Anda di halaman 1dari 16

PROFESI NERS

DEPARTEMEN KEPERAWAT GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE ANAK

OLEH:
Yovina Nuriati ( 2114314901039 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. Definisi Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja (Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil
(1998),). Diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus (C.L Betz & L.A Sowden (1996))

Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan


cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi & Rita
(2001),)

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. Klasifikasi Diare
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan, Universitas Airlangga
dalam Nursalam (2015), diare akut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2015), diare dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang
sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis
Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.Lama waktu diareDiare akut,
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2016) diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah
lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronis
Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
atau kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari
14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrompada
bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya dari mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.

d. Diare kronis nonspesifik


Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau
diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada
anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan
sering disertai dengan partikel makanan yang tidak dicerna, dan lamanya
diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifikini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala
malnutrisi, tidak ada daearh dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi
enteric.

C. Etiologi
Etilogi diare akut menurut Brunner&Suddart (2016):

a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus


(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
D. Patofisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus


akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.

4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

E. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
F. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENTALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung
NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,
dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus
set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15
tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

 Untuk bayi berat badan lahir rendah


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan


penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

a. Data fokus
1) Hidrasi
- Turgor kulit
- Membran mukosa
- Asupan dan haluaran
2) Abdomen
- Nyeri
- Kekauan
- Bising usus
- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
- Kram
- Tenesmus
b. Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara intake dan out put.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus
dengan mikroorganisme.
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang
disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak
mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau
kurangnya pengetahuan.
c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
- Pantau cairan IV
- Kaji asupan dan keluaran
- Kaji status hidrasi
- Pantau berat badan harian
- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
- Melalui mulut
2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut
(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian
meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti:
pisang, nasi, roti atau asi.
- Hindari memberikan susu produk.
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit
- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan
terhadap udara.
- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang
bersifat asam akan mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah
penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.
- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai
usia.
6) Berikan dukungan emosional keluarga.
- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
- Rujuk layanan sosial bila perlu.
- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
7) Rencana pemulangan.
- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
- Kuatkan informasi tentang diet.
- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN

1. DS : Kekurangan volume
cairan berhubugan out
 Ibu klien put yang berlebihan
mengatakan
Domain 2 : Nutrisi
anaknya muntah
dan diare Kelas 5 :Hidrasi
sebanyak 6 kali
dalam sehari Kode : 00027
kemaren

DO :

 Mata cekung
 Bibir kering
 Turgor > 2 detik
 Klien tampak
lemah
 Klien tampak
kehausan
 Intake : 400cc

2. DS : Nyeri akut yang


berhubungan agen
1. Klien cidera biologis
mengatakan
nyeri bagian Domain 12 :
perut
kenyamanan
2. Klien
mengatakan kelas 1 : kenyamanan
rasa ingin BAB
fisik

Kode 00132 nyeri akut


DO :

1. Pasien tampak
meringis dan
memegangi
perut
2. Pengkajian
Nyeri :
P : diare

Q : Tertusuk-
tusuk

R : bagian
perut

S : 3 (ringan )

T : hilang
timbul

3 DS : Hipertermia
berhubungan dengan
1. Klien infeksi diare
mengatakan
demam Domain 11 :
2. Ibu klien
keamanan/perlindungan
mengatakan
anaknya Kelas : 6 :
demam sejak
termoregulasi
satu hari yang
lalu sebelum Kode : 00007
masuk Rs.
hipertermia

DO :

1. Pasien tampak
gelisah
2. Suhu tubuh
37,8
NO DIAGNOSIS NOC NIC
KEPERAWATAN

1 Kekurangan volume cairan Hidrasi ( 0602 ) Manajemen Cairan ( 4120)


berhubungan dengan out put
yang berlebihan a. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi: 1. Pertahankan catatan intake dan output
 ( 060226) tidak ada diare yang akurat
Domain 2 : Nutrisi  ( 060201) turgor kulit baik 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban
 ( 060208 ) mata tidak cekung membran mukosa, nadi adekuat,
Kelas 5 :Hidrasi  (060202) Membran mukosa lembab tekanan darah ortostatik ), jika
 ( 060205) Tidak ada haus yang diperlukan
Kode 2 : 00027 berlebihan 3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
5. Monitor status nutrisi
6. Berikan cairan
7. Dorong masukan oral 8. Dorong
keluarga untuk membantu pasien
makan

2 Nyeri akut yang berhubungan status kenyamanan 2008 manajemen nyeri 1400
denga agen bioligs
1. 200804 lingkungan fisik 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Domain 12 : kenyamanan 2. 200805 suhu komprehensif termasuk lokasi,
3. 200811 perawatan sesuai karakteristik, durasi, frekuensi,
kebutuhan kualitas dan faktor presipitasi
kelas 1 : kenyamanan fisik 4. 200812 mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
mengkomunikasikan kebutuhan ketidaknyamanan
Kode 00132 nyeri akut 3. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
4. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
5. Tingkatkan istirahat

Manajemen Diare

1. Periksajan kultur dan sensitifitas


tinja
2. Catat intake output
3. Monitoring makanan yang aman

3. Hipertermia berhubungan Termoregulasi 0800 pengaturan suhu 3900


dengan infeksi diare
1. 080001 tidak terjadi peningkatan 1. Memonitor suhu paling tidak setiap 2
Domain 11 : suhu tubuh jam, sesuai kebutuhan
keamanan/perlindungan 2. 080007 tidak tejadi perubahan warna 2. Memonitor suhu dan warna kulit
kulit 3. Berikan pakian yang nyaman pada
Kelas : 6 : termoregulasi 3. 080004 tidak terjadi sakit pada otot pasien
4. Kolaboarasi pemberian antipiretik,
Kode : 00007 hipertermia sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai