Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakag Masalah


Didalam kehidupan nyata, manusia harus selalu berinteraksi dan beradaptasi dengan sesama

maupun dengan lingkungan. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

sehingga manusia harus hidup berkelompok, baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok

kecil. Oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah membutuhkan seseorang yang bisa

memimpin kelompok itu, sebab jika tidak ada pemimpin maka akan terpecah belah lah kelompok

tersebut. Untuk mengelolanya, diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik

serta dapat menjadi panutan untuk anggota kelompoknya.

Pemimpin adalah figur seseorang yang bijaksana, berani mengambil keputusan dan yang

paling penting berwibawa dan bisa memimpin untuk mencapai tujuan bersama. Dalam praktek sehari-

hari, seorang diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal kedua hal tersebut berbeda.

Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat

yang harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan

latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan

berkembang. Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang

bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang

memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan

berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan mengelola diri,

kelompo, dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik

dan sulit. Disinilah dituntut kerifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah

dapat terselesaikan dengan baik.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Apa pengertian dari kepemimpinana ?


2. Apa saja fungsi dan manfaat kepemimpinan ?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan ?
4. Apa saja gaya-gaya kepemimpinan ?
5. Apa saja syarat-syarat kepemimpinan ?
6. Bagaimana tanda-tanda kepemimpinan yang efektif ?
7. Bagaimana masalah dalam kepemimpinan ?
8. Bagaimana Proses mempengaruhi di dalam Wewenang dan Kekuasaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka makalah ini disusun dengan beberapa tujuan
yaitu untuk :

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi konflik


2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dan manfaat kepemimpinan
3. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori di dalam kepemimpinan
4. Untuk mengetahui dan memahami gaya-gaya di dalam kepemimpinan
5. Untuk memahami bagaimana menjadi pimpinan yang efektif
6. Untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat kepemimpinan
7. Untuk mengetahui dan memahami masalah yang ada dalam kepemimpinan
8. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses mempengaruhi di dalam wewenang
dan kekuasaan

2
BAB II

PERMASALAHAN KASUS

2.1. KASUS :

PT. Wijaya Makmur Sentos merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang distributor
rokok, rokok yang didistribusikan adalah brand yang terkenal di Indonesia yaitu sampoerna. PT.
Wijaya Makmur Sentosa sudah menjalankan usahanya 30 tahun, mulai dari took kelontong, kemudian
menjadi agen, hingga saat ini sudah menjjadi PT sendiri. PT Wijaya Makmur Sentosa merupakan
usaha generasi pertama yang dimiliki Rudyanto Wijaya dan Isteri Angela Relia. PT. Wijaya Sentosa
beralokasikan di Kotabaru, Kalimantan Selatan, Pulau Laut, yang merupakan Kabupaten dari Ibu
Kota Bajarmasin. Usaha distributor ini bersifat sistem kontrak dengan PT. HM Sampoerna, Tbk,
Tetapi untuk PT. Wijaya Makmur Sentosa sendiri resmi milik Rudyanto Wijaya, hanya saja system
kerjanya yang bekerja sama dengan PT. Sampoena . PT Wijaya Makmur Sentosa dari dulu sampai
sekarang mempunyai 17 karyawan, yang terdiri dari 1 supervisor, 2 Admin, 6 Salesman, 6 Asisten
Sales, dan 1 helpe. Dari PT. HM Samperna, Tbk sendiri, Mreka memberi 1 supervisor sebagai tammu
disetiap distributornya, gunanya untuk mmantau dan memastikan target dari Sampoerna terpenuhi dan
pendistributornya tersebar dengan baik.

Dulunya PT. Wijaya Makmur Sentosa berjalan dengan baik, tidak ada kendala yang dianggap
serius. Tetapi saat ini pemimpin merasa para karyawan bekerja kurang maksimal sulit diatur dan tidak
menunjukkan keprofesionalitasnya dalam bekerja. Para karyawan mempunyai tugas masing-masing.
Para karyawan bagian salesman bekerja di dala dan di luar kota. Mereka keluar kota setiap hari senin
pagi dan pulang pada hari jumat sore, sedangkan yang di dalam kota bekerja dari senin sampai
dengan jumat, dengan jam kerja berangkat dari pagi pukul 09.00 dan pulang pda sore hari pukul
17.00. Setiap Sabtu pgi peimpin mengadakan meeting bersama untuk mengevaluasi pekerjaan selama
satu minggu ini dan merencanakan plan untuk minggu depaannya.

3
Sebelumnya pernah ditanya scara tidak langsung kepada salah satu mantan karyawan yang
bernama Ahim, dia mengatakan bahwa peimpin PT.Wijaya Makmur Sentosa adalah orang yang baik
dan sudah berpengalaman dalam memimpin. Selaku pemimpin perusahaan, Rudyanto dapat mengatur
dan mengelola karyawan dengan baik, hanya baik ada satu kekurangan yaitu kurang tegas dalam
bertindak. Karena pada suatu saat cross check, Rudyanto dan Ahim mendapati karyawan melnggar
aturan, yaitu pulang lebih cepat dari jam kerja yang sudah ditentukan tetapi tidak langsung kembali ke
kantor, melainkan besembunyi ditempat lain. Rudyanto sebagai pemimpin tidak mengambil tindakan
ataupun melakukan teguran kepada karyawan tersebut, hanya mendiamkannya saja. Kemudian juga
pernah ada kejadian kaiyawan merekayasa nota penjualan. Kejadian ini terungkap pada saat
supervisor mampir pada salah satu kios, dan ternyata karyawan tersebut sudah satu minggu tidak
kesana, tetapi di nota penjualan menyatakan bahwa kios tersebut melakukan pembelian. Supervisor
pun melaporkan kepada Rudyanto, tetapi Rudyanto hanya memberikan teguran kecil kepada
karyawan tersebut.

PERTANYAAN :

1. Bagaimana Gaya kepemimpinan di PT. Wijaya Makmur Sentosa, Gaya kepemimpinan


seperti apakah yang selama ini diterapkan disana?
2. Bagaimana saran terhadap pegawai kepemimpinan yang digunakan Rudyanto di PT. Wijaya
Makmur Sentosa?
3. Perlukah Rudyanto Mencoba menggunakan gaya kepemimpinan baru ?

4
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mendukung
pencapaian sebuah visi atau tujuan organisasi yang relevan . Tidak semua pemimpin adalah para
manajer dan tidak semua manajer adalah para pemimpin, karena dengan adanya hak-hak yang
dimiliki oleh manajer, tidak menjamin mereka untuk dapat memimpin secara efektif.
Menurut Gibson kepemimpinan yaitu Suatu upaya penggunan jenis pengaruh bun paksaan
(coversive) untuk memotivasi orang-orang melalui komunikasi guna mencapai tujuan tertentu dan
Urwick melukiskan, fungsi pertama seorang pemimpin adalah mewakili kelompok yang dipimpinnya,
baik dunia luar maupun dengan mereka yang bekerja sama dengannya ( Gibson, 1991 ) Sedangkan
Menurut Stephen P Robbin kepemimpina yaitu kemampuan mempengarui suatu kelompok kearah
pencapaia tujuan.
Kepemimpinan tetap memiliki beberapa ciri umum. Sebagai contoh, Warren Bennis, yag selama
beberapa dekade meneliti masalah kepemimpinan, menyimpulkan bahwa seluruh pemimpin dari
kelompok yang efektif memiliki empat ciri utama berikut :
1. Mereka memberi arahan dan arti bagi orang-orang yang mereka pimpin. Artinya mereka dapat
mengingatkan para pengikutnya akan hal-hal yang penting dan mmbimbing pengikutnya
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan mampu membuat perbedaan penting.
2. Mereka menumbuhkan kepercayaan
3. Mereka mendorong tindakan dan mengambil resiko. Mereka proaktif dan berani gagal demi
meraih kesuksesan
4. Mereka memberikan harapan. Dengan cara yang nyata atau simbolis mereka menekankan bahwa
kesuksesan akan dapat di raih.
Jadi dari pengertian Tersebut menunjukkan bahwa Kepemimpinan yaitu :
a. Penggunan pengaruh dan semua hubugan, merupakan upaya kepemimpinan
b. Pentingnya proses komunikasi, kejelasan dan tepatnya komunikasi mempunyai perilaku dan
prestasi pengikut
c. Berfokus pada pencapaian tujuan individu, kelompok dan organisasi

3.2. Fungsi dan Manfaat Kepemimpinan

5
Tugas pokok seorang pemimpin pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Terlaksananya
tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan
orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang
pemimpin di samping harus  memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan
manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin dalam sebuah organisasi meliputi:
pengambilan keputusan, menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan
menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan
atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan.

Fungsi Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan


Salah satu fungsi pemimpin dalam manajemen adalah mengambil keputusan secara efektif.
Keberadaan sumber-sumber, biaya, bahan, keahlian, tenaga, pengetahuan, waktu dan ruang sangat
terbatas, oleh karena itu timbulah pengambilan keputusan.
Fungsi kepemimpinan pada dasarnya menyangkut dua hal pokok, yakni:

1. fungsi yang berkaitan dengan tugas yang disebut fungsi pemecahan masalah
2. fungsi pemeliharaan kelompok yang disebut fungsi sosial

Langkah pengambilan keputusan bervariasi, meskipun demikian secara umum meliputi :

1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hasil yang diharapkan
3. Mengembangkan pilihan penyelesaian
4. Mengetahui apa yang harus dilaksnakan setelah keputusan diambil.

MANFAAT KEPEMIMPINAN DAN PENGGANTINYA


Kepemimpinan adalah tidak sama dengan manajemen, oleh karena itu semua pimpinan adalah dan
juga tidak semua manajer adalah pemimpin.
Dari uraian tesebut diatas maka manfaat kepemimpinan adalah :
a. Kepemimpinan menyangkut hal mengatasi perubahan, pemimpin menetapkan arah dengan
mengembangkan suatu visi terhadap masa depan, kemudian mempersekutukan orang dengan
mengkomunikasikan untuk mengurangi rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan.

6
b. Kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang penting dalam mencapai tingkat keefektifan
organisasional secara optimal
c. Kepemimpinan adalah gaya menonjolkan penampilan sebagai pemimpin.
Peranan Kepemimpinan Dalam Konflik Organisasi
Dalam pelaksanaan penyelesaian konflik ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para manajer,
yaitu :

1. Bahwa penyelesaian konflik bukanlah menilai mana yang benar atau yang salah, tetapi untuk
membawa pihak-pihak yang terlibat agar melihat apa yang menjadi inti permasalahan secara
lebih obyektif. Disini seorang manajer dituntut untuk melihat permasalahan secara dingin,
tetapi dalam menghadapi pihak-pihak yang terlibat konflik harus secara hangat.
2. Dalam penyelesaian konflik organisasi manajer dituntut untuk mempunyai sikap empati dan
adil, bukannya netral. Karena kalau netral berarti tidak tahu apa-apa. Empati artinya bahwa
seolah-olah kita menghayati atau mengetahui apa yang dirasakan oleh pihak-pihak yang
terolibat, tetapi bukan berarti setuju. Sedangkan adil artinya bahwa tak aa pihak yang merasa
direndahkan atau diabaikan.
3. Mencari temuan-temuan fakta, penelusuran bersama sejauh mungkin dan pemecahan masalah
yang masuk di akal sehingga membuka pintu menuju hal-hal yang konstruktif.

3.3 TEORI KEPEMIMPINAN

Memahami teori-teori kepemimpin sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu orgnisasi telah dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1) Teori Sifat dan Teori Ciri

Teori Sifat Kepemimpinan (Trait Theories of leadership)


Dalam teori ini dijelaskan bahwa arah kepemimpinan difokuskan pada pertimbangan kualitas
dan karakteristik personal yang membedakan para pemimpin dari yang bukan pemimpin. Selain itu
teori ini juga menjelaskan dua kesimpulan dari teori sifat kepemimpinan ini. Pertama, sifat-sifat
dapat memprediksikan kepemimpinan . Kedua, sifat lebih memberikan kemudahan dalam
7
memprediksikan kemunculan para pemimpin dan penampilan dari kepemimpinan daripada
membedakan diantara para pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.

Teori Ciri
Teori Ciri adalah teori yang mencari ciri kepribaian, social fisik/kemampuan dan intelektual
yang membedakan pimpinan dan bukan pimpinan

Misalnya : Kecerdasan, Kepribadian, Kemampun

8
2) Teori Perilaku Kepemimpinan

Teori ini adalah hasil pengembangan dari teori sifat yang simpang siur. Dalam
teori ini dijelaskan bahwa kepemimpinan bisa dipelajari. Teori ini percaya bahwa kita dapat
melatih orang- orang untuk menjadi para pemimpin. Ada empat teori perilaku

1. Studi di Universitas Negeri di Ohio, perilaku kepemimpinan dalam karyawan


dipersempit menjadi dua dimensi yaitu Memprakarsai Struktur dan
Pertimbangan Memprakarsai struktur adalah sampai sejauh mana seorang pemimpin
akan mendefinisikan serta menstrukturisasi peranan dan para pekerjanya dalam
pencapaian tujuan. Hal ini meliputi perilaku yang berupaya untuk mengorganisasi
kerja, hubungan kerja, dan tujuannya. Seorang pemimpin yang tinggi dalam
memprakarsai struktur adalah seseorang yang menugaskan anggota kelompoknya
terhadap tugas tugas yang tertentu, mengharapkan para pekerja untuk
mempertahankan standar kinerja tertentu, dan menekankan ketepatan waktu.
Pertimbangan adalah sejauh mana seorang pemimpin berkemungkinan memiliki
hubungan pekerjaan yang tandai saling percaya, menghargai gagasan bawahanya dan
memperhatikan perasaan ereka
2. Studi dari University of Michigan. Yang secara tujuan sama dengan University of
Ohio yaitu untuk menempatkan karakteristik perilaku dari para pemimpin yang
nampaknya terkait dengan efektivitas kinerja. Menurut kelompok Michigan, tipe
perilaku ada dua yaitu pemimpin yang berorientasi pada pekerja atau karyawan
(employee-oriented leader) dan pemimpin yang berorientasi pada produksi
(production-oriented leader).
Pemimpin yang berorientasi pekerja (employee-oriented leader) adalah pemimpin
yang menekankan pada hubungan interpersonal dengan menempatkan kepentingan
pribadi dalam kebutuhan dari pada pekerja dan menerima perbedaan individual antara
mereka.
Sementara pemimpin yang berorientasi pada produksi (production-oriented leader)
adalah pemimpin yang menekankan pada aspek teknis atau tugas dari pekerjaan, serta
befokus pada pencapaian tugas dari kelompok
3. Kisi Manajerial, Suatu matriks Sembilan kali yang membagankan delapa puluh satu
gaya kepemimpinan yang berlainan, ini berdasarkan gaya :
- Kepedulian akan orang
- Kepedulian akan produksi
4. Telaah Skandinavia – Orientasi Pengembangan

9
Pemimpin yang menghagai eksperimentasi, mengusahakan gagasan baru dan
meimbulkan semangat melaksanakan perubahan.

3) TEORI KONTINGENSI (kemungkinan)


Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Model kepemimpinan
kontingensi mengemukakan bahwa prestasi kelompok tergantung interaksi antara gaya
kepemimpinan dengan kadar menguntungkan/tidaknya situasi. Kepemimpinan dipandang
sebagai suatu hubungan yang didasarkan atas kekuasaan dan pengaruh.
·         Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : pertama,pada tingkat manakah situasi menyediakan
kekuasaan dan pengaruh yang diperlukan pemimpin agar efektif,dan seberapa menguntungkan
faktor situasi tersebut;kedua,sejauh mana pemimpin dapat meramalkan dampak gayanya atas
perilaku dan prestasi bawahnya.
·         Tiga factor penting dalam pendekatan Kepemimpian bergantung pada situasi. Model Fiedler
yaitu :
1. Hubungan Pemimpin – Anggota
Tingkat Keyakinan, kepercayaan, dan respek bawahan terhadap pemimpi mereka
2. Struktur Tugas
Tingkat dimana penugasan pekerjaan diprosedurkan
3. Kekuaaan jabatan
Pengaruh yang berasal dari posisi structural formal sesorang dalam organisasi itu,
Termasuk kekuasaan untuk memperkerjakan, memecat, mendisiplinkan,
mempromosikan dan menaikkan gaji.

