KUANTITATIF
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Keuangan Syariah
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 1
KELAS 5 C
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala
karunianya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya. Sehubungan
dengan selesainya penulisan makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dewan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Hj. Amalia Nuril Hidayati, SE.,M.E. selaku ketua jurusan Manajemen Keuangan
Syariah.
4. Bapak Alindra Yanuardi, M.M selaku dosen pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Keuangan Syariah yang telah memberikan pengarahan sehingga penulisan
makalah Ini dapat terselesaikan.
5. Semua Pihak yang membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
karena keterbatasan kami sebagai manusia. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi diperolehnya hasil yang lebih baik di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baik bagi penulis maupun para
pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-
hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan
suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung : CV Alfabeta, 2013), hal. 52
2
sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang
suatu konsep yang teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis
Berdasarkan data di atas, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu
teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian
ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya,
bila tidak, dia bukan suatu teori. Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapi
dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula
dengan menganalisa dan menginterpretasi secara kritis (Habermas, 1968). Misalkan
melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang
berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori
lain tidak berpandangan emansipatoris. Jadi Teori adalah alur logika atau penalaran,
yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis.
1. Teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis
2. Berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang
memiliki keteraturan
3. Sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
3
Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu
meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan
bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah leadership
(kepemimpinan), satisfaction (kepuasan) dan informal organization (organisasi
informal). Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa
pembuktian. Berikut ini contoh asumsi dalam bidang administrasi
Mengapa KKN tidak bisa diberantas di era reformasi saat ini,ini dapat dijelaskan
melalui teori yang berfungsi menjelaskan. Setelah KKN tidak bisa diberantas, maka
bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional, dijawab dengan teori yang
berfungsi prediksi. Supaya KEN tidak terjadi lagi di Indonesia apa yang perlu
dilakukan, dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi kontrol).2
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu,
micro, meso, dan macro. Micro level theory : small slices of time, space, or a number
of people. The concept are usually not very abstract. Teori tingkat mikro mempunyai
ciri-ciri : kecil, tidak berguna dalam waktu yang lama, berlaku pada lingkup yang kecil
dengan jumlah orang yang sedikit.
Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at and
intermediate level. Teori pada tingkat meso berada ditengah-tengah antara teori mikro
dan makro. Contoh organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Level theory
: concerens the operation of the large aggregates such as social institution, and culture
systems, and whole societies. It uses more concepts that are abstract. Teori tingkat
2
Ibid, hal. 56
4
makro berlaku untuk lingkup yang luas seperti pada intitusi sosial, sistem budaya pada
masyarakat luas. Teori ini lebih bersifat konseptual dan abstrak.3
Selanjutnya focus teori diedakan menjadi tiga yaitu, teori substantive, teori formal,
dan middle range theory. Substantive theory is developed for a specific area of social
concerent, such as belinguent ganges, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is
developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance ;
socialization, or power middle range theory are slightly more abstract than empirical
generalization or specific hypotheses. Middle range theories can be formal or substantif.
Middle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk
obyek yang akan diteliti.
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan dan
pengendalian suatu gejala. Mengapa kalau besi, dipanaskan sampai 75˚C berapa
pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan. Selanjutnya berapa
jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia
sehingga kereta api jalnnya tidak, terganggu karena sambungan rel, dijawab dengan tori
yang berfungsi mengendalikan.
Cooper & schindler (2003) menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Teori membatasi ruang lingkup yang diteliti.
2. Teori menyarankan pendekatan penelitian apa yang cocok digunakan untuk
mendapatkan makna yang paling besar.
3. Teori menyarankan bagaimana cara mengklarifikasi data sehingga mempunyai
makna tinggi.
4. Teori dapat memandu merangkum data dari obyek yang dilihat.
5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta yang akan didapatkan.4
Semua penelitian bersifat ilmiah,oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini
akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2019) hal. 83
4
Ibid, hal. 84
5
merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian,
oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas
teori apa yang akan dipakai.
Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah
variabel yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kuantitatif yang bersifat holistik,
jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif lebih banyak karena harus
disesuaikan dengan fenomena yang berkembang dilapangan. Peneliti kualitatif harus
bersifat “prespectif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai nama seharusnya”,
bukan berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang dialami,
didasarkan, dan dipikirkan oleh partisipan/sumber data. Oleh karena itu penelitian
kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus
berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument” yang baik.
Untuk menjadi peneliti yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan
yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial
yang diteliti, yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat, yang terjadi
dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Untuk dapat
menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki
wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan
konteks sosial yang diteliti, yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukuman, adat
istiadat, yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Kajian
teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan
seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti
walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara.5
D. Deskripsi Teori
5
Ibid, hal. 88
6
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(dan bukan sekedar pendapatan pakar atau penulisan buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Beberapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara
teknik tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian
terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok reori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan
tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel
yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi) sebanyak-banyaknya dan releven dengan
setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti.
4. Cari definisi seriap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih difinisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap suber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau
yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.6
E. Kerangka Berfikir
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung : CV Alfabeta, 2013) hlm. 59.
7
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigm penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian
harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut berkenaan dua variabeI atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variable yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka
perlu dikemukakan kerangka berfikir.
F. Hipotesis
8
akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai Iawannya adalah hipotesis nol (nihil).
Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan
hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya.
Untuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Contoh Hipotesis Penelitiannya:
1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis
deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat
Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli
masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis assosiatif).7
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam
kalimat negatif. Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja
dan hipotesis alternatif (hipotesis alternatif tidak sarna dengan hipotesis kerja). Dalam
kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dulu adalah hipotesis penelitian terutama pada
hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis
itu signifikansi atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja
dengan data populasi adalah statistik deskriptif
7
Ibid, hal. 64.
9
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang
menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji
hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi
atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
populasi, dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
sampel.
Karakteristik Hipotesis yang Baik.
a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan
variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan ten tang hubungan antara
dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.8
1. Hipotesis Deskriptif
2. Hipotesis komparatif
3. Hipotesis Asosiatif
8
Ibid, hal. 71.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
singga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antara variabel yang
akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Diantaranya membantu peneliti untuk menempatkan penelitian dalam konteks
yang lebih luas. Selain itu hal ini juga membantu peneliti dalam menguji rumusan
masalah. Padahal kita tahu, rumusan masalah tidak dapat diuji jika peneliti tidak tahu
arah penelitiannya kemana.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih terdapat kekurangan, untuk itu
kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga menjadi acuan kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat membantu para pembaca dalam memahami apa itu landasan teori, kerangka
berfikir, dan hipotesis dalam penelitian kuantitatif dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13