Anda di halaman 1dari 12

Tindakan Perawat dalam Melaksanakan 6 Langkah Sasaran Keselamatan

Pasien

Agnes Evlin Tampubolon/ 181101044

agnestampubolon0@gmail.com

Abstrak

Keselamatan pasien saat melakukan perawatan di rumah sakit merupakan satu hal yang menjadi sasaran
utama dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun klinik kesehatan lainnya. Untuk
menerapakan keselamatan pasien maka di dunia keperawatan maupun di seluruh tim dan tenaga kesehatan
sudah diberikan peraturan lewat Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES) Nomor 11
Tahun 2017. Dan di dalam dunia keperawatan sendiri, penerapan keselamatan yang diatur pada PERMENKES
No. 11 Tahun 2017 adalah 6 Sasaran Keselamatan Pasien yang di optimalkan dapat memenuhi layanan fasilitas
kesehatan terkhusus di dalam bidang keperawatan pasien yang masih berada di lingkar pengobatan dan
perawatan medis.

Kata Kunci : sasaran , keselamatan, pasien

1. LATAR BELAKANG bidang-bidang yang bermasalah dalam

Keselamatan pasien saat melakukan perawatan kesehatan, memberikan bukti

perawatan di rumah sakit merupakan satu dan solusi hasil konsensus yang

hal yang menjadi sasaran utama dalam berdasarkan nasihat para pakar. Dengan

melaksanakan pelayanan kesehatan di mempertimbangkan bahwa untuk

rumah sakit maupun klinik kesehatan menyediakan perawatan kesehatan yang

lainnya. aman dan berkualitas tinggi diperlukan

Sasaran merupakan sebuah hal yang desain sistem yang baik, sasaran biasanya

menjadi tujuan utama untuk diselesaikan sedapat mungkin berfokus pada solusi

dengan tepat dan benar sehingga tidak yang berlaku untuk keseluruhan sistem.

menimbulkan kekacauan bahkan masalah Karena inilah untuk melakukan atau


yang mungkin berakibat fatal ke menerapkan keselamatan pasien pun,
depannya nanti. seorang tim atau tenaga kesehatan
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalma pelayanan kesehatan wajib
memiliki tujuan , yaitu untuk mampu menyadari apa yang menjadi
menggiatkan perbaikan-perbaikan tujuan utaa dilakukan penerapan
tertentu dalam soal keselamatan pasien. keselamatan pasien. Yaitu agar pasien
Sasaran sasaran dalam SKP menyoroti dapat menerima perawatan, pengobatan
dan pelayanan sesuai dengan kebijakan- 4. HASIL
kebijakan rumah sakit dan tetap merasa Dari hasil yang diamati, didapatkan
aman dan nyaman saat diperiksa di bahwa masih banyak tenaga kesehatan,
pelayanan kesehatan tersebut. bahkan perawat yang tidak dapat
Namun hal ini tidaklah mudah, memenuhi 6 langkah penerapan sasaran
sehingga harus memiliki pokok-pokok keselamatan pasien. Hal ini dikarenakan
sasaran untuk keselamatan pasien. oleh banyak faktor. Seperti faktor dari
Terkhusus didalam bidang keperawatan dalam pelayanan kesehatan itu sendiri
selama pasien berada di bawah masa dimana tidak adanya dilakukan
pengobatan dan perawatan dari rumah pelatihan, pengembangan ahli khusus
sakit. tiap tenaga kesehatan di tempat layanan
kesehatan atau rumah sakit, banyaknya
2. TUJUAN tekanan dari dalam karena tidak adanya
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini kooperatif antar tenaga maupun tim
adalah agar tenaga maupun tim medis medis dari ahli-ahli yang berbeda
atau kesehatan dalam menerapkan sehingga perawat harus melakukannya
langkah-langkah mencapai keselamatan sendiri dnegan pemikirannya sendiri
pasien. Terkhusus pada tenaga medis pula. Dan ada juga faktor dari luar
perawat dalam mencapai tugas dalam tempat layanan kesehatan itu sendiri,
menerapkan 6 sasaran keselamatan seperti tidak bebasnya dalam
pasien selama berada di lingkar mengeluarkan suara karena hal-hal yang
pengobatan dan perawatan medis. tertutupi, bahkan tidak menutup
kemungkinan dari dunia luar yang
3. METODE menekan jati diri perawat sehingga
Metode yang digunakan adalah metode dapat mengacaukan tugas dan
literasi yaitu dengan membaca buku tanggungjawab yang sedang diemban.
maupun jurnal yang menjelaskan secara
jelas dan tepat cara seorang perawat 5. PEMBAHASAN
dalam menerapkan sasaran keselaatan Karena hasil nya tidak dapat maksimal
pada pasien. sepenuhnya akibat banyak faktor yang
terjadi, maka Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia mengidentifikasi pasien sebagai
(PERMENKES) Nomor 11 Tahun individu yangdimaksudkan untuk
2017, mengeluarkan peraturan tentang mendapatkan pelayanan atau
sasaran keselamatan pasien terkhusu pengobatan; dan kedua, untuk
dalam masa perawatan yang ditindak mencocokkan pelayanan atau
lanjuti oleh perawat. Untuk memenuhinya, pengobatan terhadap individu tersebut.
didalam dunia keperawatan diberikan 6 Kebijakan dan/atau prosedur yang
Sasaran Keselamatan Pasien, yaitu : secara kolaboratif dikembangkan untuk

