan Keluarga terhadap Pemanfaatan Posbindu
pengobatan dalam hal ini konsumsi obat dapat Lansia di Kelurahan Karasak Kota
terjadi karena faktor dukungan keluarga Bandung. Students e-Journal, 1(1), 28.
menjadikan keluarga berfungsi sebagai Depkes (2007). Pedoman Penerapan DOTS di
pendukung pengetahuan responden, sehingga Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2018).
responden dalam kehidupan. Dukungan keluarga Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2017.
juga dapat menjadi faktor yang dapat Lampung
berpengaruh dalam menemukan program
kepatuhan konsumsi obat yang akan dijalani oleh Friedman, L. M. (2014). Buku Ajar Keperawatan
penderita. Keluarga memberi dukungan dan Keluarga Riset, Teori & Praktik. Jakarta:
membuat keputusan mengenai anggota keluarga EGC.
yang sakit.
Kementerian kesehatan republik indonesia.
KESIMPULAN (2011).Strategi nasional pengendalian TB
(2010). Jakarta.
Diketahui bahwa usia terbanyak adalah usia >45
tahun yaitu sebanyak 17 orang (47,2%),
pekerjaan yang terbanyak adalah lain - lain yaitu
sebanyak 15 orang (41.7%). jenis kelamin
Kementerian kesehatan republik indonesia. Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
(2016).Panduan peringatan tb seduania Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
2015. Jakarta.
Pare, A. L. (2012). Faktor–Faktor Yang
Kementrian Kesehatan RI (2018). Profil Berhubungan Dengan Perilaku Berobat
Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta Pasien Tb Paru Di Puskesmas Batua Dan
Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan. Puskesmas Tamamaung Kota Makassar
Jakarta: Salemba Medika Tahun 2010-2012.
Widoyono, M. P. H. (2011). Penyakit Tropis
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Jakarta: Rineka Cipta Pemberantasan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan: Indonesia.
Pengantar Untuk Perawat dan Profesional World Health Organization. (2018). Global
Kesehatan Lain, Edisi Kedua. Buku Report on Tuberkulosis.WHO Library
Kedokteran EGC, Jakarta, hal, 192-199 Cataloguing-in-Publication Data

Anda mungkin juga menyukai