Anda di halaman 1dari 19

KEPEMIMPINAN MANAJERIAL

TEORI KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu:

Yuni Siswanti, SE, M.Si

KELOMPOK 3:

KELAS EM-F

1. MELINA MANURUNG (141170019)


2. AJI BAGUS NUGROHO (141170118)
3. RIGITA YULIASTUTI (141170295)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan memainkan peranan yang penting dalam sebuah organisasi. Berhasil
tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalam
organisasi tersebut. Di samping itu faktor yang sangat berperan penting adalah faktor
kepemimpinan. Peran utama seorang pemimpin adalah mempengaruhi orang Iain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Pengembangan organisasi sendiri merupakan suatu
kegiatan mengadakan perubahan secara berencana yang mencakup suatu diagnosa secara
sistematis terhadap sebuah organisasi. Seorang pemimpin harus ikut aktif dalam mengatur
pelaksanaan kegiatan usaha pengembangan organisasi. Keberhasilan kegiatan usaha
pengembangan organisasi sebagian besar ditentukan Oleh kualitas pemimpinnya dan komitmen
pimpinan pucuk organisasi dalam menjalankan organisasi tersebut. Kepemimpinan merupakan
suatu hal yang seharusnya dimiliki Oleh pemimpin organisasi.

Efektivitas seorang pemimpin ditentukan Oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan


mengarahkan para anggotanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin sebuah
organisasi harus mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi,
memerintah dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang diinginkan Oleh
perusahaan. Di dalam mengelola karyawan yang ada dalam perusahaan harus diciptakan suatu
komunikasi kerja yang baik antara atasan dan bawahan agar tercipta hubungan kerja yang serasi
dan selaras. Dengan meningkatnya semangat kerja para karyawan tersebut diharapkan akan
mencapai prestasi Yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing sehingga tujuan
perusahaan akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori kepemimpinan?
2. Apa sajakah teori-teori yang berkaitan dengan kepemimpinan?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan yang efektif?
4. Bagaimanakah kepemimpinan yang efektif?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui apa sajakah teori-teori yang berkaitan dengan kepemimpinan.
3. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan yang
efektif?
4. Untuk mengetahui bagaimanakah kepemimpinan yang efektif?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Great Man dan Teori Big Bang


Teori yang usianya dipandang cukup tua ini menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Bennis dan Nanus,
1990 menjelaskan bahwa Teori Great Man (Orang Besar) berasumsi pemimpin dilahirkan, bukan
diciptakan. Dengan kata Iain, pemimpin berasal dari keturunan tertentu yang berhak jadi
pemimpin. Misalnya anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pemimpin
rakyatnya. Menurut Bennis dan Nanus (1990) dalam perkembangannya, teori berdasar bakat
cenderung ditolak dan lahirlah Teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa suatu peristiwa
besar menciptakan/ dapat membuat seseorang menjadi pemimpin. Teori ini mengintegrasikan
antara situasi dan pengikut organisasi sebagai jalan yang dapat menghantarkan seseorang
menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah organisasi sebagai jalan yang dapat
menghantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah organisasi sebagai
jalan yang dapat menghantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah
organisasi sebagai jalan yang dapat menghantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang
dimaksud adalah peristiwa-peristiwa besar seperti revolusi, pemberontakan, reformasi. Yang
dimaksud pengikut adalah orang-orang yang menokohkan orang tersebut dan bersedia patuh/
taat pada keputusan-keputusan/ perintah-perintahnya dalam kejadian tertentu.