SASARAN 1: MENGIDENTIFIKASI memperbaiki proses identifikasi,

PASIEN DENGAN BENAR khususnya proses yang digunakan untuk

Fasilitas pelayanan Kesehatan mengidentifikasi pasien ketika

menyusun pendekatan untuk pemberian obat, darah atau

memperbaiki ketepatan identifikasi produkdarah; pengambilan darah dan

pasien spesimen lain untuk pemeriksaan

MAKSUD DAN TUJUAN klinis;ataumemberikan pengobatan atau

Kesalahan karena keliru-pasien tindakan lain. Kebijakan

sebenarnya terjadi di semua aspek dan/atauprosedur memerlukan

diagnosis dan pengobatan. Keadaan sedikitnya dua cara untuk

yang dapat mengarahkan terjadinya mengidentifikasi seorang pasien, seperti

error/kesalahan dalam mengidentifikasi nama pasien, dengan dua nama pasien,

pasien, adalah pasien yang dalam nomor identifikasi menggunakan nomor

keadaan terbius / tersedasi, mengalami rekam medis, tanggal lahir, gelang (-

disorientasi, atau tidak sadar identitas pasien)dengan bar-code, atau

sepenuhnya; mungkin bertukar tempat cara lain. Nomor kamar atau lokasi

tidur, kamar, lokasi di dalam pasien tidak bisa digunakanuntuk

fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin identifikasi. Kebijakan dan/atau