·         Fiedler telah meneliti keefektifan orientasi kepemimpinan seseorang dihubungkan dengan
menguntungkan/tidaknya situasi. Orientasi kepemimpinan seseorang dibedakan antara
berorientasi tugas atau kepemipinan seseorang yang mengendalikan dengan berorientasi
hubungan manusiawi atau kepemimpinan pasif. Hubungan antara gaya kepemimpinan dan
situasi yang menguntungkan digambarkan sebagai berikut:

4) TEORI PART - GOAL


Teori path-Goal dikemukakan oleh Robert House (1974). Teori ini sendiri merupakan
salah satu pendekatan situasional (kontingensi) yang menggunakan konsep-konsep dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Ohio State University. Para peneliti

10
dari Ohio State University mengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan-struktur pemrakasaan dan pertimbangan.
Esensi dari teori ini adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai tugas untuk
membantu bawahannya dalam pencapaian tujuan-tujuan dan menyediakan petunjuk
dan/atau dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan tersebut
seiring sejalan dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
Ada dua preposisi yang dikemukakan dalam teori path-goal. Kedua preporsisi tersebut adalah :
1.      Perilaku seorang pemimpin dapat diterima oleh bawahannya sejauh perilaku tersebut dipandang
oleh bawahan sebagai sumber untuk memperoleh kepuasaan saat ini ataupun sebagai sarana
untuk memperoleh kepuasan pada masa yang akan datang.
2.      Perilaku pemimpin dapat dikatakan motivatif, jika :
a.    perilaku tersebut membuat kebutuhan bawahan akan kepuasan, bergantung pada prestasi kerja
yang efektif.
b.    Perilaku tersebut melengkapi lingkungan bawahan dengan menyediakan perbekalan, bimbingan,
dukungan, dan imbalan yang diperlukan untuk pencapaian prestasi kerja yang efektif.

Teori ini memuat empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin yaitu :
1. Kepemimpinan Direktif ( directive leadership )
Bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-
perintah khusus diberikan oleh pemimpin. Disini tidak ada partisipasi oleh
bawahan ( pemimpin otokratis ).
2. Kepemimpinan Suportif ( Suportif leadershif )
Pemimpin yang selalu bersedia menelaskan, sebagai teman, muah didekati dan
menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan.
3. Kepemimpinan Partisipasif ( Participative leadershif )
Pemimpin meminta dan menggunakan saran-saran bawahan, tetapi masih
membuat keputusan.
4. Kepemimpinan Orientasi-Prestasi ( achievement – otiented leadershif )
Pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi
bawahan dan merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut melaksanakan
dengan baik.

Menurut Keith Devis ada empat ciri utama yang mempunyai pengaruh
kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi yaitu :
1. Kecerdasan ( intelegence )
2. Kedewasaan sosial dan hubugan sosial yang luas ( social maturity and breath )

11
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi
5) TEORI KELOMPOK
·         Teori kelompok dalam kepemimpinan (group theory of leadership)
dikembangkan atas dasar ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan bahwa
untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif
antara bawahan dan pemimpinannya.
·         Kepemimpinan merupakan suatu proses pertukaran (exchange process)
antara pemimpin dan pengikutnya, yang juga melibatkan konsep sosiologis
tentang peranan yang diharapkan kedua belah pihak. Penelitian psikologis sosial
dapat digunakan untuk membantu penerapan konsep pertukaran dan peranan
tersebut pada proses kepemimpinan.
·         Hal ini nampak pula dari hasil studi ohio state university khususnya dimensi
pemberian perhatian (consideration) pada para bawahan yang akan memperluas
pandangan kelompok terhadap kepemimpinan.
6)    Teori Situasional
·         Dimulai pada tahun 1940-an, para ahli psikologi sosial melakukan penelitian
untuk mencari variabel-variabel situasional yang berpengaruh pada peranan
kepemimpinan, skill dan perilaku serta terhadap pelaksanaan dan kepuasan kerja
para bawahannya.
·         Fred Fiedler telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi
efektivitas kepemimpinan, yang dikenal dengan contingency model of leadership
effectiveness. Model ini menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan
situasi yang menguntungkan/menyenangkan.
·         Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh fiedler dalam tiga dimensi empiris,
yaitu
1. Hubungan pimpina anggota
2. Tingkat dalam struktur tugas
3. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang formal.
·         Situasi-situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi diatas
adalah berderajat tinggi. Bila situasi terjadi sebaliknya maka akan sangat tidak

12
menguntungkan bagi pemimpin. Atas dasar penemuannya, Fiedler berkeyakinan
bahwa situasi menguntungkan yang dikombinasikan dengan gaya
kepemimpinanakan menentukan efektivitas pelaksanaan kerja kelompok.
7) Teori Kepemimpinan Kontemporer
Teori Atribut Kepemimpinan
·         Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata
merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-
individu lain yang menjadi bawahannya.
·         Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu:
                1.      Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain
merupakan sumber informasi yang kaya.
          2.      Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources)
bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi
(pengamatan).
          3.      Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980
yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.

3.4. GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN


Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahanya yaitu
secara umum ada 3 yaitu : Gaya Otokratis, Gaya Demokratis, dan Gaaya Laizzes-Faire atau
partisipatif.
Sedangkan menurut Robbin and Judge ada empat jenis gaya kepemimpinan yaitu :
Transaksional, Transformasional, Kharismatik dan visioner
Ada 9 jenis gaya kepemimpinan dalam organisasi berdasarkan teori kepemimpinan yang
biasanya diimplementasikan, yaitu :
1. Gaya Otokraktis
Kepemimpinn jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendir. Ia membatasi inisiatif
dan daya pikir dari para anggotnya. Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan
kebutuhan dari bawahanya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas
(pemimpin) ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan I
akademi kemiliteran dan kepolisian

13
2. Gaya Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis lebih banyak meenggambarkan hubungan dengan atasan
berjalan dengan baik. Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut
sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil suatu keputusan. Tetapii, jika
bawahan dari pimpinan pada umumnya memiliki tingkat kognitif rendah (unskill
employee’s), maka diperlukan proses waktu yang lebih lama untuk dapat mencapai
sasaran kelompok dan organisasi, sedangkan apabila karyawan memiliki tingkat kognitif
yang tinggi, dengan gaya kepemimpinan demokratis, maka produktifitas anggota dan
kelompok organisasi akan efektif dan sangat baik.

3. Gaya Delegatif (Laissez-faire)


Gaya Kepemimpinan dimana pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak
kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara mereka masing-
masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja
dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada
umumnya menjadi rendah.Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan
apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan.Namun
sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki
karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya

4. Gaya Transaksional
Pemimpin Transaksional membantu pengikutnya untuk mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yng
diinginkan (output yang lebih berkualitas, peningkatan penjualan, atau penurunan biaya
produksi).Pemimpin Transaksional akan menyesuikan tujuan, petunjuk, dan mii karena
alasan praktis. Dan memastikan bawahan memiliki sumber daya yang diperlukan.
Para pengikut akan percaya bahwa mencapai target akan memberikan mereka imbalan
yang diinginkan. Dalam menggunakan manajemen dengan pengecualian, pemimpin tidak
melibatkan diri kecuali target tidak bisa dicapai.
Menurut Yukl, Gary, Kepemimpinan Transaksional adalah sebuah pertukaran imbalan –
imbalan untuk mendapatkan kepatuhan, sedangkan Robbins dan Judge mengatakan
pemimin transaksional adalah pemimpin yang memadukan atau memotivasi pengikut
mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
Terdapat 4 karateristik dari pemimpin transaksional, yaitu :
a. Imbalan kontingen
Seperti barter, dengan menjanjikan imbalan atas kinerja yang dilakukan sesuai
dengan kesepakatan yang dilakukan sebelumnya antara pemimpin dan bawahan.
b. Manajemen berdasar Pengecualian Aktif
Pemimpin secara terus menerus melakukan pengawasn terhadap bawahanya untuk
mengantisipasi adanya kesalahan.
14
c. Manajemen berdasar Pengecualian Pasif
Mengintervensi apabila hanya standar tidak terpenuhi, maksudnya kritik atau
perbaikan dilakukan setelah kesalaha terjadi. Pemimpin akan menunggu seluruh tugas
atau pekerjaan selesai, baru akan dinilai da kesalahan atau tidak.
d. Kendali Bebas (Laisssez Faire)
Menghindari membuat keputusan serta terlihat seperti mengabaikan tanggung jawab,
karena terlalu santai.

Kepemimpinan Transaksional dapat disimpulkan dapat disimpulkan sebagai


pertukaran yang dilakukan antara pemimpin dan bawahanya. Dengan pertukan
tersebut maka karyawan mendapatkan imbalan dengan melakukan perintah dari
atasan, maka tujuan pemimpin pun sekaligus dapat tercapai. Dengan adanya imbalan
secara tidak langsung karyawan akan termotivasi dan terpacuh untuk menyelesaikan
tugasnya. Imbalan tersebut merupakan bentuk apresiasi dari pemimpin

5. Gaya Transformasional
Kepemimpin Transformasional dalah suatu keadaan dimana para pengikut merasa adanya
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pemimpin tersebut, Yukl, Gary.
Mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada awalnya yang diharapkan Pimpinan
Transformasional pemimpin yang memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai
sebuah tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai
prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman.
Kepemimpinn transformasional sebagai proses para pemimpi dan pengikut saling saling
menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebi tinggi. Ahli lain berpendapat
bahwa kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividukan dan memilii charisma ,
Robbins dan Judge. Pemimpin transaksional memperhatikan kebutuhan pengembangan
dari masing-masing pengikut, pemimpin mengubah kesadaran dari para pengikutnya
dengan cara membantu mereka memandang masalah lama dengan cara baru. Pemimpin
mampu membangkitkan pengikutnya agar dapat mengeluarkan upaya ekstra demi
mencapai tujuan kelompok. Karakteristik dari pemimpin transformasional adalah :
a. Pengaruh Ideal
Pengaruh yang ideal berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin. Pemimpin
diidentifikasikan dengan dijadikan sebagai panutan, dipercaya, dihormati, dan
mempunyai visi dan misi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan
b. Inspirasi
Pemimpin mengkomunkasikan harapan tinggi , menggambarkan maksud penting
dengan cara yang mudah dipahami. Pemimpin memotivasi para karyawanyadan
memberikan inspirasi
c. Stimulasi Intelektual
Pemimpin mendorong bawahan untuk lebih kreatif , mendorong bawahanya untuk
menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih rasional dalam pengambilan
keputusan, serta cermat dalam menyelesaikan permasalahan.

15
d. Pertimbangan Individual
Memberikan perhatian pribadi kepada karyawanya, memperlakukan mereka sebagai
pribadi yang utuh , mempertimbagkan kebutuhan dari bawahanya, serta melatih dan
memberikan saran kepada bawahanya.

6. Gaya Kharismatik
Pemimpin karismatik mampu memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan,
memiliki pegaruh yang kuat atas para pengikut oleh karena karisma dan kepercayaan diri
yang mendukung. Pemimpin karismatik adalah seseorang yang menciptakan atmosfer
motivasi berdasarkan identitas dan komitmen emosional para pengikutnya terhadap
visi,filosofi, dan gaya pemimpin tersebut.
Ada dua tipe kepemimpinan karismatik yaitu pemimpin karismatik visioner dan
pemimpin karismatik di msa-krisis. Ada pendapat yang menyatakan baha syarat utama
untuk melakukan kepemimpinan karismtik adalah dengan mngekspresikan visi bersama
mengenai masa depan.
Melalui kemampuan komunikasi, kepemimpinan karismatik visioner mengaitkan
kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan trget atau tugas organisasi. Mengaitkan
pengikut dengan arah, misi, dan tujua organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa
tidak puas atau tidak tertantang dengan kedan saat ini. Pemimpin karismatik yang
visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada
pada gambar besar tersebut. Sebaliknya Pemimpin karismatik pada masa krisis akan
menunjukkan pengaruhnya ketika system harus menghadapi situsi dimana pegetahuan
informasi, dan prosedur yang ada tidak mencukupi. Pemimpin jenis ini
mengkomuniksikan dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi
yang dihadapi.
Terdapat 5 karakteristik kepemimpinan khaismaatik yakni :
A. Visi dan Artikulasi
pemimpin dengan gaya ini mempunyai visi yang jelas dan mempunyai kemampuan
biak untuk bisa membagikan visinya kepada para pengikutnya.
B. Rasio Personal
Pemimpin biasanya bersedia untuk menempuh resiko personal yang tinggi dan juga
bersedia untuk melakukan pengorbanan diri demi pencapaian visinya.
C. Peka terhadap Lingkungan
Pemimpin biasanya memiliki kemampuan untuk menilai secara realistis tentang
kendala-kendala yang akan dihadapi.
D. Kepekaan terhadap Kebutuhan Pengikut
Pemimpin biasanya pengertian terhadap kemampuan orang lain dan terhadap
kebutuhan mereka.
E. Perilaku tidak Konvensional
Pemimpin terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan melawan norma.
7. Gaya Situasional

16
Situasional mengenai kepemimpinan adalah pendekatan kepemimpinan yang
mendorong pemimpin meahami perilakunya sendiri, Teori ini menyataka bahwa
keefektifan sebuah kepemimpinan adalah fungsi dari berbagai aspek situasi
kepemimpinan
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering menyesuaikan
setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota yakni
sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas.
Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan
dengan situasi dan kondisi yang ada.

Setidaknya ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:
 Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),
 Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
 Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama),
 Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian).

8. Gaya Visioner
Kemauan untuk menciptakan mengartikulasikan visi yang realistis , kredibel dan menarik
mengenai masa depan organisasi. Visi ini jika di seleksi dan diimplementasikan secara
tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan kesuksesan dari sebuah
organnisasi yang tentunya hrus ditunjang dngan ketrampilan, bakat dan sumber daya
untuk mewujudkanya . Karakteristik dari gaya kepemimpinan ini, yaitu :
a. Visi yang Realistis
Pemimpin mempunyai visi yang penuh perhitungan dan sesuai dengan kemampuan,
sehingga gagasan yang akan diajukan bukan hanya angan-angan tetapi dapat
diwijudkan.
b. Visi yang Kredibel
Pemimpin yang mempunyai visi yang berkualitas, kapabiitas, atau kekuatan untuk
menimbulkan kepercayaan
c. Visi yang Menarik Mengeni Masa Depan Organisasi
Pemimpin mampu membangun visi yang menarik untuk organisasi atau perusahaan,
sehingga karyawan pun mempunyai ketertarikan untuk menjalankan visi tersebut.

9. Gaya Melayani (Servant)


Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota
berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang melayani
lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para anggota daripada
kepentingan pribadinya

17
GAYA-GAYA EFEKTIF
1. Eksekutif yaitu manajer sebagai motivator yang baik, menetapkan stadar tinggi,
perbedaan-perbedaan individu dipahami dan menggunakan manajemen tim.
2. Pembangunan ( developer )
Manajer mempunya kepercayaaan penuh pada karyawan dan terutama berupaya
mengembangkan karyawan.
3. Otokrat penuh kebajikan ( benevolent autocrat )
Manajer mengetahui secara tepat apa yang diignkan dan cara untuk memperolehnya
tanpa menyebabkan kebencian.

GAYA-GAYA TIDAK EFEKTF


1. Kompromis manajer seorang pengambil keputusan yang lemah
2. Misionaris manajer terlalu baik hati
3. Otokrat manajer tidak menyenangkan
4. Demokratif manajer pasif acuh tak acuh

Empat system manaj, Likert :


1. Otokratif Eksploatif
2. Otokratif penuh kebajikan
3. Partisipatif manajer dengan gaya konsultatif
4. Demokratif

3.5. KEPEMIMPINAN EFEKTIF

Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepemimpinan sebagai


suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu organisasi. Kepemimpinan yang
efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi
sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat
dinamis pula.

7 Tanda Pemimpin Sukses

Semua orang mungkin saja bisa menjadi pemimpin, tapi tak semuanya bisa menjadi
pemimpin yang sukses. Ada beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi
pemimpin yang baik dan amanah.

18
Seorang pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab yang berat. Jika ia gagal menjadi
seorang pemimpin yang baik, maka dampaknya bisa menjadi sangat buruk bagi orang-orang
yang dipimpinnya. Jika ia tidak mampu memimpin, tentu saja hal ini akan berdampak pada
kemajuan dan kelanggengan sebuah perusahaan.

Karena itulah, sebuah gaya kepemimpinan yang tepat sangat perlu dimiliki oleh seorang
atasan. Berikut beberapa tanda atau ciri pemimpin yang baik dan sukses, seperti diungkapkan
oleh Rebecca Hourston, Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan di bidang penelitian,
seperti dikutip dari Womensmedia.

1.      Berani dan penuh percaya diri 

Agar seorang atasan memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk
melakukan sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang pemimpin
harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli yang dikatakan orang lain. Di
sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Ia harus memiliki kepercayaan
diri yang tinggi bahwa apa yang akan dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan
mendatangkan sebuah keuntungan bagi perusahaan. Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah,
jangan pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan.

Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan
menantang apa yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah tiga
sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan, kemudian terapkan
gaya tersebut pada minggu berikutnya

2.      Mempertajam kekuatan

Seorang ahli di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan penelitian


terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe kepemimpinan
yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis, dan senang melatih.
Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan
Anda. Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi ciri khas Anda. Gaya tersebut juga
akan menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda pada kesuksesan di dunia karier.

3.      Padukan beberapa gaya kepemimpinan

19
Meski memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa
memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam penelitiannya,
Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya memadukan beberapa
gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak pernah cukup mengatasi masalah
yang banyak.

Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi dengan karyawan yang
kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya kepemimpinan yang
lembut dan penuh perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang
tegas.

Untuk bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan dengan tepat, identifikasi wilayah dan
karyawan yang ada di bawah atasan, kemudian carilah gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dipadukan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi ciri khasnya. Setelah itu, lihat hasilnya dan
lakukan evaluasi jika hasilnya belum maksimal.

4.      Ciptakan tujuan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa mengomunikasikan
tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan mengomunikasikan, ini akan
membuat bawahan merasa terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang pemimpin juga bisa
melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya.

Untuk bisa menemukan tujuan dan visi yang tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi di luar
perusahaan. Setelah itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan mereka semua untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5.      Pemberi semangat 

Pemimpin yang terbaik adalah manusia karena manusia bisa memberikan semangat dan
mampu memotivasi karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai
seorang motivator saat karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa melihat
potensi setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan yang terbaik bagi
perusahaan. Karena itulah, seorang pemimpin yang baik seharusnya selalu bertanya pada dirinya
sendiri, ”apa yang bisa saya berikan pada tim saya hari ini?”

20
6.      Seimbang

Setiap pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan waktu
yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan.

7.      Menjadi diri sendiri

Tak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang
sesuai dengan kepribadian Anda, jangan berusaha untuk menjadi orang lain yang bukan diri
Anda.4]

3.6. Syarat-Syarat Kepemimpinan


Ada beberapa syarat-syarat kepemimpinan yang harus ada dalam seorang
pemimpin. Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki
seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa
sebagai seorang pemimpin.
Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with Leadership
yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan
mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu:
1. Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan
menilai.
2. Ilmu pengetahuan yang luas
3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat
untuk unggul.
4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka
bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar (Kartono,
1994).

Dari uraian di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus mempunyai
kecerdasan, tanggungjawab, serta mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di dalam
suatu masyarakat.

Sedangkan menurut Jhon D. Millet  dalam bukunya Management In The Public Services,
yang dikutip oleh Inu Kencana dalam bukunya Manajemen Pemerintahan mengatakan
bahwa seorang pemimpin harus mempunyai sifat kepemimpinan, sifat tersebut sebagai
berikut:

1. Kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan


2. Kemampuan untuk mendelegasikan wewenang
3. Kemampuan untuk memerintahkan kesetiaan

21
4. Kemampuan untuk membuat keputusan (Kencana, 1998).

Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan
kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan, bisa mendelegasikan wewenang, bisa
membuat pengikutnya setia serta dapat membuat kepetusan.

Abdul Sani dalam bukunya Manajemen Organisasi mengemukakan adanya beberapa syarat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimipin suapaya dalam memimpinnya bawahannya lebih efektif
yaitu:

1. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen,


terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para bawahan).
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab dan
keinginan untuk sukses.
3. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran, kreatif dan daya pikir.
4. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan
masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5. Kepercayaan diri atau pandanngan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk
menghadapi masalah-masalah.
6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung mengembangkan serangkaian
aktivitas dan menemukan cara-cara baru atau inovasi (Sani, 1987).

Dari uraian di atas syarat menjadi seorang pemimpin adalah mampu melaksanakan fungsi
manajemen, mampu memberikan penghargaan kepada para bawahan, cerdas, tegas dalam
membuat suatu keputusan, percaya diri serta mempunyai pemikiran yang inovatif.

Lebih rinci lagi Ordway Tead yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan
Kepemimpinan mengemukakan bahwa syarat seorang pemimpin harus mempunyai 10 (sepuluh)
sifat, yaitu:

1. Energi jasmani dan mental dalam artian pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani
yang luar biasa: yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang
istimewa yang tampaknya tidak pernah akan habis.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah yaitu ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran
dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu kemana arah yang akan
ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun kelompok yang
dipimpinnya.
3. Antusiasme dalam melakukan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat,
berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses,
dan menimbulkan semangat serta spirit de corps.

22
4. Keramahan dan kecintaan ialah pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang, cinta,
simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.
5. Integritas ialah pemimpin harus mempunyai sifat terbuka, kejujuran, ketulusan hati serta
sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya.
6. Penguasaan teknis, pemimpin harus mempunyai kemahiran teknis tertentu, agar ia
mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
7. Ketegasan dalam pengambilan keputusan, adalah pemimpin harus harus dapat mengambil
keputusan secara tepat, tegas dan tepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya
8. Kecerdasan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan memahami dengan,
mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat
menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Kecerdasan dan originalitas yang
disertai dengan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi
ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah
sosial yanmg gawat dan konflik-konflik ditengah masyarakat.
9. Keterampilan mengajar ialah pemimpin harus mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu yang
baik.
10. Kepercayaan (faith) adalah pemimpin harus memiliki keprcayaan terhadap anak buahnya
(Kartono, 1994).

Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan
sifat-sifat kepemimpinan di mana seorang pemimpin harus mempunyai energi dan
jasmani yang sehat serta mampu melihat organisasi secara keseluruhan sehingga apa
yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh pemimpin dengan demikian tujuan
organisasi dapat tercapai.

Berdasarkan uraian beberapa syarat kepemimpinan di atas maka dapat disimpulkan


bahwa faktor keberhasilan sorang pemimpin dalam memimpin organisasinya tidak hanya
dia mampu mengerahkan bawahannya tetapi pemimpin tersebut harus lebih mempunyai
sikap bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta
mempunyai kecakapan, dengan demikian pemimpin akan berhasil membawa kemajuan
untuk organisasinya. Tanpa itu semua pemimpin tidak akan dapat membuat kemajuan
untuk organisasinya.

