81 249 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

GASTRITIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

(STUDI KASUS KONTROL) DI PUSKESMAS BEBESEN KABUPATEN ACEH


TENGAH TAHUN 2017

Silvi Imayani*, Myrnawati CH**, Juneris Aritonang**


* Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan, e-mail : silvie_imayanti@yahoo.co.id
** Staf Pengajar Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan

ABSTRAK
Pendahuluan : Gastr itis mer upakan gangguan sistem pencer naan ber upa per adangan
mukosa lambung yang paling sering disebabkan oleh ketidakteraturan diet, rokok dan konsum-
si kopi dengan keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak,
nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pus-
ing atau bersendawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh ke-
jadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei bersifat analitik dengan
menggunakan desain kasus kontrol, jumlah sampel kasus pada penelitian ini yaitu sebanyak 23
orang dan kontrol sebanyak 46 orang dengan analisa data yang diuji menggunakan uji regresi
logistic. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil ada pengaruh yang signifikan pola
makan, stres dan rokok dengan kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabu-
paten Aceh Tengah Tahun 2017. Pola makan merupakan faktor yang paling dominan yang ber-
pengaruh terhadap kejadian gastritis dengan nilai (OR = 10.150), stress dengan nilai (OR =
9,109)dan merokok dengannilai (OR = 0.209). Diskusi : Kepada masyar akat di Wilayah
Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dihimbau supaya lebih memperhatikan
serta menghindari faktor penyebab gastritis seperti memperbaiki pola makan makan yang
benar, lebih meminati pekerjaan serta mengurangi mengkonsumsi rokok.
Kata Kunci : Pola Makan, Stres, Rokok dan Kejadian Gastritis

ABSTRACT
Introduction. Gastritis is a digestive system disorder; inflammation of the gastric mucosa
which caused by inappropriate diet, cigarette smoking and coffee consumption. The symptoms
are gastric pain, nausea, vomiting, weak, flatulence, feeling congested, pain in the pit of heart,
no appetite, pale face, rising body temperature, cold sweat, dizzy or burping. The purpose of
this research was to find out the factors influencing gastritis in Bebesan Public Health Centre,
Central Aceh Regency in 2017. Method. This research was a case-control study using analyti-
cal survey. The samples were 23 people and control group were 46 people. The data was ana-
lyzed by using logistic regression. Result. The result showed there was a significant influence
from diet, stress and cigarette smoking on gastritis incidence in Bebesan Public Health Centre,
Central Aceh Regency in 2017. Diet was the dominant factor which influence gastritis (OR =
10.150), followed by stress (OR = 9,109) and smoking (OR = 0.209). Discussion. It is suggest-
ed that the society in the area of Bebesan Public Health Centre, Central Aceh Region should
give more attention on and avoid factors that cause gastritis by having appropriate diet, loving
their job and reducing cigarette smoking.
Keywords : diet, stress, cigarette and gastritis

PENDAHULUAN saan merokok, sering mengalami stress dan


Beberapa penyebab gastritis adalah in- kebiasaan minum kopi yang dapat merang-
feksi kuman Helicobacter pylori, kebiasaan sang peningkatan produksi asam lambung
minum-minuman beralkohol, memiliki kebia- (Maulidiyah, 2006).

132
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
Angka kejadian gastritis pada beberapa Faktor berikutnya yang mempengaruhi
daerah di Indonesia cukup tinggi dengan kekambuhan gastritis yaitu konsumsi kopi
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 dimana kopi adalah minuman yang terdiri
jiwa penduduk. Berdasarkan Data Profil dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia;
Kesehatan Indonesia terhadap sepuluh penya- termasuk lemak, karbohidrat, asam amino,
kit terbanyak di rumah sakit di Indonesia, asam nabati yang disebut dengan fenol, vita-
pada pasien rawat inap gastritis berada pada min dan mineral. Konsumsi kopi adalah ke-
posisi keenam dengan jumlah kasus sebesar biasaan yang dilakukan seseorang dalam
33.580 kasus yang 60,86% terjadi pada per- meminum minuman yang mengandung
empuan. Pada pasien pasien rawat jalan gas- kafein. Kopi dapat merangsang lambung un-
tritis berada pada posisi ketujuh dengan tuk memproduksi asam lambung sehingga
jumlah kasus 201.083 kasus yang 77,74% menciptakan lingkungan yang lebih asam dan
terjadi pada perempuan (Kementrian dapat mengiritasi lambung. Iritasi lambung
Kesehatan RI, 2011). tersebut menyebabkan gastritis. Kafein di
Data dari Dinas Kesehatan Aceh tahun dalam kopi bisa mempercepat proses ter-
2015 didapatkan jumlah penderita gastritis bentuknya asam lambung. Hal ini membuat
dengan pasien rawat jalan yaitu 5.385 (0,11) produksi gas dalam lambung berlebih dan
dari 4.726.001 jiwa penduduk Aceh, se- membuat perut terasa kembung (Rahma, An-
dangkan data pasien gastritis yang pernah sar dan Rismayanti, 2013).
mendapakan perawatan di seluruh Provinsi Selanjutnya faktor yang juga menjadi
Aceh yaitu 1.560 (0,03%). Berdasarkan data penyebab kekambuhan gastritis adalah mero-
dari Dinas Kesehatan Kota Takengon pada kok. Merokok adalah menghisap asap temba-
tahun 2015 menurut urutan besar penyakit di kau yang dibakar ke dalam tubuh dan
puskesmas, gastritis menempati urutan ke-5 menghembuskannya kembali keluar. Hal ini
dengan jumlah penderita sebesar (5,39%) didukung dengan penelitian yang dilakukan
orang dari 68.808 jiwa, sedangkan tahun oleh Gustin (2011), menunjukkan bahwa pro-
2016 prevelansinya meningkat (6,7%) orang porsi kejadian gastritis lebih tinggi pada re-
dari 67.365 jiwa. sponden yang merokok (46,2%) dibanding
Penelitian yang dilakukan oleh Sri pada responden yang tidak merokok (27,6%).
Hartati, Wasisto Utomo, dan Jumaini (2014), Menurut data Laporan Puskesmas Be-
yang melihat hubungan pola makan dengan besen Tahun 2016, persentase penderita Gas-
risiko gastritis pada mahasiswa disebutkan tritis mencapai angka 180 orang yang men-
bahwa terdapat hubungan antara pola makan derita Gastritis tahun 2015, dan pada tahun
dengan risiko gastritis dimana dari hasil ana- 2016 mengalami peningkatan sehingga men-
lisis juga diperoleh kesimpulan bahwa maha- capai 250 orang. Berdasarkan hasil wa-
siswa yang memiliki pola makan teratur wancara pada 8 orang yang pernah didiagno-
mempunyai peluang 3,383 kali untuk tidak sa gastritis oleh dokter menyatakan bahwa
beresiko gastritis dibandingkan mahasiswa mereka memiliki pola makan yang buruk
yang memiliki pola makan tidak teratur. Ke- (jadwal, jenis makanan dan frekuensi makan
biasaan makan yang buruk dan yang tidak teratur) dimana mereka sering
mengkomsumsi makanan yang tidak hygien makan pagi jam 10.00, siang 15.00 se-
merupakan faktor risiko terjadinya gastritis dangkan makan malam jam 21.00 dan ada
(Wahyu, 2013). juga yang menyatakan bahwa mereka tidak
Selain itu penelitian lain yang dilakukan mempunyai waktu khusus buat makan
oleh Nur Rahma, Yusran Haskas, dan Akui- (makan pagi sebelum pukul 09.00, makan
lina Semana (2013), yang meneliti hubungan siang jam 12.00-13.00, dan makan malam
antara pola makan dan stres dengan kejadian jam 18.00-19.00) serta jenis makanan yang
penyakit gastritis pada pasien di Rumah Sakit tidak memiliki gizi seimbang dimana ma-
Umum Massenrempulu Enrekang, menunjuk- kanan dominan mengandung karbohidrat dan
kan terdapat hubungan antara pola makan dan lemak dan disajikan dengan rasa yang terlalu
stres dengan kejadian gastritis di Rumah Sa- pedas dan asam sehingga mereka sering me-
kit Umum Massenrenpulu Enrekang. rasakan keluhan kesehatan seperti perasaan

133
Pola Makan
penuh di perut (tengah), tidak nyaman pada sampel sebanyak 46 orang. Kriteria inklusi
area perut, mual dan muntah. Mereka juga sampel kontrol adalah pernah berobat dan
mengatakan kebiasaan sehari-hari seperti bukan penderita gastritis.
meminum kopi sebelum makan dan juga Pengumpulan data dilakukan
merokok serta tuntutan pekerjaan yang harus menggunakan data primer dan data sekunder.
dilaksanakan membuat mereka sering men- Data primer melalui wawancara dengan
galamai keluhan kesehatan seperti diatas. menggunakan kuesioner dan observasi.
Hasil wawancara pada 5 orang yang tidak Sedangkan data sekunder melalui data Pusk-
pernah didiagnosa gastritis oleh dokter esmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah
mengatakan memiliki pola makan yang tera- berupa laporan kejadian gastritis dari rekam
tur dan kegiatan minum kopi serta merokok medik.
dilakukan sesekali saja. Analisis data menggunakan analisis
Tujuan penelitian ini adalah untuk menge- bivariat berupa distribusi frekuensi, analisis
tahui faktor yang mempengaruhi kejadian bivariat melalui uji chi square, dan analisis
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Be- mulivarat melalui regresi linear logistik.
besen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017.
HASIL
METODE PENELITIAN 1. Karakteristik Responden
Jenis penelitian ini adalah jenis survei Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
bersifat analitik dengan menggunakan desain pada kelompok kasus dilihat dari umur re-
kasus kontrol, yaitu Gastritis dan Faktor yang sponden mayoritas >35 tahun sebanyak
Berpengaruh (Studi Kasus Kontrol) di Wila- 56,5% sedangkan pada kontrol umur respond-
yah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten en mayoritas >35 tahun sebanyak 54,3%. Pa-
Aceh Tengah Tahun 2017. da kelompok Kasus jenis Kelamin mayoritas
Populasi kasus adalah penderita gastritis perempuan sebanyak 52,2% sedangkan pada
yang pernah berobat di Wilayah Kerja Kelompok kontrol jenis Kelamin mayoritas
Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah perempuan sebanyak 56,5%, pada kelompok
Tahun 2016 sabanyak 250 orang (Januari- Kasuspendidikan responden mayoritas SMA
Desember 2016), dengan jumlah sampel sebanyak 52,2%sedangkan pada kelompok
sebanyak 23 orang. Adapun kriteria inklusi Kontrol Pendidikan mayoritas SMA sebanyak
yatu : pernah berobat dan didiagnosis 52,2%dan pada kelompok Kasuspekerjaan
menderita penyakit gastritis oleh dokter. responden mayoritasswasta sebanyak 56,5%
Sedangkan populasi kontrol adalah bukan sedangkan pada kelompok kontrol pekerjaan
penderita gastritis sebanyak 520 orang swasta sebanyak 50%.
(Januari-Desember 2016), dengan jumlah

