Anda di halaman 1dari 7

Kata Pengatar

Daftar Isi

BAB 1

PENDAHULUAN

1 1. Latar Belakang

Manajer adalah seorang pegawai di suatu perusahaan yang bertugas mengkoordinasi


berbagai kegiatan dari para pegawai perusahaan. Kegiatan para pegawai perusahaan
perlu untuk dikoordinir agar para pegawai dapat bekerja dengan baik. Pekerjaan yang
dilakukan dengan baik tentu akan membuat perusahaan bisa mencapai sasaran dengan
tepat.Seorang pemimpin di suatu perusahaan seringkali dikaitkan dengan kepemimpinan.
Pada suatu perusahaan umumnya seorang pemimpin merupakan orang yang memiliki
ketrampilan untuk memimpin sebuah organisasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
organisasi adalah sekumpulan orang di suatu perusahaan yang saling bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan perusahaan misalnya seperti
meningkatnya omset penjualan dan perluasan bisnis atau tujuan lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagiamana Peran Perempuan dalam Indonesia dalam Sektor Publik?

2. Strategi apa yang perlu dimiliki perempuan dalam Manager Publik?

3. Skill apa yang perlu dimiliki perempuan dalam Manager Publik?

4. Tantangan apa saja bagi Perempuan dalam Manager Publik?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Gender dan Birokras serta
menjelaskan dan memberikan informasi kepada pembaca tentang

 Bagiamana Peran Perempuan dalam Indonesia dalam Sektor Publik?

 Strategi apa yang perlu dimiliki perempuan dalam Manager Publik?

 Skill apa yang perlu dimiliki perempuan dalam Manager Publik?

 Tantangan apa saja bagi Perempuan dalam Manager Publik?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Peran Perempuan Indonesia dalam sektor Publik .

Perkembangan Peranan Perempuan di Indonesia

Seiring perkembangan zaman tentunya negara selalu membutuhkan figur yang berwawasan
ke depan dan mampu melihat segala aspek peluang pada setiap pergerakan.Berbicara soal
pergerakan perempuan Indonesia, sebenarnya tak terlepas dari kemajuan bangsa Indonesia
sendiri. Gerakan emansipasi yang banyak didengungkan organisasi wanita barat sempat
mem-booming dan direspon oleh para elit wanita Indonesia dengan melaksanakan Kongres
Perempuan Indonesia I di Yogyakarta, pada akhir tahun 1928. Ini dapat dikatakan sebagai
kemerdekaan kaum perempuan, yang mendahului kemerdekaan negara Indonesia sendiri.
Secara sosial budaya, peristiwa ini merupakan tonggak sejarah kemajuan wanita Indonesia.
Bisa dibayangkan, dari peristiwa Kongres Perempuan Indonesia I respon perempuan
Indonesia waktu itu, untuk mengadakan kongres adalah suatu proses perubahan sosial-
budaya, yang merupakan bagian dari proses pembangunan masyarakat Indonesia. Secara
socio-anthropologist, suatu pembangunan dapat dikatakan sebagai suatu proses yang secara
sengaja diadakan untuk mendorong perubahan sosial budaya ke suatu arah tertentu.
Sedangkan perubahan sosial budaya merupakan suatu proses perubahan yang mencakup
antara lain menggeser hal-hal yang sudah ada, menggantikannya, mentransformasikannya,
dan menambah yang baru, yang kemudian berdiri berdampingan dengan hal-hal uang sudah
ada. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Yang terpenting
bagaimana usaha untuk berkembang dan mewujudkan semua impiannya. Bung karno pun
pernah berkata “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat
mengubah dunia” Fenomena ini menyampaikan pesan bahwa kaum muda merupakan ujung
tombak sejarah yang dapat mengubah dan mengarahkan roda sejarah kemana yang mereka
suka, dan bisa menetukan sebuah peradaban, termasuk sama halnya dengan kaum
perempuan.

Sumber : https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/wiwinrizakurnia.blogspot.com/pen
gembangan-peranan-perempuan-indonesia-dalam-sektor-publik-
bangsa_55098d3ca333115c3d2e3a5f?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16200529407614&amp_ct=1620053768249&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Fwiwinrizakurnia.blogspot.com%2Fpengembangan-peranan-
perempuan-indonesia-dalam-sektor-publik-bangsa_55098d3ca333115c3d2e3a5f
2.2. Strategi Perempuan dalam Manager Publik

Secara esensial, pekerja manejer adalah bagaimana mendayagunakan segala sumberdaya organisasi,
seperti manusia, uang, waktu, teknologi, mesin dan informasi, secra efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan organisasi. Tugas seorang manejer perempuan mencakup : aktivitas manajemen, peran
manejerial dan fungsi manajerial.Sebagi manejer perempuan, harus dikuasai ketrampilan manjerial
yang terdiri dari aktivitas manejer(memecahkan masalah, membuat keseimbangan antara tujuan
organisasi dan tujuan pribadi, konseptor, menyelesaikan konflik, mengambil keputusan, memotivasi,
politis dan mewakili organisasi). Selain itu menjalankan tiga peran utama yaitu peran interpersonal,
peran informasional dan peran pengambil keputusan, menjalankan fungsi-fungsi manajemen.

 MANEJER PEREMPUAN DAN MANEJEMEN STRESS

Manejer perempuan seringkali berada dalam keadaan stress dalam pekerjaannya. Diskriminasi di
tempat kerja, beban kerja yang ganda, serta tekanan waktu seringkali menjadi tidak nyaman dalam
pekerjaan. Stress adalah suatu respons fisik, psikologis dan biologis yang ditandai dengan kecemasan,
tangan berkeringat dan tensi jantung meningkat. Tidak semua hal dapat menjadi stress, hanya
beberapa kejedian yang menghasilkan ancaman dan ketakutan yang dapat menyebabkan stress. Hal ini
disebut stressor. Hal yang dapat dipandang sebagai stressor menurut Nelson dan Quick yaitu:

 Tuntutan peran yang diharapkan dalam jabatan (a role demand).

 Tuntutan jabatan (job demands), yaitu persyaratan-persyaratan jabatan, misalnya harus bekerja
sampai malam.

 Tuntutan lingkungan (environment demands).

 Tuntutan interpersonal(interpersonal demand), hubungan dengan atasan atau bawahan

 Tuntutan extraorganisasi(extraorganization demand), misalnya dari suami/istri, anak-anak atau


sahabat.

 Work overload and underload

 Perintah yang membingungkan (confusing direction)

 Ketidakpastian (uncertainty)

Karena tekanan stress dapat menggagalkan peran manejer, maka manejer perempuan harus
mempunyai kemampuan mengelola stress, yaitu kemampuan untuk mengelola dirinya berhadapan
dengan ancaman stress. Ada dua fungsi stress, secara positif, stress dapat meningkatkan prestasi,
secara negative bersifat difungsional, yaitu dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja. Untuk itu
dapat, terdapat dua tehnik untuk mengelola stress, yaitu coping technique, yaitu cara manejer
perempuan hidup bersama masalah dengan melibatkan diri pada alcohol, merokok, dll, dan adaption
technique, yaitu tehnik memecahkan masalah, yaitu dengan secara regular melakukan latihan fisik,
rekreasi dan relax

.3.3. Skill Perempuan dalam Manager Publik

Untuk mengembangkan karier sebagai manejer yang sukses seorang perempuan perlu memahami soal
karier dalam bidangnya dan berusaha untuk meningkatkan skill dan kemampuan serta kesadaran yang
tinggi tentang peluang-peluang kariernya ke depan.Terdapat beberapa model pengembangan karier
yang dapat dikembangkan oleh seorang manejer public yang oleh Michael J.Driver disebut “Ideal
Driver”:

a. Linear Career Concept

b. Steady-state Career Concept

c. Spiral Career Concept

d. Transitory Career Concept

Agar dapat sukses, perlu dilakukan perencanaan karier, sejak masuk bekerja dalam organisasi public,
seorang perempuan harus memahami secara baik tapak pengembangan karier. Harus ada motivasi
untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerja untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Bagi manejer perempuan, dalam pengembangan karier selalu diperhadapkan pada berbagai kendala,
baik itu kendala pribadinya maupun kodisi diskriminatif lingkungannya. Manejer perempuan biasanya
mengalami tiga hal : reality shock syndrome, yaitu ekspektasi karier tidak selalu sama dengan realitas.
Biar pun seorang perempuan bekerja baik, tetapi masih saja belum diakui dan diharagai sebagaimana
biasanya. Glass celling, yaitu bahwa perempuan dibatasi pada jabatan-jabatan tertentu atau tidak dapat
mencapai jabatan yang tertinggi. Cinderella complex, yaitu banyak manejer perempuan yang justru
merasa takut untuk mencapai puncak sukses, apakah karena pertimbangan suami atau karena ia tidak
percaya diri untuk itu.

Sumber : http://milankuningapril26.blogspot.com/2011/01/perempuan-sebagai-manajer-publik.html?
m=1

3.4.Tantang atau Kendala bagi Perempuan dalam Manager Publik

Bagi mayoritas kaum pria, wanita adalah makluk lemah yang selalu butuh perlindungan lelaki.
Makanya banyak yang menganggap bahwa wanita tidak layak menjadi pemimpin. Memang, pada
kenyataannya banyak yang lebih 'sreg' jika dipimpin oleh kaum pria. Baik dalam organisasi kecil apalagi
besar, seperti negara. Dengan alasan bahwa pria lebih kuat, lebih rasional, lebih cekatan, dan lebih
pintar. Padahal kalau melihat sejarah mandat kepemimpinan wanita, banyak juga pemimpin wanita
yang sukses di bidangnya. Beberapa contoh yang bisa mewakili adalah Ratu Cleopatra yang berkuasa
di Mesir selama 69-30 SM, Isabella di Spanyol selama dekade 1451-1504, Marry Tudor di Inggris 1516-
1558, Corazon Aquino di Filipina, dan masih banyak lagi. Dan di Indonesia juga pernah dipimpin oleh
seorang wanita, Dyah Permata Megawati Setiawati alias Megawati Soekarno Putri.

Walau demikian masih banyak anggapan stereotype tentang kepemimpinan wanita. Banyak
yang menganggap bahwa wanita hanya layak berdiri di belakang lelaki. Sekalipun banyak yang
bisa dilakukan wanita di belakang pria, wanita tetap dianggap tidak memiliki otoritas. Makanya,
meski Mega sudah resmi dengan tampuk kepemimpinannya tidak sedikit yang meragukannya.
Hal ini sedikit banyak dipicu oleh anggapan umum terhadap wanita yang sudah timbul sejak
jaman dulu:

1. Wanita lebih sensitif dan lembut. Secara kodrat wanita memang lebih perasa dari pria.
Karena itu wanita pun lebih sering menangis ketimbang pria. Secara fisik, wanita juga
lebih lembut dari lelaki. Akan tetapi di zaman serba keras sekarang ini wanita dituntut
untuk bisa membela diri. Wanita-wanita sudah semakin sadar bahwa tidak selamanya ia
bisa mengandalkan orang lain untuk membela dirinya. Sehingga wanita jaman sekarang
sudah tampil menjadi pribadi yang kuat dan tegar.
2. Wanita selalu butuh lelaki untuk melindunginya. Wanita dan pria memang ditakdirkan untuk
bersatu. Tetapi pria berada pada posisi pelindung dan pencari nafkah bagi wanita. Sedangkan
wanita cukup mengurus rumah, suami dan anak-anak. Anggapan ini menyebabkan banyak wanita
yang bergantung pada kaum lelaki. Di lingkungan kerja, banyak wanita yang memilih menyingkir
jika rekan pria mengambil alih pekerjaannya. Tapi kini tidak lagi, banyak wanita-wanita cakap
yang lebih maju karirnya dari lelaki. Bahkan suami-istri sama-sama bekerja bukan hal asing lagi.
3. Wanita mahluk penakut. Sejak dulu, wanita selalu dijejali oleh berita-berita menakutkan tentang
kekerasan terhadap wanita. Banyak laporan mengenai kekerasan wanita mulai dari pelecehan
seksual sampai perkosaan. Namun kini wanita sudah lebih realistis, ia punya cara tersendiri untuk
menghadapi bahaya yang mengancamnya.
4. Wanita tidak pantas jadi pemimpin. Dengan alasan kelemahannya, kodrat, perilaku, dan
sebagainya, wanita dianggap tidak layak menjadi pemimpin. Wanita hanya dianggap
pelengkap kaum lelaki. Sulitnya wanita yang berlaku tegas dan terbuka justru akan
dianggap sombong, pemaksa, dan banyak sebutan lainnya. Akibatnya tidak ada alasan
yang tepat bagi wanita untuk menjadi pemimpin.
Berbagai anggapan dan kondisi tersebutlah yang menyebabkan banyaknya keragu- raguan
terhadap pemimpin wanita. Tapi apapun alasannya, meski banyak yang ragu bahkan sinis
terhadap kepemimpinan wanita, pada akhirnya wanita terus menancapkan kukunya di
berbagai bidang. Banyak wanita yang membuktikan kemampuannya dalam memimpin suatu
organisasi. Lagipula dengan dipimpin wanita bukan berarti kekalahan bagi kaum lelaki bukan?
Perbedaan gender memamng sudah tidak terpakai lagi. Justru sebaliknya jika pria dan wanita
saling bahu membahu, sukses bisa diraih bersama karena masing-masing memang mempunyai
kekurangan dan kelebihan.
Sumber : http://digilib.unmuhjember.ac.id/download.php?id=1198

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Seorang manejer perempuan diperhadapakan pula pada tantangan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerja  organisasi melalui proses manajemen peubahan. Dalam pandangan
organisasi sebagai suatu organism hidup, organisasi senantiasa berada dalam perubahan.
Organisasi dapat mengalami krisis dan bisa mati jika tanpa dikelola dengan memadai. Disinilah
kebutuhan kemampuan manejer perubahan dari perempuan, karena menurut Yukl (2005), tugas
manejer itu berorientasi pada tiga hal: berorientasi tugas (task-oriented, berorientasi pada manusia
(human relation-oriented), dan berorientasi pada perubahan (change-oriented),Peran manejer
dalam perubahan organisasional otomatis harus menjadi agent of change dengan sejumlah
ketrampilan yang menjadi prasyaratnya. Change is very easy, erubahan tidak pernah mudah,
karena itu manejer harus memahami apa perubahan itu bagaiman cara melakukan perubahan dan
apa yang menjadi tujuan dari perubahan.

3.2 . Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai