KELOMOPOK 11 KELAS D
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………...........4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep good governance ……...…………………………………………………....5
2.2 Partisipasi politik masyarakat…………………………………………………….....5
2.3 Regulator body terkait penyiaran dan perfilman …………………………………...7
2.4 Sistem Komunikasi yang cocok diterapkan di Indonesia…………………………...8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………11
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah
yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma yang berbeda.
Disatu sisi komunikasi dilihat suatu proses pertukaran pesan antara orang yang
melakukan interaksi. Dalam keadaan lain, kata politik dimaknai suatu kegiatan yang
terorganisasi, dengan tujuan yang telah tersusun secara sistematis oleh individu,
kelompok, dan masyarakat dalam sistem sosial.
Dua kata ini berbeda penafsirannya tetapi dalam praktek politik, kedua kata
tersebut berada pada posisi yang sama. Artinya komunikasi dan politik menjadi kegiatan
dalam sistem politik kekuasaan negara dengan tujuan yang telah diatur secara sistematis
oleh penguasa. Dalam mewujudkan tujuan politik, komunikasi mempunyai peranan yang
penting sebagai instrumen penghubung dalam aktivitas politik. Harus diakui bahwa tidak
akan tercapai tujuan dalam sistem politik, tanpa diikuti kegiatan komunikasi terlebih
dahulu. Begitu juga sebaliknya, komunikasi akan berproses pada tujuan politik, apabila
pesan yang disampaikan mengandung makna yang sama pada orang yang mengikuti arus
politik.
2.2 Apa yang anda pahami tentang partisipasi politik? Menurut anda apakah dalam
situasi saat ini, masyarakat cukup diberi ruang dalam partisipasi politik?
Partisipasi politik secara harafiah berarti Keikutsertaan. dalam konteks politik hal
ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Partisipasi
politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak
pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang
untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
Partisipasi politik juga bisa diartikan sebagai peran warga negara dalam proses
pemerintahan. Bentuk partisipasi ini dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan,
sehingga secara langsung atau tidak, memang berpengaruh bagi kehidupan
masyarakat suatu negara.Partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan yang
dilakukan, dan bukan terfokus pada sikap politiknya.
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi
politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Partisipasi politik berkaitan dengan kegiatan seseorang atau sekelompok orang
dalam hal penentuan atau pengambilan kebijakan pemerintah baik itu dalam hal
pemilihan pemimpin ataupun penentuan sikap terhadap kebijakan publik yang dibuat
oleh pemerintah untuk di jalankan, yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung dengan cara konvensional ataupun dengan cara non konvensional atau
bahkan dengan kekerasan (violence).
2.3 Jelaskan regulator body terkait penyiaran dan perfilman ,apakah sudah
menjalankan tugas dengan baik?
Regulasi yang mengatur media penyiaran adalah regulasi yang ketat karena
menggunakan ranah publik dan frekuensi itu terbatas. Apalagi, salah satu media
penyiaran adalah televisi, yang siarannya dapat menembus ruang keluarga tanpa
diundang. Dunia penyiaran berbeda dengan dunia media cetak (pers). Bila media
cetak (surat kabar dan majalah) tidak memerlukan izin terbit dan memiliki kebebasan
penuh, hal yang sama tidak berlaku pada media penyiaran --media siaran dibatasi
melalui beberapa peraturan penyiaran (lihat Frost, 2011; Menayang dalam Pandjaitan
dan Sinaga, eds., 2000; Menayang dalam Gazali, et .al. eds., 2003). Media penyiaran
harus memiliki izin penyiaran. Izin itu adalah keniscayaan karena hanya dengan cara
itu lalu lintas penggunaan frekuensi siaran bisa berlangsung dengan tertib (Armando,
2011). Pertanyaannya, siapa yang mengeluarkan izin tersebut? Di sini diperlukan
regulator. Dalam negara demokrasi, regulasi media pada dasarnya diatur berdasarkan
basis apakah media itu menggunakan ranah publik (public domain) atau tidak.