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen


Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

Kejadian Gastritis
Total
No Karakteristik Responden Kasus Kontrol
n % n % n %
Umur
<35 tahun 10 43,5 21 45,7 31 44,9
>35 tahun 13 56,5 25 54,3 38 55,1
Total 23 100 46 100 69 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 47,8 20 43,5 31 44,9
Perempuan 12 52,2 26 56,5 38 55,1
Total 23 100 46 100 69 100
134
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
Pendidikan
SD 0 0 0 0 0 0
SMP 0 0 0 0 0 0
SMA 12 52,2 24 52,2 36 52,2
PT 11 47,8 22 47,8 33 47,8
Total 23 100 46 100 69 100
Pekerjaan
Wiraswasta 8 34,8 23 50 31 44,9
Swasta 13 56,5 21 45,7 34 49,3
PNS 2 8,7 2 4,3 4 5,8
Total 23 100 46 66,7 69 100

2. Pola Makan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus dilihat dari pola makan
mayoritas buruk sebanyak 56,6%dan pada kelompok kontrol pola makan mayoritas baik
sebanyak 91,3%.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pola MakanWilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2017
Kejadian Gastritis
Total
No Pola Makan Kasus Kontrol
n % n % n %
1. Baik 10 43,5 42 91,3 52 75,4
2. Buruk 13 56,5 4 8,7 17 24,6
Total 23 100 46 100 69 100

3. Stres
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus kategori stres mayoritas
responden stres ringan sebanyak 52,2% dan pada kelompok kontrol mayoritas responden tidak
stres sebanyak 69,6%.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi StresWilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Ten-
gah Tahun 2017

Kejadian Gastritis
Total
No Stress Kasus Kontrol
n % n % n %
1. Tidak stress 5 21,7 32 69,6 37 53,6
2. Ringan 12 52,2 12 26,1 24 34,8
3. Sedang 6 26,1 2 4,3 8 11,6
4. Berat 0 0 0 0 0 0
5. Berat Sekali 0 0 0 0 0 0
Total 23 100 46 100 69 100

135
Pola Makan
4. Merokok
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus mayoritas responden
merokok sebanyak 69,6% (kategori berat sebanyak 30,4%) dan pada kelompok kontrol
mayoritas responden tidak merokok sebanyak 60,9%.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Merokok Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah Tahun 2017
Kejadian Gastritis Total
No Merokok Kasus Kontrol
n % n % n %
1. Merokok
Ringan 5 21,7 9 19,5 14 20,3
Sedang 4 17,5 6 13,1 10 14,5
Berat 7 30,4 3 6,5 10 14,5
2. Tidak Merokok 7 30,4 28 60,9 35 50,7
Total 23 100 46 100 69 100

5. Riwayat Minum Kopi


Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus mayoritas responden
mempunyai riwayat minum kopi <3 cangkir/hari sebanyak 73,9% dan pada kelompok kontrol
mayoritas responden <3 cangkir/hari sebanyak 84,8%

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Riwayat Minum Kopi di Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Ka-
bupaten Aceh Tengah Tahun 2017
Kejadian Gastritis
Total
No Riwayat Minum Kopi Kasus Kontrol
n % n % n %
1. <3 cangkir/hari 17 73,9 39 84,8 56 81,2
2. >3 cangkir/hari 6 26,1 7 15,2 13 18,8
Total 23 100 46 66,7 69 100

Analisa Bivariat
1. Pola Makan Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa pada kelompok kasus pola makan buruk
sebanyak 56,5% sedangkan pola makan baik sebanyak 43,5%, sedangkan pada kelompok
kontrol kasus pola makan buruk sebanyak 91,3% sedangkan pola makan baik sebanyak 8,7%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,003 artinya ada pola makan berpengaruh terhadap
kejadian gastritis.

Tabel 6. Tabulasi Silang Pola Makan Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis di Wilayah
Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

136
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
Kejadian Gastritis
No Pola Makan Kasus Kontrol p Value OR
n % n %
1. Baik 10 43,5 42 91,3
2. Buruk 13 56,5 4 8,7 0,003 10.150
Total 23 100 46 100

2. Hubungan Stress Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis


Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pada kelompok kasus responden yang tidak
mengalami stress sebanyak 21,7%, stres ringan sebanyak 52,2%, stres sedang sebanyak
26,1%dan tidak ditemukan responden yang mengalami stres berat dan berat sekali sedangkan
pada kelompok kontrol responden yang tidak mengalami stress sebanyak 69,6%, stres ringan
sebanyak 26,1%, stres sedang sebanyak 14,3%dan tidak ditemukan responden yang mengala-
mi stres berat dan berat sekali. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,039 artinya stress
berpengaruh terhadap kejadian gastritis.

Tabel 7. Tabulasi Silang Hubungan Stress Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis di Wila-
yah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

Kejadian Gastritis
No Stres Kasus Kontrol p Value OR
n % N %
1. Tidak stress 5 21,7 32 69,6
2. Ringan 12 52,2 12 26,1
3. Sedang 6 26,1 2 4,3
0,039 9,109
4. Berat 0 0 0 0
5. Berat Sekali 0 0 0 0
Total 23 100 46 100

3. Merokok Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis


Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa pada kelompok kasus responden yang merokok
ringan sebanyak 21,7%, sedang sebanyak 17,5%, berat sebanyak 30,4% dan tidak merokok
sebanyak 30,4% sedangkan pada kelompok kontrol responden yang merokok ringan sebanyak
19,5%, sedang sebanyak 11,5%, berat sebanyak 6,5% dan tidak merokok sebanyak 60,9%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,036 artinya merokok berpengaruh terhadap kejadian
gastritis.
Tabel 8. Tabulasi Silang Merokok Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

137
Pola Makan
Kejadian Gastritis
No Merokok Kasus Kontrol p Value OR
n % n %
1. Merokok
Ringan 5 21,7 9 19,5
Sedang 4 17,5 6 13,1
0,036 0.209
Berat 7 30,4 3 6,5
2. Tidak Merokok 7 30,4 28 60,9
Total 23 100 46 100

4. Riwayat Mengkonsumsi Kopi Berpengaruh Terhadap Kejadian Gastritis


Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa pada kelompok kasus responden yang mengkon-
sumsi kopi <3 cangkir/hari sebanyak 73,9% sedangkan responden yang mengkonsumsi kopi
>3 cangkir/hari sebanyak 26,1%, sedangkan pada kelompok kontrol yang mengkonsumsi kopi
<3 cangkir/hari sebanyak 84,8% sedangkan responden yang mengkonsumsi kopi >3 cangkir/
hari sebanyak 15,2%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,245 artinya tidak ada hub-
ungan mengkonsumsi kopi dengan kejadian gastritis.

Tabel 9. Tabulasi Silang Riwayat Mengkonsumsi Kopi Berpengaruh Terhadap Kejadian Gas-
tritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

Kejadian Gastritis
Riwayat Mengkonsumsi Kasus Kontrol
No p Value
Kopi
n % n %
1. <3 cangkir/hari 17 73,9 39 84,8
2. >3 cangkir/hari 6 26,1 7 15,2 0,245
Total 23 100 46 100

Analisa Multivariat
Setelah melakukan analisis bivariat yang melihat pengaruh masing-masing variabel
dengan kejadian gastritis, maka dilakukan analisis multivariat untuk melihat variabel mana
yang paling dominan berpengaruh dengan kejadian gastritis dengan menggunakan Uji Regresi
Logistik.

Tabel 10. Analisis Multivariat Gastritis dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017

No Variabel Penelitian B S.E Sig OR


1. Pola Makan 2.317 .792 .003 10.150
2. Stress 2.209 1.068 .039 9.109
3. Merokok -1.566 .747 .036 .209

138
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bah- tuk terkena penyakit gastritis. Hal ini
wa dari empat variabel penelitian telah signif- disebabkan pada saat perut harus diisi, tapi
ikan, masing-masing variabel adalah Pola dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya,
Makan dengan nilai p = 0,003 artinya pola maka asam lambung akan mencerna lapisan
makan berpengaruh terhadap kejadian gas- mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri
tritisdan nilai OR = 10.150 artinya bahwa (Ester, 2001).
pola makan yang buruk mempunyai peluang Makan diluar waktu makan yang seha-
berisiko mengalami gastritis 10.150 kali lebih rusnya dapat memicu gastritis karena lam-
besar dibanding dengan pola makan yang bung kosong dalam waktu yang lama sehing-
baik. ga asam lambung meningkat. Asam lambung
Stress dengan nilai p = 0,039 artinya yang meningkat membuat luka pada dinding
stressberpengaruh terhadap kejadian gastritis- lambung sehingga terjadilah gastri-
dan nilai OR = 9,109 artinya bahwa stress tis.Keterlambatan jadwal makan dan ketid-
mempunyai peluang berisiko mengalami gas- akteraturan makan yang dialami oleh re-
tritis 9,109 kali lebih besar dibanding dengan sponden dapat menjadi faktor risiko ter-
yang tidak stress. jadinya gastritis hal ini terjadi disebabkan
Merokok dengan nilai p = 0,036 artinya waktu yang dibatasi oleh jam kerja sehingga
merokok berpengaruh terhadap kejadian gas- waktu makan menjadi tidak teratur. Pola
tritis dan nilai OR = 0.209 artinya bahwa makan sehari-hari terlihat pada kebiasaan
merokok mempunyai peluang berisiko men- jadwal makan yang sering tidak teratur, sep-
galami gastritis 0.209 kali lebih besar diband- erti sering terlambat makan atau menunda
ing dengan yang tidak merokok. waktu makan bahkan kadang tidak makan
membuat perut mengalami kekosongan dalam
PEMBAHASAN waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak
Pola Makan dengan Kejadian Gastritis teratur tentunya akan dapat menyerang lam-
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bah- bung yang dapat menimbulkan penyakit
wa pada kelompok kasus pola makan buruk maag atau gastritis. Sebaiknya jadwal makan
sebanyak 56,5% sedangkan pola makan baik harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah
sebanyak 43,5%, sedangkan pada kelompok sedikit tapi sering dan teratur daripada makan
kontrol kasus pola makan buruk sebanyak dalam porsi banyak tapi tidak teratur
91,3% sedangkan pola makan baik sebanyak (Almatsier, 2010).
8,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p val- Jenis makanan merupakan salah satu
ue 0,003 artinya ada pola makan berpengaruh faktor yang dapat berpengaruh terhadap tim-
terhadap kejadian gastritisdan nilai OR = bulnya keluhan gastritis. Makan makanan
10.150 artinya bahwa pola makan yang buruk yang mengandung gas, pedas, bersantan, dan
mempunyai peluang berisiko mengalami gas- sulit cerna akan memicu peningkatan asam
tritis 10.150 kali lebih besar dibanding lambung sehingga membuat sesorang lebih
dengan pola makan yang baik. rentan mengalami keluhan gastritis. Jenis ma-
Pola makan adalah cara atau kebiasaan kanan yang biasa dikonsumsi responden
yang dilakukan seseorang atau sekelompok diukur melalui kuesioner food frequency.
orang dalam hal mengonsumsi makanan yang Jenis makanan yang diukur meliputi makanan
dilakukan secara berulang-ulang pada waktu pokok, lauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan
tertentu dalam jangka waktu yang lama serta makanan lainnya.
merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiolo- Makanan sumber karbohidrat yang di-
gis, psikologis, budaya dan sosial di ling- anjurkan untuk dikonsumsi guna mencegah
kungan sekitarnya. Dalam penelitian ini pola timbulya gastritis adalah karbohidrat yang
makan dinilai berdasarkan frekuensi makan, mudah cerna seperti nasi lunak, roti, dan
jadwal makan, jenis makanan dan jumlah biskuit. Sebaliknya makanan yang sulit cerna
asupan makanan yang dikonsumsi. Frekuensi seperti kentang dan jagung harus dibatasi
makan merupakan intensitas makan dalam konsumsinya (Almatsier, 2010).
sehari. Bila frekuensi makan sehari-hari ku- Seringnya konsumsi jenis makanan
rang dari 3 kali sehari maka akan rentan un- berisiko disebabkan responden tidak memiliki

139
Pola Makan
pilihan makanan lain untuk dikonsumsi kare- membuat responden memiliki tingkat stres
na makanan mayoritas makanan yang dija- yang berat. Hal ini juga menunjukkan bahwa
jakan di lingkungan kerja responden adalah responden telah menyesuaikan diri dengan
makanan yang digoreng, pedas, dan ber- situasi kerja yang ada.
santan. Selain itu, keinginan yang besar untuk Menurut Greenberg (2004), stres
mengonsumsi beberapa jenis makanan yang diungkapkan sebagai reaksi fisik, mental, dan
berisiko tidak dapat diindahkan, sehingga kimia dari tubuh terhadap situasi yang
jenis makanan-makanan tersebut masih sering menakutkan, mengejutkan, membahayakan
dikonsumsi oleh responden. dan merisaukan seseorang. Definisi lain yang
Berdasarkan hasil penelitian dan teori disebutkan oleh Lokker (2005) yang menya-
diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan takan bahwa stres merupakan sebuah keadaan
makan yang baik adalah makan pagi sebelum yang kita alami ketika ada sebuah ketidaks-
pukul 09.00, makan siang pukul 12.00-13.00, esuaian yang diterima dengan kemampuan
dan makan malam pukul 18.00-19.00 WIB. untuk mengatasinya.
Jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu Penelitian yang dilakukan oleh Marayke
pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehing- Saroinsong, Henry Palendeng dan Hedro Bid-
ga waktu makan yang baik adalah dalam juni (2014) yang meneliti hubungan stres
rentang waktu ini sehingga lambung tidak dengan kejadian gastrtis pada pelajar SMAN
dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang 9 Manado menyebutkan bahwa terdapat hub-
lama. ungan antara stres dengan kejadian gastritis.
Stress dengan Kejadian Gastritis Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bah- semakin tinggi tingkat stres maka semakin
wa pada kelompok kasus responden yang rentan terkena gastritis (Prasetyo, 2014). Na-
tidak mengalami stress sebanyak 21,7%, stres mun hal ini tidak menutup kemungkinan bah-
ringan sebanyak 52,2%, stres sedang wa seseorang yang memilki tingkat stres rin-
sebanyak 26,1% dan tidak ditemukan re- gan juga dapat mengalami keluhan gastritis
sponden yang mengalami stres berat dan be- menimbang banyak faktor lain yang men-
rat sekali sedangkan pada kelompok kontrol dampingi timbulnya keluhan gastritis pada
responden yang tidak mengalami stress individu.
sebanyak 69,6%, stres ringan sebanyak Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
26,1%, stres sedang sebanyak 14,3% dan tid- data bahwa umur responden mayoritas >35
ak ditemukan responden yang mengalami tahun sebanyak 18,8% sedangkan pada
stres berat dan berat sekali. Hasil uji statistik kontrol umur responden mayoritas >35 tahun
diperoleh nilai p = 0,039 artinya stress ber- sebanyak 36,2% seta mayoritas responden
pengaruh terhadap kejadian gastritis dan nilai berjenis kelamin perempuan 60,1%.
OR = 9,109 artinya bahwa stress mempunyai Menurut Potter & Perry (2009),
peluang berisiko mengalami gastritis 9,109 menyatakan usia muda dan produktif merupa-
kali lebih besar dibanding dengan yang tidak kan usia yang rentan mengalami keluhan-
stress. keluhan gejala gastritis karena umumnya pa-
Hal ini sesuai dengan teori yang da usia tersebut setiap orang disibukkan oleh
dikemukakan oleh Vera Uripi (2001), menya- banyaknya aktivitas dan pekerjaan yang
takan bahwa stres dapat merangsang pening- membuat pola makan mereka menjadi tidak
katan produksi asam lambung dan gerakan teratur dan tidak sehat. Waktu kerja yang pa-
peristaltik lambung. Stres juga akan men- dat dan waktu istirahat kerja yang berada
dorong gesekan antara makanan dan dinding diluar jadwal makan yang seharusnya mem-
lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini buat para responden sering menunda waktu
dapat menyebabkan terjadinya peradangan di makan, makan makanan yang berlemak dan
lambung. Angka ini menunjukkan bahwa wa- cepat saji. Hal ini membuat responden berisi-
laupun responden memiliki tekanan-tekanan ko mengalami keluhan gejala gastritis.
pekerjaan seperti harus mencapai target dan Berdasarkan hasil penelitian dan teori
bekerja dengan sistem pembagian shift tanpa diatas dapat disimpulkan bahwa Stres yang
hari libur diakhir pekan tidak serta merta berkepanjangan merupakan salah satu faktor

140
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
pemicu karena mengakibatkan peningkatan galami 70.000 hisapan asap rokok (Sitepeo,
produksi asam lambung. Gastritis sering di- 1997).
hubungkan dengan keadaan psikologis Responden menghisap rokok sejak umur
seseorang. Produksi asam lambung akan > 10 tahun. Seseorang yang merokok sejak
meningkat pada keadaan stress, seperti beban umur > 10 tahun akan merasakan dampak
kerja yang berlebihan, cemas, takut atau ter- rokok setelah 10-20 tahun pasca digunakan.
buru-buru. Kadar asam lambung yang Hal ini sesuai teori menyatakan bahwa apabi-
meningkat akan menimbulkan ketidaknya- la seseorang merokok dimulai sejak umur <
manan pada lambung. 10 tahun atau lebih dari 10 tahun dan semakin
Merokok dengan Kejadian Gastritis awal seseorang merokok makin sulit untuk
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bah- berhenti merokok (Bustan, 1997). Resiko ke-
wa pada kelompok kasus responden yang matian bertambah sehubungan dengan ban-
merokok ringan sebanyak 21,7%, sedang yaknya merokok dan umur awal merokok
sebanyak 17,5%, berat sebanyak 30,4% dan yang lebih dini (Bart, 1994). Hasil penelitian
tidak merokok sebanyak 30,4% sedangkan ini di dukung 100 %, yang menyatakan bah-
pada kelompok kontrol responden yang wa perokok beresiko 2 kali lebih tinggi men-
merokok ringan sebanyak 19,5%, sedang galami gastritis yang mengarah ke ilkus lam-
sebanyak 11,5%, berat sebanyak 6,5% dan bung (Gut, 1985). Jadi hipotesis yang menya-
tidak merokok sebanyak 60,9%. Hasil uji takan ada hubungan perilaku merokok
statistik diperoleh nilai p value 0,036 artinya dengan kejadian gastritis diterima.
merokok berpengaruh terhadap kejadian gas- Berdasarkan hasil penelitian dan teori
tritis dan nilai OR = 0.209 artinya bahwa diatas dapat disimpulkan bahwa rokok yang
merokok mempunyai peluang berisiko men- dikonsumsi yang di dalam mengandung ber-
galami gastritis 0.209 kali lebih besar diband- macam-macam zat yang reaktif terhadap lam-
ing dengan yang tidak merokok. bung. Akrolin mengandung alkohol yang
Sesuai teori yang menyatakan bahwa dapat mengakibatkan mual dan perih pada
kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung. Nikotin dan cadmium merupakan
lambung yang mengakibatkan perokok men- zat beracun dalam rokok yang dapat
derita lambung (gastritis) sampai tukak lam- mengakibatkan kerusakan atau luka pada
bung. Penyembuhan berbagai penyakit lambung dan ini mempererat kejadian gastri-
disaluran cerna juga sulit selama orang terse- tis. Menurut teori ternyata merokok juga
but tidak berhenti merokok (Noor, 2004). dapat menurunkan sekresi bikarbonat dari
Sesuai juga dengan teori yang menyatakan pangkreas ke dalam duodenum sehingga
bahwa rokok dapat mengakibatkan gangguan mengakibatkan keasaman duodenum lebih
pada lambung. Pada keadaan normal lambung tinggi bila seseorang merokok.
dapat bertahan terhadap keasaman cairanlam- Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian
bung karena beberapa zat tertentu. Nikotin Gastritis
dapat mengacaukan zat tertentu terutama bi- Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bah-
karbonat yang membantu menurunkan derajat wa pada kelompok kasus responden yang
keasaman. Kebiasaan merokok dapat mem- mengkonsumsi kopi <3 cangkir/hari
perparah penyakit lambung yang sudah ada sebanyak 73,9% sedangkan responden yang
misalnya gastritis atau tukak lambung mengkonsumsi kopi >3 cangkir/hari
(Anonymous, 2008). sebanyak 26,1%, sedangkan pada kelompok
Responden menghisap rokok 10-20 ba- kontrol yang mengkonsumsi kopi <3 cangkir/
tang perhari. Merokok sebatang setiap hari hari sebanyak 84,8% sedangkan responden
akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 yang mengkonsumsi kopi >3 cangkir/hari
mmHg dan menambah detak jantung 5-20 sebanyak 15,2%. Hasil uji statistik diperoleh
kali per menit. Hal ini sesuai teori menya- nilai p value 0,245 artinya tidak ada hub-
takan bahwa Bila sebatang rokok dihisap da- ungan mengkonsumsi kopi dengan kejadian
lam sepuluh kali hisapan asap rokok maka gastritis.
dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah Konsumsi makanan yang mengandung
20 batang (satu bungkus) perhari akan men- kafein seperti kopi yang dapat meningkatkan