B. Teori Sifat atau Karakteristik Kepribadian (Trait Theories)


Teori ini hampir sama dengan teori Great Man, walaupun berbeda dalam mengartikan bakat
yang dimiliki seorang pemimpin. Teori Great Man menekanan bakat dalam arti keturunan,
sedangkan teori sifat berasumsi bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat-
sifat/ karakteristik kepribadian yang dibutuhkan Oleh seorang pemimpin. Dalam
perkembangannya, teori sifat memunculkan apa yang kemudian disebut Great Person Theori. Great
Person Theori memiliki pandangan bahwa pemimpin memiliki sifat-sifat khas/ spesifik, yang mana
mereka merasa menjadi bagian dari orang lain dan sifat-sifat yang mereka memiliki tersebut
diaplikasikan dalam bentuk tanggung jawab dalam hal penggunaan wewenang dan kekuasaan
(Greenberg dan Baron, 2002).
Karakteristik pemimpin yang sukses menurut (Greenberg dan Baron, 2002)
1. Drive
Memiliki keinginan untuk meraih sesuatu, ambisi, energi yang tinggi, tahan mental dan
inisiatif.
2. Honesty an integrity
Dapat dipercaya, konsisten dalam sikap dan terbuka
3. Leadership motivation
Memiliki keinginan untuk mempengaruhi orang lain guna meraih tujuan yang telah
dirumuskan
4. Self-confidence
Memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi
5. Cognitive ability
Memiliki tingkat kecerdasan bagus, mampu mengintegrasikan dan menginterprestasikan
sejumlah informasi penting yang diterimanya.
6. Knowlegde of the business
Memiliki pemahaman dan pandangan luas tentang industri dan masalah-masalah teknis yang
relevan.
7. Creativity
Memiliki kapasitas untuk membuat ide-ide yang original
8. Flexibility
Memiliki kemampuan untuk mengadaptasikan kebutuhan-kebutuhan anggota dengan
mempertimbangkan situasi.

Sifat-sifat yang dimiliki pemimpin menurut (Cheser, 1992) :

1. Sifat-sifat pribadi: Fisik, Kecakapan, Teknologi, Daya tanggap, Pengetahuan, Daya ingat,
Imajinasi
2. Sifat-sifat pribadi: Watak yang subyektif, Daya tahan, Ketekunan, Keberanian

Menurut Davis (1998) ada 4 sifat umum yang efektif :

1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan keluasan pandangan sosial
3. Motivasi diri
4. Sikap-sikap hubungan sosial

Sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin agar menjadi organisasi yang efektif menurut Collond dalam
Timpe (1991) :

1. Kelancaran berbicara
2. Kemampuan memecahkan masalah
3. Pandangan dalam masalah kelompok atau organisasi
4. Keluwesan
5. Kecerdasan
6. Kesediaan menerima tanggung jawab
7. Ketrampilan sosial
8. Kesadaran tentang diri sendiri dan lingkungan

Tabel 3.1

Karakteristik Pemimpin Yang Efektif

Karakteristik Kepribadian Karakteristik Latar Kecerdasan, Karakteristik


Fisik Sosial Belakang Kemampuan Dunia Kerja
Sosial
Aktif Kewaspadaan Kemampuan Mobilitas Pengetahuan Motivasi
bekerjasama berprestasi
Energik Kreatif Popularitas Pertimbangan Keinginan
dan kewajiban menuju sempurna
Dinamis Integritas Partisipasi Kelancaran Sikap
pribadi social, berbicara bertanggungjawab
diplomasi
Kepercayaan Keterampilan Orientasi tugas
diri interpersonal
Memiliki
etika

Mengidentifikasi sejumlah karakteristik kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1992) :

1. Ciri-ciri fisik
2. Latar belakang sosial
3. Inteligensia atau kemampuan memecahkan masalah
4. Kepribadian
5. Ciri-ciri berorientasi pada kepentingan masyarakat

Karakteristik pemimpin yang sukses menurut Yukl (dalam Hadari, 2003) :

1. Cerdas
2. Terampil secara konseptual
3. Kreatif
4. Diplomatis dan taktis
5. Lancar berbicara
6. Memiliki pengetahuan mengenai tugas kelompok atau organisasi
7. Persuasif
8. Memiliki ketrampilan sosial

Teori yang mencari ciri-ciri kepribadian sosial, fisik atau intelektual yang membedakan pepimpin
dengan yang bukan pemimpin. Menurut Robbins (2001) :

