Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Berpikir Sistem Kesehatan
Nama : Meving Oktheresia Yolanda
NIM : 2310905041 Rangkuman Peran Kepemimpinan Dalam Kebijakan Publik Manajer adalah individu yang mengelola asset agar menjadi bernilai tambah, tetapi pemimpin make things happen. Pemimpin hadir untuk membuat keputusan bersama. Kebijakan publik adalah kebijakan untuk mengatur kehidupan bersama. Kepemimpinan atau leadership adalah isu abadi manusia dan kemanusiaan. Bisa dikatakan pemimpin yang pada akhirnya menentukan apakah sebuah bangsa menjadi besar atau kerdil. Pergeseran Peradaban Daniel Bell (1956) dan Alvin Toffler (1970) menggambarkan peradaban masyarakat bergeser dari peradaban pertanian, ke peradaban industri, dan peradaban informasi atau pasca- industri. Masyarakat mengalami tiga kali peradaban, yaitu : 1. Peradaban individual yang menjadi ciri masyarakat primitif/berburu. Disini keindividualan ditunjukkan dari egoism individu dan kelompok, sama seperti yang ditunjukkan oleh hewan- hewan jenis pemburu. 2. Peradaban paguyuban, disini telah terbentuk masyarakat dan dikelola dalam asosiasi- asosiasi sukarela, tidak ada ikatan baku, dan tidak ada struktur yang melembaga. Pada era ini masyarakat berada pada era pertanian dan industrialisasi awal. Ducker melihat bahwa yang terbentuk adalah "masyarakat organisasi". Dalam Negara modern, asosiasi lama berubah digantikan asosiasi baru. Paguyuban-paguyuban digantikan oleh organisasi-organisasi modern. 3. Peradaban organisasi, pada peradaban ini telah muncul pelembagaan dari hubungan- hubungan sosial, terjadi diferensiasi struktural dan spesialisasi fungsional, da nada kejelasan pertanggungjawaban. Peradaban ini dibentuk terutama karena meningkatnya jumlah manusia, majunya teknologi, dan meningkatnya persaingan memperebutkan sumber daya produktif yang semakin langka. Kata kuncinya adalah persaingan. Organisasi adalah inti kehidupan modern yang diawali pada era industrialisasi dewasa dan masuknya era informasi (Trofller) atau pasca-industri (Bell) atau era pengetahuan (Drucker). Organisasi mempunyai tugas untuk mengkreasikan nilai bagi lingkungan tempat dia eksis. Dan, hanya satu cara untuk membuatnya mampu mengkreasikan nilai, manajemen. Organisasi harus dimanajemeni agar ia dapat menjalankan misinya. Namun, jika kita memahami manajemen, sebenarnya inti manajemen, Louis A. Allen, dalam karya klasiknya The Man-agement Profession (1964) bahwa permasalahan terbesar masyarakat modern adalah bagaimana mereka merekonsiliasi dan mengintegrasikan manusia (dalam organisasi) untuk dapat bekerja bersama mencapai tujuan-tujuan yang baik, dan bukannya saling merusak. Warren Bennis, guru leadership mengatakan ada 3 alasan pokok kenapa pemimpin itu penting dan diperlukan, yaitu : 1. Karena mereka bertanggung jawab atas keefektifan organisasi. 2. Mereka menjadi tempat untuk berlindung, terlebih pada masa-masa sulit. 3. Pemimpin adalah inti integritas kelembagaan. Mengikuti Neil Snyder, James J. Dowd, dan Diane Morse, ada 3 ciri pemimpin yang berhasil, yaitu mempunyai VVC : Vision, Value and Courage. a. Visi mencerminkan kedalaman dan keluasan pemahaman yang memungkinkan untuk mendeteksi dan membentangkan pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan di masa depan yang membimbing seorang pemimpin untuk membawa organisasinya memasuki masa depan. b. Nilai atau Value adalah kepercayaan atau system nilai yang dimiliki pemimpin yang menjadi dasar dari arah dan tindakan yang akan dipilihnya. c. Keberanian atau Courage adalah kecakapan membuat keputusan. Tentu saja, keberanian disini tidak asal berani, namun dilandasi oleh kompetensi keilmuan, keterampilan dan integritas moral. Karakter Kepemimpinan Terdapat lima karakter kepemimpinan yang unggul, yaitu karakter, kredibilitas, nilai, keteladanan dan kemampuan memberikan dan menjadi bagian dari harapan. 1. Pertama adalah karakter. Teori Rosabeth Moss-Kanter yang mengedepankan individu dengan karakter unggulan, yakni individu yang memiliki Triple-C : concept atau kemampuan membuat konsep akan masa depan, competence atau kompetensi, dan connectedness alias kekuatan jaringan yang dimiliki. 