Anda di halaman 1dari 3

LittLe About

Demard
Demar Hatat Moko atau yang biasa dipanggil
Demard ini adalah pemuda kelahiran Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Anak kedua dari empat bersaudara ini
besar dalam lingkungan keluarga yang menurutnya cukup
bahagia dan berkecukupan. Kehidupannya yang berubah di
awali kepindahannya ke Kalimantan Tengah, ke tempat
keluarga ibunya karena keadaan ekonomi keluarga yang ada
sedikit masalah, dan menyebabkan mereka harus berpisah dengan ayahnya
karena urusan pekerjaan. Saat dia menjajaki bangku Sekolah Dasar kelas 5,
keadaan ekonomi keluarganya mulai goncang akibat sang ayah terkena PHK di
sebuah perusahaan kayu besar di Banjarmasin, yang menyebabkan pemuda
berzodiak pisces ini harus sekolah ikut adik dari ayahnya yang kebetulan dinas
di Jakarta Timur. Mau tidak mau dia harus pisah dari orang tuanya untuk
waktu yang lama.

Kehidupan di Jakarta memaksanya harus mandiri dan dewasa, dimana dia


harus berada di bawah didikan dari om dan tantenya. Baginya, pelajaran hidup
yang paling berharga adalah kehidupannya selama di Jakarta, karena di sanalah
puncak dari kenakalan yang dianggapnya paling “nakal”. Setelah kurang lebih
1,5 tahun menempa pendidikan di Jakarta, ayahnya mendapat sebuah
pekerjaan di sebuah perusahaan minyak besar di Indonesia, sehingga pemuda
penyuka warna terang ini ditarik kembali untuk ikut ibunya dan menetap
sementara di sudut kota Semarang. Di Semarang inilah puncak dari
kepercayaan dirinya untuk tampil di depan umum, kepercayaan diri tersebut
muncul akibat keaktifannya dalam keorganisasian di sekolahnya itu. Setelah
meraih beberapa ilmu dan pengetahuan di bangku SMP di kota tersebut, tiba-
tiba ada konfirmasi dari keluarga dari ibunya agar pulang ke Kalimantan Tengah
untuk menjaga ayah tercinta sang ibu yang sudah mulai renta.

Kembalilah dia ke kehidupannya dulu di Kalimantan Tengah, bertemu


dengan teman-teman lama, juga bertemu dengan beberapa teman baru. Inilah
akhir perjalanan keluarganya yang pindah-pindah, karena pemuda yang
mempunyai tinggi badan 178cm ini menuntaskan pendidikanmnya hingga SMA.
Baginya, di tempat inilah dia menemukan arti “sahabat” yang sebenarnya, dia
menemukan orang-orang yang bisa menerima dia apa adanya dan merupakan
tempat berbagi cerita dan menghabiskan waktu.

Begitupun tentang “cinta”. Awal dari kisah cintanya adalah keaktifannya


di berbagai kegiatan semasa SMA, mulai dari Pramuka, Duta Lingkungan,
sampai Paskibra tingkat kabupaten. Menurutnya juga bahwa masa SMA adalah
puncak ketenarannya dan merupakan masa yang paling indah. Pertemuan dua
sejoli itu di tahun kedua masa SMA, dalam kegiatan Paskibra tingkat
kabupaten, yang entah mengapa mereka “kecantol” dan menjalani hubungan.
Hubungan tersebut menjadi suatu berita yang menggemparkan dua sekolah
karena dua insan manusia ini berasal dari dua sekolah yang berbeda. Kabar
hubungan ini gempar karena setau teman-temannya demard ga pernah pacaran,
dan sang “gebetan” juga terkesan agak tomboi. Hubungan itu sayangya kandas
di bulan ke-sembilan dan hari ke-sembilan setelah jadian. Yah, itulah ulasan
sedikit tentang kisah cintanya.

Kehidupannya berlanjut ketika hasil ujian telah keluar, pemuda berambut


hitam-lurus ini bingung melanjutkan pendidikan kemana, ada rencana mengambil
Tata Kota-UNDIP (Semarang), ada juga rencana IT-UGM (Jogja), bahkan yang
paLing dekat IT-UNLAM (Banjarmasin). Tujuannya sebenarnya bukanlah kuliah,
melainkan berencana keluar “tempurung” dan mengembangkan diri ke arah
modelling atau fotographer yang menarik minatnya dari tahun kedua di masa
SMA. Sudah mantap dengan susunan rencana yang di buatnya, tapi harus
berkata apa jika Tuhan mempunyai rencana lain. Mengingat keungan keluarga
yang tidak memungkinkannya melanjutkan pendidikannya, maka pupus jualah
harapannya untuk terjun ke bidang entertaint. Hal itu juga yang kemudian
membawanya untuk melamar kerja di sebuah perusahaan tambang batu bara di
wilayahnya. Tapi pendaftaran di buka sekitar tiga bulan dari saat itu, untuk
mengisi kekosongan waktu, lelaki yang multi-talent ini pun mencari kerjaan
sementara agar tidak merepotkan orang tuanya. Penyiar radio pun di
gelutinya, selama menjalani profesi inilah dia kemudian juga tertarik untuk
memasuki dunia presenter. Tapi, setelah dia menikmati pekerjaannya datanglah
malaikat yang entah dari mana yang menawarkan kuliah di Jakarta melalui adik
ibunya, hal inilah yan membuatnya syok sesaat karena tak terpikirkan lagi
olehnya untuk melanjutkan pendidikan, apalagi ke Ibukota.

Sampailah pemuda bermata hitam ini di Ibukota dan menjalani proses


penidikan yang sekarang baru satu semester dia lalui.

Anda mungkin juga menyukai