141
Pola Makan
produksi asam lambung dapat membuat ga sering mengeluhkan sensasi kembung di
kekuatan dinding lambung menurun. Tidak perut.
jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka
pada dinding lambung dan menyebabkan KESIMPULAN DAN SARAN
penyakit gastritis (Misnadiarly, 2009). Kesimpulan
Mukosa lambung berperan penting da- 1. Ada Pengaruh Pola Makan dengan ke-
lam melindungi lambung dari autodigesti jadian Gastritis di Wilayah Kerja Pusk-
oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung esmas Bebesen Kabupaten Aceh Tengah
rusak, maka terjadi difusi HCl ke mukosa Tahun 2017
lambung dan HCl akan merusak mukosa. Ke- 2. Ada Pengaruh Stress dengan kejadian
hadiran HCl di mukosa lambung menstimu- Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
lasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun
Pepsin merangsang pelepasan histamin dari 2017
sel mast. Histamin akan menyebabkan pen- 3. Ada Pengaruh Rokok dengan kejadian
ingkatan permeabilitas kapiler sehingga ter- Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
jadi perpindahan cairan dari intrasel ke Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun
ekstrasel dan menyebabkan edema dan keru- 2017
sakan kapiler sehingga timbul perdarahan 4. Tidak Ada Pengaruh Kopi dengan kejadi-
pada lambung. Jika lambung sering terpapar an Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
dengan zat iritan,seperti kopi maka inflamasi Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun
akan terjadi terus-menerus. Jaringan yang 2017
meradang akan diisi oleh jaringan fibrin se- Saran
hingga lapisan mukosa lambung dapat hilang 1. Kepada tenaga kesehatan yang berada di
dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Kopi Wilayah Kerja Puskesmas Bebesen Ka-
yang masuk kedalam tubuh akan didistri- bupaten Aceh Tengah harus memberikan
busikan ke seluruh tubuh oleh aliran darah penyuluhan langsung kepada masyarakat
dari traktus gastro intestinal dalam waktu tentang terjadinya gastritis dengan faktor
sekitar 5-15 menit. Absorpsi kafein dalam penyebabnya.
saluran pencernaan mencapai kadar 99% 2. Kepada masyarakat di Wilayah Kerja
kemudian akan mencapai puncak di aliran Puskesmas Bebesen Kabupaten Aceh
darah dalam waktu 45 – 60 menit. Kafein Tengah dihimbau supaya lebih memper-
sangat efektif bekerja dalam tubuh sehingga hatikan serta menghindari faktor
memberikan efek yang bermacam-macam penyebab gastritis seperti memperbaiki
bagi tubuh (Lelyana R., 2008). pola makan makan yang benar, lebih
Hasil penelitian oleh Atmaja (2011), meminati pekerjaan serta mengurangi
menyatakan Ada hubungan antara pola mengkonsumsi rokok.
makan yang tidak teratur, alkohol, stress, 3. Bagi Peneliti Selanjutnya dengan adanya
kafein, pola makan yang terlalu banyak ter- hasil penelitian di harapkan dapat men-
hadap kekambuhan gastritis. jadi masukan bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang akan melakukan penelitian, untuk
diatas dapat disimpulkan bahwa kopi adalah meningkatkan mutu pendidikan pela-
minuman yang terdiri dari berbagai jenis ba- yanan kesehatan tentang Gastritis dan
han dan senyawa kimia, termasuk lemak, kar- faktor yang mempengaruhi.
bohidrat, asam amino, asam nabati yang dise-
but dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi DAFTAR PUSTAKA
diketahui merangsang lambung untuk Almatsier, S.(2010).Prinsip Dasar Ilmu
memproduksi asam lambung sehingga men- Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka
ciptakan lingkungan yang lebih asam dan Utama.
dapat mengiritasi mukosa lambung. Kafein di Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah untuk
dalam kopi dapat mempercepat proses ter- Mahasiswa. Yokyakarta: Diva
bentuknya asam lambung. Hal ini membuat Press.
produksi gas dalam lambung berlebih sehing- Arief, Mansjoer. (2001). Kapita Selekta