mengalami disabilitas sensori; atau prosedur jugamenjelaskan penggunaan

akibat situasi lain. dua pengidentifikasi/penanda yang


berbeda padalokasi yang berbeda di
Tujuan ganda dari sasaran ini
fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di
adalah : pertama, untuk dengan
pelayananambulatori atau pelayanan
carayang dapat dipercaya/reliable
rawat jalan yang lain, unit gawat Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun
darurat, atau kamar operasi. Identifikasi pendekatan agar komunikasi di antara
terhadap pasien koma yang tanpa para petugas pemberi perawatan
identitas, jugatermasuk. Suatu proses semakin efektif.
kolaboratif digunakan untuk MAKSUD DAN TUJUAN
mengembangkan kebijakan dan/atau Komunikasi efektif, yang tepat waktu,
prosedur untuk memastikan telah akurat, lengkap, jelas, dan yang
mengatur semua situasi yang dipahami oleh resipien/penerima, akan
memungkinkan untuk diidentifikasi. mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan
KEGIATAN YANG
pasien. Komunikasi dapat secara
DILAKSANAKAN:
elektronik, lisan, atau tertulis.
1.Pasien diidentifikasi menggunakan
Komunikasi yang paling mudah
dua identitas pasien, tidak
mengalami kesalahan adalah perintah
bolehmenggunakan nomor kamar atau
diberikan secara lisan dan yang
lokasi pasien.
diberikan melalui telpon, bila
2.Pasien diidentifikasi sebelum
diperbolehkan peraturan perundangan.
pemberian obat, darah, atau produk
Komunikasi lain yang mudah terjadi
darah.
kesalahan adalah pelaporan kembali
3.Pasien diidentifikasi sebelum
hasil pemeriksaan kritis, seperti
mengambil darah dan spesimen lain
laboratorium klinis menelpon unit
untuk pemeriksaan klinis Pasien
pelayanan pasien untuk melaporkan
diidentifikasi sebelum
hasil pemeriksaan segera /cito. Fasilitas
pemberianpengobatan dan tindakan /
pelayanan kesehatan secara kolaboratif
prosedur.
mengembangkan suatu kebijakan
4.Kebijakan danprosedur mengarahkan dan/atau prosedur untuk perintah lisan
pelaksanaan identifikasi yang konsisten dan melalui telepon termasuk:
pada semua situasi dan lokasi. menuliskan (atau memasukkan ke
komputer) perintah secara lengkap atau
SASARAN 2: MENINGKATKAN hasil pemeriksaan oleh penerima
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF informasi; penerima membacakan
kembali (read back) perintah atau hasil melakukan verifikasi terhadap akurasi
pemeriksaan; dan mengkonfirmasi dari komunikasi lisan melalui telepon.
bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibacakan ulang dengan akurat.untuk SASARAN 3: MENINGKATKAN
obat-obat yang termasuk obat NORUM/ KEAMANAN OBAT-OBATAN
LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan YANG HARUS DIWASPADAI
dan/atau prosedur mengidentifikasi Fasilitas pelayanan Kesehatan
alternatif yang diperbolehkan bila mengembangkan pendekatan untuk
proses pembacaan kembali (read back) memperbaiki keamanan obat-obatan
tidak memungkinkan seperti di kamar yang harus diwaspadai.
operasi dan dalam situasi gawat darurat/ MAKSUD DAN TUJUAN
emergensi di IGD atau ICU. Bila obat-obatan adalah bagian dari
KEGIATAN YANG rencana pengobatan pasien, maka
DILAKSANAKAN: penerapan manajemen yang benar
1. Perintah lisan dan yang melalui penting/krusial untuk memastikan
telepon ataupun hasil pemeriksaan keselamatan pasien. Obat-obatan yang
dituliskan secara lengkap oleh penerima perlu diwaspadai (high-alert
perintah atau hasil pemeriksaan medications) adalah obat yang
tersebut. persentasinya tinggi dalam