2. Kedua adalah kredibilitas. Hasil penelitian James Kouzes dan Barry Z. Posner (1997), adalah kredibilitas. Steven M. Bornstein dan Anthony F. Sands (1996) menyebutkan lima inti (5C) kredibilitas, yaitu conviction, character, courage, composure, dan competence. a. Conviction adalah keyakinan dan komitmen. b. Character adalah integritas, kejujuran, respek, dan kepercayaan yang konsisten. c. Courage adalah keberanian, kemauan untuk bertanggungjawab atas keyakinannya, bahkan kalau perlu berani mengubah diri. d. Composure adalah ketenangan batin, suatu kemampuan untuk memberikan reaksi dan emosi yang tepat dan konsisten, khususnya dalam menghadapi situasi kritis. e. Competence adalah keahlian, keterampilan dan profesionalitas. 3. Ketiga nilai, Tugas kepemimpinan adalah memberikan value atau nilai bagi organisasi yang dipimpinnya. Memimpin adalah melakukan value creation sepanjang waktu. 4. Keempat, keteladanan. Ki Hajar Dewantara mengajarkan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wuri andayani. Keteladanan adalah symbol pertama kedewasaan karena keteladanan memerlukan toleransi, kerendahan hati dan kesabaran. Pemimpin adalah pamong, bukan pangreh. 5. Kelima, harapan. Pemimpin harus memberikan harapan. Pemimpin yang memberi harapan adalah pemimpin yang membuka mata pengikutnya akan tantangan masa depan dan bagaimana cara mengatasinya. Peran Pemimpin Pada akhirnya yang memutuskan adalah pemimpin. Manajer-manajer lebih berperan sebagai pelaksana atau lebih banyak menjadi bagian dari implementasi kebijakan dan tidak pada keseluruhannya. Pemimpin adalah the only figure that guarantee the success of the system and organization. Untuk itulah seorang pemimpin harus mempunyai berbagai karakter-tidak asal manusia dan tidak asal populer. Ada banyak kritik terhadap kepemimpinan pasca-Soeharto, baik dalam konteks kompetensi maupun dedikasi. Jadi, apa agenda bagi kepemimpinan-khususnya presiden, menteri, gubernur dan bupati/wali kota-hari ini dan di masa depan? Pertama, memahami makna kebijakan publik dan bagaimana variasinya dalam formulasi, implementasi dan evaluasi. Kedua, mengambil pakar-pakar kebijakan sebagai mitra-mitra kerja fungsional/asistensial sebagai upaya meningkatkan kepastian keutamaan dalam kebijakan publik. Ketiga, keep-up-date dengan perkembangan terbaru dalam konteks tantangan zaman dan tantangan kepemimpinan yang dihadapi. Kaidah yang bersifat "profesional", seperti kaidah yang diajarkan Ki Hajar Dewantara : Ing Ngarsa Sung Tulodha, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Andayani dan kriteria kepemimpinan efektif yang dicatat oleh guru leadership, Warren Bennis. Bahwa prasyarat dasar pemimpin adalah 1. Menjadi pembimbing (guiding vision). 2. Memberi semangat (passion). 3. Integritas. 4. Dipercaya (trust). 5. Penuh rasa ingin tahu dan berani mencari jawabnya 6. Prasyarat proses, bahwa yang bersangkutan dipilih melalui proses pemilihan langsung maupun tidak. Di Singapura, pada tahun 1990 PM Lee Kuan Yew menyerahkan kepemimpinan Negara kepada Goh Tjok Tong. Keunggulan Goh adalah mewarisi ketajaman amatan dari pendahulunya Lee. Ketajaman itu yang membuatnya memiliki visi untuk one step ahead. Lee mengajarkan, ketika Negara-negara ASEAN bergerak ke industrialisasi, Singapura justru melakukan relokasi strategis. Bahkan ketika krisis terjadi, dan ASEAN tidak mampu menyumbangkan pertumbuhan terhadap Singapura, negeri ini mengembangkan kawasan perdagangan bebas dengan negara- negara Amerika Latin dan Australia. Uniknya lagi, ke dalam negeri Goh memperkenalkan program The Next Leap, yang penuh dengan cita-cita sederhana dan tidak dogmatis (Shambazy, 2000). Goh memang tidak sekeras Le. Tetapi, Goh memiliki satu hal yang diperlukan oleh organisasinya. Jadi, pemimpin dimana pun juga tempatnya, yang berkriteria legal, professional dan procedural, sepertinya sudah tidak perlu diperdebatkan, karena it is a must. Sejauh mana sang pemimpin bias memberikan harapan kepada organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin adalah pelita yang berjalan di depan dan berkorban untuk menjadi yang didepan. Karena kepemimpinan pada akhirnya bukan masalah karisma, kekuasaan atau kekayaan. Kepemimpinan adalah peran.