Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN,

KARYA TULIS ILMIAH DAN SKRIPSI


(EDISI REVISI)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin adalah lulus ujian akhir skripsi. Skripsi
merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah kaidah ilmiah yang dibuat oleh
mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi jenjang strata satu berdasarkan penelitian yang
menggunakan teknik pengumpulan data, menggunakan metodologi penelitian yang relevan dan
terarah pada pokok permasalahan yang berkaitan dengan bidang studi mahasiswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, tim dosen dari Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin telah menyusun Panduan Penulisan Skripsi yang
diharapkan membantu para mahasiswa keperawatan dalam proses penyusunan skripsi. “Tak
Ada Gading Yang Tak Retak”, sebagai sebuah pegangan bagi mahasiswa, panduan ini tidak
lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan panduan ini.

Kami atas nama tim penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan panduan
penulisan skripsi ini.

Makassar, 23 Desember 2020


Tim Penyusun,

Silvia Malasari,S.Kep.,Ns.,MN
Tuti Seniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Dr. Yuliana Syam, S.Kep.,Ns.,M.Si
Nurhaya Nurdin, S.Kep.,Ns.MN
Dr. Suni Hariati,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dr. Rosyidah Arafat, S.Kep.,Ns.,
M.Kep.,Sp.KMB

2
BAB I
PENDAHULUAN

Skripsi disusun dengan tujuan untuk menunjukkan kemampuan berpikir ilmiah secara
mandiri oleh setiap mahasiswa. Karya ilmiah tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa dengan
melakukan kajian dan penelitian untuk memperoleh jawaban atas suatu pokok permasalahan
yang ditemukan dalam bidang keperawatan maupun kesehatan secara umum. Sebelum
melaksanakan pengkajian dan penelitian, mahasiswa wajib membuat proposal penelitian dan
kemudian harus diseminarkan. Setelah proposal penelitian tersebut disetujui, mahasiswa harus
melaksanakan penelitian dan hasilnya disusun menjadi skripsi. Semua kegiatan tersebut
ditunjang oleh kemahiran menulis secara ilmiah.
Penulisan karya tulis ilmiah harus memperhatikan seperangkat norma yang disebut kode
etik. Norma ini berkaitan dengan pengutipan (quoting) dan perujukan (referencing), perijinan
terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data. Penulis karya ilmiah harus
menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang lazim disebut Plagiarisme.
Pedoman penulisan proposal penelitian dan penulisan skripsi diperlukan sebagai acuan
dalam penulisan. Buku ini menyajikan garis-garis besar cara penulisan proposal dan skripsi
serta tata cara penulisan yang disertai beberapa contoh. Isi panduan ini dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Proposal penelitian
2. Skripsi
3. Tata cara penulisan, dan
4. Lampiran Contoh-contoh

A. Definisi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang menunjukkan hasil penelitian yang disusun dengan
cara dan bentuk yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan dilakukan oleh mahasiswa,
serta diarahkan oleh dosen pembimbing skripsi. Sebagai salah satu prasayarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan, isi skripsi harus mampu memberikan kontribusi pagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang keperawatan.

B. Tujuan
Penyusunan skripsi bertujuan memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat:
1. Menghayati prinsip-prinsip keilmuan sehingga dapat berpikir, bersikap dan bertindak
kritis sebagai ilmuwan sesuai dengan bidang keilmuannya.
2. Menguasai dasar dan ilmu metodologi penelitian sehingga penyusun skripsi mampu
mengorganisasikan pelaksanaan penelitian ilmiah di bidang keperawatan dan kesehatan
3. Memperluas dan memperdalam wawasan mahasiswa dalam bidang dan materi
penelitian.
4. Mengkomunikasikan gagasan dan temuan ilmiah secara lisan dalam forum ilmiah dan
secara tertulis dalam bentuk laporan yang sesuai dengan ketentuan yang ada.

3
BAB II

FORMAT SKRIPSI

Proposal penelitain untuk skripsi terdiri atas tiga bagian, yaitu Bagian Awal, Bagian
Utama dan Bagian Akhir.

A. BAGIAN AWAL
Bagian awal terdiri proposal dimulai dengan sampul luar sampai dengan daftar arti dan
lambang (bila ada). Untuk semua jenis skripsi, susunan bagian awal dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Halaman sampul depan
2. Halaman pengajuan skripsi
3. Halaman persetujuan
4. Lembar pernyataan keaslian penelitian
5. Prakata
6. Abstrak
7. Daftar isi
8. Daftar tabel
9. Daftar gambar
10. Daftar lampiran
11. Daftar arti lambang dan singkatan

B. BAGIAN UTAMA
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Kerangka Konsep dan Hipotesis
BAB 4 Metode Penelitian
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB 6 Penutup (Kesimpulan dan Saran)

C. BAGIAN AKHIR
Daftar Pustaka
Lampiran - Lampiran

Penjelasan secara terinci dari struktur penulisan skripsi dapat dilihat sebagai berikut :
A. BAGIAN AWAL
1. Halaman Sampul Depan
Halaman sampul luar untuk proposal maupun skripsi berwarna merah. Halaman sampul
dalam dibuat pada kertas berwarna putih. Pada halaman sampul luar dan dalam berisi
komponen (lampiran 1):
a. Judul penelitian
b. Logo UNHAS (Tinggi 6 cm dan lebar 5 cm)
c. Nama peneliti (tanpa titel apapun)
d. Nomor Mahasiswa
e. Nama program studi
4
f. Nama Fakultas
g. Nama Universitas
h. Nama Kota
i. Tahun penelitian

Catatan judul penelitian:


a. Hendaknya menggambarkan keseluruhan isi penelitian
b. Dibuat dalam kalimat yang sederhana, tidak terlalu panjang, meskipun tidak dapat
ditentukan batas jumlah katanya. Tidak jarang sifat dan isi penelitian memerlukan
judul panjang; bila perlu dibuat subjudul. Sebaiknya tidak lebih dari 20 kata.
c. Judul seyogyanya tidak menggunakan singkatan, kecuali yang sudah baku.
d. Sebaiknya dalam bentuk kalimat positif atau kalimat netral (pernyataan), bukan
kalimat tanya.
e. Tidak selalu harus mencantumkan nama tempat dan waktu penelitian, tergantung
pada tujuan penelitian.
f. Halaman sampul luar tidak dibubuhi nomor halaman, sedangkan halaman sampul
dalam dibubuhi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi (eg: i, ii, iii,
iv….dst)

2. Lembar Pernyataan
Yakni merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan skripsi ini
merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil
karya orang lain (lampiran 4).

3. Halaman pengesahan
Halaman pengesahan berisi pertanyaan persetujuan dengan kalimat yang menyatakan
bahwa pembimbing telah menyetujui laporan penelitian. Adapun komponennya adalah
sebagai berikut (lampiran 3):
a. Tempat, bulan dan tahun disetujui
b. Nama pembimbing dan tanda tangan

4. Abstrak
Abstrak merupakan bentuk mini karangan ilmiah yang terdiri dari 150-250 kata.
(lampiran 5).
Abstrak yang digunakan adalah abstrak terstruktur (structured abstract), yang terdiri
dari 4 paragraf, yaitu:
1. Latar Belakang (Background): alasan utama mengapa penelitian dilakukan, atau
Tujuan (Objective): tujuan penelitian
2. Metode (Methods): Bagaimana bagian utama penelitian dilakukan.
3. Hasil (Result): Hasil utama yang diperoleh
4. Simpulan (Conclusions) dan saran: Simpulan utama penelitian yang disertai saran
praktis yang ditujukan secara umum dari hasil penelitian

5
5. Kata Pengantar atau Prakata
Pada dasarnya berisi ucapan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu
penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. (maks. 2 halaman)
6. Daftar isi
Halaman daftar isi merupakan daftar setiap bab dan sub bab yang terdapat di dalam
skripsi ini.
7. Daftar tabel
Halaman daftar tabel berisi urutan tabel yang terdapat pada laporan penelitian. Nomor
tabel tidak perlu menyertakan nomor bab. Contoh: Tabel 1, Tabel 2….dst.
8. Daftar gambar
Halaman daftar gambar berisi urutan gambar (misalnya: grafik, foto, animasi) yang
terdapat pada laporan penelitian. Nomor gambar tidak perlu menyertakan nomor bab.
9. Daftar lampiran
Halaman daftar lampiran berisi urutan lampiran yang terdapat pada laporan penelitian.
Daftar lampiran ini tidak meneruskan urutan halaman laporan penelitian. Masing-
masing lampiran mempunyai urutan halaman tersendiri.
10. Daftar lainnya
Misalnya: Daftar skema; Halaman daftar skema berisi urutan skema yang terdapat pada
laporan penelitian. Nomor skema mengikuti ketentuan yang sama sengan nomor tabel
atau grafik.

A. URUTAN BAGIAN UTAMA


1. Sistematika Bagian Utama
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II
Tinjauan Pustaka
A. …
B. …
C.
Dst

BAB III
Kerangka Konsep dan Hipotesis
A. Kerangka konsep
B. Hipotesis

6
BAB IV
Metode Penelitian
A. Rancangan penelitian
B. Tempat dan waktu penelitian
C. Populasi dan sampel
1. Kriteria inklusi dan ekslusi
2. Besar sampel
D. Alur penelitian
E. Variabel penelitian
1. Identifikasi variable
2. Defenisi operasional dan kriteria obyektif
F. Instrumen Penelitian
G. Pengolahan dan analisa data
H. Masalah etika

BAB V
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
C. Keterbatasan Penelitian

BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

2. Penjelasan Singkat Bagian Utama

a. Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Halaman ini harus singkat, jelas dan
Padat informasi (max. 3 halaman).
1) Latar Belakang Masalah Penelitian

Uraian dalam latar belakang masalah mencakup hal-hal sebagai berikut:


a) Justification (pembenaran) mengapa penelitian diajukan
Uraikan besarnya (keseriusan) masalah; misalnya; insidens atau prevalensi
yang tinggi; atau insidens rendah tapi menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi atau bermakna. Uraikan pula faktor waktu; misalnya: berlangsung
sampai saat ini. Uraikan area geografi dan demografi, serta karakteristik
masyarakat yang terkena.
b) Uraikan penyebab masalah, pemecahan yang sudah dilakukan dan yang masih
perlu dilakukan, atau hasil penelitian terkait yang telah dilakukan dan penelitian
yang masih perlu dilakukan dan berikan alasannya.

7
Oleh karena itu untuk dapat mengidentifikasi dengan baik dan teliti tentang
masalah penelitian, perlu penguasaan yang baik tentang substansi penelitian
melalui penelusuran pustaka, diskusi dan konsultasi dengan pakar, senior atau
teman sejawat.

2) Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah proses memeras latar belakang menjadi suatu paragraph
yang efektif dan efisien untuk menyatakan masalah yang diteliti. Rumusan masalah
dalam suatu penelitian diharapkan dapat memperjelas dan melokalisir permasalahan
penelitian yang telah diidentifikasi dalam latar belakang masalah.
Syarat-syarat rumusan masalah yang baik, antara lain:
a) Dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya; rumusan dalam kalimat tanya sangat
dianjurkan, karena dapat lebih khas dan tajam.
b) Substansi yang dimaksud harus bersifat khas, tidak bermakna ganda.
c) Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, sebaiknya dipertanyakan secara
terpisah, sehingga lebih mudah dimengerti dan dapat diuji dengan uji hipotesis
yang sesuai. Akan tetapi bila pertanyaan penelitian sangat banyak, tentu
berlebihan juga jika diuraikan satu persatu. Oleh karena itu, diperlukan
penggabungan menjadi kelompok-kelompok pertanyan, tetapi diterangkan
komponen-komponennya.
d) Dalam rumusan masalah, mencakup komponen singkat yang ada pada latar
belakang seperti justifikasi mengapa penelitian dilakukan, besarnya masalah,
penyebab, pemecahan yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan.
Contoh :
Prevalensi penyakit jantung coroner dan mortalitas yang berkaitan dengannya
terus meningkat. Berbagai studi yang berbasiskan populasi dan rumah sakit
telah dilakukan untuk mengidentifikasi factor risiko penyakit jantung coroner.
Penelitian untuk meneliti factor risiko jantung coroner pada praktek klinik belum
ada padahal pemahaman factor risiko pada kelompok ini sangat penting.
Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah factor apa saja yang menjadi
factor risiko penyakit jantung coroner pada pasien praktek dokter sehari-hari?

3) Tujuan Penelitian
Perlu disebutkan secara eksplisit; karena satu materi penelitian yang sama dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berbeda.
Dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
a) Tujuan Umum (Ultimate goal, ultimate objective); dinyatakan secara kategoris
apakah tujuan akhir dari penelitian yang hendak dilaksanakan tersebut, yang
mungkin merupakan aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang.
b) Tujuan Khusus (Spesific objectives); disebutkan dengan tajam hal-hal yang akan
langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian.
Contoh:
Tujuan umum:
Menurunkan angka kematian pasien DHF.
Tujuan khusus:

8
(a) Memperoleh data faktor risiko untuk timbulnya renjatan
berulang pada pasien DHF.
(b) Mengetahui efektifitas pemberian cairan X untuk mencegah
renjatan berulang pada pasien DHF.

Tujuan umum dan tujuan khusus yang hanya terdiri dari satu atau dua butir saja,
cukup ditulis secara naratif di dalam satu kalimat. Misalnya: Dari penelitian ini
akan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penghentian pemberian
ASI pada masyarakat urban., yang pada gilirannya dapat dipakai sebagai
masukan untuk upaya penggalakan pemakaian ASI. Pada contoh tersebut secara
implisit tujuan khusus ditulis terlebih dahulu, diikuti tujuan umum yaitu
menunjang program penggalakan pemakaian ASI.
Pada penulisan proposal penelitian tujuan khusus ditulis dalam bentuk kalimat
aktif (eg: mengetahui, menentukan, menggambarkan, dll), namun pada penulisan
skripsi, tujuan khusus diubah dalam bentuk kalimat pasif (eg: diketahuinya,
ditentukan, digambarkan, dll).

4) Manfaat Penelitian
Berisi uraian mengenai manfaat apa yang diharapkan diperoleh dari penelitian yang
dilakukan nanti. Dalam bagian manfaat penelitian mencakup :
a) Siapa penerima manfaat
Peneliti harus menyebutkan secara spesifik dan secara lengkap siapa saja yang
menurut peneliti akan menerima manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Penerima manfaat bisa saja tenaga kesehatan, penentu kebijakan,
pasien, institusi pendidikan, rumah sakit, peneliti lain, dll
b) Apa manfaat yang diterimanya dari penelitian yang akan di lakukan
Peneliti harus menyebutkan secara spesifik dan secara lengkap apa saja yang
menurut peneliti akan menjadi manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.
Jenis manfaat bisa saja berkaitan dengan pemahaman mengenai besar dan
dampak masalah, diagnosis, terapi, evaluasi, kebijakan, prognosis, dll.

b. Tinjauan Pustaka

Berisi uraian mendalam mengenai berbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian.
Tinjauan pustaka merinci hal-hal yang telah diuraikan dengan singkat di dalam latar
belakang masalah, juga mengenai hubungan antar variabel. Merupakan analisis dan
sintesis terhadap sumber-sumber literatur yang diperlukan untuk menggambarkan
suatu fenomena yang diketahui atau belum diketahui yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan, juga berasal dari ramuan pendapat atau mosaic hasil penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian yang akan dilakukan.
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
1) Harus dicerna dan diintrepretasi sebaik mungkin, diberi pengantar yang baik untuk
memberikan informasi yang komprehensif dan akurat.
2) Perlu kajian yang cermat (analisis dan sintesis) dalam merangkum beberapa hal,
terutama hal-hal yang kontroversi. Pendekatan meta-analysis teknik terbaik dan

9
paling sahih untuk mengambil kesimpulan akhir dari hal-hal yang bersifat
kontoversi, khususnya uji klinis yang kontroversial.
3) Tinjauan pustaka bukan buku ajar yang memerlukan pembahasan seluruh aspek
secara seimbang. Penekanan pertama dalam tinjauan pustaka adalah tinjauan yang
komprehensif terhadap aspek yang diteliti dengan penekanan khusus pada
hubungan antar variabel yang dipermasalahakan, serta variabel-variabel lain yang
mungkin berperan. Pengertian-pengertian dasar tetap perlu dikemukakan, tetapi
tidak seperti menulis buku ajar.
4) Seyogyanya menggunakan sumber pustaka yang terbaru (5 – 7 tahun terakhir), agar
informasi yang digunakan tidak kadaluarsa. Biasanya artikel asli dan tinjauan
pustaka dalam majalah ilmiah atau makalah dalam pertemuan ilmiah.
5) Pada pemaparan rujukan yang diambil dari penelitian lain, perlu disebutkan: area
yang diteliti, sampel dan tempat serta waktu penelitian.
6) Alur pikiran yang logis harus tetap terjaga, disamping bahasa yang taat azas, tidak
menggunakan kalimat yang terlalu panjang, kalimat yang tidak bersubyek atau
ejaan yang tidak taat azas. Begitupula dengan penulisan rujukan sangat perlu
diperhatikan dan harus taat azas.
7) Tinjauan pustaka bukan merupakan hasil copy – paste dari literatur yang
ditemukan melainkan hasil ramuan dari berbagai sumber informasi yang diramu
secara apik menggunakan bahasa peneliti sendiri sesuai kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Hal ini termuat dalam surat pernyataan keaslian atau
originalitas dari skripsi Anda yg ditempeli materai Rp. 6000 (Lampiran 4).
8) Kelalaian dalam menuliskan kutipan atau melakukan referensi dapat berakibat pada
pembatalan nilai skripsi, pemberian sanksi akademik maupun pelaporan pada
pihak yang berwajib!!!
9) Detail dari cara menulis referensi pada penelitian dapat dilihat pada BAB IV dari
panduan ini.

c. Kerangka Konsep
Kerangka konsep bukan alur penelitian atau kerangka desain penelitian. Kerangka
konsep berasal dari ringkasan berbagai aspek teoritis (kerangka teori) yang telah
disajikan dalam tinjauan pustaka. Biasanya dibuat dalam bentuk diagram yang
menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dalam batas-batas ruang
lingkup penelitian. Kerangka konsep yang baik dapat memberikan informasi yang jelas
khususnya hipotesis penelitian dan bagaimana usaha mengatasi hipotesis tandingan
dalam suatu penelitian, serta mempermudah peneliti untuk memilih disain penelitian.
Diagram tidak menunjukkan populasi terjangkau, sampel, randomisasi interverensi,
dan urutan kronologis dari kegiatan penelitian.
Langkah-langkah membuat kerangka konsep:
1) Identifikasi dan klasifikasi variabel penelitian; variabel yang diteliti maupun yang
tidak diteliti, variabel utama dan klasifikasi variabel lainnya.
2) Uraikan konsep masing-masing hubungan variabel penelitian.
3) Kaitkan masalah penelitian dengan konsep yang telah diuraikan.
4) Buat beberapa diagram dan pilih diagram yang informatif dan efisien.

10
d. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang


telah diajukan yang didasarkan pada rujukan yang memadai, yang harus diuji
kesahihannya secara empiris melalui uji hipotesis (uji statika atau uji kemaknaan) yang
tepat. Dapat pula didefinisikan sebagai: “Penjelasan sementara yang diajukan untuk
menerangkan fenomena problematic atau persoalan penelitian yang dihadapi” dari
analisis-sintesis sumber-sumber yang diperlukan pada tinjauan pustaka. Secara
operasional dapat pula didefinisikan sevagai: “Suatu pernyataan tentang hubungan
(yang diharapkan) antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk
pembuktian secara empiris”.

Hipotesis dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan


penelitian dengan menggunakan berbagai informasi ilmiah yang cukup tersedia dalam
tinjauan pustaka yang dirangkum dalam suatu paket kerangka pemikiran yang diolah
secara analitik deduktif yang hasilnya dikenal sebagai landasan teoritis bagi
penyusunan hipotesis.
Untuk pengembangan landasan teoritis, ada 3 hal yang dapat dijadikan dasar oleh
peneliti, yaitu:
1) Teori yang mapan, yang berkaitan dengan permasalahna penelitian yang dihadapi.
2) Fakta empiris atau informasi yang diketahui dari penelitian yang terdahulu.
3) Konsep atau teori imajinatif peneliti sendiri (asumsi), yang dimunculkan dalam
rangka melengkapi teori dan fakta empiris agar dapat menjawab permasalahan
penelitian yang dihadapi.
Ketiga hal di atas dirangkai secara logis dan sistematis oleh peneliti, sehingga hipotesis
yang diajukan “masuk akal” dan mempunyai dasar yang kuat. Untuk pengembangan
landasan teoritisnya ini, kemampuan analisis peneliti, termasuk di dalamnya cara
berpikir secara logis dan sistematis, baik yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan,
merupakan hal yang amat membantu kemampuan metodologis peneliti.
Petunjuk praktis yang sederhana untuk mengembangkan landasan teori adalah
sebagai berikut:
1) Identifikasi variabel-variabel dari rumusan permasalahan penelitian,
2) Cari informasi sedalam dan seluas mungkin dari teori dan fakta penelitian yang telah
ada, yang berkaitan dengan variabel-variabel diatas,
3) Hubungkan kenyataan yang ada dengan informasi tersebut, sehingga peneliti dapat
“mereka-reka” konsep atau hubungan imajinatifnya, sehingga antara kenyataan,
teori dan permasalahan terdapat juga hubungan yang jelas.

Apabila informasi ilmiah yang ada tidak cukup tersedia, misalnya permasalahan
penelitian menyangkut suatu hal yang sama sekali baru (baik dalam substansi maupun
dalam konteks kondisonalnya), maka tidak perlu peneliti mengembangkan hipotesis.
Misalnya, pada penelitian eksploratif atau deskriptif murni. Sebaliknya, apabila cukup
tersedia informasi ilmiah, maka peneliti perlu mengembangkan hipotesis. Untuk itu
peneliti dapat mempersiapkan suatu penelitian analitik, misalnya berbagai model
survey analitik. Survey deskriptif, reviu program, penelitian sejarah, dan penelitian

11
grounded tidak perlu hipotesis. Dalam penelitian analitik, hipotesis merupakan suatu
keharusan mutlak.