2. Perintah lisan dan melalui telpon atau menyebabkan terjadi kesalahan/error

hasil pemeriksaan secara lengkap dan/atau kejadian sentinel (sentinel

dibacakan kembali oleh penerima event), obat yang berisiko tinggi

perintah atau hasil pemeriksaan menyebabkan dampak yang tidak

tersebut. diinginkan (adverse outcome) demikian


pula obat-obat yang tampak
3. Perintah atau hasil pemeriksaan
mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa
dikonfirmasi oleh individu yang
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-
memberi perintah atau hasil
Alike Sound-Alike/ LASA). Daftar obat-
pemeriksaan tersebut
obatan yang sangat perlu diwaspadai
4. Kebijakan dan prosedur mendukung
tersedia di WHO. Yang sering disebut-
praktek yang konsisten dalam
sebut dalam isu keamanan obat adalah
pemberian elektrolit konsentrat secara ditetapkan oleh petunjuk dan praktek
tidak sengaja (misalnya, profesional, seperti di IGD atau kamar
kalium/potasium klorida [sama dengan operasi, serta menetapkan cara
2 mEq/ml atau yang lebih pekat)], pemberian label yang jelas serta
kalium/potasium fosfat [(sama dengan bagaimana penyimpanannya di area
atau lebih besar dari 3 mmol/ml)], tersebut sedemikian rupa, sehingga
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari membatasi akses untuk mencegah
0.9%], dan magnesium sulfat [sama pemberian yang tidak disengaja/kurang
dengan 50% atau lebih pekat]. hati-hati.
Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak KEGIATAN YANG
mendapatkan orientasi dengan baik di DILAKSANAKAN:
unit asuhan pasien, bila perawat kontrak 1. Kebijakan dan/atau prosedur
tidak diorientasikan sebagaimana dikembangkan agar memuat proses
mestinya terhadap unit asuhan pasien, identifikasi, lokasi, pemberian label,
atau pada keadaan gawat dan penyimpanan obat-obat yang perlu
darurat/emergensi. Cara yang paling diwaspadai
efektif untuk mengurangi atau 2. Kebijakan dan prosedur
mengeliminasi kejadian tersebut adalah diimplementasikan
dengan mengembangkan proses
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di
pengelolaan obat-obat yang perlu
unit pelayanan pasien kecuali jika
diwaspadai termasuk memindahkan
dibutuhkan secara klinis dan tindakan
elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
diambil untuk mencegah pemberian
pasien ke farmasi. Fasilitas pelayanan
yang tidak sengaja di area tersebut, bila
kesehatan secara kolaboratif
diperkenankan kebijakan.
mengembangkan suatu kebijakan
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan
dan/atau prosedur untuk menyusun
di unit pelayanan pasien harus diberi
daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
label yang jelas, dan disimpan pada area
berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan
yang dibatasi ketat (restricted).
dan/atau prosedur juga mengidentifikasi
area mana yang membutuhkan elektrolit
SASARAN4: MEMASTIKAN
konsentrat secara klinis sebagaimana
LOKASI PEMBEDAHAN YANG
BENAR, PROSEDUR YANG dan/atau prosedur yang efektif di dalam
BENAR, PEMBEDAHAN PADA mengeliminasi masalah yang
PASIEN YANG BENAR mengkhawatirkan ini. Kebijakan
Fasilitas pelayanan Kesehatan termasuk definisi dari operasi yang
mengembangkan suatu pendekatan memasukkan sekurang-kurangnya
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur yang menginvestigasi dan/atau
prosedur, dan tepat pasien operasi. mengobati penyakit dan
MAKSUD DAN TUJUAN kelainan/disorder pada
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah- tubuh manusia dengan cara menyayat,
pasien operasi, adalah kejadian yang membuang, mengubah, atau
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di menyisipkan kesempatan
fasilitas pelayanan kesehatan. diagnostik/terapeutik. Kebijakan
Kesalahan ini adalah akibat dari berlaku atas setiap lokasi di fasilitas
komunikasi yang tidak efektif atau tidak pelayanan kesehatan dimana prosedur
adekuat antara anggota tim bedah, ini dijalankan. Praktek berbasis bukti,
kurang/ tidak melibatkan pasien di seperti yang diuraikan dalam Surgical
dalam penandaan lokasi (site marking), Safety Checklist dari WHO Patient
dan tidak ada prosedur untuk Safety (2009), juga di The Joint
memverifikasi lokasi operasi. Di Commission’s Universal Protocol for
samping itu juga asesmen pasien yang Preventing Wrong Site, Wrong
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan Procedure, Wrong Person Surgery.
medis tidak adekuat, budaya yang tidak Penandaan lokasi operasi melibatkan
mendukung komunikasi terbuka antar pasien dan dilakukan dengan tanda yang
anggota tim bedah, permasalahan yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus
berhubungan dengan resep yang tidak digunakan secara konsisten di seluruh
terbaca (illegible handwriting) dan fasilitas pelayanan kesehatan; dan harus
pemakaian singkatan adalah merupakan dibuat oleh orang yang akan melakukan
faktor-faktor kontribusi yang sering tindakan; harus dibuat saat pasien
terjadi. Fasilitas pelayanan kesehatan terjaga dan sadar; jika memungkinkan,
perlu untuk secara kolaboratif dan harus terlihat sampai pasien
mengembangkan suatu kebijakan disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi
ditandai pada semua kasus termasuk sisi proses lain untuk memverifikasi saat
(laterality), struktur multipel (jari preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur,
tangan, jari kaki, lesi), atau multiple dan tepat pasien dan semua dokumen
level (tulang belakang). Maksud dari serta peralatan yang diperlukan tersedia,
proses verifikasi praoperatif adalah tepat, dan fungsional.
untuk : 2. Tim operasi yang lengkap
− memverifikasi lokasi, prosedur, dan menerapkan dan mencatat prosedur
pasien yang benar; “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum
− memastikan bahwa semua dokumen, dimulainya suatu prosedur/tindakan
foto (images), dan hasil pemeriksaan pembedahan.
yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang; 3. Kebijakan dan prosedur

