Anda di halaman 1dari 12

UAS_SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

KELOMOPOK 11 KELAS D

NAMA ANGGOTA: YOHANES SUMA SAGO (2003050232)


YOSEPH CLAUDIO LANA MALO (2003050234)
ELPIDIUS DAVID PANDONG (2003050236)
NINDHY CLARISTHY (2003050237)
DONA DANIARIS TARI (2003050242)
EDITA BUSA (1803050154)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan berkat-Nya,sehingga Paper ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Paper ini dibuat dengan
tujuan memenuhi Ujian Ahkir semester yang diberikan dosen matakuliah system komunikasi
Indonesia
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 11 yang
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami memohon maaf bila ada salah kata, ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 8 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………...........4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep good governance ……...…………………………………………………....5
2.2 Partisipasi politik masyarakat…………………………………………………….....5
2.3 Regulator body terkait penyiaran dan perfilman …………………………………...7
2.4 Sistem Komunikasi yang cocok diterapkan di Indonesia…………………………...8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………11
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah
yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma yang berbeda.
Disatu sisi komunikasi dilihat suatu proses pertukaran pesan antara orang yang
melakukan interaksi. Dalam keadaan lain, kata politik dimaknai suatu kegiatan yang
terorganisasi, dengan tujuan yang telah tersusun secara sistematis oleh individu,
kelompok, dan masyarakat dalam sistem sosial.
Dua kata ini berbeda penafsirannya tetapi dalam praktek politik, kedua kata
tersebut berada pada posisi yang sama. Artinya komunikasi dan politik menjadi kegiatan
dalam sistem politik kekuasaan negara dengan tujuan yang telah diatur secara sistematis
oleh penguasa. Dalam mewujudkan tujuan politik, komunikasi mempunyai peranan yang
penting sebagai instrumen penghubung dalam aktivitas politik. Harus diakui bahwa tidak
akan tercapai tujuan dalam sistem politik, tanpa diikuti kegiatan komunikasi terlebih
dahulu. Begitu juga sebaliknya, komunikasi akan berproses pada tujuan politik, apabila
pesan yang disampaikan mengandung makna yang sama pada orang yang mengikuti arus
politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang anda pahami tentang konsep good governance ?
2. Apa yang anda pahami tentang partisipasi politik? Menurut anda apakah dalam
situasi saat ini, masyarakat cukup diberi ruang dalam partisipasi politik?
3. Jelaskan regulator body terkait penyiaran dan perfilman ,apakah sudah
menjalankan tugas dengan baik?
4. Dari yang anda pelajari tentang sistim komunikasi Indonesia, menurut anda sistim
komunikasi model apa yang paling cocok diterapkan di Indonesia !

1.3 Tujuan Penulisan


1.Memahami tentang konsep good governance
2.Memahami tentang partisipasi politik masyarakat saat ini.
3.Memahami tentang regulator body terkait penyiaran dan perfilman .
4.Menjelaskan tentang system komunikasi yang cocok diterapkan di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apa yang anda pahami tentang konsep good governance ?


Konsep governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungawabkan
secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga
Negara dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintah dalam suatu Negara.
Good Governance telah menjadi tolak ukur tata kelola organisasi pemerintahan agar
dapat dikatakan bersih dan baik.
Good Governance adalah konsep pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa.
Good Governance berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu Good yang berarti
menjunjung tinggi keinginan rakyat, kemandirian, aspek fungsional, serta pemerintah
yang efektif dan efisien. Good Governance tidak hanya terbatas pada birokrasi
pemerintahan saja, tetapi juga menyangkut masyarakat sipil yang dipresentasikan
oleh organisasi non-pemerintah (LSM) dan juga menyangkut sektor swasta.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip
di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja
suatu pemerintahan. Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar
dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut
telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak
diterapkan dalam pemerintahan baru.
Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan
selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan
berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak
ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi
yang merupakan dua produk utama Good Governance.

2.2 Apa yang anda pahami tentang partisipasi politik? Menurut anda apakah dalam
situasi saat ini, masyarakat cukup diberi ruang dalam partisipasi politik?
Partisipasi politik secara harafiah berarti Keikutsertaan. dalam konteks politik hal
ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Partisipasi
politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak
pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang
untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
Partisipasi politik juga bisa diartikan sebagai peran warga negara dalam proses
pemerintahan. Bentuk partisipasi ini dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan,
sehingga secara langsung atau tidak, memang berpengaruh bagi kehidupan
masyarakat suatu negara.Partisipasi politik lebih berfokus pada kegiatan yang
dilakukan, dan bukan terfokus pada sikap politiknya.
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi
politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Partisipasi politik berkaitan dengan kegiatan seseorang atau sekelompok orang
dalam hal penentuan atau pengambilan kebijakan pemerintah baik itu dalam hal
pemilihan pemimpin ataupun penentuan sikap terhadap kebijakan publik yang dibuat
oleh pemerintah untuk di jalankan, yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung dengan cara konvensional ataupun dengan cara non konvensional atau
bahkan dengan kekerasan (violence).

 Apakah dalam situasi sekarang, masyarakat diberi ruang dalam


partisipasi politik?
Ya, Namun tidak semua masyarakat terlibat aktif dalam partisipasi politik, Untuk saat
ini memang masyarakyat diberikan ruang dalam partisipasi politik Peran serta
masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam politik adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan
jalan memilih pimpinan negara, turut aktif dalam pemilu, pilkada dan sebagainya, dan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
pemerintah.masyarakyat sekarang ikut terlibat dalam kegiatan politik dan mengikuti
aturan yang diberikan pemerentah.. Secara konvensional kegiatan ini mencakup
tindakan seperti, memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan mengadakan pendekatan
atau hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.
Selama ini kegiatan partisipasi masyarakat masih dipahami sebagai upaya mobilitas
masyarakat untuk kepentingan Pemerintah atau Negara. Padahal sebenarnya
partisipasi idealnya masyarakat ikut serta dalam menentukan kebijakan Pemerintah
yaitu bagian dari kontrol masyarakat terhadap kebijakan Pemerintah. Partisipasi
masyarakatnya lebih banyak, maka akan lebih baik. Dalam implementasinya
tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti dan
memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatankegiatan itu.
Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda
yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh
perhatian terhadap masalah kenegaraan. Adapun bentuk partisipasi yang dilakukan
oleh pemuda yakni berupa demonstrasi, pemogokan dan kegiatan protes.Setiap
komunitas masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut akan
mempunyai pengaruh terhadap tingkat partisipasi politik. Serta menjadi bagian
partisipasi dalam dinamika kegiatan politik. Kesadaran Masyarakat untuk
berpartisipasi politik secara aktif bukan hanya datang dan tumbuh begitu saja, tetapi
ada berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah dengan
memberikan pendidikan politik serta sosialisai politik kepada masyarakat. Partisipasi
politik masyarakat bukan hanya dalam berbentuk pemikiran dan ide-ide, tetapi lebihdi
tekankan kepada bentuk konkrit untuk memberikan masukan kepada pemerintah.

