Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fahmi Iskandar

NIM : 044354847
Mata Kuliah : Manajemen

TUGAS 2
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen rantai nilai, jelaskan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengendalian manajemen!
3. Apa saja tipe-tipe pengendalian itu?
4. Bagaimana pengawasan yang efektif itu?

Selamat mengerjakan semoga sukses!

Jawab.
1. Manajemen Rantai Nilai
Raintai Nilai adalah keseluruhan urutan aktivitas kerja organisasi yang menambah nilai
pada setiap tahapannya, dari bahan baku hingga barang jadi. Rantai nilai mencakup
pemasoknya pemasok hingga pelanggannya pelanggan. Manajemen rantai nilai adalah
proses mengelola urutan aktivitas dan informasi di sepanjang rantai nilai. Kebalikan
dengan manajemen rantai pemasok yang berorientasi internal adalah berfokus efisiensi
arus bahan (sumber daya) yang masuk ke organisasi. Manajemen rantai nilai
berorientasi eksternal dan berfokus pada bahan yang masuk dan pada keluarnya produk
barang dan jasa. Sementara manajemen rantai pasokan berorientasi efisien (tujuannya
adalah mengurangi biaya dan menjadikan organisasi lebih produktif). Manajemen rantai
nilai berorientasi efektivitas dan bertujuan menciptakan nilai tertinggi bagi pelanggan.

Tujuan Manajemen Rantai Nilai


Menciptakan strategi rantai nilai yang memenuhi dan melebihi kebutuhan dan
keinginan pelanggan dan memeberikan integrasi penuh antar anggota rantai tersebut.
Rantai ini dimana urutan pelaku bekerja bersama tim yang masing-masing
menambahkan komponen nilai seperti lebih cepat dalam perakita, informasi yang lebih
akurat, belik baik dalam respons dan layanan kepada pelanggan.

Manfaat Manajemen Rantai Nilai


Sebuah survey terhadap pelaku manufaktur menyimpulkan 4 manfaat utama
manajemen rantai yaitu meningkatkan pengadaan, logistic, pengembangan produk, dan
memperkuat manajemen pesanan pelanggan.

Mengelola Oprerasi Menggunakan Manajemen Rantai Nilai


Rantai nilai ini tidaklah mudah. Pendekatan dengan memberikan apa yang diinginkan
oleh pelanggan, yang berhasil dimasalalu sepertinya tidak ada efisien atau efektif.
Lingkungan yang dinamis saat ini menginginkan solusi baru dari organisasi global.
Persayaratan manajemen rantai nilai terdiri dari:

1. Koordinasi dan kolaborasi


Untuk mencapai tujuan memenuhi dan melebihi kebutuhan dan keinginan
pelanggan,hubungan kolaboratif harus terjadi antar pelaku rantai nilai. Membangun
koordinasi dan kolaborasi ini dapat dilakukan dengan berbagi informasi,
membutuhkan komunikasi yang terbuka antara beragam mitra rantai nilai.
2. Investasi pada Teknologi.
Keberhasilan manajemen rantai nilai tidak akan tercapai tanpa investasi signifikan
pada teknologi informasi. Hasil dari investasi ini adlaah teknologi informasi dapat
digunakan untuk merestrukturasasi rantai nilai agar lebih baik dalam melayani
penguna akhir.
3. Proses Organisasi
Mengubah proses organisasi secara radikal. Carakerja organisasi dilakukan. Ketika
manajer memutuskan untuk mengelola operasi menggunakan manajemen rantai
nilai, proses lama tidak lagi sesuai. Semua proses organisasi harus dievaluasi secara
kritis, dari awal hingga akhir.
4. Kepemimpinan
Kesuksesan manajemen rantai nilai tidak mungkin tanpa kepemimpinan yang kuat
dan berkomitmen. Dari level organisasi puncak hingga rendah, manajer harus
mendukung, memfasilitasi dan mengembangkan penerapan dan praktik tanpa henti
manajemen rantai nilai.
5. Karyawan/sumber daya Manusia
Pendekatan yang fleksibel terhadap desai pekerjaan, proses perekrutan yang efektif,
dan pelatihan terus menerus.
6. Budaya dan Perilaku Organsisasi
Memiliki budaya dan sikap organisasi yang mendukungnya. Budaya dan sikap
tersebut meliputi saling berbagi, kolaborasi, keterbukaan, fleksibilitas, saling
menghormati, dan saling percaya tidak hanya mencakup mitra internal, namun juga
mantra eksternal rantai nilai tersebut. (http://spi.upi.edu/2019/11/10/mengelola-
manajemen/)
2. Pengendalian Manajemen
Proses yang di lakukan oleh pimpinan organisasi untuk menjaga agar apa yang di
laksanakan sesuai dengan rencana. Dalam proses perencanaan, sasaran organisasi serta
cara-cara untuk mencapainya ditetapkan. Melalui proses pengendalian, pelaksanaan
rencana tersebut terus-menerut di pantau untuk memastikan apakah masih sejalan
dengan sasaran yang telah ditetapkan, agar apabila terjadi penyimpangan, sebelum
terlambat dapat segera dilakukan tindakan koreksi.
Proses pengendalian manajemen terdiri atas langkah-langkah dasar sebagai berikut:
1. Menetapkan standard an cara pengurukan prestasi. Langkah ini meliputi standard
an cara pengukuran prestasi untuk semua aspek dan organisasi, mulai dari sasaran
penjualan dan produksi, sampai dengan tingkah kehadiran karyawan.
2. Mengukur prestasi. Langkah ini merupakan proses yang di lakukan terus-menerus,
dan frekuensi pengkuruan sangat tergantung pada jenis kegiatan yang hendak
diukur.
3. Menganalisis penyimpangan. Langkah ini bertujuan mencari sebab-sebab
penyumpangan,sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi yang tepat.
4. Tindakan koreksi. Langkah ini yang paling penting dalam proses pengendalian
adalah melakukan tindakan koreksi. Tindakan ini dapat berupa perubahan langkah-
langkah yang di lakukan oleh organisasi dalam rangka menjalankan kegiatan, atau
dapat pula berupa perubahan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
(http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-pengendalian-manajemen/)

3. Tipe-tipe pengendalian
Pada dasarnya ada tiga tipe dasar pengendalian yaitu:
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward Control atau Steering Control)
Pengawasan ini didesain untuk mendeteksi penyimpanan dan standar tertentu dan
memungkinkan perbaikan dilakukan sebelum seluruh tahap kegiatan tertentu di
selesaikan. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan membuat realisasi
rencana terhambat akan selalu diantisipasi. Pengendalian semacam in isering juga di
sebut sebagai steering Control karena pengendalian ini dapat di umpamakan setiap
orang mengendarai mobil.
2. Pengendalian Concurrent (yes/no)
Tipe pengendalian ini di lakukan selama kegiatan masih berlangsung. Tipe ini
merupakan pengendalian dimana suatu kegiatan akan terus dilajutkan atau tidak
apabila ada persetujuan atau ada kondisi tertentu yang harus di penuhi. Sebagai
contoh apabila kuota salesman mencapai jumlah tertentu maka operasi penjualan di
daerah salesman tersebut bekerja akan dilanjutkan. Apabila penjualan minimal
tersebut tidak terpenuhi maka operasi penjualan untuk daerah tersebut dapat
dihentikan sama sekali.
3. Pengendalaian umpan balik (Pos-Action Control)
Pengendalian ini mengevaluasi hasil-hasil yang telah terjadi setelah suatu kegiatan
selesai. Penyebab-penyebab penyimpangan ditentukan kemudian penyebab-
penyebab tersebut dapat di gunakan untuk perencanaan pada masa mendatang
untuk kegiatan yang serupa. Pada Contoh target penjualan di muka, setelah akhir
tahun,realisasi penjualan diandingkan dengan target penjualan, dapat llebih, kurang,
atay sana. Penyebabnya diidentifikasi kemudian dapat dipakai untuk perencanaan
target penjualan tahun berikutnya.
Pengen dalian umpan balik di perlukan untuk tujuan lain, contoh nya untuk tujuan
penentuan bonus dan motivasi karyawan, bonus untuk salesman adalah 10 persen
dari kelebihan penjualan atas kuota yang telah di tetapkan,jika ingin menperoleh
uang tambahan maka salesman akan berusaha untuk meningkatkan penjualan
sebanyak-banyaknya.
sumber: Modul EKMA4116|9.10.9.11

4. Pengawasan yang efektif


Maka para manajer harus menghayati reaksi manusia terhadap system pengawasan.
Manusia tidak begitu saja menerima pengawasan yang dilakukan manajer dari system
pengawasan yang diterapkan padanya dan membela kinerja dan menolak sasaran
kinerja yang tersirat dan tersurut pada tujuan. Hal ini makin jelas bila sumber daya
terbatas dan situasi penuh tekanan. Dalam situasi seperti ini, orang cenderung untuk
mempertahankan hasil kerja yang dibatasi oleh kendala sehingga pengawasan biasanya
tidak dikehendaki.
Stoner mengemukakan bahwa pengawasan yang efektif itu haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Ketepatan
2. Sesuai waktu
3. Objektif dan kompherensif
4. Focus pada titik pengawasan strategis
5. Realistis secara ekonomis
6. Realistis secara organisatoris
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
8. Luwes
9. Prepektif dan opersional
10. Dapat di terima para anggota organisasi
menurut Schermerhom, agar supaya pengawasan itu efektif haruslah:
1. Berorientasi pada hal-hal yang strategis pada hasil-hasil
2. Berbasis informasi
3. Tidak kompleks
4. Cepat dan berorientasi perkecualian
5. Dapat di mergerti
6. Luwes
7. Konsisten dengan struktur organisasi
8. Dirancang untuk mengakomodasi pengawas diri
9. Positif mengarah ke perkembangan , perubahan dan perbaikan
10. Jujur dan ebjektif
System pengawasan yang efektif itu seharusnya mendukung strategi dan memfokuskan
diri pada apa yang harus dilakukan, tidak saja pada perubahan pengukuran. Pokok
perhatian ada pada kegiatan yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi.
System pengawasan uang efektif memeberikan informasi yang cukup bagi para
pengambil keputusan, arti nya informasi yang mudah dimengerti,padat. System
pengawasan harus dapat mengakomodasi situasi yang unik atau yang berubah-ubah.
System pengawasan yang harus pula dapat mengakomodasikan kapasitas seseorang
untuk mengawasi dirinya sendiri. Yang penting harus ada salign percaya, komunikasi,
dan partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan. Pengawasan diri tercipta bila rancang
bangun kerja itu jelas dan pemilihan orang yang mampu bagi pekerjaannya dilakukan
dengan baik.( http://proseapengawasan.blogspot.com/)

Anda mungkin juga menyukai