3.7. Masalah dalam kepemimpinan


1. Kurangnya koordinasi
a. koordinasi dalam program bekerja
sering kali dalam sebuah organisasi yang sudah mapan sekali pun, atau dapat
dikatakan ketika dalam organisasi terdapat sebuah program kerja yang sangat
bagus sekali pun jika tidak ada koordinasi sekalipun maka sering kali
menyebabkan kesalah pahaman yang tentunya dapat mengakibatkan
kacaunya terlaksanakannya sebuah program.

23
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar penanggung jawab tidak
mengetahui batasan-batasan kerjanya, yang seringkali hanya dapat diperoleh
melalui koordinasi antar penanggung jawab.
b. Koordinasi antar pimpinan
Parahnya lagi koordinasi yang buruk dapat mengarah pada komunikasi yang
buruk pula. Komunikasi yang buruk antar pimpinan tersebut dalam sebuah
program dapat berakibat pada program-program selanjutnya. Maka sering
kali terjadi salah sangka dan salah paham di antaranya. Padahal para
pimpinana selain berhubungan pelaksanaan program kerja seharusnya
memiliki ikatan cultural, ketika terjalin komunikasi yang baik diantaranya.
2. Pengkaderan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia , istilah “kader” berarti : (1) Perwira
atau Bintara dan Ketentaraan; (2) Orang yang diharapkan akan memegang peran
penting di pemerintahan , partai, dsb. Jika dalam hal ini kita ambil definisi
kedua, maka istilah pengkaderan bisa diartikan sebagai : sebuah proses yang
menghasilkan orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting di
pemerintahan, partai, dsb.
a. Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai macam organisasi
masalah pengkaderan ini dirasakan berbeda-beda, oleh karena tingkat
animo peminat organisasi yang berbeda-beda misalnya (animo artinya
hasrat dan keinginan untuk berbuat, melakukan, atau mengikuti sesuatu)
Namun pernyataan “kesuksesan suatu periode adalah bukan sekedar
sukses ketika masa jabatanya namun ketika dapat menghasilkan (kader-
kader) periode yang lebih sukses". Maka dapat dikatakan dalam sebua
organisasi adalah ketika dalam sebuah periode dapat dikatakan sebagai
masa kejayaan.
b. Mempertahankan kader
Pengkaderan ini Terkait dengan erat pengembangan organisasi. Ketika
suatu organisasi dapat merekrut kader dalam animo besar,
memungkinkan jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang luas ,
serta hal tersebut merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan.
Setelah berhasil merekrut kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat
memberdayakan , dalam rangka mempertahankan kader-kadernya maka
seringkali kader-kader tersebut akan mengalami seleksi alam.
3. Praktik-Praktik Organisasi
a. Rasa Hormat, Martabat, dan kebebasan perorangan
Maslaah ini berhubungan dengan cara organisasi memperlakukan
anggotanya. Dari sudut pandang sebagian besar anggota organisasi ,
kepentingan organisasi didahulukan dan kepentingan anggota dijadikan yang
paling akhir.
b. Kebijakan dan Praktik Personel

24
Masalah ini berkenaan dengan etika kepegawaian, pemberia gaji, kenaikan
pangkat , pendisiplinan, dan masalah pension anggota organisasi. Kewajiban
umum organisasi adalah berlaku adil pada anggota organisasi yang
prospektif disetiap jenjang karirnya.

3.8. PROSES MEMPENGARUHI : WEWENANG DAN KEKUASAAN

1. PENGERTIAN PENGARUH
Menurut SCOTT & MITCHELL :
Pengaruh yaitu merupakan suatu transaksi social dimana seorang atau sekelompok orang
digerakkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lain untuk melakukan kegiatan sesuai
dengn harapan mereka yang mempengaruhi.
2. SUMBER PENGARUH PADA WEWENANG DAN KEKUASAAN
Pengauh : Kegiatan-Kegiatan atau keteladana suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau
sekelompok.
- Kekuasaan : Kemampuan untuk mempunyai pengaruh
- Wewenang (formal) : hak untuk mempengaruhi.
3. ELEMENT PROSES MEMPENGARUHI
Mencakup tiga unsur :
1. Orang yang mempengruhi ( O )
2. Metode Mempengaruhi ( )
3. Orang yang mempengaruhi ( P )
Secara singkat proses mempengaruhi dapat digambarkan sebagai berikut
PROSES PENGARUH :
O P

4. METODE-METODE MEMPENGARUHI
Metoda-metode mempengaruhi tersebut, dilakukan dalam banyak konteks, hal ini benar
terutama bila didasarkan pada kenyataan bahwa O dan P dapat ditafsirkan sebagai
kelompok maupun individual. Oleh karena itu, daerah pengaruh mencakup hubungan-
hubungan berikut :

25
1. Antara perseorangan
2. Kelompok dengan seseorang
3. Kelompok dengan kelompok
4. Seseorang dengan kelompok.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas hubungan-hubungan
antara kekuasaan dan pengaruh terutama dalam konteks organisasional.
1. Pendekatan French dan raven
Pendekatan ini mendefinisikan kekuasaan berdasarkan pada pengaruh,dan pengaruh
berdasarkan pada perubahan psikholog. Pengaruh adalah pengendalian yang dilakukan oleh
seseorang dalam organisasi terhadap orang lain, sedang kekuasaan merupakan pengaruh
laten. French dan rovenmengidentifikasikan lima sumber atau basis kekuasaan yaitu :
a) Kekuasaan balas jasa (reward power)
b) Kekuasaan paksaan (coercive power)
c) Kekuasaan sah (legimate power)
d) Kekuasaan ahli (expert power)
e) Kekuasaan panutan (referent power)
2. Analisis Etzioni
Kalau French dan Roven memberlakukan kekuasaan dan pengaruh sebagai elemen-elemen
laten dan aktif proses yang sama, sedang Etzioni lebih mencurahkan perhatian pada apa
yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain baik suka maupun tidak.
3. Analisa Nizbet
Memandang kekuasaan sebagai antitesa wewenang, dan kekusaan dilain pihak merupakan
paksaan atau usaha untuk mendominasi orang lain agar berperilaku dengan cara-cara
tertentu tanpa mempengaruhi system referensi.

Berdasarkan Kekuasaan :
1. Kekuatan phisik
Sarana paksaan dan penggunaan kekerasan
2. Penggunaan sanksi
3. Pnggunaan keahlian wewenang
4. Karisma ( daya Tarik ) posisi atau kedudukan

Daerah Pengaruh
1. Hubungan antara perseorangan
2. Hubungan kelompok dengan seseorang
3. Hubungan kelompok dengan kelompok
4. Hubungan seseorang dengan kelompok

26
BAB IV
PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS

1. Jawaban Kasus satu :


Dari empat Macam Gaya kepemimpinan menurut Robbin and Judge, akan dievaluasi
gaya kepemimpinan dari Rudyanto berdasarkan macam indicator-indikator
kepemimpinan dari masing masing gaya kepemimpinan yang ada

 Gaya Kepemimpinan yang kharismatik,


dari segi visi dan artikulasi, pemimpin dengan gaya kharismatik
mempunyai visi yang jelas dan mempunyai kemampuan yang baik untuk bisa
membagikan visinya kepada para pengikutnya. Dari uraian hasil wawancara
dengan tiga narasumber, pemimpin PT Wijaya Makmur Sentosa sudah
menyampaikan visi da nisi secara jelas, hanya saja untuk visi dan misi tersebut
memang tidak ada secara tertulis. Pemimpin biasa hanya bisa menyampaikan
secara lisan melalui meting, breafing, maupun aat memberikan bimbingan
kepda karyawan. Contohnya pemimpin memberikan dengan cara tulisn-tulisan
motivasi yang ditempelkan di ruangan meeting. Guna mengingatkan merekan
aan visi dan misi tersebut. Contoh tulisan tersebut tentang macam-macam
gaya hidup. Tetapi dari hasil analisa yang penulis lakukan, pemimpin kurang
mempersiapkan visi dan misinya dengan baik. Karena semua yang
disampaikan kepada karyawan, lebih kepada harapan atau pandangan.
Rasio personal dapat dikatakan bahwa disini pemimpin berkorban bukan
demi karyawan atau bawahanya, melainkan demi PT. Wijaya Makmur
Sentosa saja. Dalam wawancara para narasumber bayak mengatakan
pengorbanan pemimpin kepada perusahaan contohnya waktu merupakan
pengorbanan terberat, dan yang paling mempengaruhi adalah volume target
yang harus di capai sesuai dengan target yang sudah ditentukan sejak awal.
Target ini bersifat mingguan, jadi setiap miggu target akan berubah dan
meningkat. Tergantung tuntutan target yang ditentukan oleh pihak PT. HM.
Sampoerna. Peka terhadap lingkungan, pemimpin sudah memperhatikan
langkah apa yang dilakukan. Contohnya dalam meeting, pemimpin
menyampaikan plan-plan yang akan dilakukan pada periode selanjutnya, serta