Dalam terminology metodologik dikenal beberapa macam hipotesis penelitian, yaitu:


1) Hipotesis kerja,
2) Hipotesis nihil, dan
3) Hipotesis tandingan.

Hipotesis kerja (hipotesis penelitian, hipotesis alternative, H1), yaitu hipotesis


yang akan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian yang akan dilakukan
Hipotesis ini mengekspresikan macam hubungan antar variabel, yang secara klasik
dirumuskan sebagai:

“Apabila …, maka …” atau


“Ada hubungan antara …. dengan ….” atau
“Ada perbedaan antara …. dengan …”.
Tidak disarankan untuk terlalu mengikuti formulasi hipotesis yang klasik tersebut,
karena rumusan hipotesis tergantung pada dua hal, yaitu: (1) rumusan permasalahan
yang dihadapi, dan (2) model kerangka teori yang dikembangkan untuk menyusun
hipotesis tersebut.
Dikenal dua jenis hipotesis kerja, yaitu hipotesis satu ekor (one tail), hubungan
yang sudah jelas arahnya dan dua ekor (two tail), hubungan yang belum jelas
arahnya. Misalnya: Norvask menurunkan tekanan darah penderiata hipertensi (one
tail): Norvask mempengaruhi tekanan darah penderita hipertensi (two tail).
Untuk dapat merumuskan hipotesis yang adekuat pada prinsipnya ada 2
pertimbangan, yaitu: (1) menyangkut substansi atau isi hipotesis itu sendiri; (2)
menyangkut fomulasinya. Adekuantitas substansi hipotesis ditentukan oleh
seberapa jauh dapat menjawab permasalahan penelitian yang diajukan, dan
seberapa lengkap informasi teoritis maupun fakta penelitian terdahulu digunakan
dalam mengembangkan landasan teori bagi penyusunan hipotesis tersebut.

Kriteria formulasi atau rumusan hipotesis yang baik, antara lain:


1) Merupakan kalimat deklaratif, yang menjawab pertanyaan penelitian,
2) Mengekspresikan jenis hubungan antara dua variabel atau lebih,
3) Operasional (memungkinkan dilakukan pembuktian secara empiris), yaitu
keterukuran variabel (measurable) dan keterujian kolerasi (provable)
4) Berkaitan dengan teori yang sudah mapan atau hasil penelitian sebelumnya,
5) Mempunyai cakupan yang “cukupan”, tidak terlalu umum tau luas, juga tidak
terlalu sempit atau spesifik.

e. Metode Penelitian
Di bawah ini akan diuraikan komponen-komponen metode penelitian, sebagai berikut:

12
1) Desain Penelitian
Merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kesahihan
hipotesis. Dikemukakan dengan satu kalimat desai penelitian apa yang
dipergunakan.
Desain penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar, termasuk dalam penelitian
keperawatan; yaitu: a) desain kualitatif, dan b) kuantitatif.

a) Penelitian kualitatif dapat dibagi: (1) pendekatan fenomologis, (2) pendekatan


etnografis, (3) pendekatan antropologis, (4) pendekatan historis, dan (5)
pendekatan Grounded Theory.
b) Penelitian kuantitatif dapat dibagi 2 desain utama; yaitu: (1) disain
eksperimental dan (2) disain non-eksperimental.

(1) Disain eksperimental merupakan desain yang umum digunakan dalam


ilmu pengetahuan alam atau ilmu dasar. Disain ini memungkinkan peneliti
untuk menegakkan hubungan sebab-akibat secara akurat dan selanjutnya
digunakan untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena. Disain ini
ditandai oleh suatu perbandingan antara kelompok-kelompok yang sama,
manipulasi variabel bebas, pengukuran setiap variabel terikat, penggunaan
statistic inferensial, dan control ketat terhadap variabel-variabel
pengganggu.
Menurut Campbell & Stanley, disain penelitian eksperimental dapat dibagi
4 kategori, yaitu: (1) Pre-experimental designs, (2) True experimental
design, (3) Quasi-experimental design, dan (4) Correlational and ex post
facto designs.
Pre-experimental design, dapt dibagi menjadi 3 bentuk desain: (1) One-
shot case study, (2) One-group pretest posttest design, dan (3) Static group
comparison design. True-eksperimental designs, dapat dibagi menjadi 3
bentuk design: (1) Pretest-posttest control group design, (2) Solomon four-
group design, (3) Posttest-only control group design. Quasi-experimental
design, dapat dibagi 4 desain: (1) Nonrandomized pretest-posttest contol
group design, (2) Time-series experimental design, (3) Control group, time
series experimental design, dan (4) Equivalent time-sampling design.
Disain mana yang dipilih sangat tergantung pada tujuan penelitian dan
keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi pada saat penelitian ini
dilaksanakan.

Dalam bidang epidemologi, sebagai suatu disiplin yang berhubungan


dengan masalah-masalah kesehatan, penyakit dan jejas di dalam komunitas
atau kelompok masyarakat, disain eksperimental merupakan studi
eksplanatoris yang menjelaskan hubungan sebab-akibat dengan
melakukan intervensi (pelakuan) pada subyek penelitian, sehingga lebih
dikenal sebagai studi intervensional dan dibedakan dari studi
observasional analitik sebagai salah satu studi eksplanatoris dimana
peneliti tidak melakukan intervensi pada subyek penelitian. Di praktek

13
klinik, studi eksperimental sering kali dilakukan, yaitu berupa uji klinis
untuk melihat efek terapeutik obat atau prosedur pengobatan. Dilapangan,
studi eksperimental sering dilakukan dalam bentuk trial komunitas,
misalnya penelitian pengaruh penyuluhan pembersihan air tergenang di
sekitar rumah terhadap insidens demam berdarah dengue di suatu daerah.
Dalam disain uji klinis dikenal uji klinis tersamar ganda (double blind
clinical trial) dan uji klinis tersamar tunggal (one blind clinical trial).

(2) Disain noneksperimental biasanya berorientasi pada waktu sekarang ini,


yakni menggambarkan apa yang ada pada suatu waktu tertentu. Variabel-
variabel tidak dengan sengaja dimanipulasi, dan keadaan tidak dikontrol.
Peneliti tidak melakukan intervensi pada subyek penelitian. Observasi-
observasi ditampilkan dengan angka-angka yang dapat dianalisis secara
statistic. Data biasanya dikumpulkan melalui penggunaan suatu kuisioner,
wawancara, observasi, penelusuran literature atau teknik insiden kritis.
Dalam bidang epidemiologi, untuk studi eksplanatoris dikenal beberapa
bentuk disain, yaitu : (a) studi potong-melintang (cross sectional study),
(b) studi kohort (Cohort study), dan (c) studi kasus-kontrol (Case-control
study).

(3) Disain cross sectional, dapat digunakan untuk studi deskriptif maupun
untuk studi eksplanatoris. Untuk studi deskriptif, hana digunakan untuk
mendeskripsi fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko
maupun efek atau hasil. Fenomena hasil penelitian disajikan secara apa
adanya, peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi, tidak perlu hipotesis dan tidak dilakukan
analisis statistic mengenai hubungan antara variable; misalnya studi
prevalens (prevalence study). Sebaliknya, untuk studi eksplanatoris
(penelitian analitik), peneliti mencoba mencari hubungan antar variable.
Dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk menguji
hipotesis. Disini, variable bebas, variable tergantung dan variable lainnya
dinilai atau diukur pada saat yang sama.

(4) Disain kasus-kontrol (Case-control study) merupakan bagian dari studi


observasional analitik, yang menganalisis hubungan antara variable.
Sering pula disebut dengan nama lain, misalnya : case-comparison study,
case compeer study, case referent study atau retrospective study. Dapat
dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu : studi kasus-kontrol dengan matching dan
tanpa matching. Pada desain ini, penelitian dimulai dengan
mengidentifikasikan subyek dengan efek (kelompok kasus), dan mencari
subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Selanjutnya, faktor
risiko yang diteliti ditelusuri secara retrospektif pada kedua kelompok.
Dalam urutan kekuatan hubungan sebab-akibat, desain kasus-kontrol
berada di bawah desain ekspermental dan studi kohort, akan tetapi lebih
kuat daripada studi cross sectional, karena pada studi kasus-kontrol

14
mempunyai dimensi waktu (sebab dan akibat mencoba diukur/dinilai pada
saat yang berbeda), sedangkan pada studi cross sectional tidak mempunyai
dimensi waktu.

(5) Desain studi kohort (Cohort Study) merupakan bagian dari studi
observasional analitik, yang menganalisis hubungan antara variable. Pada
disain ini, digunakan pendekatan waktu secara longitudinal atau time
period approach, kausa (sebab) dan faktor resiko diidentifikasi terlebih
dahulu, kemudian subyek diikuti sampai periode waktu tertentu untuk
melihat terjadinya efek (akibat) atau penyakit yang diteliti. Dapat dibagi
menjadi 4 bentuk, yaitu : Studi kohort prosfektif dengan pembanding
internal, studi kohort prosfektif dengan kelompok pembanding eksternal
(studi kohort ganda), studi kohort retrosfektif, dan nested case control
study.
Contoh 1 :
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol untuk menilai peran gen
ACE terhadap terjadinya hipertropi ventrikel pada penderita hipertensi.
Contoh 2 :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan disain uji klinis
acak buta ganda untuk mengetahui pengaruh penambahan kapsul ekstrak
bawang putih pada pengobatan standar penderita preeklampsia.
Tidak jarang dalam satu penelitian diperlukan 2 atau lebih disain; untuk itu
diperlukan penjelasan disain apa yang digunakan pada setiap bagian.
Contoh 1 :
Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama merupakan studi
cross sectional untuk menentukan prevalens miokarditis pada pasien
demam tifoid. Bagian kedua merupakan suatu uji klinis acak tersamar
ganda untuk mengetahui manfaat obat X dalam pengobatan miokarditis
pada pasien anak dengan demam tifoid.
Contoh 2 :
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk mengetahui
prevalensi kejang demam di masyarakat desa, dilanjutkan dengan studi
kohort untuk menemukan faktor risiko terjadinya epilepsy pada penderita
tersebut.