− Memverifikasi keberadaan peralatan dikembangkan untuk mendukung

khusus dan/atau implant-implant yang keseragaman proses untuk memastikan

dibutuhkan. tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat


pasien, termasuk prosedur medis dan

Tahap “Sebelum insisi”/Time out tindakan pengobatan gigi/dental yang

memungkinkan setiap pertanyaan yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

belum terjawab atau kesimpang-siuran


dibereskan. Time out dilakukan di SASARAN 5: MENGURANGI

tempat tindakan akan dilakukan, tepat RISIKO INFEKSI AKIBAT

sebelum dilakukan tindakan. PERAWATAN KESEHATAN

KEGIATAN YANG Fasilitas pelayanan Kesehatan

DILAKSANAKAN: mengembangkan suatu pendekatan

Fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi risiko infeksi yang

menggunakan suatu tanda yang jelas terkait pelayanan kesehatan.

dan dapat dimengerti untuk identifikasi MAKSUD DAN TUJUAN

lokasi operasi dan melibatkan pasien di Pencegahan dan pengendalian infeksi

dalam proses penandaan/pemberi tanda. merupakan tantangan praktisi dalam

1. Fasilitas pelayanan kesehatan kebanyakan tatanan pelayanan

menggunakan suatu checklist atau kesehatan, dan peningkatan biaya untuk


mengatasi infeksi yang berhubungan 2. Fasilitas pelayanan Kesehatan
dengan pelayanan kesehatan merupakan menerapkan program hand hygiene
keprihatinan besar bagi pasien maupun yang efektif.
para profesional pelayanan kesehatan. 3. Kebijakan dan/atau prosedur
Infeksi umumnya dijumpai dalam dikembangkan untuk mengarahkan
semua bentuk pelayanan kesehatan pengurangan secara berkelanjutan risiko
termasuk infeksi saluran kemih-terkait infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
kateter, infeksi aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia SASARAN 6 : MENGURANGI
(sering kali dihubungkan dengan RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT
ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi TERJATUH
infeksi ini maupun infeksi lain adalah Fasilitas pelayanan kesehatan
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. mengembangkan suatu pendekatan
Pedoman hand hygiene yang berlaku untuk mengurangi risiko pasien dari
secara internasional bisa diperoleh dari cedera karena jatuh.
WHO, fasilitas pelayanan kesehatan MAKSUD DAN TUJUAN.
mempunyai proses kolaboratif untuk Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang
mengembangkan kebijakan dan/atau bermakna penyebab cedera pasien rawat
prosedur yang menyesuaikan atau inap. Dalam konteks
mengadopsi pedoman hand hygiene populasi/masyarakat yang dilayani,
yang diterima secara umum untuk pelayanan yang diberikan, dan
implementasi pedoman itu di Fasilitas fasilitasnya, fasilitas pelayanan
pelayanan Kesehatan. kesehatan perlu mengevaluasi risiko
KEGIATAN YANG pasien jatuh dan mengambil tindakan
DILAKSANAKAN: untuk mengurangi risiko cedera bila
1. Fasilitas pelayanan Kesehatan sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi
mengadopsi atau mengadaptasi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap
pedoman hand hygiene terbaru yang obat dan konsumsi alkohol, penelitian
diterbitkan dan sudah diterima secara terhadap gaya/cara jalan dan
umum (al.dari WHO Patient Safety). keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program
ini memonitor baik konsekuensi yang Namun di lain kesulitan, negara
dimaksudkan atau yang tidak sengaja Indonesia sendiri di dalam bidang
terhadap langkah-langkah yang kesehatan sudah menetapkan sebuah
dilakukan untuk mengurangi jatuh. peraturan tentang Sasaran Keselamatan
Misalnya penggunaan yang tidak benar Pasien. Dengan adanya peraturan ini
dari alat penghalang atau pembatasan pulalah diharapkan fasilitas pelayanan
asupan cairan bisa menyebabkan dalam kesehatan pun dapat berjalan
cedera, sirkulasi yang terganggu, atau dengan baik dengan kooperatif dari
integrasi kulit yang menurun. Program seluruh juruan tim tenaga kesehatan.
tersebut harus diterapkan di fasilitas
pelayanan kesehatan. 7. DAFTAR PUSTAKA
KEGIATAN YANG Apriningsih, Desmawati., & Joesro,
DILAKSANAKAN : Mohamad. 2013. Kerjasama Tim dalam
1. Fasilitas pelayanan kesehatan Budaya Keselamatan Pasien di RS X
menerapkan proses asesmen awal risiko (Studi Kualitatif di Suatu RSUD di
pasien jatuh dan melakukan asesmen Provinsi Jawa Barat). Jurnal Ilmiah
ulang terhadap pasien bila diindikasikan Kesehatan, 5 (3).
terjadi perubahan kondisi atau
Arruum, D., Salbiah, & Manik, M. (2015).
pengobatan.
Pengembangan Sistem Manajemen
2. Langkah-langkah diterapkan untuk Risiko Keselamatan Pasien di
mengurangi risiko jatuh bagi mereka Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara : (Model Pengembangan
yang pada hasil asesmen dianggap Manajemen Mutu). Medan: Lowa
berisiko State University Press.