27
melakukan evaluasi kerja dari periode. Contohnya pada saat bulan puasa atau
saat situasi pasar sedang sepi, pemimpin membuat strategi pemberian diskon
jika mengambil dalam jumlah yang banyak dan juga boleh membayar secara
kredit dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menghadapi ancaman dari
luar atau competitor , pemimpin menghadapinya secara optimisme, dan
mengambil tindakan sesuai dengan situsi yang terjadi pada saat itu. Hal ini
didukung dengan pernyataan narasumber kedua dan ketiga.
Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut, pemimpin mau mendngarkan ide,
nasehat serta masukan dari karyawanya karena hal itu sangat penting. Dari
masukan-masukan tersebut dapat dijdikan pertimbangan bagi pemimpin untuk
mengambil keputusan atau langkah-langkah kedepannya. Contohnya pada saat
meeting atau evaluasi, maka semua saran atau masukan karyawan akan
didegar dan ditampung. Dalam merencanakan pembagian rokok, Karyawan
biasanya memberitahukan kepada kelompok, misalnya pada toko A bila
diberikan kredit, pada saat penagihan sulit sekali untuk diminta pembayaran,
lebih baik kedepannya tidak usah diberikan kredit. Pemimpin
mempertimbangkan hal tersebut untk mempertimbangkan hal penjualan
kedepannya. Pemimpin memperhatikan kebutuhan merek baik didalam
pekerjaan maupun diluar pekerjaan . Dalam pekerjaan pemimpin
memefasilitasi kebutuhan mereka, contohnya seragam,transportasi, makan dan
gaji sesuai dengan UMK (upah minimum kota) , bahkan diatas UMK yang
ada. Sedangkan diluar pekerjaan pemimpin memeperhatikan kesjahteraan
karyawannya dengan mengikutkan ereka program BPJS (Badan
penyelenggara jaminan sosial) , tidak hanya mereka tetapi juga isteri dan anak
mereka. Dan terkadang karyawan melakukan izin tidak masuk kerja
dikarenakan ada acara keluarga, pemimpinpun memberikan izin sesuai dengan
kurun waktu yang diperlukan. Jadi disini PT. Wijaya Makmur Sentosa sudah
memperhatikan kebutuhan para pengikutnya.
Perilaku tidak Konvensional, pemimpin dikatakan berperilaku tidak
konvensional apabila pemimpin terlibt dalam perilaku yang baru dan melawan
norma. Pmimpin Wijaya Makmur Sentosa disini tidak melakukan hal tersebut.
Contohnya dalam hal pembuatan peraturan, tidak ada peraturan yang dibuat
tanpa diberitahukan kepada bawahannya. Dan jika karyawan tidak
mengerjakan tugasnya dengan baik atau melanggar peraturan, maka akan
disesuaikan dengan SOP (Standart of prosedur) yang berlaku.
 Gaya kepemimpinan Transaksional,
dari segi imbalan kontingen, pemimpin PT. Wijaya Makmur Sentosa
sudah termasuk pemimpin yang memberikan imbalan kontingen. Karena
terbukti dari apresiasi yang diberikan kepada karyawannya. Jika karyawan
memenuhi target penjualannya , maka akan diberikan bonus berupa insentif.
Insentif ini dibuktikan dengan jumlah target yang tercapai, Misalnya yang
tercapai 80%, jika mencapai 100% maka mereka akan mendapatkan insentif
full stu bulan gaji mereka dan insentif ini akan diberikan setiap tiga bulan

28
sekali. Diluar dari itu pemimpin juga memberikan hadiah kepada karyawan
yang berprestasi. Contohnya handphone dan jam tangan. Hanphone ini
diberikan kepada karyawan yang dianggap berprestasi. Penilaian dilihat dari
bagaiman karyawan itu bekerja, rajin atau tidak, kedisiplinan jam kerja.
Sedangkan jam tangan diberikan kepada dua admin karena mereka selalu
mengerjakan nota, pembukuan, dan laporan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan memberikan imbalan tersebut sekaligus untuk memotivasi karyawan
agar dapat berkompetisi antar karyawan menjadi karyawan yang berprestasi
Manajemen pengecualian yang Aktif, pemimpin menunjukkan cara kerja yang
efisien dengan cara membagikan wawasan dan pengalamanya dalam bekerja.
Karena sebelumnya pemimpin sendiri yang turun langsung ke lapangan untuk
berjualan, jadi peimpin mengetahui bagaimana medan dan situasi lapangan
yang dihdapi para karyawan. Selain itu pemimpin membagikan pengalaman
kerjanya, yang mulaii nol hingga bisa seperti saat ini, memberikan contoh-
contohkepada karyawan sesuai dengan potret kehidupan. Pemimpin juga
selalu mengingatkan untuk bekerja secara hati-hati dan teliti, jangan terburu-
buru. Contohnya dalam pembuatan nota, kadang mereka menghitung tidak
teliti dan terjadi selisih . Dan pemimpin juga mengingatkan apa tujun awl
mereka , yaiu mencapai target penjualan. Jadi pemimpin sudah menghimbau
karyawanya agar selalu berhat-hati dalam bekeja.
Manajemen Pengecualian Pasif, Berdasarkan daftar wawancara yanga ada,
disini pemimpin sudah baik, karena karena selalu mengingatkan karyawan
agar tidak melakukan kesalahan. Pemimpin tidak membiarkan kesalahan itu
terjadi. Karenakan merugikan perusahaan dan karyawan itu sendiri. Karena
kesalahan yang dilakukan karyawan akan berpengaruh terhadap peniaian
karyawan itu sendiri. Tetapi pemimpin tidak mengecap karyawan tersebut
sebagai karyawan yang kurang berpotensi, karena itu sesuai dengan
kemampuan masing-masing, hal ini diperkuat dengan pernyataan narasumber
satu dan tiga. Karena dulu ada salah satu karyawan yang memang dalam
pembuatan nota itu agak lambat dan ceroboh, tetapi pemimpinya
membimbingnya hingga akhirnya dia bisa sekarang.
Kendali Bebas ( Laissez Faire), Hasil wawancara diatas menunjukan
bahwa pemimpin memang sepenuhnya memberikan pekerjaan dan tanggung
jawab kepada karyawan. Hal itu dilakukan karena memang sesuaidengan job
descnya masing-masing. Mereka harus bisa menghandle pkerjaan dilapangan,
karena itu sudah diwajibkan mereka. Pemimpin hanya mengawasi dan
melakukan control saja. Contohnya melakkan crosscheck, benar atau tidak
bahwa karyawan ini mengunjungi semua kios-kios yang dituju, dengan
menanyakan kepada pemilik kios langsung. Jadi pemimpin tidak hanya
tinggal diam.
 Gaya Kepemimpinan Transformasional
dari segi pengaruh ideal, berdasarkan data wawancara maka dapat
dikatakan pemimpin sudah memberikan pengaruh yang ideal kepada