Terdapat dua bentuk regulasi, yakni regulasi bagi media yang tidak menggunakan
ranah publik dan menggunakan ranah publik. Media yang tidak menggunakan ranah
publik (seperti film, surat kabar, majalah, dan buku) pengaturannya berupa
pengaturan diri sendiri (self regulatory). Sementara itu, media yang menggunakan
ranah publik (seperti media penyiaran: televisi dan radio) diatur sangat ketat atau
highly regulated (Rahayu dkk, 2015). Siregar (2014) menyebut badan regulator yang
mengatur media di ranah publik ini sebagai independent regulatory body, merupakan
hal yang lumrah dalam negara demokratis. Forst (2011) menyebutnya sebagai
statutory regulatory body, yakni lembaga regulator yang dibentuk berdasarkan
undang-undang, didanai oleh uang publik, dan memiliki kewajiban serta wewenang
hukum, tetapi bukan bagian dari pengadilan. Regulator dalam sistem penyiaran
diperlukan juga mengingat apa yang dinyatakan McQuail (1994). Ia menegaskan ada
beberapa alasan awal mengapa penyiaran diatur jauh lebih ketat, yakni alasan teknis
atau untuk memastikan alokasi sumber daya yang langka serta kontrol monopoli
secara adil. Regulator penyiaran juga diperlukan karena kegiatan penyiaran yang
menggunakan ranah publik berdampak luar biasa terhadap masyarakat. Dalam hal ini,
menurut Siregar (2014), urusan penyiaran bukan saja berkaitan dengan distribusi
frekuensi yang bersifat teknis, melainkan juga berhubungan dengan isi (content).
Dengan demikian, menurutnya, pengaturannya harus sekaligus mencakup frekuensi
dan isi berdasarkan prinsip diversity of content dan diversity of ownership untuk
sebesarbesarnya kepentingan dan kebutuhan publik. Seiring dengan keyakinan
mengenai diperlukannya regulator penyiaran, pada saat yang sama timbul
kekhawatiran bila lembaga tersebut adalah pemerintah yang berkuasa. Pada
masyarakat demokratis, timbul keyakinan bahwa pemerintah seharusnya tidaklah
mengontrol kehidupan media karena adanya kekhawatiran bahwa kewenangan
tersebut akan digunakan sebagai alat untuk membatasi pers. Padahal, pada negara
demokratis, pers berperan sebagai alat kontrol pemerintah. Itulah sebabnya, di banyak
negara demokratis, yang menjadi regulator utama penyiaran adalah lembaga negara
independen (Siregar, 2014). Di banyak negara demokratis, lahir kebijakan untuk
membentuk apa yang disebut sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
undang-undang (statutory body) yang berdiri independen, dan tidak menjadi bagian
dari pemerintah (eksekutif) yang sedang berkuasa (Mutmainnah, 2015; Frost, 2011).
Berdsassarkan kesimpulan di atas, belum semua menjalankan tugas dengan baik.
Regulasi perfilman sangat baik akan tetapi terlalu berlebihan sensornya kadang ada
banyak hal-hal penting yang disensor, tapi masih ada film-film yang berseri sampai
beribu-ribu episode itu masih diizinkan padahal ceritanya saja tidak masuk akal
seperti sinetron-sinetron yang tayang di televise. Dari lembaga perfilman seharusnya
memberikan hal-hal yang bermanfaat untuk ditayangkan.
2.4 Dari yang anda pelajari tentang sistim komunikasi Indonesia, menurut anda
sistim komunikasi model apa yang paling cocok diterapkan di Indonesia !
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga Negara dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintah dalam suatu Negara.Good Governance telah menjadi tolak ukur tata
kelola organisasi pemerintahan agar dapat dikatakan bersih dan baik. Good
Governance adalah konsep pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa. Good
Governance berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu Good yang berarti
menjunjung tinggi keinginan rakyat, kemandirian, aspek fungsional, serta
pemerintah yang efektif dan efisien. Good Governance tidak hanya terbatas pada
birokrasi pemerintahan saja, tetapi juga menyangkut masyarakat sipil yang
dipresentasikan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) dan juga menyangkut
sektor swasta.
Partisipasi politik merupakan keterlibatan masyarakat atau warga Negara dalam
aktivitas dan kegiatan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi proses
perumusan kebijakan. Dimana kebijakan yang dirumuskan tersebutlah yang akan
menjadi kunci dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Regulator body terkait penyiaran dan perfilman regulasi tentu memberikan
jaminan kepada masyarakat bahwa informasi yang disampaikan oleh lembaga
penyiaran merupakan informasi yang benar. Informasi yang benar, yang sering
kita temukan dalam bentuk berita sebagai produk jurnalistik, haruslah merupakan
informasi yang akurat, tidak tendensius, dan tidak memunculkan stigma
atau stereotype.
Sistem komunikasi pancasila, Pancasila Merupakan Dasar Ideologi Negara
Indonesia karena sistem komunikasi pancasila memiliki ideology yang berbeda
dengan ideology lainnya, seperti sistem komunikasi Libertarian, Otoritarian,
Komunis.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Budiadjo Miriam, 1982, Partisipasi dan Partai Politik, Sebuah Bunga Rampai, PT. Gramedia,
Jakarta. __________, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta
file:///Users/700304/Downloads/13802-32374-1-SM.pdf
Ashadi Siregar, Drs., Etika Komunikasi dan Komunikasi Sosial, Seksi Penerbitan Badan
Penelitian dan Pengembangan Fakultas Ilmu Sosial & Politik UGM, Yogyakarta, 1985.