2.3 Jelaskan regulator body terkait penyiaran dan perfilman ,apakah sudah
menjalankan tugas dengan baik?
Regulasi yang mengatur media penyiaran adalah regulasi yang ketat karena
menggunakan ranah publik dan frekuensi itu terbatas. Apalagi, salah satu media
penyiaran adalah televisi, yang siarannya dapat menembus ruang keluarga tanpa
diundang. Dunia penyiaran berbeda dengan dunia media cetak (pers). Bila media
cetak (surat kabar dan majalah) tidak memerlukan izin terbit dan memiliki kebebasan
penuh, hal yang sama tidak berlaku pada media penyiaran --media siaran dibatasi
melalui beberapa peraturan penyiaran (lihat Frost, 2011; Menayang dalam Pandjaitan
dan Sinaga, eds., 2000; Menayang dalam Gazali, et .al. eds., 2003). Media penyiaran
harus memiliki izin penyiaran. Izin itu adalah keniscayaan karena hanya dengan cara
itu lalu lintas penggunaan frekuensi siaran bisa berlangsung dengan tertib (Armando,
2011). Pertanyaannya, siapa yang mengeluarkan izin tersebut? Di sini diperlukan
regulator. Dalam negara demokrasi, regulasi media pada dasarnya diatur berdasarkan
basis apakah media itu menggunakan ranah publik (public domain) atau tidak.
Terdapat dua bentuk regulasi, yakni regulasi bagi media yang tidak menggunakan
ranah publik dan menggunakan ranah publik. Media yang tidak menggunakan ranah
publik (seperti film, surat kabar, majalah, dan buku) pengaturannya berupa
pengaturan diri sendiri (self regulatory). Sementara itu, media yang menggunakan
ranah publik (seperti media penyiaran: televisi dan radio) diatur sangat ketat atau
highly regulated (Rahayu dkk, 2015). Siregar (2014) menyebut badan regulator yang
mengatur media di ranah publik ini sebagai independent regulatory body, merupakan
hal yang lumrah dalam negara demokratis. Forst (2011) menyebutnya sebagai
statutory regulatory body, yakni lembaga regulator yang dibentuk berdasarkan
undang-undang, didanai oleh uang publik, dan memiliki kewajiban serta wewenang
hukum, tetapi bukan bagian dari pengadilan. Regulator dalam sistem penyiaran
diperlukan juga mengingat apa yang dinyatakan McQuail (1994). Ia menegaskan ada
beberapa alasan awal mengapa penyiaran diatur jauh lebih ketat, yakni alasan teknis
atau untuk memastikan alokasi sumber daya yang langka serta kontrol monopoli
secara adil. Regulator penyiaran juga diperlukan karena kegiatan penyiaran yang
menggunakan ranah publik berdampak luar biasa terhadap masyarakat. Dalam hal ini,
menurut Siregar (2014), urusan penyiaran bukan saja berkaitan dengan distribusi
frekuensi yang bersifat teknis, melainkan juga berhubungan dengan isi (content).
Dengan demikian, menurutnya, pengaturannya harus sekaligus mencakup frekuensi
dan isi berdasarkan prinsip diversity of content dan diversity of ownership untuk
sebesarbesarnya kepentingan dan kebutuhan publik. Seiring dengan keyakinan
mengenai diperlukannya regulator penyiaran, pada saat yang sama timbul
kekhawatiran bila lembaga tersebut adalah pemerintah yang berkuasa. Pada
masyarakat demokratis, timbul keyakinan bahwa pemerintah seharusnya tidaklah
mengontrol kehidupan media karena adanya kekhawatiran bahwa kewenangan
tersebut akan digunakan sebagai alat untuk membatasi pers. Padahal, pada negara
demokratis, pers berperan sebagai alat kontrol pemerintah. Itulah sebabnya, di banyak
negara demokratis, yang menjadi regulator utama penyiaran adalah lembaga negara
independen (Siregar, 2014). Di banyak negara demokratis, lahir kebijakan untuk
membentuk apa yang disebut sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
undang-undang (statutory body) yang berdiri independen, dan tidak menjadi bagian
dari pemerintah (eksekutif) yang sedang berkuasa (Mutmainnah, 2015; Frost, 2011).
Berdsassarkan kesimpulan di atas, belum semua menjalankan tugas dengan baik.
Regulasi perfilman sangat baik akan tetapi terlalu berlebihan sensornya kadang ada
banyak hal-hal penting yang disensor, tapi masih ada film-film yang berseri sampai
beribu-ribu episode itu masih diizinkan padahal ceritanya saja tidak masuk akal
seperti sinetron-sinetron yang tayang di televise. Dari lembaga perfilman seharusnya
memberikan hal-hal yang bermanfaat untuk ditayangkan.