29
bawahanya. Karena terlihat pemimpin mempunyai prinsip “ jika tidak
memberikan pengaruh positif bagaimana karyawan itu sendiri dapat
melakukan dengan positif” . Contohnya dengan datang ke kantor dengan tepat
waktu, agar itu dapat dijadikan contoh kepada karyawan agar selalu on time
dan tidak terlambat. Diluar dari konteks pekerjaan, pemimpin selalu
memberikan nasehat, contohnya agar karyawan itu dapat mengatur
keuangannya, pemasukan dan pengeluaran harus seimbang.
Inspirasi, Pemimpin PT. Wijaya Makmur Sentosa sudah menjadi inspirasi
bagi bawahanya, degan memberikan contoh-contoh pengalamanya dalam
dunia bekerja. Selain itu pemimpi juga membuat quotes-quotes yang ditempel
di ruangan meeting, itu guna untuk menyemangati sekaligus memotivasi
karyawan agar bekerja lebih baik. Pemimpin selalu memberikan bimbingan
dan motivasi kepada karyawan, jika karyawan mengalami kesulitan dalam
memahami Sesuatu, maka pemimpin menjelaskan dengan cara yang santai,
yang paling penting karyawan itu paham.
Stimulasi Intelektual, bahwa pemimpin membantu karyawan dalam
mencapai target penjualan dengan cra memeberitahukan tata cara bagaimana
menawarkan produck , bagaimana agar menarik pelanggan, dan karyawan
juga harus bisa membaca financial si calon pembeli tersebut, kalau memang
bisa beli lebih diberi lebih. Selain itu terkadang pemimpin ikut melakukan
penjualan melalui telepon, misalnya menawarkan product atau menarik
pelanggan agar membeli banyak. Kadang pemimpin ikut kelapangan
langsung, apabila karyawan sedang mengalami permasalahan, maka
pemimpin pun turut membantu dengan berembuk secara kekeluargaan, diajak
ngobrol layaknya teman sendiri, dengan begitu karyawan secara tidak
langsung diajak berfikir bersama untuk menentukan solusi.
Pertimbangan individual, hasil wawancara menunjukkan pemimpin juga
memperhatikan kebutuhan karyawan diluar pekerjaan. Misalnya saat
karyawannya memerlukan uang untuk keperluan pribadi yang mendadak,
contoh saat anaknya sedang sakit, pemimpin mengizinkan karyawannya untuk
meminjam uang. Pernah juga ada karyawa yang sakit , pemimpin memberikan
sedikit bantuan berupa uang untuk berobat. Sedangkan dalam konteks
pekerjaan dari segi gaji sendiri pemimpin sudah memberikan diatas UMR
yang ada, dan fasilitas yang lain. contohnya transportasi, uang makan,
seragam yang sudah memadai. Pemimpin tidak memandang derajatnya
berbeda dengan karyawan, dia menganggap karyawan sama dengannya ,
hanya pekerjaannya saja yang berbeda. Mereka sering juga mengobrol setelah
pekerjaan selesai, sebagai seorang teman.
 Gaya Kepemimpinan Visioner, dari segi visi yang realistis , visis yang
Kredibel dan Visi yang menarik mengenai masa depan, Memang visi dan misi
itu tidak pernah dibuat secara tertulis, pemimpin hanya menyampaikannya
secara lisan. Menurut saya itu lebih berpengaruh pada harapan, dan
mengayomi karyawan, tetapi memang pemimpin mempersiapkan harapan itu

30
dengan baik, dan selalu menghimbau karyawan untuk tidak melenceng. Para
karyawan memang memahami apa yang diarahkan atau dijelaskan oleh
pemimpin. Jadi caranya sudah pas , hanya saja visi dan misi kurang jelas.
 Jawaban kasus 2:
Gaya kepemimpinan Rudyanto di PT. Wijaya Makmur Sentosa sudah berjalan dengan
baik, hanya saja disini pemimpin juga tidak boleh terlalu santai dalam menjalankan perusahaan
maupun menghadapi permasalahan yang terjadi. Sebaiknya jika ada karyawan yang memang
sudah tidak bisa di pertahankan lagi, alangkah baiknya diberhentikan saja segera. Karena tidak
menutup kemungkinan akan merugikan perusahaan sendiri.
Jawaban kasus 3:
Pemimpin PT. Wijaya Makmur Sentosa juga dapat mencoba menerapkan Gaya
Kepemimpinan Visioner, karena untuk visi dan misi menurut penulis kurang jelas dan rinci.
Mungkin untuk kedepannya bisa di perjelas dan dibuat visi dan misi secara tertulis, agar
perusahaan dapat berjalan lebih baik lagi. Karena dalam sebuah perusahaan visi dan misi itu
sangat penting sebagai pengayom dan tujuan perusahaan itu sendiri. Jadi ke
depannya diharapkan pemimpin dapat membuat visi dan misi dengan jelas secara tertulis.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan di PT. Wijaya Makmur Sentosa ini tidak
hanya menganut satu gaya kepemimpinan saja. Tetapi menganut tiga macam gaya
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan kharismatik , Gaya kepemimpinan Transaksional dan
Gaya kepemimpinan Transformasional. Tetapi dari tiga macam gaya kepemimpinan ini, ada satu
gaya kepemimpinan yang paling menonjol, yaitu Gaya Kepemimpinan Transaksional. PT
Wijaya Makmur Sentosa belum melakukan Gaya kepemimpinan Visioner.
Hal ini dapat dilihat dari pemimpin memberikan apresiasi kepada karyawan, bis dalam bentuk
insentif atau hadiah lainya. Dengan adanya imbalan atau hadih tersebut, karyawan menjadi lebih
termotivasi dan loyal dalam pekerjaanya. Pemimpin selalu menunjukkan cara kerja yang efisien
kepada karyawan, dan dari pekerjan itu baik karyawan dan pemimpin sama-sama di untungkan.
Pemimpin juga selalu mengingatkan karyawan untuk selalu berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan. Karena dengan adannya kesalahan, maka otomatis akan berpengaruh terhadap prestasi
karyawan itu sendiri. Pemimpin memang menyerahkan seluruh pekerjaan dan tanggung jawab
kepada karyawan sesuai dengan job descnya masing-masing. Di sini tugas pemimpin hanya
mengontrol dan memastikan apakah pekerjaan itu sudah benar atau belum, target dan tujuan
sudah tercapai atau belum.

B. SARAN
PT. Wijaya Makmur Sentosa sudah berjalan dengan baik, hanya saja disini pemimpin tidak
boleh terlalu santai dalm menjalankan perusahaan maupun menghadapi permasalahan yang
terjadi. Sebaiknya jika ada karyawan yang memang sudah tidak bisa diperhatikan lagi , alangkah
baiknya diberhentikan saja segera. Karena tidak menutup kemungkinan akan merugikan
perusahaan itu sendiri. Pemimpin PT. Wijaya Makmur Sentosa juga dapat mencoba menerapkan
Gaya Kepemimpinan Visioner, karena menurut Visi dan Misi menurut penulis kurang jelas dan
rinci. Mungkin kedepanya dapat diperjelas dan dibuat Visi dan Misi secara tertulis, agar
perusahaan dapat berjalan lebih baik lagi. Karena dalam sebuah perusahaan Visi dan Misi itupun

32
sangat penting sebagai pngayom dan tujuan perusahaan itu sendiri. Jadi kedepannya diharapkan
pemimpin dapat membuat Visi dan Misi dengan jelas secara tertulis.

DAFTAR PUSTAKA
Winahyuningsih,Panca.Perilaku Organisasional.Universitas Muria Kudus.Kudus.
Ivancevich,John M.Robert Konopaske.,dan Michael T. Matteson.2006.Perilaku dan Manajemen
Organisasi.Jakarta:Erlangga.
Tampubolon,Manahan P.2012.Perilaku Keorganisasian..Bogor: Ghalia Indonesia.
Soetopo,Hendyat.2012.Perilaku Organisasi.Bandun:PT Remaja Rosdakarya.
Robbins dan Judge.2018.Perilaku Organisasi,Buku 1 dan 2.Jakarta:Salemba Empat.

http://fachrialwinttgrf.blogspot.com/2012/11/teori-organisasi-umum-1-
proses.html

33

Anda mungkin juga menyukai