142
JRKN Vol. 01/No. 02/Oktober/2017
Kedokteran. Jakarta: Media Aescu- buminemia dengan Kejadian Asites
lapius pada Sirosis Hati. Surakarta: Uni-
Arikunto,suharsimi. (2002). Prosedur versitas Sebelas Maret Surakarta
penelitian suatu pendekatan prak- Harna. (2009). Pola Makan Sehat.
tek. Jakarta: Rineka cipta. www.damandiri.or.id/file/
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset ratnasuhartiniunair
Kesehatan Dasar; RISKESDAS. bab1.pdf. Diakses pada tanggal 12
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Februari 2017
Beyer. (2004). Medicalnutrition therapy for Harper, L. J. et al. (1986). Pangan, Gizi dan
upper gastrointestinal tract disor- Pertanian. UIPress, Jakarta.
ders.Philadelphia:saunders. Hartati, Sri. (2013). Hubungan Pola Makan
Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Dengan Resiko Gastritis Pada Ma-
Medikal Bedah. Jakarta :EGC. hasiswa Yang Menjalani Sistem
Budianto A K. (2009). Pangan, Gizi, dan KBK. Riau: Universitas Riau.
Pembangunan Manusia Indonesia: Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres,
DasarDasar Ilmu Gizi. Malang: Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
UMM Press 1-16. Hidayat. ( 2008 ). Pengantar Kebutuhan Da-
Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit sar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: proses Keperawatan. Jakarta :
Rineka Cipta. salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hirlan. 2009. Gastritis dalam Ilmu Penyakit
(2003). Konsumsi Tembakau dan Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: In-
Prevalensi Merokok di Indonesia. ternal Publishing
Direktorat Jenderal Kesehatan Julie K.Stegman. (2005). Stedman’s Medical
Masyarakat, Direktorat Promosi Dictionary. Fourth edition. United
Kesehatan. States, America: Lippincott William
Depkes. (2007). Riset Kesehatan Da- & Wilkins.
sar.Kementrian Kesehatan Indone- Looker, Terry and Gregson, Olga. (2005).
sia. Managing Stress Mengatasi Stres
Depkes.(2010).Riset Kesehatan Da- Secara mandiri. Yogyakarta :
sar.Kementrian Kesehatan Indone- BACA.
sia Luthans, Fred. (2006). Perilaku organisasi.
Ganong, W. (2001). Buku Ajar Fisiologi Edisi 10. Yogyakarta : Andi
Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : Manktelow, James. (2007). Mengendalikan
EGC. Stress. Jakarta : Esensi Erlangga
Greenberg, Jerrold S. (2004). Comprehensive Group.
Stress Management. New York : Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Or-
Mc.Graw-Hill. gan Cerna : Gastritis (Dyspepsia
Gunawan. (2007). Hubungan Tingkat Penge- atau Maag). Jakarta : Pustaka
tahuan Tentang Informed Consent Populer OBDA.
dengan Tingkat Kecemasan Pasien Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. (2011).
Pre Operasi di Instalasi Rawat Inap Dasar-dasar Keperawatan jiwa,
BP RSUD Kraton Pekalongan. Pengantar dan Teori. Jakarta:
Gustin, R.K. (2013). Faktor Yang Berhub- Salemba Medika.
ungan Dengan Kejadian Gastitis Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
Pada Pasien Yang Berobat Jalan Di Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Puskesmas Gulai Bancah Kota Rineka Cipta.
Bukittinggi Tahun 2011, Universi- Oktaviani, Wati. (2011). Hubungan Pola
tas Andalas Padang<http:// Makan dengan Gastritis pada Ma-
repository.unand.ac.id/ 17045/> hasiswa S1 Keperawatan Program
diakses 3 Februari 2017. A Fikes UPN Veteran. Jakarta :
Hadi, M. N. (1999).Hubungan antara Hipoal- Skripsi, FKIK UPN Veteran.

143
Pola Makan
Persagi. (2006). Kebutuhan pangan dan
gizi.Jakarta: EGC.
Perwitasari,R. (2006). Motivasi dan perilaku
merokok pada mahasiswa ditinjau
dari internal locus of control dan
external locus of control . Skripsi
jurusan psikologi fakultas ilmu pen-
didikan negeri semarang.
Prince, Silvia A (2005). Patofisiologi. Jakar-
ta: EGC.
Profil data kesehatan. (2011). Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Ja-
karta.
Rasmund. (2004). Pengertian Stres, Sumber
Stres, dan Sifat Stresor. Dalam:
Stres, Koping, dan Adaptasi. Edisi
ke-1. Jakarta: Sagung Seto.
Robbins, Stephen P., Judge, Timothy. (2006).
Perilaku Organisasi. Buku 2. Jakar-
ta: Salemba Empat.
Santoso, Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi.
Jakarta : Renika Cipta.
Sastroasmoro, Sudigdo. (2002). Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
Kedua. CV Sagung Seto. Jakarta.
Sediaoetama AD. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta:
PT Dian Rakyat.
Subanada. (2004). Rokok dan Kesehatan.
(Edisi Ketiga). Jakarta : UII Pres.
Uripi, V. (2002). Manajemen produksi ma-
kanan. Puspa Swara, Jakarta.
WHO. (2010). Penderita Dispepsia, http://
www.dispepsia.org/en/artikel/
kesehatan diakses 24 Februari 2017.
Wibowo, Y.A. (2015). Gastritis. Diambil dari
http://fkuii.org/tikidownload
wiki_attachment.php?
attld=1078&page=Yoga%20Agua%
20Wibowo. Diakses tanggal 2 Feb-
ruari 2017
Wulandari. (2012). Hubungan Tingkat Stres
dengan Gangguan Tidur Pada Sa-
lah Satu Fakultas Rumpun Science-
Technology UI. Skripsi publikasi
http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20313206-
S43681Hubungan%20tingka t.pdf
diakses tanggal 17 Januari 2017.
Yuliarti. (2009). Maag : Kenali, Hindari dan
Obati. Yogyakarta.

144

Anda mungkin juga menyukai