1. Management of action: Kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau arah yang dapat menarik
perhatian anggota organisasi
2. Management of meaning: Kemampuan menciptakan dan mengkomunikasikan makna tujuan
secara jelas dan dapat di implementasikan
3. Management of trust: Kemampuan untuk dipercaya dan konsisten
4. Management of self: Kemampuan mengetahui atau menguasai atau mengendalikan diri sendiri
dalam batas kekuatan dan kelemahan diri

Teori sifat dalam kepribadian Muhammad SAW (abad 15) sebagai rasul Allah SWT dan pepimpin
yang patuh diteladani, karakteristik beliau adalah :

1. Sidiq (benar): Berpihak pada kebenaran, berkat dan perilaku secara benar dan berani
membela kebenaran
2. Amanah (dapat dipercaya): Mampu memelihara kepercayaan rahasia orang lain, tidak
menyalahgunakannya, tidak mengurangi amanat dari orang lain
3. Tabligh (menyampaikan): Mengkomunikasikan semua informasi yang perlu bagi umatnya
4. Fatonah (cerdas): Mampu memahami ajaran dari tuhan semesta Alam dan menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi umatnya secara adil dan bijaksana
5. Maksum (bebas dari dosa): Tidak berbuat kesalahan pada manusia lain dan tidak berperilaku
melanggar nilai-nilai ajaran agamanya.

Dari beragam pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan 4 karakteristik utama yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin:

1. Intelegensi
2. Kematangan dan keluasan pandangan sosial
3. Memiliki motivasi dan keinginan berprestasi
4. Memiliki kemampuan hubungan manusiaswi
Teori sifat dalam perkembangannya mendapat banyak tantangan, karena dalam
kehidupan tidak mungkin ada seorang pemimpin yang memiliki keseluruhan sifat baik
manusia, kecuali para Nabi

Ada 2 kelemahan pokok teori sifat :

1. Tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan
2. Situasi dan kondisi tertentu yang ternyata memerlukan sifat tertentu pula berbeda dari yang lain

C. Teori Perilaku (Behavior Theories)


1. Teori X dan teori Y
Teori X berasumsi :
a. Pemimpin memandang pekerjaan bawahan sebagai orang yang berpendapat bahwa
pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan berusaha dihindarinya. Asumsi ini
melihat bawahan sebagai manusia yang memiliki perilaku malas.
b. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang lebih suka diperintah dan sering kali
harus dipaksa untuk melakukan pekerjaannya dengan hukuman dan hadiah
c. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang tidak ambisius, tidak mau maju, dan
tidak menginginkan serta menghindari tanggung jawab.
d. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang harus di motivasi terutama untuk
kebutuhan pokok, seperti uang dan kebutuhan akan rasa aman.
e. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang harus dikendalikan dengan ketat dan
menganggap bawahan tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya di dalam
organisasi tanpa bantuan pemimpin.

Teori Y berasumsi

a. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang memiliki pendapat bahwa pekerjaan
adalah sesuatu yang menyenangkan dan alamiah seperti bermain
b. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mempunyai pengendalian diri dan
pengawasan diri jika mereka terlibat pada pekerjaannya
c. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang memiliki ambisius, ingin maju, dan
menginginkan tanggung jawab secara baik
d. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang dimotivasi terutama oleh kebutuhan
yang lebih tinggi, seperti kebutuhan untuk berprestasi, mendapat pengakuan dan
mengaktualisasikan dirinya secara maksimal.
e. Pemimpin memandang bawahan sebagai orang yang mampu menyelesaikan masalah
dalam organisasi secara mandiri, bertanggung jawab dan kreatif sehingga tidak terlalu
membutuhkan pengawasan yang ketat.

