Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Psikologi humanistik adalah perspektif psikologis yang menekankan studi tentang


seseorang secara utuh. Psikolog humanistic melihat perilaku manusia tidak hanya melalui
penglihatan pengamat, malainkan juga melalui pengamatan atas perilaku individu
mengintegral dengan perasaan batin dan citra dirinya. Berdasarkan teori belajar humanistik
tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia. Kegiatan belajar dianggap
berhasil apabila si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya. Murid dalam proses belajar
harus berusaha agar secara perlahan dia mampu mencapai aktualisasi diri dengan baik. Teori
belajar humanistik ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelaku yang
belajar, tidak dari sudut pandang pengamatan.

Pendekatan pengajaran humanistik didasarkan pada premis bahwa siswa telah


memiliki kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang mampu mengaktualisasi diri, sebuah
istilah yang digunakan oleh Maslow (1954). Aktualisasi diri orang dewasa yang
mandiri,percaya diri, realistis tentang tujuan dirinya, dan fleksibel. Mereka mampu menerima
dirinya sendiri, perasaan mereka, dan lain‐lain di sekitarnya. Untuk menjadi dewasa dengan
aktualisasi dirinya, siswa perlu ruang kelas yang bebas yang memungkinkan mereka menjadi
kreatif.

a. Tujuan dasar pendidikan humanistik adalah mendorong siswa menjadi mandiri


dan independen, mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka, menjadi
kreatif dan tertarik dengan seni, dan menjadi ingin tahu tentang dunia di sekitar
mereka. Sejalan dengan itu, prinsip‐prinsip pendidikan humanistik disajikan
sebagai berikut. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru
humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan
ajar jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya.
b. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar
mereka tentang cara belajar. Siswa harus memotivasi dan merangsang diri pribadi
untuk belajar sendiri.
c. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relavan dan hanya evaluasi diri
(selfevaluation) yang bermakna. Pemeringkatan mendorong siswa belajar untuk
mencapai tingkat tertentu, bukan untuk kepuasan pribadi. Selain itu, pendidik
humanistik menentang tes objektif, karena mereka menguji kemampuan siswa
untuk menghafal dan tidak memberikan umpan balik pendidikan yang cukup
kepada guru dan siswa.
d. Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat
penting dalam proses belajar dan tidak memisahkan domain kognitif dan afektif.
e. Pendidik humanistik menekankan perlunya siswa terhindar dari tekanan
lingkunngan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Setelah siswa
merasa aman, belajar mereka menjadi lebih mudah dan lebih bermakna.

B. KONSEP ALIRAN HUMANISTIK TENTANG POTENSI MANUSIA

Pada dasarnya kata “humanistik” merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak
makna sesuai dengan konteksnya. Misalnya, humanistik dalam wacana keagamaan berarti
tidak percaya adanya unsur supranatural atau nilai transendental serta keyakinan manusia
tentang kemajuan melalui ilmu dan penalaran. Disisi lain humanistik berarti minat terhadap
nilai-nilai kemanusiaan yang tidak bersifat ketuhanan. Sedangkan humanistik dalam tataran
akademik tertuju pada pengetahuan tentang budaya manusia, seperti studistudi klasik
mengenai kebudayaan Yunani dan Roma 3 . Kata humanistik dalam psikologi akhirnya
disebut psikologi humanistik muncul pada tahun 1930-an di Amerika.

Tokoh yang pertama kali menggagas pendidikan humanistik dengan nilai-nilai


kemanusiaan adalah Jean Jacques Rousseau (1712- 1778). Rousseau merupakan seorang
filosof moral, dia pernah ditahan gereja karena idenya secara filosofis dianggap kontroversial
yang berbunyi “Man is good by nature and must discover that nature and follow it”, artinya
manusia pada hakekatnya lebih baik, oleh karena itu hakekat tersebut harus ditemukan dan
diikuti. Menurut Withall perkembangan pendidikan humanistik di Amerika dikembangkan
oleh John Dewey, seorang tokoh gerakan pendidikan progresif (progressive education
movement) tahun 1920- 1930-an. Aliran/gerakan pendidikan ini bermula atas cita-cita dan
ajaran filsafat John Dewey. Tokoh lain yang dianggap memberikan pengaruh besar adalah
Abraham Maslow dan Carl R. Rogers. Dalam pendidikan humanistik ada beberapa hal pokok
yang sangat mendasar yaitu :

a. Siswa harus memiliki pegangan substansial (a substantial hand) tentang arah


pendidikan yang dilakukannya, baik dalam hal memilih pelajaran dan tentang cara
mempelajarinya. Menurut Wang dan Stiles 13 hal tersebut akan membuat siswa
jadi lebih self directed dan self motivated dibandingkan jika mereka hanya
menerima informasi. Penekanan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
humanistik lebih menekankan pengembangan martabat manusia yang mempunyai
kebebasan dalam memilih.
b. Adanya unsur rasa dan cipta, yang harus diperhatikan dan perlu dikembangkan
dalam proses belajar mengajar. Oleh kerena itu seorang pendidik yang humanistik
tidak menciptakan jarak sosial dengan siswanya, melainkan menjadi “siswa
senior” yang selalu siap menjadi nara sumber (resource person), konsultan dan
sebagai juru bicara.
c. Pendidik harus menciptakan lingkungan kelas yang dapat menjamin terjadinya
proses belajar mengajar, sebab salah satu ciri kelas humanistik adalah adalah
lingkungan kelas yang aman dan nyaman, agar siswa merasa yakin bahwa mereka
dapat belajar dan dapat mengerjakan halhal positif. Dalam hal ini ada dua elemen
pokok dalam belajar mengajar yang dapat dijadikan acuan berdasarkan pandangan
humanistik, yaitu hubungan antara siswa dan guru serta atmosfir atau lingkungan
kelas (classroom climate).
d. Pendidikan humanistik diharapkan dapat membantu siswa agar mampu
mewujudkan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi dasar yang
dimilikinya, sehingga tujuan humanistik dapat tercapai, yaitu manusia yang
mampu mengaktualisasikan dirinya di tengah kehidupan masyarakat sesuai
potensi yang dimilikinya.

C. TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW

Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang menonjol dalam
psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap
upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas
asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-
kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993). Maslow
berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan
jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis.
Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila
kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan
dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana.
D. APLIKASI TEORI HUMANISTIK CARL ROGER

Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator
belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan
kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

1. Realitas di dalam fasilitator belajar Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang
fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia
dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup‐
tutupi.
2. Penghargaan dan kepercayaan Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya
membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya
penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.
3. Pengertian yang empati Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif
diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari
dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses
pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal‐hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal‐hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Dari
bukunya freedom to learn menunjukkan sejumlah prinsip‐prinsip dasa

E. TEORI HUMANISTIK ARTHUR COMBS

Arthur W. Combs mengatakan bahwa manusia memiliki potensi yang sangat penting
untuk dikembangkan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa ada lima hal yang sangat berkaitan
dengan pandangan psikologi humanistik tentang pendidikan yaitu; keterbatasan fisik,
kesempatan, kebutuhan manusia, konsep diri, serta penolakan dan ancaman. Oleh karena itu,
kelima faktor tersebut bisa menjadi penghambat dalam mengembangkan potensi manusia dan
harus di temukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Kelima hal tersebut merupakan hasil
interaksi antara aspek psikologis, sosial dan fisiologis.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia hanya terpaku pada kata-kata yang indah atau
sebatas retorika yang tercermin dalam tujuan pendidikan nasional. Ada beberapa persoalan
yang harus dicermati dan menjadi fokus perhatian dalam pelaksanaan pendidikan saat ini
diantaranya :

a. Guru tidak memiliki kebebasan dalam berkreasi dan menjadi dirinya sendiri.
Karena selama ini mereka hanya merupakan perangkat pendidikan bukan sebagai
pelaku pendidikan. Disamping itu, penghasilan atau gaji guru sangat minim atau
rendah, dan ini berakibat guru hanya mengajar secara asal-asalan saja.
b. Terjadinya proses belajar mengajar dengan sistem “gaya bank”. Pada sistem ini
anak diberikan materi yang padat dan harus dihafalkan tanpa adanya pemahaman
dan tanpa aplikasi, sehingga yang terjadi anak didik hanya menerima, mencatat,
dan menyimpannya.
c. Pembelajarn di sekolah-sekolah saat ini cenderung terfokus pada guru, sehingga
murid menjadi pasif. Hal ini mengakibatkan anak didik tidak mempunyai
kebebasan berekspresi dan kurang mempunyai daya nalar yang kritis.
d. Kurikulum yang sangat padat, tidak melihat kompetensi dan kebutuhan anak
sehingga anak kurang termotivasi dalam belajar.

Sedangkan Sihontang mengemukakan bahwa problema yang dihadapi dunia


pendidikan di Indonesia saat ini adalah :

a. Proses belajar mengajar yang berlangsung secara mekanis. Dalam hal ini siswa
cenderung diperlakukan laksana mesin, dimana proses kehidupan siswa lebih
banyak tergantung dari luar dirinya, anak didik dipandang laksana botol kosong,
tanpa melihat kemampuan dan potensi yang dimilikinya, sehingga dalam proses
belajar mengajar berjalan dengan sangat ketat dan guru memandang dirinya
sebagai satu-satunya informasi dan pengetahuan.
b. Akibat yang muncul dari proses belajar secara mekanistik, proses belajar
mengajar berjalan secara monolog dan terjadi hubungan searah sehingga siswa
bersikap pasif terhadap materi yang diberikan.
c. Walaupun pada dasarnya tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan semua
potensi yang dimiliki anak didik, namun dalam kenyataannya proses belajar
mengajar yang terjadi saat ini lebih menekankan pada satu aspek yaitu aspek
kognitif. Kondisi ini membuat anak didik tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan potensi dan dimensi kemanusiaan yang lain yakni, aspek afektif,
sosial dan psikomotorik.
d. Isi kurikulum yang sangat berat dan padat dan tidak disesuaikan dengan
kebutuhan sisiwa, sehingga siswa bersikap negatif, pesimis, tidak mempunyai
motivasi terhadap materi yang diberikan. Dengan memperhatikan sejumlah
problema pendidikan di atas, maka diperlukan pembenahan dalam bidang
pendidikan agar bisa secara optimal mengembangkan potensi anak didik untuk
menciptakan manusia seutuhnya berdasarkan cita-cita dan tujuan nasional.

F. TEORI HUMANISTIK ALDOUS HOUXLEY

Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan disiasiakan.
Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensi
tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam proses pendidikan harus berorientasi pada
pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun para
pemerhati ataupun peneliti dan perencana pendidikan. Huxley (Roberts, 1975) menekankan
adanya pendidikan non-verbal yang juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non
verbal bukan berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari, melainkan
hal-hal yang bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai