PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1.
A. Pengertian Supervisi
Menurut Daresh (1989) supervisi adalah sebagai suatu proses mengawasi
kemampuan seseorang untuk mencapai kemampuan organisasi.
Menurut Wiles (1955) mendifinisikan supervisi sebagai bantuan dalam
pengembangan situasi belajar-mengajar.
Dalam Bab I Pasal 6 telah dikatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan
kondisi-kondisi/syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainnya tujuan-
tujuan pendidikan.
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan
dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemipinan guru-
guru dan pesonel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan kata lain : Supervisi ialah suatau aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.
Sesuai dengan rumusan Burton tersebut, maka:
1. Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan
dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan umum
pendidikan
2. Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar-mengajar
secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki
mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti
luas termasuk didalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses
belajar-mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru,
pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal ini implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan
teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya
3. Fokusnya pada setting for learing, bukan pada seseorang atau sekelompok orang.
Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah, dan pegawai sekolah lainnya,
adalah teman kerja (cowokers) yang sama-sama bertujuan mengembangkan
situasi
yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik.
B. Supervisi Pendidikan
Menurut konsep kuno superfisi dilaksanakan dalam “inspeksi” / mencari
kesalahan guru dalam melaksanakan tugan mengajar. Sedangkan dalam pandangan
modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu
supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk
membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar. Namun kenyataanya secara
empirik dimasyarakat, masih banyak orang beranggapan bahwa supervisi pendidikan
identik dengan pengawasan yang berbau inspeksi. Jabatan-jabatan pengawasan yang
ditugasi membantu guru dalam melaksanakan tugas mengajar seperti pada di sekolah
dasar disebut penilik sekolah berkedudukan di kantor dinas pendidikan kecamatan,
sedangkan pada tingkat SLTP, SMU dan SMK disebut pengawas sekolah yang
berkedudukan pada kantor pendidikan di kabupaten/ kota.
Secara umum guru merasakan bahwa kinerja pengawas adalah melakukan
penilaian atas kinerja guru khususnya dilihat dari perspektif administrasi. Bukannya
memberikan bantuan untuk penguatan kapasitas guru dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Akibatnya bagi para guru timbulah tingkah laku seperti rasa kaku,
ketakutan pada atasan, tidak berani berinisiatif, bersikap menunggu instruksi, dan
bersifat birokratis lainnya sebagai akibat dari perilaku penilik sekolah dan pengawas
sekolah. Tingkah laku guru ini berakibat pada rendahnya kualitas kerja yang
ditampilkannya, dan mereka memposisikan diri untuk menerima intruksi agar
pekerjaan mereka tidak keliru menurut pengawas sekolah. Sedangkan bagi guru yang
lebih menguasai model dan strategi pembelajaran lebih memilih untuk tidak
memberikan pertanyaan atau komentar apapun, karena khawatir pengawas sekolah
merasa tersinggung, lebih baik siap menerima perintah.
Makanya kepekaan dan konsistensi penilik sekolah, pengawas sekolah dan kepala
sekolah sebagai supervisor membantu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya tidak dapat diwijudkan sebagaimana mestinya. Untuk
memahami keperluan yang unik dalam supervisi pendidikan dilihat dari posisi dan
masalahnya perlu memberikan beberpaa perhatian khusus terhadap sifat ilmu
pengetahuan maupun ilmu terapan yang mendukung supervisi pendidikan. Dapat
ditegaskan bahwa supervisi pendidikan adalah pemberian bantuan bagi guru guna
memperbaiki situasi belajar mengajar dan meningkatkan kualitas mengajaruntuk
membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar mengacu pada pemikiran
tersebut, maka fokus pada bagian ini adalah membahas konsep dan makna supervisi
pengajaran, prinsip-prinsip supervisi pendidikan, permasalahan supervisi pendidikan,
supervisor dan tugasnya.
D. Jenis-jenis Supervisi
Uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa supervisi mengandung pengertian
yang luas. Setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan di sekolah ataupun di
kantor-kantor memerlukan adanya supervisi agar pekerjaan itu dapat berjalan dengan
lancar dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan banyaknya jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh guru-guru maupun para karyawan pendidikan, penulis
berpendapat bahwa visi di dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi dua
macam, supervisi umum dan supervisi pengajaran. Di samping kedua jenis visi
tersebut kita mengenal pula istilah supervisi klinis, pengawasan melekat, dan
pengawasan fungsional. Untuk memperjelas pengertian dan perbedaan jenis-jenis
supervisi tersebut marilah kita ikuti uraian berikut
1. Supervisi Umum dan Supervisi Pengajaran
Supervisi umum disini adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha
perbaikan pengajaran seperti supervise terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan
perlengkapan sekolah/ kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor
pendidikan, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel
maupun material yang memungkinkan tercipta situasi belajar-mengajar yang lebih
baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian, apa yang telah
dikemukakan di dalam uraian tahulu tentang pengertian supervisi beserta definisi-
definisinya dapat digolongkan ke dalam supervisi pengajaran.
2. Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi
klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab
atau kelemahan yang terjadi didalam proses belaj ar-mengajar, dan kemudian secara
langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan
tersebut. Ibarat seorang yang akan mengobati pasiennya, mula-mula dicari dulu
sebab-seba jenis penyakitnya dengan jalan menanyakan kepada pasien, apa yang
dirasakannya, di bagian mana dan bagaimana terasanya, dan sebagainya.
Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:
"Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan
melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenaraya dengan tujuan
untuk mengadakan modifikasi yang rasional”
Keith Acheson dan Meredith D. Gall, mengemukakan bahwa "supervisi klinis
adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara
tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal".
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
1. Profil Sekolah
Nama Sekolah :
Alamat Sekolah :
Status Sekolah
Akreditasi
2. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/tanggal :
Pukul :
3. Hasil Wawancara
b. Selain kepala sekolah siapa saja yang untuk melakukan kepengawasan di Skh?
Di Skh 01 kota Serang ini menurut bapak Giyatno merujuk pada pembinaan
dan pelayanan terhadap guru, misalnya ada pembaharuan kurikulum, jejak
karir guru, melakukan pemberkasan untuk guru, dan mensosisalisasikan
peraturan menteri jika ada perubahan.
e. Bentuk teguran seperti apa yang di berikan oleh kepala sekolah dalam kegiatan
pengawasan di skh 01 ?
Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional
pengawas dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996
dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang
petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor
020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah
dan angka kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab
pengawas sekolah yang meliputi:
Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial
sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik.
Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan
bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan
dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan
sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.