Pemimpin yang memegang teori Y ini beranggapan bawahan merupakan individu yang bisa
berkembang baik, mampu mengendalikan diri, dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Gaya
pemimpin demokratis, bukan otoriter :

 Manusia memiliki perilaku bertanggung jawab


 Motivasi kerja
 Kreativitas dan inisiatif
 Mampu mengawasi pekerjaan dan hidupnya sendiri

2. Studi Kepemimpinan Universitas IOWA


Bahwa gaya kepemimpinan dibedakan 3 gaya menurut Lippit dan White (dalam Greenberg
dan Baron, 2000):
a. Gaya otoriter
Pemimpin menentukan semua bawahan dengan bekerjasama dan semua kegiatan
dibawah satu komando dari dirinya /pemimpin itu sendiri. Peran aktif dilakukan oleh satu
orang/pemimpin. Bawahan tidak boleh sama.
b. Gaya demokratis
Perilaku pemimpin berusaha mempengaruhi bawahan agar bawahan bersedia
bekerjasama dengannya.
c. Gaya laissez-faire / free-rein / bebas kendali
Gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dengan menyerahkan semua
wewenang pada anggotanya. Peran aktif dilakukan oleh anggota saja.

3. Studi Kepemimpinan Universitas OHIO


Ada 2 dimensi perilaku kepemimpinan efektif yakni:
(1) dimensi struktural tugas/praksara struktur (initiating structure) dan
(2) dimensi pertimbangan tenggang rasa ( consideration)
Perilaku initiating structure: mengutamakan tercapainya tujuan, produktivitas tinggi, dan
penyelesaian tugas sesuai jadwal.
Perilaku consideratioan: memperhatikan kebutuhan bawahan, menciptakan suasana saling
percaya dan menghargai, simpati pada ide dan perasaan bawahan.

4. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan

Dalam penelitiannya mengenai perilaku kepemimpinan menemukan 2 jenis perilaku: (1) orientasi
pada bawahan/pegawai/employee oriented, dan (2) orientasi pada produktivitas/ production
oriented. Apabila pemimpin berorientasi pada produktivitas dengan kadar tinggi, maka perilaku
berpusat pada karyawan akan rendah kadarnya, dan sebaliknya. Perilaku kepemimpinan
berorientasi pada karyawan akan dapat meningkatkan produktivitas kelompok dan kepuasan kerja
dalam jangka Panjang, sedang perilaku berorientasi produktivitas/hasil kerja dapat meningkatkan
produktivitas kelompok dalam jangka pendek, namun berdampak kepuasan kerja menjadi rendah.

5. Managerial Grid
Gaya kepemimpinan yang disebutnya Managerial Grid. Pendekatan ini memiliki 2 dimensi:
(1) dimensi mengutamakan produktivitas (concern for production) dan
(2) dimensi mengutamakan karyawan (concern for people). Tinggi rendahnya kedua dimensi
tersebut dinyatakan dengan angka 1 (perhatian minimum) sampai 9 (perhatian maksimum)
Tabel 3.1

Focus Studi Orientasi Pemimpin

Studi Orientasi Pada Orang Orientasi Pada Tugas

OHIO State University Consideration (Pertimbangan) Intiating Structure (Inisiasi


Struktur)
University Of Michigan Employee Centered (Berpusat Job-Centered (Terpusat Pada
Pada Bawahan) Tugas)
Managerial Grid (Oleh Blake Concern For People (Perhatian Concern For Production
Dan Mountan) Pada Orang) (Perhatian Pada Produksi

Sumber: Greenberg dan Baron, 2000

Empat Sistem Manajemen Likert

Sistem I : Exploitative Autocratic: Gaya kepemimpinan ditunjukkan olem pemimpin


sebagai pihak yang berhak menyelesaikan masalah-masalah organisasi, dengan perilaku
sebagai satu-satunya pengambil keputusan dan memberikan perintah yang harus
dilaksanakan oleh anggota.

Sistem II : Benovolent Autocratic: Gaya ini ditunjukkan mulai memberikan kesempatan


pada anggota untuk menyampaikan komentar terhadap keputusan/perintah atasan.
Sistem III : Participative: Gaya ini ditunjukkan dengan memberikan kesempatan pada
anggota ikut serta dalam menetapkan tujuan, membuat keputusan dan mendiskusikan
perintah perintah.

Sistem IV : Democratic: Gaya ini ditunjukkan dengan melakukan pemecahan masalah


pekerjaan/organisasi antara pemimpin dengan anggota.