Ariyani, (2009). Analisis penegetahuan dan


6. PENUTUP motivasi perawat yang mempengaruhi
Kesimpulan: sikap mendukung penerapan program
Yang dapat disimpulkan adalah, untuk patient safety di Instalasi Perawatan

keselamatan pasien belum memenuhi Intensif di RSUD Moewardi Surakarta.

sasaran yang telah ditentukan Tesis. Program Pasca Sarjana UNDIP.


Dipublikasikan.Bawelle, (2013).
dikarenakan banyaknya faktor yang
membuat sulitnya menjalankannya.
Choo, dkk. (2010). Nurse’s role in Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
medication safety. Journal of Nursing Kandou Manado. Ejournal
Management, 18 (5). Keperawatan (e-Kp). 4(2):1-8.

Dwiyanto, A. (2007). Penerapan Hospital Peraturan Menteri Kesehatan Republik


by Laws Dalam Meningkatkan Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Patient Safety di Rumah Sakit. Keselamatan Pasien. Jakarta.
TESIS, Tidak Dipublikasikan.
Semarang: Program Pascasarjana Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi.
UNIKA Soegijapranata.
Edisi ke-10. Jakarta: PT. Indeks
Edy. (2008). Pengaruh Budaya Organisasi Gramedia.
dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar
Perawat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
Keselamatan Pasien Melalui
2(3), .1978–3116. Timbang Terima Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif : SBAR.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Simamora, R. H. (2019) . Buku Ajar:
(KKPRS). 2008. Pedoman Pelaporan
Pelaksanaan Indentifikasi Pasien.
Insiden Keselamatan Pasien (Patient
Ponorogo : Uwai Inspirasi Indonesia.
Safety Incident Report). Jakarta:
KKPRS PERSI. Simamora, R. H. (2019). Documentation of
patien identification into the
Lasmani, Patricia., Haryanti, Fitri.,
Electronic System to Improve the
Lazuardi, Lutfan. 2014. Evaluasi
Quality of Nursing Servicees .
Implementasi Rekam Medis
International Jornal of scienfio &
Terintegrasi di Instalasi Rawat Inap
Technology Research. 09 (08). 1884-
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal
1886.
Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Simamora, R. H . (2019). Pengaruh
01(17).
Penyuluhan Identifikasi Pasien
Lombogia A, Julia R, Michael K. (2016). dengan Menggunakan Media
Hubungan Perilaku dengan Audiovisual terhadap Pengetahuan
Kemampuan Perawat dalam pasien Rawat Inap. Jurnal
Melaksanakan Keselamatan Pasien Keperawatan Silampari. 01(03).
(Patient safety) di Ruang Akut Instalasi 342-351.
Suryanto, D. T. H. (2018). Hubungan Umum Deli Medan. Medan : FKM
Budaya Keselamatan Pasien dengan USU Program Studi S2.
Pelaporan Insiden Keselamatan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Pasien oleh Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit. Medan: Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009.
Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan USU.

Sutanto, H. (2014). Analisis Implementasi Triwibowo, C. (2013). Manajemen


Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai