Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PATOLOGI

“PATOFISIOLOGI PENYAKIT PADA SALURAN


PENCERNAAN,SISTEM URINARI, SISTEM ENDOKRIN”

OLEH :

NAMA : VANNY YUN TANDIARRANG


NIM : 15.01.101
KELAS : STIFA B
DOSEN : MAULITA INDRISARI S.Si.,M.Si.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2017
A. SISTEM PENCERNAAN
1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit :
- Gastroesofagus Refluks
- Gangguan Saluran Empedu
- Karsinoma Kolon
- Chron’s Disease
- Inflammatory Bowel Syndrome and Inflammatory Bowel
Disease
- Intususepsi
- Colitis Ulcerativa

Jawab :
- Gastroesofagus Refluks
Penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) merupakan
kelainan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh
refluks gastroesofagus patologik yang frekuensinya cukup
tinggi.
Penyebab :
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan
isinya, volume, lamanya, dan hubungannya dengan makan.
Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah
dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh peningkatan
tekanan intra-abdominal sehingga terbentuk rongga diantara
esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong
kuat ke dalam esofagus. Jika isi lambung mencapai
esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus atas
berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di
esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam
lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai
respon terhadap distensi esofagus maka isi lambung akan
masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring. Berikut
adalah skemanya :

Gejala :
Rasa panas di dada (heart burn), terutama post
prandial heart burn, nyeri dada substernal, sendawa, mual,
muntah, cegukan, disfagia, odinofagia , suara serak, dl

- Gangguan Saluran Empedu


Penyakit gangguan saluran empedu adalah penyakit
batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu
kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu.
Penyebab :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung
empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya. Faktor
predisposisi yang penting adalah :
 Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu
 Statis empedu
 Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan
faktor yang paling penting  pada pembentukan batu empedu.
Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung
empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturasi  progresif, perubahan susunan
kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu dapat menyebabkan stasis.
Infeksi bakteri dalam  saluran empedu dapat
memegang peranan sebagian  pada pembentukan batu
dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan
mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler
sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat
pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang
menyebabkan pembentukan batu.
Gejala :
Nyeri pada perut atas sebelah kanan dan dapat
menjalar ke tulang punggung atau bahu, perut terasa melilit.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika
terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran,
maka akan timbul demam.

- Karsinoma Kolon
Karsinoma kolon adalah pertumbuhan sel yang
bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya.
Penyebab :
Kanker kolon berawal dari adenokarsinoma yang
kemudian berkembang menjadi polyp adenoma.
Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi. Namun
pada saat muncul gejala, kanker kolon mungkin sudah
menyebar ke lapisan yang lebih dalam dari jaringan usus
dan organ yang berdekatan.
Penyebaran dari kanker kolorektal ini meliputi
sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar
usus. Selain itu organ yang berdekatan juga bisa menjadi
area perluasan dari kanker kolon, antara lain hepar,
kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pancreas,
limpa, dinding abdominal serta saluran genitourinary. Sel-sel
kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui
sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti
hepar, paru-paru, otak, tulang dan ginjal.
Bermula dari nodul, kanker usus kerap tidak
menunjukan gejala hingga ia berada pada tahap lanjut. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan yang lambat yaitu 5 sampai 15
tahun. Sebelum gejala muncul manifestasi tergantung pada
area adanya kanker, tipe dan perluasan, dan komplikasi.
Gejala :
Gejala yang sering terjadi adalah pendarahan,
perubahan kebiasaan buang air besar, diare atau konstipasi.
Karakteristik lanjutan dari kanker kolon adalah rasa nyeri,
anoreksia, anemis karena pendarahan dan kehilangan berat
badan, teraba adanya massa pada abdomen atau rectum.

- Chron’s Disease
Chron’s disease adalah salah satu penyakit radang
usus dan merupakan kondisi jangka panjang yang mana
peradangan bisa terjadi pada seluruh lapisan dinding sistem
pencernaan, mulai dari mulut hingga ke anus. Tapi kondisi ini
lebih sering terjadi pada bagian akhir usus kecil (ileum) atau
usus besar.
Penyebab :
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut
yang meluas ke seluruh lapisan dinding dan mukosa usus,
ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula dan fisura,
serta abses terjadi sesuai luasnya inflamasi ke dalam
peritoneum.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan lesi di kulit,
tulang, otot rangka, jaringan sinovial dan lain-lain hal
tersebut menjelaskan bahwa penyakit ini adalah penyakit
sistemik. Komplikasinya diluar usus, termasuk spondilitis
ankilosa, eritema nodosum, mioperikarditis, perikolangitis,
kolangitis sklerosa, dan anemia hemolitik autoimun.
Komplikasi-komplikasi ini timbul setelah terjadi peradangan
usus dan cenderung menghilang dengan sembuhnya
penyakit atau dilakukan reseksi dari usus yang terganggu.
Lesi (ulkus) tidak mengalami kontak terus menerus
antara satu dengan yang lain dan dipisahkan oleh jaringan
normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada kasus
lanjut mukosa mempunyai penampilan “coblestone”.
Keadaan tersebut mengakibatkan usus halus menebal dan
menjadi fibrotik, serta lumen usus menyempit.
Gejala :
Adapun gejala pada penderita Chron’s disease antara
lain merasa sangat kelelahan, sakit perut dan kram, diare,
tinja bercampur lendir dan darah, penurunan selera makan,
penurunan berat badan yang ekstrem, demam.
- Inflammatory Bowel Syndrome and Inflammatory Bowel
Disease
Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan
penyakit idiopatik, yang diperkirakan melibatkan reaksi imun
dalam tubuh terhadap saluran pencernaan.
Penyebab :
Inflamasi pada mukosa traktus intestinal
menyebabkan ulserasi, edema, perdarahan, kemudian
hilangnya air dan elektrolit. Banyak mediator inflamasi yang
telah diidentifikasi pada IBD, dimana mediator-mediator ini
memiliki peranan penting pada patologi dan karakteristik
klinik penyakit ini.
Sitokin yang dikeluarkan oleh makrofag karena
respon daripada berbagai rangsangan antigenik, berikatan
dengan reseptor-reseptor yang berbeda, kemudian
menghasilkan efekefek autokrin, parakrin, dan endokrin.
Sitokin juga akan mendiferensiasikan limfosit menjadi
berbagai tipe sel T. Sel T helper tipe 1 (TH-1) berhubungan
dengan CD, sedangkan TH-2 berhubungan dengan UC.
Respon imun inilah yang akan merusak mukosa intestinal
dan menyebab proses inflamasi yang kronis.
Gejala :
Adapun gejala yang terjadi adalah kram perut,
kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, dan keluarnya
mukus tanpa darah atau pus, demam, berkeringat, merasa
lemas, dan nyeri sendi.
Inflammatory Bowel Syndrome adalah salah satu
jenis gangguan pada sistem pencernaan. Penyakit kronis ini
akan menyerang usus besar dan bisa jadi akan hilang timbul
selama bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Penyebab :
Sistem pencernaan yang mengalami gangguan.
Misalnya, sistem pencernaan yang tidak bisa menyerap air
dari makanan yang dicerna. Akibatnya memicu diare atau
konstipasi yang terjadi akibat terlalu banyak air yang diserap.
Diduga signal yang berasal dari otak atau menuju otak
terganggu, sehingga kerja usus juga tidak normal, pengaruh
psikologis, seperti stres atau cemas. Kondisi kejiwaan diduga
dapat memengaruhi sistem pencernaan seseorang, jenis
makanan. Beberapa jenis makanan dan minuman juga
diduga berpotensi memicu IBS,contohnya minuman keras,
cokelat, minuman bersoda, makanan berlemak, gorengan,
serta minuman berkafein.
Gejala :
Kram dan sakit perut. Gejala ini mungkin akan
berkurang setelah buang air besar, perut kembung dan
bengkak, sering buang angin, tinja mengandung lendir,
konstipasi atau diare, mual, lemas, nyeri punggung,
gangguan saluran kemih, misalnya sering terbangun untuk
buang air kecil pada malam hari.

- Intususepsi
Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen
usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat
dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya bagian yang
peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal
(intususepien).
Penyebab :
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 – 12 bulan, di
mana pada saat itu terjadi perubahan diet makanan dari cair
ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai
sebagai penyebab terjadi invaginasi. Intususepsi kadang –
kadang terjadi setelah / selama enteritis akut, sehingga
dicurigai akibat peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis
akut yang dijumpai pada bayi, ternyata kuman rota virus
adalah agen penyebabnya, pengamatan 30 kasus invaginasi
bayi ditemukan virus ini dalam fesesnya sebanyak 37 %.
Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian
insidens adenovirus dalam feses penderita   invaginasi. 
Gejala :
Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri
bersifat serang –serangan., nyeri menghilang selama 10 –
20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru, teraba massa
tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas, buang air
besar campur darah dan lendir.

- Colitis Ulcerative
Colitis ulcerative adalah penyakit kronis dimana usus
besar atau kolon mengalami inflamasi dan ulserasi
menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan
demam.
Penyebab :
Kelainan pada rektum yang menyebar ke bagian
kolon yang lain dengan gambaran mukosa yang normal tidak
dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal,
namun pada keadaan yang berat kelainan dapat tejadi pada
ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah ileosekal akan
terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang
kolon akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan
terjadinya kelainan muskuler terutama pada koln distaldan
rektum.
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan
mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus, yang
jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang
menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan
penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat
menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan
pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan
pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses
kriptus pecah menembus dinding kriptus dan menyear dalam
lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam
mukosa. Mukosa kemudian terlepas menyisakan daerah
yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar
dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut,
permukaan mukosa yang hilang menjadi lebih luas sekali
sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein
dan darah.
Gejala :
Diare berdarah dan nyeri abdomen, seringkali dengan
demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada
penyakit ringan, bisa terdapat satu atau dua feses yang
setengah mengandung sedikit darah.
B. SISTEM URINARI
1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit :
- Urolithiasis
- Sindrom Nefrotik
- Prostat