2.4 Dari yang anda pelajari tentang sistim komunikasi Indonesia, menurut anda
sistim komunikasi model apa yang paling cocok diterapkan di Indonesia !

Sistem Komunikasi Indonesia merupakan sebuah kajian ilmiah yang


dikembangkan di perguruan tinggi sebagai upaya pengindonesian atau pribumisaasi
Ilmu komunikasi dengan menggunakan wawasan keindonesiaan. Hal itu
dikembangkan secara multidisipliner dikaitkan dengan teori sistem, berdasarkan
pemahaman bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial bersifat tidak bebas nilai.
Sistem Komunikasi Indonesia memiliki karakteristik tersendiri sehingga sangat
berbeda dengan sistem komunikasi di negara-negara lain. Karakteristik itu lahir
sebagai bagian dari Sistem Kenegaraan Indonesia berdasarkan filsafat Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, Sistem Komunikasi Indonesia
terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Hal
ini dikembangkan dengan asas kebebasan dan tanggung jawab yang seimbang sebagai
implementasi ideologi Pancasila. Berdasarkan perspektif ideologi itu, maka Sistem
Komunikasi Indonesia dapat juga disebut sebagai Sistem Komunikasi Pancasila yang
berbeda dengan Sistem Komunikasi Otoritarian, Sistem Komunikasi Libertarian, dan
Sistem Komunikasi Komunis.
Sistem Komunikasi Indoensia juga meruapakan himpunan dari sejumlah
subsistem yang memiliki sistemnya sendiri, yaitu Sistem Pers Indoensia, Sistem
Perfilman Indonesia dan Sistem Penyiaran Indonesia yang mengandung nilai-nilai
Ketuhanan YME. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan nilai-nilai itu sistem Komunikasi Indonesia memiliki karakteristik tersendiri
sebagai jati diri bangsa Indonesia libertarian, baik melalui media masaa, maupun
melalui media sosial (internet) di dunia maya (cyberspace). Arus informasi global
yang didominasi oleh komunikasi libertarian itu merupakan tantangan bagi Sistem
Komunikasi Indonesia sebagai Sistem Komunikasi Pancasilan.
Menurut Kelompok Kami Sistem Komunikasi Yang Paling Cocok Diterapkan
Diindonesia Ialah “Sistem Komunikasi Pancasila” Pancasila Merupakan Dasar
Ideologi Negara Indonesia, dan Komunikasi adalah suatu aspek sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.Pancasila memiliki hubungan Dalam Kehidupan
Komunikasi. Jika dikaitkan dengan komunikasi, nilai yang terkandung di dalam tiap-
tiap sila dari Pancasila mempunyai implikasi khusus pada kegiatan komunikasi. Nilai-
nilai dasar Pancasila menyebabkan Sistem komunikasi Indonesia berbeda dari sistem
komunikasi negara-negara lain, baik yang berhaluan liberalisme maupun komunisme.
Nilai-nilai tersebut membentuk karakteristik sistem komunikasi tersendiri sehingga
ilmu komunikasi di Indonesia, sebagai ilmu sosial yang tidak lepas dari faktor sejarah
dan kebudayaan, serta memiliki karakteristik tersendiri.

 Sila pertama; memberikan pengakuan secara khusus pada eksistensi bentuk


komunikasi transendental yaitu sebagai manifestasi dari pengakuan bangsa
Indonesia terhadap sesuatu yang gaib yang di pandang ikut menentukan
keberhasilan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
 Sila kedua; menuntut adanya komunikasi manusiawi dengan menerapkan etika
komunikasi yang adil dan beradab,
 sila ketiga; mengisyaratkan pelaksanaan norma-norma komunikasi organisasi,
komunikasi politik termasuk komunikasi lintas budaya dan komunikasi tradisional
yang bernuansa. persatuan dan kesatuan,
 sila keempat; memberikan tekanan pada pengakuan dilaksanakannya komunikasi
dua arah dan timbal balik yang menghubungkan secara vertikal, horizontal
maupun diagonal antara pemerintah dan masyarakat dan sebaliknya yang
berorientasi pada kesamaan dan kesepakatan baik keluar maupun kedalam dengan
menggunakan model relational atau konvergensi.
 sila kelima; mengandung makna implikasi komunikasi sosial, komunikasi bisnis
maupun komunikasi administrasi dan management dengan berorientasi pada asas
keseimbangan dan keserasian bertujuan agar terjadinya perubahan sosial yang
lebih baik secara material maupun spiritual.

Bila dilihat Pancasila dalam perspektif komunikasi tersebut diatas maka


segala tingkah laku bangsa Indonesia dalam kehidupan dan kegiatan komunikasi
didalam berbagai bidang seperti bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya
dan sebagainya; haruslah dilandasi oleh nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila. Dengan kata lain segala tingkah laku bangsa Indonesia harus dapat
dikembalikan secara bulat dan utuh kepada Pancasila sebagai "State Fundamental
Norm" bangsa Indonesia.
Kesimpulannya, Bahwa Sistem Komunikasi di Indonesia meletakkan
keyakinannya pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai senjata
yang sangat ampuh untuk menghindari terjadinya diskomunikasi diantara para
pelaku komunikasi. Setiap proses komunikasi baik dalam bentuk komunikasi
massa, komunikasi kelompok maupun komunikasi persona, harus mendasarkan
diri pada pola interaksi yang berdasarkan kepada nilai nilai yang terkandung
dalam setiap sila sila Pancasila. komunikasi berpijak dari norma tingkah laku
yang berdasar pada akar budaya bangsa Indonesia konvensi maupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Konsep governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga Negara dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintah dalam suatu Negara.Good Governance telah menjadi tolak ukur tata
kelola organisasi pemerintahan agar dapat dikatakan bersih dan baik. Good
Governance adalah konsep pemerintahan yang bersih, baik dan berwibawa. Good
Governance berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu Good yang berarti
menjunjung tinggi keinginan rakyat, kemandirian, aspek fungsional, serta
pemerintah yang efektif dan efisien. Good Governance tidak hanya terbatas pada
birokrasi pemerintahan saja, tetapi juga menyangkut masyarakat sipil yang
dipresentasikan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) dan juga menyangkut
sektor swasta.
 Partisipasi politik merupakan keterlibatan masyarakat atau warga Negara dalam
aktivitas dan kegiatan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi proses
perumusan kebijakan. Dimana kebijakan yang dirumuskan tersebutlah yang akan
menjadi kunci dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Regulator body terkait penyiaran dan perfilman regulasi tentu memberikan
jaminan kepada masyarakat bahwa informasi yang disampaikan oleh lembaga
penyiaran merupakan informasi yang benar.  Informasi yang benar, yang sering
kita temukan dalam bentuk berita sebagai produk jurnalistik, haruslah merupakan
informasi yang akurat, tidak tendensius, dan tidak memunculkan stigma
atau stereotype.
 Sistem komunikasi pancasila, Pancasila Merupakan Dasar Ideologi Negara
Indonesia karena sistem komunikasi pancasila memiliki ideology yang berbeda
dengan ideology lainnya, seperti sistem komunikasi Libertarian, Otoritarian,
Komunis.

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Budiadjo Miriam, 1982, Partisipasi dan Partai Politik, Sebuah Bunga Rampai, PT. Gramedia,
Jakarta. __________, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta

file:///Users/700304/Downloads/13802-32374-1-SM.pdf
Ashadi Siregar, Drs., Etika Komunikasi dan Komunikasi Sosial, Seksi Penerbitan Badan
Penelitian dan Pengembangan Fakultas Ilmu Sosial & Politik UGM, Yogyakarta, 1985.

Anda mungkin juga menyukai