D. Teori Kontingensi (Contingency Theories) Atau Teori Situasional (Situasional Theories)


Respon / reaksi yang timbul berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang
berbeda diperlukan perilaku/ gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula. Pendapat ini disebut
Pendekatan atau Teori Kontingensi (contingency Approach). Karena perilaku pemimpin harus
disesuaikan dengan situasi yang dihadapi seseorang pemimpin, maka teori ini sering disebut
Pendekatan atau Teori Situasional (Situasional Approach). Kepemimpinan kontingensi dapat
dibedakan atas beberapa model:
1. Model kepemimpinan situasional (kontingensi) dari Fiedler

Hubungan perilaku atau gaya kepemimpinan dengan situasi yang dapat mempengaruhi
kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi. Tiga dimensi didalam situasi yang dihadapi
pemimpin, yaitu:

a. Hubungan pemimmpin-anggota (the leader- member relationship).


b. Derajat dari susunan tugas (the degree of task structure).
Dimensi ini merupakan variabel yang sangat penting/kritis kedua dalam menentukan
situasi yang menentukan.
c. Posisi kekuasaan pemimpin (the leader’s position power)
Dimensi ini yang diperoleh melalui kewenangan formal. Merupakan variabel
penting/kritis ketiga dalam menentukan situasi yang sangat menguntungkan.

Situasi yang menguntungkan dalam menjalankan kepemimpinan adalah hubungan baik


antara pemimpin dengan anggota organisasi, (pemimpin diterima oleh orang-orang yang
dipimpinnya), ada hubungan serasi, suasana persahabatan, tugas-tugas disusun secara
jelas.

 Hubungan pemimpin dan anggota


 Orientasi tugas
 Posisi kekuasaan formal pemimpin
2. Model kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi dari Reddin

Ada 3 pola dasar yang dapat digunakan dalam menetapkan pola perilaku kepemimpinan yang
terdiri dari:

 Berorientasi pada tugas (task oriented)


 Berorientasi pada hubungan (relationship oriented)
 Berorientasi pada efektivitas (effectiveness oriented)

a. Gaya perilaku yang efektif terdiri dari


1) Deserter (pembelot): menunjukkan kepemimpinan yang tidak ada rasa keterlibatan
dengan anggota dan organisasi, moral rendah, tindakannya sukar diprediksi.
2) Missionary (pelindung dan penyelamat): menunjukkan perilaku kepemimpinan
sebagai penolong yang lemah dan menganggap mudah masalah yang dihadapi.
3) Autocrat (otokrasi): menunjukkan perilaku yang keras kepala, mau menang sendiri.
4) Compromiser (kompromis): menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tidak tetap
pendirian, menunda-nunda dan bahkantidak membuat keputusan, berwawasan
dangkal.

b. Perilaku/ gaya kepemimpinan yang efektif:


1) Bureaucrat (birokrat): menunjukkan perilaku kepemimpinan yang patuh dan taat
pada aturan, memiliki kemampuan berorganisasi, cenderung lugu.
2) Developer (pengembangan): menunjukkan perilaku kepemimpinan kreatif,
melimpahkan wewenang, dan menaruh kepercayaan yang tinggi pada anggota
organisasi.
3) Benevolentautocraf (otokrasi yang lunak/ disempurnakan): menunjukkan perilaku
kepemimpinan dalam bekerja lancer dan tertib, ahli dalam pengorganisasian, dan
memiliki rasa keterlibatan diri dalam menggunakan wewenangnya.
4) Exxcutive (eksekutif): menunjukkan perilaku kepemimpinan bermutu tinggi,
maupun memotivasi anggota dan berwawasan luas.

3. Model kepemimpinan kontinum dari Tannenbaum dan Schmidt


Ada 7 perilaku atau gaya Kepemimpinan yang dilakukan dalam bentuk pengambilan keputusan
 Pemimpin sebagai pengambil keputusan
 Pemimpin menawarkan keputusan
 Pemimpin menyampaikan gagasan dan meminta anggota membahasnya sebelum
diputuskan.
 Pemimpin menawarkan keputusan yang boleh didiskusikan dan dapat diubah sebelum
ditetapkan.
 Pemimpin menyampaikan masalah, menerima saran, dan membuat keputusan.
 Pemimpin menyerahkan pembuatan keputusan pada anggota dengan didahului
memberi batas-batas yang tidak boleh dilampaui.
 Pemimpin mempercayakan pada anggota organisasi sebagai bawahan untuk
menjalankan fungsinya dalam batas-batas yang ditetapkan.