2) Tempat dan Waktu Penelitian


Disebutkan rencana tempat dan waktu penelitian secara detail.
3) Populasi Penelitian dan Sampel
15
(a) Populasi adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu.
Populasi penelitian dibagi menjadi 2, yaitu : (1) populasi target (target population),
dan (2) populasi terjangkau (accessible population, source population).
Populasi target dibatasi dengan karakteristik klinis dan demografi, sedangkan
populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dibatasi lagi oleh
tempat dan waktu.
Contoh :
Populasi target : semua penderita morbili dengan ensefalopati yang berusia kurang
2 tahun.
Populasi terjangkau : semua penderita morbili dengan ensefalopati yang berusia
kurang 2 tahun, yang berobat di RSWS dalam tahun 2001 – 2002.

b) Sampel dan Cara Pemilihan Sampel


Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan cara tertentu. Data
yang diperoleh dari suatu penelitian adalah hasil pengukuran atau observasi yang
diperoleh dari sampel suatu populasi. Dalam usulan penelitian cara pemilihan
sampel penelitian harus ditegaskan secara eksplisit.
Dikenal beberapa cara pemilihan sampel, antara lain :
(1) Probability sampling :
Setiap subyek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
atau tidak terpilih menjadi sampel. Dikenal berbagai jenis probability sampling,
antara lain : (a) simple random sampling; (b) systematic random sampling; (c)
stratified random sampling; (d) cluster sampling; dan (e) multistage sampling.
(2) Non-probability sampling :
Subyek diambil dari populasi tidak berdasarkan adanya peluang yang sama.
Dikenal berbagai jenis non probability sampling, antara lain : (a) consecutive
sampling; (b) convenience sampling; (c) judgmental sampling; (d) purposive
sampling; (e) quota sampling; dan (f) accidental sampling.

c) Estimasi Besar Sampel


Setiap usulan penelitian harus mencantumkan perkiraan besar sampel (bukan
jumlah sampel) minimal yang diperlukan. Rumus perkiraan besar sampel dan
perhitungannya sebaiknya disertakan.

d) Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi
target dan populasi terjangkau. Kriteria ini harus relevan dengan masalah
penelitian. Kriteria eksklusi adalah kriteria untuk mengeluarkan subyek yang
telah memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab, antara lain : (a) terdapat
suatu keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu pengukuran maupun

16
interpretasi; (b) terdapat suatu keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan;
(c) hambatan etis; dan (d) subyek menolak berpartisipasi.

4) Izin Subyek Penelitian


Semua penelitian dengan subyek manusia, baru dapat dilakukan apabila telah
diperoleh persetujuan subyek atau orang orang-orang yang bertanggungjawab atas
responden. Formulir persetujuan disertakan pada lampiran skripsi di bagian akhir.

5) Cara Kerja
Beberapa hal yang perlu dijelaskan pada cara kerja penelitian, antara lain : (a)
alokasi subyek; (b) pengukuran dan intervensi; dan (c) criteria penghentian
penelitian.
Pada setiap penelitian harus disebutkan secara jelas subyek mana yang menjadi
kelompok yang diteliti dan subyek mana yang menjadi kelompok kontrol (bila ada).
Pada penelitian observasional (non-eksperimental) peneliti tidak mengalokasi
subyek terpajan dan yabg tidak terpajan, melainkan hanya mengobservasi pajanan
yang terjadi secara alamiah. Pada studi intervensional (eksperimental) peneliti
mengalokasikan subyek yang mendapat perlakuan dan mana yang tidak dapat
perlakuan. Cara alokasi tersebut harus disebutkan secara eksplisit. Cara randomisasi
(simple randomization, block randomization, stratified randomization), atau bukan
randomisasi, misalnya dengan matching.

6) Identifikasi dan Definisi Operasional


a) Identifikasi Variabel
Semua variable yang diteliti harus diidentifikasi, mana yang termasuk variabel
bebas, variabel tergantung, variabel perancu (confounding), variabel antara,
variabel moderator, variabel kendali (control) dan lain-lain.
Diagram kerangka konsep sangat membantu dalam mengidentifikasi variable.
Perlu diingat bahwa identifikasi variabel sangat tergantung pada konteksnya.
Suatu variabel dapat merupakan variabel bebas pada konteks tertentu, dan
menjadi variabel tergantung pada konteks yang lain. Identifikasi variabel
merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian,
terutama dalam pengelolaan data serta analisisnya.

b) Definisi Operasional Variabel


Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang
operasional, agar tidak ada makna ganda. Harus didefinisikan dengan tegas
supaya kerancuan dalam pengukuran, analisis, serta kesimpulan dapat dihindari.

17
7) Rencana Pengelolaan dan Analisis Data
Disebutkan secara ringkas bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis,
dan disajikan. Sebutkan jenis analisis statistika yang akan digunakan. Apabila
terdapat beberapa set variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis yang akan
digunakan untuk setiap set variabel tersebut. Tentukan batas kemaknaan yang
digunakan. Program computer yang direncanakan dipakai juga perlu disebut.

f. Hasil Penelitian
1) Teknik Penulisan
Hasil merupakan bagian sentral pada laporan penelitian. Ia biasanya disajikan dalam
bentuk narasi yang dapat diperjelas dengan tabel atau gambar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Dalam mengemukakan hasil tidak perlu diberikan ulasan atau komentar dan lain-
lain. Agar terdapat alur pemikiran yang mudah diikuti, diperlukan kalimat
pengantar.
b) Tidak perlu mengulang dalam naskah hal yang telah disajikan dalam tabel atau
gambar, kecuali menyebut sebagian diantaranya untuk memberi penekanan,
misalnya yang paling menonjol, controversial, dan lain-lain.

2) Bagian Deskriptif

Meskipun yang dilaporkan merupakan penelitian analitik, akan tetapi laporan


tentang hasil penelitian selalu didahului dengan penyajian deskriptif tentang pasien
yang diteliti. Oleh karena itu Tabel 1 pada makalah hasil penelitian berisi deskripsi
pasien dengan variabel-variabelnya. Variabel yang diteliti dijelaskan paling rinci.
Biasanya deskripsi tersebut mencakup jenis kelamin, umur, dan variabel lain yang
relevan dengan penelitian. Rincian dapat diperjelas dengan tabel, grafik, atau
gambar.
Bila penelitian merupakan perbandingan, misalnya uji klinis, akan sangat
bermanfaat bila dilakukan tabulasi variabel sebelum terapi antara kelompok yang
diperbandingkan, apakah kedua kelompok memang benar sebanding. Hal ini tetap
dianjurkan walaupun telah dilakukan randomisasi, sebab randomisasi tidak
menjamin kedua kelompok mempunyai karakteristik yang sama, khususnya bila
jumlah subyek terbatas. Dalam perbandingan tesebut tidak perlu mencantumkan
nilai uji hipotesis (nilai p); dengan menyajikan secara deskriptif umumnya pembaca
tahu apakah ada keseimbangan yang serius antara kedua kelompok. Dalam keadaan
ini, perhitungan nilai p untuk membuktikan bahwa antara kedua kelompok tidak
terdapat perbedaan bermakna adalah berlebihan, bahkan mungkin keliru. Sebab,
perhitungan nilai p harus selalu mempertimbangkan nilai  serta besar sampel. Bila
yang dianalisis adalah subgroup, dengan  yang besar (tetapi tidak dihitung), maka
nilai p > 0,05 tidak berarti apa-apa.

18
3) Bagian Analitik

Bagian analitik pada hasil penelitian dikemukakan dengan urutan yang logis.
Analisis bersifat lebih umum dikemukakan terlebih dahulu, disusul dengan analisis
yang lebih rinci.

4) Cara Penulisan Bilangan

Penulisan bilangan perlu diperhatikan, mengingat bilangan selalu dipakai untuk


menyatakan ukuran, dan hasil penelitian tersebut dinyatakan dalam bilangan.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa patokan yang lazim, antara lain :

a) Bilangan yang terdiri dari satu digit (angka 9 atau kurang) yang tidak diikuti oleh
satuan (unit) dapat ditulis dengan huruf.
b) Bilangan satu digit yang diikuti dengan satuan (unit) ditulis dengan angka.
c) Bilangan yang terdiri dari 2 digit atau lebih ditulis dengan angka.
d) Bilangan pada awal kalimat tidak ditulis dengan angka, tetapi dengan huruf.

5) Statistik

a) Ketepatan Numerik
Ketepatan numerik yang terlalu rinci (misalnya 27,334%; 2560,346 gram) tidak
menambah informasi, tidak menambah nilai makalah, bahkan mungkin dapat
menyebabkan makalah menjadi tidak nyaman dibaca. Hasil yang diperoleh dari
kalkulator atau computer biasanya perlu dibulatkan. Berikut ini beberapa
patokan pembulatan :
1. Dalam menyajikan nilai rerata, SD, dan statistic lainnya harus dilihat
ketepatan data aslinya. Nilai rerata hanya perlu diberi satu decimal lebih
dari data aslinya.
2. Standard deviation (SD) dan standard error (SE) ditulis dengan satu atau
dua desimal lebih dari nilai asli.
3. Nilai t, x2 dan r hanya memerlukan dua desimal.
4. Untuk menulis persentase, jarang diperlukan lebih dari satu desimal,
kecuali bila jumlah subyek sangat besar. Bila jumlah subyek sangat kecil,
maka penulisan persen tidak diperkenankan, cukup dituliskan angka yang
diobservasi. Tidak ada kesepakatan berapa penyebut minimal agar
sesuatu fraksi dapat dinyatakan dalam persen, namun penyebut di atas
100 pasti layak, dan di bawah 20 pasti tidak layak. Sebagian mengambil
jalan tengah, yakni penyebut minimal adalah 40 – 50.

b) Nilai p
Nilai p seringkali diperlukan dalam penulisan hasil penelitian.
19
1. Notasi p ditulis dengan huruf kecil miring.
2. Dalam menyajikan hasil uji hipotesis hendaknya dicantumkan nilai uji
statistiknya (missal t, x2), bukan hanya p saja.
3. Karena sudah menggunakan computer hendaknya mencantumkan nilai p
berdasarkan hasil perhitungan, bukan p < 0,05 atau p < 0,01 tetapi bila kecil
dari 0,0001 tidak perlu ditulis angkanya, cukup p < 0,0001.
4. Nilai p yang sudah tercantum dalam table tidak perlu diulang dalam naskah.

c) Penulisan SD (Standard Deviation) dan SE (Standard Error)


Hindari penulisan SD atau SE menggunakan tanda ±, khususnya bila
berhubungan dengan nilai negatif. Sebaiknya menggunakan cara menambah
nilai rerata dengan SD atau SE dalam tanda ( ). Contoh : Nilai rerata berat lahir
bayi = 3108 (SD 285) gram.

d) Penulisan Interval Kepercayaan (Confidence Intervals)


Dewasa ini penyertaan nilai interval kepercayaan banyak dianjurkan, bahkan
disyaratkan, selain nilai p. jangan dituliskan dengan cara menggunakan tanda ±.
Sebaiknya seperti contoh berikut ini :
Contoh :

Nilai reratanya adalah 8 mg/dl (interval kepercayaan 95% 6; 10).

e) Tabel
Tabel diperlukan di semua bagian, namun yang paling sering adalah pada Bab
Hasil. Dalam penggunaan table ini perlu dipertimbangkan beberapa hal, sebagai
berikut :

1. Tabel hendaknya dibatasi untuk yang penting saja. Sebagai patokan kasar
yang sering dianggap layak adalah 1 tabel untuk tiap 1000 kata.
2. Tabel (juga gambar) dimaksudkan untuk memperjelas presentasi. Bila data
dapat disajikan dalam kalimat dengan singkat dan jelas, tidak perlu dibuat
tabel.
3. Tabel yang sangat rumit sering tidak memperjelas penyajian. Upayakan
untuk memecahnya menjadi dua table atau lebih.
4. Jangan menulis lengkap hasil yang telah disajikan dalam tabel. Cukup
dikutip hasil yang penting sebagai pengantar.

20
f) Teknik Penulisan tabel

1. Judul tabel diletakkan ditengah (center), ukuran 10, ditulis dengan huruf
kecil, tiap awal kata dimulai dengan huruf kapital.

2. Hilangkan garis vertikal dan garis horizontal dalam tabel.

3. Catatan kaki dituliskan di bawah tabel sebelah kiri, dengan tanda seperlunya.
Jika menyebutkan sumber data, cantumkan jenis data, bulan dan tahun
pengambilan data. Bila ada singkatan dalam tabel, kepanjangan singkatan
harus diberikan dalam catatan-kaki, walaupun dalam naskah sudah
dijelaskan.

g) Ilustrasi

Sama halnya dengan tabel, ilustrasi juga seringkali dibatasi oleh editor Cropping,
tanda-tanda, singkatan dan legenda gambar harus benar-benar diperhatikan.
Jangan sampai ada ketidaksesuaian antara naskah dengan gambar, sehingga
ilustasi yang seharusnya memperjelas naskah bahkan membuat pembaca menjadi
bingung.

g. Diskusi (Pembahasan)
Dalam tahap ini peneliti mengemukakan atau menganalisis secara mendalam
makna penemuan penelitian yang telah dinyatakan dalam tahap hasil dan
menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian. Tidak hanya sekedar
memindahkan data yg ada pada hasil!!!! Peneliti menjelaskan apa saja hasil
temuannya dilapangan yg dijabarkan secara detail dan runut lalu dibandingkan dengan
temuan-temuan peneliti-peneliti sebelumnya. Apakah memperkuat, berlawanan, atau
sama sekali baru. Tiap pernyataan harus dijelaskan dan didukung oleh literatur yang
memadai.

h. Keterbatasan Penelitian
Dalam pembahasan ini perlu pula dikemukakan juga keterbatasan penelitian, baik
dalam disain maupun dalam eksekusinya. Tidak jarang disain suatu penelitian secara
inheren mengandung kelemahan, dan pelaksanaan penelitian tidak selalu sesuai
dengan dengan yang direncanakan, misalnya banyak data yang tidak lengkap karena
kehilangan jejak. Hal-hal tersebut harus dinyatakan dan dibahas dampaknya terhadap
hasil. Peneliti harus jujur bila dia mengetahui terdapat kelemahan dalam penelitiannya,
dia harus menyebut dan membahasnya, bukan membiarakan dengan harapan orang lain
tidak melihatnya.

Dalam pembahasan hendaknya penulis secara wajar menunjukkan makna hasil


penelitiannya. Perlu dihindari penggunaan kalimat yang menunjukkan seolah-olah
penemuan penelitiannya sangat luar biasa dengan menggunakan kalimat, misalnya:
21
- “Data kami dengan meyakinkan menunjukkan bahwa …, atau”.
- “Hasil yang kami peroleh telah dengan amat jelas ….”
- “Keraguan tersebut terhapus oleh data kami….”
Pada pihak lain, juga jangan menulis pembahasan yang mengesankan bahwa peneliti
ragu akan datanya sendiri, misalnya dengan kalimat:
- “Bila data kami sahih….”
- “Data kami yang tidak biasa ini, mungkin…”

h. Simpulan dan Saran


Pada akhir karangan harus dinyatakan simpulan yang diperoleh dari penelitian
tersebut, dan relevansinya dengan ilmu pengetahuan, praktek serta manfaatnya untuk
penelitian yang akan datang. Simpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan
aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis (kerangka konsep),
hipotesis, metode dan penemuan penelitian. Seintesis ini membuahkan simpulan yang
ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek
penelitian dalam presfektif yang menyeluruh. Oleh karena itu, biasanya diuraikan
kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek tersebut di atas dengan
meletakkan dalam kerangka yang mengarah ke simpulan. Dalam mengkaji simpulan
penelitian, disebabkan sifatnya yang terpadu dan menyeluruh, maka seorang
penelitimeninggalkan perannya sebagai ilmuwan dan beralih menjadi seorang filsuf. Hal
ini berarti bahwa seorang peneliti harus mampu menarik simpulan yang utuh dari data
yang bersifat terpisah dengan tidak meninggalkan sifat keilmuan. Persyaratan ini patut
diingat karena sering ditemukan bahwa seorang peneliti menarik simpulan yang berada
di luar batas kewenangan lingkup penelitian serta simpulan analisis data yang
dikumpulkan. Simpulan ini semestinya telah dibahas dengan hasil penelitian lain dan
pengetahuan yang relevan.
Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka seorang peneliti dapat melihat berbagai
implikasi yang ditimbulkan oleh simpulan penelitian. Implikasi ini umumnya bias
berupa pengembangan ilmu, kegunaan terapan yang bersifat praktis dan penyususnan
kebiijaksanaan. Hal ini kemudian dijabarkan dalam serangkaian tindakan yang berupa
saran-saran.
Dalam prakteknya, kesalahan yang sering dilakukan, antara lain:

1). Pembahasan hanya merupakan pengulangan apa yang telah dikemukakan


dalam bab hasil. Hal ini tidak tepat; tidak perlu mengulang hal yang telah
disajikan dalam hasil.
2). Tidak dilakukan pembahasan secara adekuat tentang apa yang ditemukan
pada hasil. Hal ini sangat disayangkan karena data tetap dibiarkan sebagai
data, tidak dihubungkan dengan ilmu yang sudah ada.
3). Simpulan yang tidak didukung oleh data. Meskipun pengarang diberi hak
yang seluas-luasnya untuk mengajukan pendapat dalam pembahasan, namun
hal yang berupa simpulan harus yang benar-benar didukung oleh data yang
diperoleh dalam penelitian. Saran, usul atau perkiraan dapat dikemukakan,
namun bukan sebagai simpulan. Apabila cukup alasan untuk menganjurkan
pembaca agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka penelitian

22
harus mengemukakannya dengan wajar. Bila masih terdapat hal-hal yang
controversial, maka dapat diusulkan untuk dilakukan penelitian lanjutan.
Kemampuan peneliti untuk menyatakan makna penemuannya tidak kalah
pentingnya dengan kemampuannya merancang dan melaksanakan
penelitian.

D. URAIAN BAGIAN AKHIR

1. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan cermat, sesuai dengan system
referensi APA (American Psychology Association). Kesesuaian antara kutipan dalam
naskah dengan daftar pustaka, mutlak adanya. Semua literature yang tercantum baik pada
penadhuluan, tinjauan pustaka, maupun pembahasan, harus dituliskan pada daftar
pustaka. Kadang-kadang penulis mengemukakan 16 kutipan di dalam naskah proposal
atau skripsi, namun di daftar pustaka hanya ada 7; atau sebaliknya, kutipan dalam naskah
hanya 8 di dalam daftar pustaka ada 23. Hindari praktek seperti ini karena akan
mempengaruhi penilaian skripsi.
Daftar pustaka tidak hanya yang bersangkutan dengan substansi yang diteliti,
melainkan juga dapat metodologi dan teknik statistika yang dipergunakan. Lebih lanjut
mengenai cara penulisan atau sistem referensi APA yg digunakan, dapat dilihat pada BAB
IV dari buku panduan ini.

3. Lampiran
Data dasar, rumus sampel dan perhitungannya, rumus statistika, tabel prosedur
dan lain-lain yang relevan dapat disertakan. Daftar nama repsonden, baik inisial
maupun nomor rekam medis, alamat jelas atau identitas lain yang dapat memberi
informasi ttg siapa sebenarnya responden tidak boleh dituliskan!!!

E. PENCETAKAN DAN PENJILIDAN

1. Kertas dan bidang pengetikan


Naskah skripsi dibuat diatas kertas HVS putih, ukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm), atau
kuarto (21 cm x 28 cm), dengan berat minimal 70 gram.

Bidang pengetikan berjarak 4 cm dari tepi atas kertas, 4 cm dari tepi kiri, 3 cm tepi kanan,
dan 3 cm dari tepi bawah kertas. Setiap halaman hendaknya tidak berisi lebih dari 26 baris
(untuk teks dengan spasi ganda). Sebuah paragraph hendaknya tidak dimulai pada
halaman yang hanya memuat kurang dari tiga baris. Hendaknya dicetak dengan printer
deskjet, inkjet atau laser.

2. Jenis huruf
Hendaknya diketik dengan komputer, menggunakan program Windows, dengan jenis
huruf (font) Times New Roman atau Arial. Jenis huruf ini disebut huruf proporsional,
karena jarak antar huruf tergantung pada besar kecilnya huruf tersebut.

23
3. Ukuran huruf
Judul bab, judul sub bab, teks induk, abstrak, lampiran, daftar rujukan menggunakan
ukuran huruf 12 point.
Kutipan blok, abstrak makalah dan artikel, judul tabel, judul bagan/gambar, teks
tabel, teks bagan/gambar, catatan akhir, catatan kaki, indeks, header, footer menggunakan
ukuran huruf 10 point.

4. Modus huruf
Penggunaan huruf normal, miring (italic) tebal (bold) dan garis bawah (underline)
sebagai berikut:
a) Normal
Teks induk, abstrak, kata-kata kunci, tabel, gambar, bagan, catatan, lampiran.
b) Miring
Kata non Indonesia (bahasa asing atau bahasa daerah). Istilah yang belum lazim.
Bagian penting (untuk bagian penting tidak boleh digunakan bold-normal, tetapi
boleh italic-bold). Contoh yang disajikan pada teks utama. Judul subbab peringkat 4
pada alternative 1. Judul buku, jurnal, majalah dan surat kabar dalam teks utama
dalam daftar rujukan.
c) Tebal
Judul bab, judul subbab (heading). Bagian penting dari suatu contoh dicetak bold-
italic.
d) Garis bawah
Garis bawah tidak boleh dipergunakan, kecuali dalam hal-hal yang amat khusus.
Garis bawah dipergunakan untuk teks yang dicetak dengan huruf mesin ketik. Pada
teks yang dicetak dengan Times New Roman, garis bawah diganti dengan huruf
miring (Italic).

5. Spasi
a. Antarbaris. Dicetak dengan spasi 2 (ganda), kecuali keterangan gambar, grafik,
lampiran, tabel, dan daftar rujukan dicetak dengan spasi tunggal. Judul bab dicetak
turun 4 spasi dari garis tepi atas bidang ketikan. Jarak antara akhir judul bab dan awal
teks adalah 4 spasi. Jarak antara akhir teks dengan subjudul 3 spasi dan jarak antara
subjudul dengan awal teks berikutnya 2 spasi. Jarak antara paragraf sama dengan jarak
antarabaris, yaitu 2 spasi. Jarak antara satu macam bahan pustaka dengan bahan
pustaka lain dalam daftar rujukan menggunakan spasi ganda (2 spasi).
b. Antarkata. Spasi antara dua kata tidak boleh terlalu renggang. Spasi yang dibolehkan
maksimal sama dengan satu huruf. Tepi kanan boleh rata (full justification) atau tidak
rata. Jika tepi kanan rata harap diupayakan spasi antarkata cukup rapat. Agar spasi
antar kata cukup rapat, kata yang terletak di pinggir jika perlu diputus menurut suku
katanya (fasilitas hypernation diaktifkan: on) mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang
baku.