Jawab :
- Urolithiasis
Urolithiasis adalah penyakit yang diakibatkan karena
pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik,
misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati.
Biasanya  batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan
fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Penyebab :
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara
lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat,
oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu
meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute
dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam
urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang
asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat
dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh
pH urin.Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat
maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi
batu.
Gejala :
Demam dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron)
ginjal dan juga nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.

- Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik merupakan tanda patognomonik dari
penyakit glomerular. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom
klinis yang terdiri dari proteinuria (dewasa ≥ 3,5 g/hari ; anak-
anak ≥ 40mg/h per m2), hipoalbuminemia
Penyebab :
a. Penyebab Primer
Umumnya tidak diketahui kausnya dan terdiri atas
sindrome nefrotik idiopatik (SNI) atau yang sering
disebut juga SN primer yang bila berdasarkan gambaran
dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi ;
1.   Sindroma nefrotik kelainan minimal
2.   Nefropati membranosa
3.   Glomerulonephritis proliferative membranosa
4.   Glomerulonephritis stadium lanjut 
b. Penyebab Sekunder
a.   Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasc infeksi,
HIV, sifilis, TB, lepra, skistosoma1
b.   Keganasan : Leukemia, Hodgkin’s disease,
adenokarsinoma :paru, payudara, colon, myeloma
multiple, karsinoma ginjal
c.   Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD
(mixed connective tissue disease)
d.   Metabolik : Diabetes militus, amylodosis
Gejala :
Gejala pertama yang muncul meliputi anorexia,rasa
lemah, urin berbusa (disebabkan oleh konsentrasi urin yang
tinggi). Retensi cairan menyebabkan sesak nafas (efusi
pleura), oligouri, arthralgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri
abdomen (ascites). Untuk tanda dan gejala yang lain timbul
akibat komplikasi dari sindromnefrotik

- Prostat
Benigna Prostat Hiperplasia adalah kelenjar prostat
mengalami, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra
Penyebab :
Pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara
perlahan-lahan.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini
disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami 13
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas.
Gejala :
Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan
buang air kecil, sulit mengeluarkan atau menghentikan urin.
Mungkin juga urin yang keluar hanya merupakan tetesan
belaka, sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena
keinginan buang air kecil yang berulang-ulang, pancaran
atau lajunya urin lemah, kandung kemih terasa penuh dan
ingin buang air kecil lagi, pada beberapa kasus, timbul rasa
nyeri berat pada perut akibat tertahannya urin atau menahan
buang air kecil.

C. SISTEM ENDOKRIN
1. Jelaskan patofisiologi dari penyakit :
- Penyakit Graves
- Gondok
- Hypotiroid

Jawab :
- Penyakit Graves
Graves disease merupakan salah satu contoh dari
gangguan autoimun hipersensitif tipe II. Sebagian besar
gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi
yang berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada
sel folikuler tiroid ( sel yang memproduksi tiroid). Antibodi
mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang menyebabkan
peningkatan produksi dari hormon tiroid. Opthalmopathy
infiltrat ( gangguan mata karena tiroid) sering terjadi yang
tampak pada ekspresi reseptor TSH pada jaringan
retroorbital.
Penyebab peningkatan produksi dari antibodi tidak
diketahui. Infeksi virus mungkin merangsang antibodi,
dimana bereaksi silang dengan reseptor TSH manusia. Ini
tampak sebagai faktor predisposisi genetik dari Graves
disease, sebagian besar orang lebih banyak terkena Graves
disease dengan aktivitas antibodi dari reseptor TSH yang
bersifat genetik.Yang berperan adalah HLA DR (terutama
DR3).
Gejala :
Pada saluran cerna sekresi maupun peristalsis
meningkat sehingga sering timbul diare. Hipermetabolisme
susunan saraf biasanya menyebabkan tremor, penderita
bangun di waktu malam dan sering terganggu mimpi yang
tidak karuan. Selain itu, penderita mengalami ketidakstabilan
emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran dan ketakutan yang
tidak beralasan yang sangat mengganggu.

- Gondok
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan
hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme
adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya
sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor
T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-
like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar
menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-
uptake naik. Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya
karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel
hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk
dalam darah.Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah
agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk
antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid
hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan
tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.
Gejala :
Malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang
mengering.

- Hypotiroid
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis
hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap
hormon tiroid. Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan
TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada
hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid
yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

Anda mungkin juga menyukai