4. Teori Kepemimpinan Situasional Dari Hersey Dan Blanchard

Kepemimpinan situasional merupakan teori kontingensi yang memfokuskan pembahasan pada


para pengikut atau anggota. Kesiapan ( readiness) dan kematangan (maturation) merujuk pada tingkat
kemauan dan kemampuan anggota dalam menerima dan menyelesaikan tugas tertentu. Gaya
kepemimpinan dibagi menjadi 4, yaitu (1) menyatakan/memerintah/mengatakan (telling), (2)
,menjual/menawarkan (selling), (3) mengikutsertakan/ partisipasi (participating), (4) pendelegasian
wewenang (delegating).

a. Telling style (gaya mengatakan/memerintah/mengarahkan)


Gaya kepemimpinan ini berorientasi tinggi pada tugas dan hubungan dengan anggota rendah.
b. Selling style (gaya menawarkan/menjual)
Gaya kepemimpinan ini memiliki orientasi tugas dan hubungan dengan anggota yang sama-
sama tinggi.
c. Participating style (gaya partisipasi)
Gaya kepemimpinan ini ditunjukkan dengan orientasi pada tugas rendah dan pada hubungan
dengan anggota tinggi.
d. Delegating style ( gaya pendelegasian wewenang)
Gaya kepemimpinan ini memiliki orientasi pada tugas rendah dan orientasi pada hubungan
dengan anggota juga rendah.
E. TEORI DENGAN PENDEKATAN DYADIC
Teori dyadic memfokuskan pada konsep pertukaran antara seorang pemimpin dan seorang
anggotanya, yang dikenal sebagai hubungan dyadic. Teori ini menguji mengapa pemimpin
mempunyai pengaruh lebih besar pada seorang anggota dibandingkan bawahan lainnya.
Pendekatan teori dyadic ini dibagi menjadi (2), yaitu:
1. Teori vertical dyad linkage (VDL)
Teori ini merupakan pentingnya pemimpin membentuk dyad dengan tiap tiap anggota dalam
organisasi. Teori ini menunjukkan fenomena bahwa setiap anggota akan memiliki penilaian
berbeda tentang pemimpinnya.
2. Teori leader-member exchange (LMX)
Teori ini berfokus pada hubungan yang lebih dalam antara pemimpin dan anggota yang
menekankan bahwa hasil terbaik dicapai melalui proses pertukaran pemimpinan dan anggota
yang dikembangkan sepanjang waktu. Teori ini menyatakan bahwa kualitas pertukaran pemimpin
dan anggota lebih substansial pada kelompok in-group. Teori ini menghasilkan tiga (3) tahapan
dyadic antara pemimpin-anggota. Tahap pertama: pemimpin dan anggota bertindak. Tahap kedua
: hubungan pemimpin- anggota menjadi seperti rekan kerja dengan memaikan peran mereka
masing -masing. Tahap ketiga : hubungan pemimpin- anggota mencapai pola perilaku yang
menetap, peran kedua menjadi matang dan pertukaran tersebut akan menentukan apakah anggota
termasuk didalam kelompok in-group atau out-grup
Teori LMX sebelumnya disebut sebagai teori vertical dyad linkage (VDL), karena
fokusnya kepada proses timbal balik yang terjadi dalam dyad ( dua bagian berupa kesatuan yang
berinteraksi). Teori tersebut meneliti hubungan ke bawah maupun keatas yang dibuat pemimpin
dan berimplikasi bagi keefektifan dan kemajuan pemimpin dalam organisasi.
Menurut teori LMX, hubungan in-group atau out-group awalnya dibangun pemimpin-
bawahan sebagai dua pihak yang saling membutuhkan. Seleksi in-group dibuat atas dasar
kesesuaian pribadi, kemampuan untuk dapat percaya bawahannya. Lebih lanjut, pertukaran out-
group lebih pada tingkat saling mempengaruhi yang relatif rendah dan kelompon hanya perlu
mematuhi persyaratan yang bersifat formal, sperti kewajiban, peraturan, prosedur standar serta
pengarahan oleh pemimpin.

F. Beberapa Teori Kepemimpinan Yang Lain


1. Teori Lingkungan ( Environmental Theory)

Teori ini mendasarkan pada munculnya seorang pemimpin sebagai hasil waktu, tempat,
keadaan/situasi dan kondisi yang mendukungnya.
2. Teori Interaksi dan Harapan ( Interaction-Expectation Theory)

Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan seseorang menjadi pemimpin didasari oleh
beberapa variable yang terdiri dari aksi (action), interaksi ( interaction), dan perasaan
(sentiment)

3. teori humanistic (Humanistic Theory)

Manusia pada hakekatnya sebagai organisme memerlukan pemimpin yang mampu


memotivasinya, sedangkan organisasi karena hakekatnya sebagai struktur memerlukan
pemimpin untuk mengendalikan.

4. Teori TUkar Menukar (Exchange Theory ) / Teori Dyadic

Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa interaksi social antar individu, termasuk juga antar
pemimpin dan anggotanya merupakan tukar menukar kontribusi.

5. Teori Alur Tujuan (Path Goal Theory)

Teori ini berdasrkan pada asumsi bahwa pemimpin yang efektif harus mampu mempengaruhi
persepsi anggota agar tujuan pribadi, tujuan pekerjaan, dan tujuan organisasi dapat dicapai
melalui satu alur (jalan yang sama).

Empat gaya klasifikasi pemimpin

 Kepemimpinan suportif : Digambarkan sebagai pemimpin yang merupakan perhatian


besar pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan bawahan.
 Kepemimpinan Direktif: Pemimpin menunjukkan dominasi dalam mengarahkan,
mengawasi, dan mengatur bawahan secara ketat.
 Kepemimpian Partisipatif: Digambarkan bahwa pemimpin lebih banyak
mengkonsultasikan dan mendiskusikan masalah dengan bawahan sebelum membuat
keputusan.
 Kepemimpinan orientasi: Digambarkan sebagai pemimpin yang menetapkan tujuan yang
jelas dan mempunyai tantangan besar untuk anggotanya. Perilaku pemimpin jenis ini
termasuk menekankan kinerja dengan kualitas tinggi dan peningkatan kinerja di masa
yang akan datang.
Teori Path-Goal, dua kontingensi sotuasonal yang mempengaruhi pemimpin yaitu,

1) Karakteristik pribadi dari anggota

Karakteristik anggota pada teori ini sama dengan tingkat kesiapan dan kematangan anggota
yang dijelaskan pada teori kepemimpian situasional dan Hersey dan Blanchard. ( karakteristik
ini meliputi : apakah anggota memiliki kemampuan, keahlian, keterampilan, keyakinan diri,
dan motivasi)

2) Lingkungan kerja ( work environment)

Karakteristik lingkungan kerja meliputi tingkat structural tugas, system wewenang formal,
dan kelompok kerja.

Aplikasi teori path-goal

(1) Pemimpin harus memahami apa kebutuhan yang diinginkan anggota dan berusaha
menstimulasi anggota mencapai kebutuhan tersebut melalui reward yang
dijanjikanpemimpin.
(2) Pemimpin hsrud berusaha meningkatkan reward bagi anggota ketika berhasil mencapai
tujuan kerjanya.
(3) Pemimpin harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan jalur atau jalan
mudah bagi anggota untuk mencapai tujuan kinerjanya dengan memeberikan
bimbingan dan pengarahan.
(4) Membantu anggota mengklarifikasikan harapan-harapan yang sesuai dengan potensi
anggota itu sendiri.
(5) Pemimpin harus berusaha untuk meminimalisir hambatan yang dapat menimbulkan
keputusan anggota dalam prosesnya mencapai tujuan kinerja anggota.
(6) Pemimpin harus berusaha untuk meningkatkan kesempatan anggota merasakan
kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja secara efektif.

6. Model kontingensi Vroom-Jago

Model ini berfokus pada derajat kepemimpinan partisipatif dan bagaimana tiap tingkatnya
mempengaruhi kualitas dan pertanggungjawaban keputusan. Sejumlah factor situasional akan
menentukan apakah pendekatan partisipatif atau otokratik yang kemungkinan menghasilkan
keputusan terbaik.

Ada lima (5) gaya pengambilan keputusan yang dapat diadopsi oleh pemimpin dalam
menghadapi permasalahan, dari pendekatan otokratik atau menuju pendektan demokratik. Untuk
mengaplikasik gaya pengambilan keputusan yang tepat, model Vroom-Jago
memberikanpertanyaan diagnostic.

Pedoman Pertanyaan Diagnostik

1. Kewajiban terhadap kualitas (quality requirement:QR)


2. Kewajiban terhadap komitmen (commitment requirement: CR)
3. Informasi pemimpin (leader’s information :L)
4. Struktur masalah (problem structure: PS)
5. Kemungkinan Komitmen (commitment probability: CP)
6. Kesesuaian tujuan (goal conguruence: GC)
7. Konflik antar anggota (subordinate conflict: SC)
8. Informasi dari anggota (subordinate information: SI)
Gary A. Yukl (1989:5-6) mengatakan bahwa kriteria dalam mengevaluasi kepemimpinan
diantaranya adalah:

1. Kinerja kelompok / organisasi: berupa tingkat produktivitas, efisien, evektifitas, hubungan


kerja, standar pekerjaan.
2. Kepuasan kerja anggota organisasi
3. Pertumbuhan/ perkembangan organisasi
4. Pengaruh pimpinan terhadap anggota/ kelompok organisasi
Menurut KAstz dan Rosenzweigh kepemimpinan yang efektif memerlukan keterampilan
manajemen meliputi (1) keterampilan teknis, (2) keterampilan manusiawi, dan (3) keterampilan
konseptional.

Bower dan Seashore ada 3 dimensi kepemimpinan yang efektif:

1. Dukungan
2. Kemudahan interaksi
3. Kemudahan kerja

G. FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI DAN MENJADI KRITERIA EFEKTIVITAS


KEPEMIMPINAN
1. Kepribadian dan pengalaman masa lalu
2. Pengharapan dan perilaku atasan
3. Karakteristik harapan dan perilaku anggota
4. Kebutuhan tugas
5. Iklim dan kebijakan organisasi
6. Harapan dan perilaku rekanan

Faktor- faktor yang berpengaruh pada efektivitas kepemimpinan dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Faktor kepribadian dan pengalaman masa lalu.


2. Faktor pengharapan dan perilaku atasan menyangkut perilaku bekerja.
3. Faktor karakteristik penghargaan dan perilaku bawahan.
4. Faktor kebutuhan tugas terutama menyangkut kesesuaian antara keterampilan/keahlian
dalam tugas.
5. Faktor iklim dan kebijakan organisasi.
6. Faktor harapan dan perilaku rekanan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, teori kepemimpinan membicarakan mengenai bagaimana seseorang


menjadi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi atau bagaimana timbulnya seorang
pemimpin. Dalam kepemimpinan sebuah organisasi tentulah seorang pemimpin
mempunya tipe yang berbeda-beda dalam memimpin organisasinya. Dalam hal ini, tipe
kepemimpinan dimaksud dengan gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan Oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi para bawahanny dalam organisasi. Gaya
seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan dipengaruhi Oleh berbagai faktor
antara Iain faktor pendidikan, pengalaman, usia, karakter atau sifat yang ada pada diri
pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap situasi apabila menjadi
pemimpin cenderung akan menjadi pemimpin yang otoriter.

B. Saran

Dalam sebuah organisasi keberadaan pemimpin memang sangat penting hal ini
dikarenakan pemimpin sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan suatu
organisasi. Oleh karena itu, penulis berharap setelah membaca makalah ini maka teori
dalam kepemimpinan bisa di implementasikan dalam kehidupan seharihari.

Anda mungkin juga menyukai