24
6. Tanda pisah dan built
Tanda pisah (dash) dalam huruf proporsional (seperti Times New Roman)
dinyatakan dengan satu garis panjang (_). Tanda pisah hendaknya rapat (tidak diberi
spasi) dengan kata yang mendahului dan megikutinya.
Tanda butir nonhierarkis dengan garis pendek (-) tidak boleh digunakan, dan hendaknya
dinyatakan dengan tanda built (berbentuk bulat atau persegi).
Contoh:
Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan dalam memilih kertas untuk tugas akhir:
 Jenis
 Ukuran
 Bobot
Bukan (X)
- Jenis
- Ukuran
- Bobot

7. Paragraf dan penomoran


Awal paragraf dimulai 1,2 cm dari tepi kiri bidang pengetikan. Sesudah tanda baca titik,
titik dua, titik koma, dan koma, hendaknya diberi satu ketukan kosong.
Lambang-lambang huruf Yunani dan yang tidak dapat ditulis dengan computer
hendaknya ditulis dengan tangan secara rapi dengan tinta hitam. Bilangan hendaknya
ditulis dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat.
Nomor halaman ditulis dengan angka Arab di kanan bawah (1, 2, 3 4,....dstNomor
halaman untuk lampiran ditulis dengan menggunakan angka Arab, di sudut kanan
bawah, melanjutkan nomor halaman sebelumnya.
8. Penjilidan
Penjilidan tugas akhir menggunakan karton tebal. Pada punggung tugas akhir hendaknya
dimuat nama penulis dan judul. Dijilid sebanyak 4 eksemplar (satu untuk perpustakaan
universitas, perpusatakaan fakultas, perpustakaan jurusan, dan untuk arsip penulis).
Halaman sampul harus dicetak dengan tinta hitam di atas kertas berwarna merah.

F. BAHASA DAN TANDA BACA

1. Penggunaan Bahasa
Hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal, dan lugas. Kejelasan dan
ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas dan
tepat, kalimat yang tidak berbilit-belit, dan struktur paragraf yang runtut.
Kelugasan dan keformalan gaya bahasa diwujudkan dengan menggunakan kalimat
pasif, kata-kata yang tidak emotif, dan tidak berbunga-bunga. Hindarilah penggunaan
seperti saya atau kami atau kita. Jika terpaksa menyebutkan kegiatan yang dilakukan
oleh penulis sendiri, istilah yang dipakai bukan kami, atau saya, melainkan penulis atau
peneliti. Namun, istilah penulis atau peneliti seyogyanya digunakan sedikit mungkin.

25
2. Penulisan Tanda Baca
Penulisan tanda baca, kata, dan huruf mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Kamus (keputusan
Mendikbud, Nomor 0543a/487, tanggal 9 September 1987).
Beberapa kaidah berikut ini perlu diperhatikan:
1. Titik (.), koma (,) titik dua (:), tanda seru (!), tanda tanya (?), dan tanda persen (%)
diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
2. Tanda kutip (“….”) dan tanda kurung ( ) diketik rapat dengan huruf dari kata atau
frasa yang diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (__), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf
yang mendahului dan mengikutinya.
4. Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang (-), kali
(x), dan bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
5. Tanda bagi (:) yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan nomor
halaman pada rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului dan
mengikutinya.

G. PENULISAN TABEL DAN GAMBAR

1. Penulisan Tabel
Penggunaan tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang sistematis untuk
menyajikan data statistic dalam kolom-kolom dan jalur-jalur, sesuai dengan
klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel, pembaca akan dapat memahami
dan menafsirkan data secara cepat, dan mencari hubungan-hubungannya.

Tabel yang baik seharusnya sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide.
Memasukkan terlalu banyak data dalam suatu tabel dapat mengurangi nilai
penyajian tabel. Lebih baik menggunakan banyak tabel daripada menggunakan
sedukit tabel yang isinya terlalu padat. Tabel yang baik hasur dapat menyampaikan
ide dan hubungannya secara efektif.

Jika suatu tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), maka tabel hasrus
ditempatkan di halaman tersendiri; dan jika tabell cukup pendek (kurang dari
setengah halaman) sebaiknya diintegrasikan dengan jelas.

Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) dan ditempatkan di atas
tabel. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perujukan. Bila tabel lebih dari
satu halaman, maka bagian dari kepala tabel (termasuk teksnya) harus diulang pada
halaman berikutnya, tuliskan Lanjutan Tabel … pada tepi kiri, tiga spasi dari garis
horizontal teratas tabel. Hanya huruf pertama kata tabel ditulis dengan
menggunakan huruf besar. Kata “Tabel” ditulis di pinggir, diikuti nomor dan judul
tabel. Judul tabel ditulis dengan huruf besar pada huruf pertama setiap kata kecuali
kata penghubung. Jika judul tabel lebih dari satu baris, baris kedua dan seterusnya
ditulis sejajar dengan huruf awal judul dengan jarak satu spasi. Judul tabel yanpa

26
diakhiri tanda titik. Berilah jarak 3 spasi antara teks sebelum tabel dan teks sesudah
tabel. Nomor tabel ditulis dengan angka Arab sebagai identitas tabel.

2. Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, chart, peta, sket, diagram, bagan, dan
gambar lainnya. Gambar dapat menyajikan dalam bentuk-bentuk visual yang dapat
dengan mudah dipahami. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk membangun
deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan tertentu yang
signifikan. Gambar juga dapat digunakan untuk menyajikan data statistic berbentuk
grafik.

Beberapa pedoman penggunaan gambar dapat dikemukakan sebagai berikut:


a. Judul gambar di tempatkan di bawah gambar, bukan di atasnya.
b. Gambar harus sederhana untuk dapat menyajikan ide dengan jelas dan dapat
dipahami tanpa harus disertai penjelasan tekstual.
c. Gambar harus digunakan dengan hemat. Terlalu banyak gambar dapat
mengurangi nilai penyajian data.
d. Gambar yang mengisi tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan
pada halaman tersendiri.
e. Penyebutan adanya gambar seharusnya mendahului gambar.
f. Gambar diacu dengan menggunakan angka, bukan dengan menggunakan kata
gambar di atas atau gambar di bawah.
g. Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada penomoran
tabel.

27
BAB III

CARA MENULIS REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA

A. CARA MENULIS REFERENSI


Apa itu referensi?
Ketika anda mengerjakan tulisan akademik ditingkat universitas, anda diharapkan merujuk
penulis yang hasil kerjanya anda gunakan. Informasi yang diambil tersebut bisa dalam bentuk
kata-kata, kalimat, informasi, data, ide ataupun konsep. Setiap kali anda melakukannya, sangat
penting untuk mengidentifikasi hasil kerja orang lain tersebut dengan cara mencantumkan
referensi baik itu dalam konteks kalimat (in text citation) ataupun dalam daftar pustaka
(reference list). Hal inilah yang disebut referensi.

Mengapa harus mereferensi?


Referensi dilakukan untuk menghindari plagiarisme (pembajakan karya orang lain), untuk
mengecek keabsahan informasi yang ditampilkan dan memudahkan pembaca memfollow up
dan membaca argumentasi penulis dari sumber aslinya.

Prinsip umum penggunaan Sistem APA


Sistem referensi APA mensyaratkan and untuk mencantumkan referensi baik itu dalam konteks
kalimat (in-text reference) dan daftar pustaka (reference list) pada karya tulis anda. Inti
penggunaan sistem referensi APA adalah menuliskan nama penulis serta tahun penulisan.

1. Rujukan dalam konteks kalimat (In text citation)


Dalam konteks ini anda diharuskan mencantumkan tiga jenis informasi tentang asal sumber
dalam tulisan akademik anda.

 Nama belakang atau nama keluarga penulis


 Tahun publikasi
 Nomor halaman (berlaku hanya untuk kutipan langsung!! Untuk kutipan tidak
langsung, tidak perlu mencantumkan nomor halaman).

2. Rujukan dalam daftar pustaka (list of references)


Pada bagian akhir tulisan anda, jangan lupa menyertakan daftar pustaka yang berisi
kumpulan informasi sumber-sumber yang sudah anda gunakan. Sumber ini terdiri dari buku,
jurnal artikel, surat kabar, majalah, film, bahan dari internet ataupun sumber lain yang
infomasinya anda ambil untuk memperkaya tulisan akademik anda (lihat contoh dibagian
akhir).

Cara melakukan kutipan:


1. Melakukan kutipan tidak langsung (indirect quotation)
Mengutip dengan cara tidak langsung adalah cara yang paling dianjurkan untuk
digunakan. Jika anda membaca sebuah tulisan menarik dan anda ingin
28
mencantumkannya ke dalam tulisan anda, maka sebaiknya Anda rubah kalimat asli
penulis ke dalam bahasa Anda sendiri yang mudah dimengerti oleh pembaca tanpa
menghilangkan esensi dari kalimat asli. Dan jangan lupa untuk mencantumkan nama
penulis diikuti tahun penerbitan. Ini akan membuat Anda ”lebih aman” dari tuduhan
plagiarisme atau pembajakan hasil karya orang lain.

Contoh:

Jika tulisan asli penulis yang tercetak dalam buku adalah:

Florence Nightingale adalah peletak dasar munculnya gerakan keperawatan modern


(Smith, 2000).

Maka anda bisa merubah kalimat tersebut menjadi:

Smith (2000) dalam studi terbarunya menuliskan bahwa, peletak dasar gerakan
keperawatan modern adalah Florence Nightingale.

atau

Disebutkan dalam sebuah studi keperawatan terbaru (Smith, 2000), gerakan


keperawatan modern pertama kali dicetuskan oleh Florence Nightingale.

2. Melakukan kutipan langsung (direct quotation)


Kutipan langsung adalah anda mengcopy-paste (maksimum 40 kata saja!!!) apa yang
ditulis oleh penulis asli yang anda rasa sangat penting dimasukkan ke dalam tulisan
Anda. Untuk penulisan ilmiah, maksimal anda hanya boleh melakukannya tidak lebih
dari 5 kali kutipan langsung. Kalimat yang dikutip sama persis diberi tanda satu kutip
(”.......”) pada bagian awal dan akhir kutipan. Nama belakang penulis, tahun publikasi
serta nomor halaman harus dicantumkan.

Contoh:

”Program Studi Ilmu Keperawatan pertama kali dibuka pada tahun 1985 di Universitas
Indonesia”(FIK UI, 2002, p.3).

atau

”Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil menjalankan program keluarga
berencana” (Hudson & Bolton, 1997, p. 9).

3. Merangkum secara keseluruhan isi sebuah karya tulis (hanya ide atau konsep)
Dalam hal ini anda tidak perlu mencantumkan nomor halaman karena Anda
menyimpulkan secara keseluruhan isi dari penulis tersebut.

29
Contoh:

Larsen dan Greene (2005) melakukan studi tentang efek polusi udara pada tiga kota
besar...

Teori relativitas dijabarkan secara gamblang oleh Einstein (1930) dalam bukunya yang
berjudul.......

4. Mengutip dari sebuah artikel dalam jurnal (baik jurnal cetak maupun online)
Jika anda melakukan kutipan secara langsung, maka harus tetap mencantumkan nomor
halaman.

Contoh:

(Malarangeng, 2004, p. 45)

Jika hanya ide secara keseluruhan saja, maka tidak perlu mencantumkan nomor
halaman.

Contoh:

(Malarangeng, 2004).

5. Jika merujuk lebih dari satu karya tulis dengan penulis berbeda tapi memiliki ide
yang sama.
Pisahkan nama penulis tersebut menggunakan tanda titik koma (;) atau menggunakan
kata dan. Nama penulis disusun menurut tahun.

Contoh:

(Anh 2001; Julia 2003; Dinosius 2007) atau

Anh (2001), Julia (2003) dan Dinosius (2007) ketiganya mendemosntrasikan bahwa...

6. Jika penulis lebih dari satu orang:


Contoh:

(Kalla & Riyadi, 2006) atau

Kalla dan Riyadi (2006) mengemukakan sebuah teori tentang...

(Catatan: Nama penulis ditulis lengkap maksimal tiga orang penulis saja. Jika lebih
dari tiga orang penulis, maka gunakan hanya nama penulis pertama diikuti et al.)

7. Jika penulis lebih dari tiga orang:


Gunakan nama penulis pertama diikuti et al. Yang berarti ’dan kawan-kawan’:

30
Contoh:

Brown et al. (2004) mengkritik hasil penelitian sebelumnya... atau

(Brown et al., 2004).

8. Jika satu penulis memiliki lebih dari satu karya tulis ditahun yang berbeda-beda:
Susun kutipan menurut tahun dipublikasikan (terlama ke terbaru):

Contoh:

(Smith, 2001, 2002, 2003).

9. Jika ada dua penulis yang memiliki nama belakang sama dan tahun publikasi yang
sama:
Gunakan inisial nama pertama mereka untuk menunjukkan penulis yang berbeda:

Contoh:

Teori ini pertama kali dikembangkan di abad ini (Kalla, J, 2002) akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya ditolak dengan beberapa alasan mendasar (Kalla, Z, 2002).

10. Jika penulis mempublikasikan lebih dari satu karya tulis pada tahun yang sama
Tambahkan huruf a, b, c, d setelah tahun publikasi.

Contoh:

Litteaur (2004a, 2004b, 2004c) melengkapi jumlah tulisan tentang jenis-jenis karakter
individu. Atau

Karakter individu dijelaskan Litteaur (2004a) dalam bukunya yang berjudul Personality
Plus. Oleh Litteaur (2004b) buku ini kemudian direvisi dan mengalami perubahan
secara signifikan terutama pada bagian karakter Sanguin. Tidak lama berselang, terjadi
lagi revisi pada buku ketiga Litteaur (2004c) yang menambahkan kelemahan dari
karakter Melankolik.

11. Jika tahun penerbitan tidak dicantumkan (no date)


Contoh:

Sebuah penelitian tentang biokimia molekuler oleh Bradford (n.d) menunjukkan


bahwa....

atau

Kurosaki (n.d., p. 14) berpendapat bahwa...

31
Catatan: Jika tidak terdapat tahun penerbitan, lebih baik dihindari sebagai sumber
referensi!!

12. Jika tidak ada nama penulis maupun nama organisasi yang bertanggungjawab
Diusahakan untuk mencari tahu nama penulis atau organsisasi yang bertanggung jawab
jika anda ingin menggunakan sumber referensi untuk mendukung tulisan anda.
Catatan: Jika Anda tidak dapat menemukan siapa yang bertanggungjawab
mengeluarkan informasi tersebut, ada baiknya Anda tidak menggunakannya
sebagai bahan referensi.

Contoh:

Marketing strategy (Anonymous, 1999).

13. Jika penulis juga sekaligus penerbit


Contoh:

Kemajemukan suatu bangsa bisa menjadi pemecah belah persatuan jika pemerintah
tidak mampu mengelola perbedaan tersebut (Universitas Hasanuddin, 2006).

14. Melakukan kutipan dari sumber kedua (secondary source)


Jika anda ingin mengutip sebuah ide dari seorang penulis, yang ternyata juga mengutip
ide tersebut dari penulis lain, maka ada baiknya anda mencari artikel dari penulis asli.
Namun, jika anda tidak bisa menemukan artikel asli, maka anda boleh menggunakan
sumber kedua yang mengutip pernyataan tersebut. Maka inilah yang disebut sumber
sekunder.

Contoh:

(Smith, dikutip dalam Bassett, 2007)

(Catatan: Smith adalah penulis asli, sedangkan Basset adalah penulis kedua yang
mengutip pernyataan Smith).

atau:

Penelitian yang dilakukan oleh Smith (dikutip dalam Basset, 2007) menemukan
bahwa...

15. Melakukan kutipan dari tabel maupun diagram


Ketika mengutip data dari diagram atau tabel, atau mengkopi keseluruhan isi table
maupun diagram, maka referensi harus tetap dibuat.

Referensi dalam bentuk konteks kalimat, harus mencantumkan nama penulis, tahun dan
halaman untuk mempermudah pembaca mengklarifikasi data anda.
32
Contoh:

(Smith, 2005, p.33).

Jika sumber data adalah bukan milik si penulis, maka itu berubah menjadi sumber
sekunder dan harus mengikuti kaidah berikut:

(United Nations, 1975, dikutip dalam Smith 2005, p.33)

16. Mengutip dari berita disurat kabar (media cetak)


Jika tidak ada nama penulis, cantumkan nama Surat Kabarnya, tahun publikasi beserta
nomor halamannya:

Contoh:

(Jawa Pos, 7 Maret 2008, p.8)

Jika ada nama penulisnya, maka kutip seperti halnya mengutip sebuah buku:

(Manggabarani, 2008).

17. Mengutip sumber dari CD-ROM


Cantumkan Judul Lengkap beserta tahun publikasi:

Contoh:

(Microsoft Encarta, 2005).

18. Mengutip dokumen dari sebuah website


In text citatation idealnya memiliki nomor halaman, tetapi dokumen dari internet jarang
memiliki nomor halaman. Oleh karena itu, maka informasi yang harus dicantumkan
adalah nama penulis atau nama organisasi yang bertanggung jawab untuk website
tersebut dan tahun dibuat/direvisi dari dokumen tersebut.

Contoh:

(Waskito, 2008).

atau

(World Health Organization, 2007) kutipan pertama

(WHO, 2007) kutipan berikutnya

(Catatan: Singkatan sebuah organisasi harus dicantumkan kepanjangannya secara


lengkap pada kutipan pertama, namun untuk kutipan kedua, ketiga dan seterusnya cukup
menuliskan singkatannya saja).
33
Jika nama penulis tidak ada, maka cantumkan URL website resmi saja (bukan
website lengkap):

Contoh:

(http://www.unhas.ac.id) atau (www.depkominfo.org.id)

Catatan: Sumber dari internet harus dipilah-pilah, tidak diperkenankan mengutip dari
sumber website pribadi ataupun blog pribadi seseorang yang tidak sahih karena bukan
merupakan bidang keilmuannya masing-masing. Website yang perlu dihindari sebagai
sumber referensi adalah: blogspot, wordpress, wikipedia, facebook, friendster, multiply,
etc.

19. Mengutip film, program televisi ataupun radio


Jika tidak terdapat nama penulis/penyiar, cantumkan Judul Program dan tahun dirilis:

Contoh:

(Suster Apung, 2007) atau (Kick Andy, 2001)

B. CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya
yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Daftar pustaka dalam sistem
APA adalah kumpulan dari semua buku, jurnal artikel, referensi dari internet dan sumber
lain yang digunakan untuk menyusun tulisan akademik anda. Beberapa kaidah yang harus
diikuti adalah sebagai berikut:

1. Daftar pustaka disusun secara alfabet menurut nama belakang penulis.


2. Jika sebuah informasi sumber melebihi satu baris kalimat, maka baris berikutnya harus
diberi jarak satu tab space (barisnya agak masuk kedalam).
3. Judul buku harus menggunakan huruf miring. Untuk judul atau subjudul dan nama kota
ataupun orang menggunakan minimal kapitalisasi (huruf besar hanya pada kata pertama,
kata-kata selanjutnya menggunakan huruf kecil).
4. Judul artikel diberi tanda ’satu kutip’ dan juga minimal kapitalisasi (hanya kata pertama
yang diberi huruf besar).
5. Nama jurnal harus dalam huruf miring. Menggunakan maksimal kapitalisasi (semua
huruf awal pada setiap kata dimulai dengan huruf kapital).
6. Jika nama penulis lebih dari tiga orang, cantumkan semua nama belakang penulis secara
lengkap bukan hanya sekedar et al.
 Buku
Tampilkan informasi detail menurut urutan berikut:

Penulis, Inisial., (Tahun). Judul buku (tidak perlu menggunakan huruf capital pada
setiap kata). Edisi. Penerbit: Tempat.

34
a) Satu orang penulis
Patellongi, I. (2006). Good essay writing; A social sciences guide, ed. 3. University
Sage Press: London.

b) Dua orang penulis


Patellongi, I. & Nurdin, N. (2003), Introduction to sociology. UNSW Press: Sydney.

c) Lebih dari tiga orang penulis:


Erika, K.A., Sitompul, AJ., Witoelar, R., Manooj, VC. & Patel, N. (2006).
Gambaran pemetaan politik universal di Indonesia. EGC: Jakarta.

 Artikel dari kumpulan buku (Tiap bab penulisnya berbeda-beda)


Informasi yang harus ditulis secara detail untuk format ini adalah:

1. Nama belakang penulis, diikuti inisial nama depan


2. Tahun publikasi
3. Nama artikel (diberi tanda satu kutip dengan minimal kapitalisasi)
4. dalam
5. Inisial nama depan diikuti nama belakang penulis
6. (editor)
7. Judul buku (judul yang tertera pada halaman judul) dalam huruf miring dan
menggunakan minimal kapitalisasi.
8. Penerbit
9. Lokasi penerbitan
Contoh:

Curthoys, A. (2007). ’History and identity’ dalam Hudson, W. & Bolton, G. (editor),
Creating Australia; Changing Australian history. Allen & Unwin Press:
Australia.

 Elektronik Book (E-book)


Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Penulis, Tahun, Judul buku, [tipe media], Tanggal akses, <website lengkap>

Contoh:

Budiono, M., Lukito., Prasetya, L. & Mahfudz, P. (2006). A to z of internet and


technology, [e-book], diakses tanggal 11 Februari 2005, dari
<http://www.nicsl.com.au/cochrane/index.asp>.

 Jurnal penelitian (cetak maupun online)


Cantumkan informasi berikut:

35
1. Nama belakang penulis dan inisial nama depan
2. Tahun publikasi
3. ’Judul artikel’ (dalam tanda kutip dan minimal kapitalisasi)
4. Nama jurnal reguler (dalam huruf miring dan menggunakan maksimal kapitalisasi)
5. nomor volume (jika ada)
6. Nomor dikeluarkan (issue number) atau bulan (jika ada)
7. Nomor halaman artikel.

Contoh:

Yudoyono, S.B., Kouzman, T. & Whitman, W. (2001). A sociological survey into


enterprise bargaining, Journal of the Australian Sociological Association, vol.
6(3), p. 23-45.

Yudoyono, S.B. (2003), Literature as a psychological tool, Educational Psychologyst,


vol. 28(3) Summer, p. 253-265.

 Artikel dari surat kabar yang mencantumkan nama penulis


Contoh:

Donaghy, B. (2004). ’National meeting set to review tertiary admissions’, Campus


News, 3-9 Maret, p. 3.

atau:

Rahardjo, S. (15 Maret 2008). ‘Laju inflasi perekonomian Indonesia kembali terpuruk’,
Tribun Timur, p.23.

 Nama penulis tidak dicantumkan dalam artikel surat kabar (ganti dengan judul)
Contoh:

Indonesia mendapat posisi terhormat di bidang olahraga sepak takraw. (30 February,
2004) Tribun Timur, p.21.

(Catatan: Jika tidak ada nama penulis, maka judul artikel koran yang ditempatkan
pertama)

 Sumber yang diambil dari film, video, televisi dan program radio
Contoh:

Silalahi, R. (Executive Producer). (11 Oktober, 2003). Liputan 6 Siang [Siaran Televisi].
SCTV: Jakarta.

 Dokumen resmi pemerintah


Cantumkan nama kementerian atau badan resmi milik pemerintah yang mengeluarkan
dokumen tersebut.
36
Contoh:

Universitas Hasanuddin (2005). Laporan Tahunan Kurikulum Berbasis Kompetensi


2004-2005, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

 Sumber dari Internet


Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan kutipan dari situs
internet. Berbeda dengan sumber cetak, sumber elektronik sangat mudah dirubah atau
dihilangkan secara keseluruhan oleh penulisnya. Informasi diinternet sangat cepat
berubah atau sering sekali diupdate. Oleh karena itu mencantumkan seluruh informasi
secara detail sangat diperlukan.

Format:

Penulis, Inisial nama pertama. (Tahun). Judul artikel, Nama dan Sponsor Website,
diakses tanggal, URL <alamat situs secara lengkap>.

Contoh:

Winston, J. (2003). A look at referencing, Educational Services, diakses tanggal 20


Oktober 2004, <http://www.aaa.edu.au/aaa.html>.

Atau:

International Narcotics Board 2002, How to be a volunteer, United Nations, diakses


tanggal 13 Oktober 2003, <http://links.jstor.org/sici?sici=0003-
0678%28197503%3A1%3C3%3ABMAJI%3E2.0.CO%3B2-Z>.

 Handout dari seminar atau conference:


Jika nama penulis materi tercantum, maka nama penulis diperlakukan sama halnya
dengan buku (penulis tahun), namun jika tidak ada, maka nama organisasi yang
dicantumkan, namun jika kedua hal tersebut tidak ada, maka nama seminarnya yang
dituliskan diikuti tahun).

Format:

Penulis, Inisial Tahun, ’Judul makalah’, Materi dipresentasikan dalam Nama seminar,
Tanggal dan tahun seminar, Institusi Pelaksana, Tempat, page.

Contoh:

Sirajuddin, I.A. (2008). ’Peran pemerintah kota Makassar dalam pelaksanaan layanan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin’, Materi dipresentasikan dalam
Seminar nasional keperawatan komunitas, 11-12 Januari 2008, Ikatan Perawat
Kesehatan Komunitas, Makassar, p. 12-19.
37
 Karya Terjemahan
Contoh:
Ary, D., Jcobs, L.C.& Razavieh, A. (2008). Pengantar Penelitian Pendidikan.
Terjemahan oleh Arief Furchan. Usaha Nasional: Surabaya.

 Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi


Nama penulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul
skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan cetak miring diikuti dengan pernyataan
skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, dan
nama fakultas serta nama perguruan tinggi.

Contoh:
Pangribuan, T. (2002). Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa
Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP
MALANG.

38
Lampiran 1: Contoh halaman awal proposal

Proposal Penelitian

GAMBARAN KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA DI KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Disusun oleh :

DARMAWANSAH
R011181717

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

39
Lampiran 2: Contoh halaman persetujuan ujian

40
Lampiran 3: Contoh halaman pengesahan

41
Lampiran 4: Contoh lembar pernyataan keaslian skripsi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Nomor mahasiswa :

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima saknsi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji
tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.

Makassar,

Yang membuat pernyataan,

(Materai Rp.6000)

(Nama Lengkap)

42
Lampiran 5: Contoh Abstrak (Times New Roman ukuran 10)

ABSTRAK

Salniah. C12111618. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK


PADA PASIEN KLINIK MATA NATURAL ESTHETIC MAKASSAR, dibimbing oleh Silvia Malasari dan
A.Masyita Irwan.

Latar belakang:Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi insiden katarak lebih cepat, yakni : usia, jenis
kelamin, diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan
alkohol, gizi kurang Vitamin E, dan radang menahun didalam bola mata.Tujuan penelitian:Untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak pada pasien klinik mata Natural Esthetic Makassar.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain Cross sectional. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner yang berupa pertanyaan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 47 orang pada pasien
yang berkunjung diklinik mata Natural Esthetic Makassar.Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan
tingkat signifikan α=0,05.
Hasil: Pada penelitian inidiperoleh hasil yaitu bahwa lebih dari setengah responden menderita katarak yaitu
sebanyak (82%) dimana lebih banyak responden perempuan yaitu sebanyak (61,7%) dan sebagian besar berumur
antara 50-100 tahun yaitu sebanyak (80,9%). Lebih dari setengah responden yang menderita DM yaitu sebanyak
(85,1%). Dan lebih dari setengah responden yang tidak pernah mengalami trauma mata yaitu sebanyak (76,6%).
Kesimpulan dan saran:Disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur, jenis kelamin, riwayat Diabetes Melitus,
Riwayat trauma mata dengan kejadian katarak pada pasien klinik mata Natural Esthetic Makassar. Untuk peneliti
yang akan datang agar meneliti variabel-variabel yang belum sempat diteliti pada penelitian ini, sehingga hal-hal
yang berkaitan dengan katarak dapat terungkap secara keseluruhan.

Kata kunci : Faktor-faktor, kejadian katarak


Sumber Literatur :28 Kepustakaan (2000-2011)

43
ABSTRAK

Alisha Nadia Mustika. C12106032. PENGARUH EDUKASI KESEHATAN PROMOTIF TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DALAM HAL PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI, MAKASSAR, dibimbing oleh
Nurhaya Nurdin dan Wa Ode Nur Isnah.

Latar belakang: Memberikan ASI Ekslusif adalah kewajiban setiap ibu terhadap bayinya. Namun, pada
kenyataannya masih banyak ibu yang melalaikan tanggung jawab dikarenakan kurangnya informasi yang memadai
mengenai apa itu ASI Eksklusif dan pentingnya ASI Eksklusif bagi kecukupan nutrisi bayi. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian edukasi kesehatan promotif terhadap peningkatan pengetahuan ibu
hamil trimester ketiga dalam hal pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi, Makassar.
Metode: Desain penelitian menggunakan metode Pre-Experimental Design, dalam bentuk One Group Pretest-
Posttest Design. Intervensi berupa edukasi kesehatan promotif selama 40 menit tentang ASI Eksklusif, yang
dilakukan dengan didahului pre test dan diakhiri dengan post test untuk mengevaluasi pencapaian intervensi
edukasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 45 orang ibu hamil trimester ketiga (7-9 bulan) yang memeriksakan
kehamilannya di PKM Kassi-Kassi, Makassar.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif
setelah pemberian intervensi edukasi kesehatan promotif, dimana terjadi peningkatan pengetahuan pada 87%
sampel dari total sampel yang diteliti.
Kesimpulan & Saran: Disimpulkan bahwa pemberian edukasi kesehatan promotif dapat meningkatkan level
pengetahuan ibu hamil dalam bidang kesehatan. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan transfer
informasi tersebut ditinjau dari aspek petugas kesehatan, peserta didik, instrumental (media dan metode edukasi),
timing, serta lingkungan fisik tempat dimana edukasi kesehatan dilaksanakan. Oleh karena itu strategi edukasi
kesehatan yang ampuh perlu digalakkan dengan memperhatikan beberapa aspek tersebut diatas, sehingga
penyebarluasan dan edukasi mengenai pentingnya ASI Eksklusif dapat menjadi lebih efektif dan tepat sasaran.

Keywords: Edukasi kesehatan, promotif, ASI Eksklusif, trimester tiga.

Sumber Literatur : 45 kepustakaan (2005 – 2010)

44
Lampiran 6 : Alur penyusunan Karya Tulis Ilmiah/Skripsi

ALUR PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH/SKRIPSI

Judul disetujui Persetujuan judul


Pengajuan topik Pengajuan judul penelitian
Penentuan pembimbing oleh pembimbing
penelitian ke pembimbing (membawa
pembimbing disetor ke bagian
minimal 3 jurnal
Judul tidak disetujui akademik
pembimbing
Judul diinput dan
Membuat judul dicek oleh bagian
penelitian baru akademik
Menyusun proposal
penelitian dan konsultasi
Judul berulang dari Judul tidak berulang
ke pembimbing
tahun sebelumnya dari tahun sebelumnya

Proposal disetujui
pembimbing

Hasil penelitian
Persetujuan waktu
disetujui
seminar ujian dengan Tim
pembimbing Melakukan penelitian Revisi hasil ujian Seminar ujian proposal Penguji (3 hari sebelum
setelah ada ijin proposal dan disetujui penelitian (dihadiri min ujian)
Konsultasi hasil penelitian
penelitian dari komisi tim penguji (maks 1-2 3 tim penguji)
ke pembimbing
etik minggu) Pengurusan undangan
Seminar ujian hasil seminar dan penyerahan
Mengumpulkan naskah Revisi ujian hasil penelitian penelitian (dihadiri min undangan+naskah ke tim
skripsi ke tim penguji dan disetujui tim penguji 3 tim penguji) penguji
dan perpustakaan (maks 1-2 minggu)

45
Lampiran 7 : Alur pelaksanaan ujian

ALUR PELAKSANAAN UJIAN PROPOSAL/HASIL SKRIPSI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ACC ujian oleh kedua Mahasiswa mendaftar ujian Panitia membagikan link Masing-masing penguji
pembimbing proposal/hasil melalui google google sheet kepada tim mengisi alokasi waktu menguji
sheet yang disediakan panitia penguji terkait dengan alokasi pada google sheet yang terdiri
waktu ujian dari hari, tanggal dan waktu
1 pelaksanaan
2
3
4
Mahasiswa membuat grup What’s
app dengan tim penguji untuk
mempermudah komunikasi dan
mahasiswa koordinasi dengan staff
Mahasiswa Mahasiswa mempersiapkan
akademik terkait dengan berkas
mengikuti Ujian slide presentasi, telah Kesepakatan waktu telah ada,
ujian
proposal/hasil membagikan makalah dan panitia menghubungi mahasisa
undangan ke tim penguji, dan dan staff akademik
berkas ujian telah ada Staff akademik mempersiapkan
8
berkas ujian : undangan, berita
acara, lembar penilaian, lembar 5
Pembimbing 1 7 masukan tim penguji, SK penguji dan
mengumpulkan nilai SK Pembimbing (jika ujian hasil)
dan berkas ujian ke sebelum pelaksanaan ujian
staff akademik

9 6 46

Anda mungkin juga menyukai