Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DISKUSI KEPEMIMPINAN

TEMA “Kepemimpinan Milenial Menghadapi Tahun


Indonesia Emas 2045”

JUDUL “Gaya Kepemimpinan Untuk Mendukung Kekuatan


Mental Dan Menumbuhkan Jiwa Enterpreneurship Di Era
Generasi Milenial”

AKADEMI FARMASI YANNAS HUSADA BANGKALAN


BANGKALAN
2023
Abstrak
Membangun Indonesia berarti membangun mental rakyatnya sehingga
gagasan revolusi mental pun lahir. Untuk proses perubahan besar itu,
kepemimpinan model lama pun tidak akan cocok lagi dan oleh karena itu
harus dikoreksi atau dikembangkan. Dengan generasi muda di Indonesia
yang tumbuh begitu pesat, maka gaya kepemimpinan yang muncul pun
harus menyesuaikan ritme dan polanya. Khusus untuk menjadi pemimpin
untuk generasi milenial harus memiliki karakteristik mampu menjadi
teladan yang baik, mempunyai rasa tanggung jawab, berani mengambil
resiko, memiliki sense of belonging (merasa ikut memiliki), memiliki sense
of participation (merasa ikut serta), menciptakan kerjasama yang baik di
kalangan anggota.
Kata kunci: Kepemimpinan, generasi milenial.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai bangsa yang besar dan semakin
diperhitungkan di kancah Internasional, namun sebagai negara
besar, Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus
diselesaikan. Membangun Indonesia berarti membangun mental
rakyatnya sehingga gagasan revolusi mental pun lahir dan
dicetuskan pemerintah sebagai gerakan yang masif. Untuk proses
perubahan besar itu, kepemimpinan model lama pun tidak akan
cocok lagi dan oleh karena itu harus dikoreksi atau dikembangkan.
Dengan generasi muda di Indonesia yang tumbuh begitu
pesat, bonus demografi yang dimiliki bangsa Indonesia harus dapat
di kelola dengan baik agar dapat berdampak positif bagi kemajuan
bangsa. Jika bonus demografi tidak mampu dikelola dengan baik
maka bukan tidak mungkin terjadi bencana demografi. Gaya
kepemimpinan selama ini belum tentu sesuai dengan kemajuan
zaman seperti saat ini, dunia sudah berubah dengan
berkembangnya internet of things. Model kepemimpinan perlu
beradaptasi menyesuaikan ritme zaman.
Generasi milenial saat ini memengaruhi banyak hal juga
harus dipimpin dengan gaya kepemimpinan milenial. Menjadi
seorang pemimpin yang baik pada generasi masyarakat milenial
saat ini dan kedepan menjadi satu tantangan yang kritis. Seorang
pemimpin masa depan harus mampu memberi keteladanan dalam
berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.
Setiawan (2016) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dikaji
dari tiga sudut pandang yaitu pendekatan sifat atau karakteristik
bawaan lahir (traits approach); pendekatan gaya atau tindakan
dalam memimpin (style approach) dan pendekatan kontigensi
(contigency approach). Pada perkembangan selanjutnya, fokus

3
kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif,
termasuk dengan mengembangkan kesadarantentang kapasitas
spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.
Dalam diri anak muda memiliki kekuatan mental yang
menjadi penggerak belajar berupa keinginan, perhatian, kemauan,
atau cita-cita. Kekuatan mental dapat tergolong tinggi maupun
rendah tergantung seberapa besar keinginan atau motivasi untuk
melakukan sesuatu hal. Motivasi menjadi bagian dalam kehidupan
untuk melakukan, mengembangkan serta mengendalikan diri dari
suatu aktivitas (Kompri, 2015: 71). Motivasi merupakan salah satu
faktor yang yang dapat meningkatkan kualitas kepemimpinan,
karena anak akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi kepemimpinan yang tinggi. Motivasi untuk belajar
bukanlah sesuatu yang dimiliki anak sejak lahir. Namun anak tidak
menyadari adanya motivasi yang terkadang timbul dalam dirinya.
Ini menunjukkan motivasi hal penting yang harus
ditumbuh kembangkan.
Peran entrepreneurship dalam perekonomian selalu menjadi
kontroversi. Menurut Schumpeter (1934), entrepreneurship
memegang peranan yang vital dalam pertumbuhan ekonomi,
melalui inovasi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Di sisi lain,
beberapa ekonom menilai bahwa entrepreneurship tidak memiliki
peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi, oleh karena
perusahaan- perusahaan yang berada pada masa entrepreneurial
(perusahaan start-up) biasa membayar upah yang lebih rendah dan
tidak memiliki perhatian pada penelitian dan pengembangan (R&D),
jika dibandingkan dengan perusahaan yang sudah mapan (Brown
dan Medofl, 1989).
Entrepreneurship bisa dipaparkan dari berbagai segi, namun
penulis terutama mengambil definisi statis dan dinamis. Secara
statis, entrepreneurship dapat didefinisikan sebagai kepemilikan
yang merangkap pengelolaan usaha, sehingga entrepreneur sering

4
juga disebut sebagai owner-manager, usaha kecil dan menengah
(small-medium enterprise) serta wirausahawan (self-employee).
Dalam definisi dinamis, entrepreneurship adalah tingkat
pertumbuhan jumlah perusahaan, atau biasa disebut sebagai start-
up rate of companies (Wennekers, 2004). Untuk tujuan
menganalisa pengaruhnya terhadap pertumbuhan output
perekonomian, maka definisi dinamis akan lebih dapat digunakan.
Maka dari itu, kita sebagai generasi millenial harus
memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa dan negara untuk
masa yang akan datang. Yang diperlukan dari generasi muda yakni
pemikiran dan action, sehingga diskusi ini dibuat untuk
menyatukan pemikiran dan memberikan aksi yang nyata terhadap
bangsa dan negara
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gaya kepemimpinan milenial untuk mendukung
kekuatan mental ?
2. Bagaimana cara untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship di
era generasi milenial ?
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis gaya kepemimpinan untuk mendukung
kekuatan mental
2. Untuk menganalisis cara untuk menumbuhkan jiwa
enterpreneurship di era generasi milenial

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemimpinan
Secara leksikal (harfiah), kata kepemimpinan berasal dari kata
pimpin. Kata pimpin memiliki beberapa bentuk kata – kata turunan seperti
pimpin, memimpin, pimpinan, pemimpin dan kepemimpinan. Pada setiap
kata turunan (kata yang di berikan imbuhan) memiliki pergeseran makna.
Secara semantik, kepemimpinan mengandung makna.
 Perihal memimpin (tata cara memimpin, sikap memimpin, hasil
memimpin).
 Masalah yang berkaitan dengan pimpin memimpin.
 Kepemimpinan yang berarti ilmu pengetahuan memimpin yang berisi
tuntunan bagaimana menjadi pemimpin yang baik dan berhasil.
Seorang pemimpin yang cerdas bukanlah suatu jaminan untuk
memimpin suatu unit organisasi yang efektif dan efisien, karena seorang
pemimpin selain memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin
juga dituntut berperilaku sebagai panutan dan tauladan bagi bawahannya.
Guna memahami siapa dirinya, maka seorang pemimpin perlu menggali
potensi – potensi yang ada pada dirinya dan berlatih untuk
menyempurnakannya sehingga mampu berperan sebagai seorang
pemimpin yang berprinsip dan efisien.
Dalam sejarah peradaban manusia, gerak hidup dan dinamika
bangsa sedikit banyak tergantung pada sekelompok kecil manusia
penyelenggara pemerintahan (eksekutif, yudikatif dan legislatif). Bahkan
dapat dikatakan kemajuan umat manusia datangnya dari sejumlah kecil
orang – orang istimewa yang tampil didepan. Orang – orang ini adalah
perintis, pelopor, ahli – ahli pikir, pencipta dan ahli organisasi. Sekelompok
orang – orang istimewa inilah yang disebut pemimpin. Oleh karenanya
kepemimpinan seorang merupakan kunci dari kemajuan suatu bangsa.
Para pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak hanya bertanggung

6
jawab kepada atasannya, rakyat yang memilihnya, dan tercapainya tujuan
luhur bangsa, mereka juga bertanggung jawab terhadap masalah –
masalah internal termasuk di dalamnya tanggung jawab terhadap
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia. Secara
eksternal, para pemimpin memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan
atau akuntabilitas publik.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut
dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung
kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi
dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu
sendiri.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil
dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri
seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah
kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh,
ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out).
Dalam era m i l e n i a l d a n persaingan global ini peranan pemimpin
sangat dominan untuk dapat menjembatani masalah – masalah kronis
yang dihadapi bangsa dan negara. Kepemimpinan akan berjalan secara
efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang

7
handal. Seperti apakah kriteria pemimpin tersebut ?
Pemimpin masa depan perlu belajar dari pada kearifan budaya
Indonesia namun harus dapat di ejawantahkan dalam konteks masa kini.
Pada pewayangan Jawa terdapat tokoh yang dikenal sebagai Raja
kerajaan Hehaya yaitu Prabu Sahasrabahu, memberikan ajaran dan
teladan kepemimpinan yaitu terdapat 5 (lima) ajaran bagi pemimpin yang
disebut Panca Titi Darmaning Prabu atau Lima kewajiban sang pemimpin,
yaitu :
 Handayani Hanyakra Purana,
Pemimpin adalah motivator bagi masyarakat
 Nadya Hanyakrabawa,
Pemimpin selalu berkonsolidasi untuk memberi bimbingan dan
mengambil keputusan dengan jalan musyawarah untuk mufakat.
 Ngarsa Hanyakrabawa,
Pemimpin menjadi teladan bagi masyarakatnya.
 Nir Bala Wikara,
Pemimpin pandai melakukan berbagai pendekatan dan strategi dalam
mengalahkan musuh dan lawan politiknya.
 Ngarsa Dana Upaya,
Pemimpin sebagai seorang kesatria terdepan dalam mengorbankan
tenaga, waktu, meteri, pikiran, bahkan jiwanya sekalipun untuk
kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.
Ki Hajar Dewantara mendeskripsikan 3 (tiga) karakter penting bagi
seorang pemimpin adalah
 Ing Ngarso Sung Tulodo,
Pemimpin harus menjadi teladan pada saat berada di tengah
masyarakatnya.
 Ing Madyo Mangun Karso,
Pemimpin harus memberikan bimbingan pada saat berada di tengah
masyarakatnya.
 Tut Wuri Handayani,
Pada saat berada di belakang, pemimpin harus memberikan dorongan

8
kepada masyarakat yang dipimpinnya.
Keberhasilan seorang pemimpin bergantung pula pada kompetensi
yang dimilikinya untuk membawa orang yang dipimpinnya mencapai
tujuan organisasi yang telah ditentukan. Kemampuan atau kompetensi
tersebut adalah
 Kemampuan memengaruhi orang lain.
Merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam memengaruhi agar
orang lain mau melaksanakan pekerjaan yang direncanakannya untuk
mencapai tujuan.
 Kemampuan managerial.
Kemampuan managerial lebih menitikberatkan pada hal – hal yang
bersifat implementasi yaitu Merumuskan tujuan dan mempertahankan
arah tujuan, Penyediaan sarana untuk mencapai tujuan, Penyediaan
dan pemeliharaan struktur kelompok, Memfasilitasi kegiatan dan
interaksi kelompok, Pemeliharaan keeratan kelompok dan kepuasan
anggota, Memfasilitasi penampilan tugas kelompok.
Sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal adalah
Menempatkan diri, Bersikap tenang dalam menghadapi masalah, Menjadi
teladan yang baik, Memiliki sikap dewasa dan legawa, Berani berbuat
baik, Bersikap adil, Bersedia untuk mengalah, Menjaga kata – kata,
Jangan jumawa dan merasa serba bisa, Gemar menyantuni rakyat,
Mencintai kehidupan yang rukun, Tanpa pamrih, Tidak tergesa – gesa
dalam mengambil keputusan, Berorientasi pada kepercayaan publik.
B. Gaya Kepemimpinan Untuk Mendukung Kekuatan Mental
Setiap generasi membutuhkan pemimpin dan karakter yang berbeda
beda. Khusus untuk menjadi pemimpin untuk generasi milenial harus
memiliki karakteristik :
1. Mampu menjadi teladan yang baik
Setiap manusia dalam suatu generasi adalah pemimpin yang
harus siap untuk memimpin apa dan siapa yang dipimpin. Hanya saja
posisi atau status turut menentukan sebesar apa tanggungjawab kita
sebagai pemimpin. Jika sebagai presiden, maka sudah barang tentu

9
ia memimpin suatu negara yang tanggungjawabnya tentu sangat
besar mencakup hal ikhwal satu negara, jika sebagai gubernur, maka
ia mempunyai tanggungjawab memimpin masyarakat satu provinsi,
begitu juga seseorang sebagai individu maka sudah barang tentu ia
bertanggungjawab memimpin dirinya sendiri (Wilbon, 1997).
2. Mempunyai rasa tanggung jawab
Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi
dirinya sendiri dan menjadi pemimpin bagi orang lain. Menjadi
pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab
lebih dalam hidup. Ada ungkapan dari Warren G. Bennis seorang
pelopor studi kepemimpinan kontemporer mengatakan bahwa mitos
kepemimpinan yang paling berbahaya adalah “bahwa pemimpin
dilahirkan, bahwa ada faktor genetik yang untuk kepemimpinan. Itu
hanya omong kosong yang pada kenyataannya kebenarannya adalah
sebaliknya. Pemimpin sendiri bukan dari bawaan lahir melainkan
diciptakan dan disiapkan (Bell, 2015).
3. Berani mengambil resiko
Dalam sebuah diri seseorang terdapat sebuah mental yang ada
pada diri masing-masing, dan taukah anda kalau mental adalah
sebuah kunci keberhasilan dari individu tersebut, jika pada individu
mempunyai mental yang kuat maka presentasi dari tingkat
keberhasilannya akan besar, hal ini dikarenakan bahwa mental sangat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan sehingga jika
seorang individu tersebut mempunyai mental yang cukup besar maka
individu tersebut dapt memutuskan suatu keputusan dengan cepat
sehingga dia akan lebih cepat untuk mengetahui apakah
keputusannya tersebut adalah hal yang baik atau buruk. disinilah kita
mendapatkan pembelajaran dari sebuah keputusan kita sendiri,
sehingga kita akan cepat tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan
mempunyai pengalaman untuk menjadi seorang yang lebih baik,
karena jika seorang individu tersebut dalam mengambil keputusan
yang lambat maka dia akan lambat tumbuh dewasa dan akan lambat

10
menjadi seorang yang baik karena ketangkasan dalam mengambil
keputusan memerlukan kecepatan berfikir dan berani mengambil
resiko debagi konsekuensinya (Khan, Salleh, & Hemdi, 2016).
4. Sense of belonging (merasa ikut memiliki), Sense of participation
(merasa ikut serta) dan Sense of responsibility (merasa ikut
bertanggung jawab).
Dalam sebuah perkumpulan tidak akan terlepas dari sosok
seorang leaders, mulai dari perkumpulan sederhana sampai
oranganisasi besar peran pemimpin sangat vital. Maju mundurnya
sebah organisasi sangat tergantung dari seorang leaders. Pemimpin
adalah sosok yang sangat berperan dalam menahkodai sebuah
organisasi. Tetapi sehebat apapun kepemimpinan seseorang tanpa
didukung dengan managemen tim yang bagus itupun akan percuma,
jadi kesolidan sebuah organisasi juga sangat penting agar
oranganisasi itu bisa terus melaju sesuai dengan cita-citanya.
pemimpin mempunyai tanggung jawab memastikan setiap anggotanya
bekerja dengan baik, pemimpin juga harus memastikan program-
program kerja berjalan.
Seorang pemimpin juga harus mempunyai kepekaan sosial
yang tinggi, pemimpin tidak bisa bertindak semena-mena menyuruh
ini itu, tanpa melihat kondisi lapangan atau anggota. Pemimpin harus
tegas tetapi juga harus bijak dalam mengambil setiap keputusan.
pemimpin yang tidak kreatif adalah pemimpin yang gagal, karena
seharusnya pemimpin harus memunculkan inovasi-inovasi dalam
setiap gagasannya, memunculkan halhal baru dengan gagasan-
gagasan yang sepektakuler, beda dengan yang lainnya. pemimpin
bukan mereka yang hanya menerima mandat lalu menjalankan tugas
kalau seperti ini bukan pemimpin tetapi PLT (Dillard, Hale, & Segrin,
1994).
5. Menciptakan kerjasama yang baik di kalangan anggota
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, untuk mencapai
tujuan bersama diperlukan suatu kerjasama dari anggota-anggota

11
yang ada di dalamnya. Pentingnya menjalin kerjasama dalam
organisasi akan berdampak positif terhadap kinerja yang efektif. Salah
satu hal yang mengawali lahirnya kerjasama adalah jalinan
komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Jika anggota dalam
perusahaan tersebut menjalin komunikasi dengan baik maka
perusahaan tersebut mempunyai peluang besar untuk meraih
keberhasilan (Lu et al., 2010).

C. Menumbuhkan Jiwa Enterpreneurship Di Era Generasi Milenial

1.Definisi Enterpreneur

 Menurut Zimmerer dkk (2008), entrepreneurship adalah penerapan


kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan
upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap
hari.
 Menurut Sarosa (2005), entrepreneur adalah seseorang yang
mempunyai visi, semangat, dan melakukan tindakan-tindakan
nyata dalam usaha menciptakan dan mengembangkan sendiri
sumber-sumber income nya tanpa bergantung semata-mata
kepada orang lain.
 Menurut Suryana (2013), entrepreneurship adalah suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan
perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya.
 Menurut Fahmi (2013), entrepreneur adalah orang yang
menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan
sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

2. Karakteristik Enterpreneur
Menurut Prof. Dr. J. Winardi, SE entrepreneur tidak sekedar memiliki
jiwa kreatif dan imajinatif. Tetapi juga memiliki karakteristik yang meliputi
sebagai berikut.
A. Tingkat Energi Tinggi
Seorang entrepreneur memiliki rasa percaya diri yang tinggi
disertai dengan kerja keras dan ekstra demi keberhasilan.

12
B. Memiliki Motivasi Berprestasi
Karakteristik seorang entrepreneur adalah memiliki kebutuhan
tinggi akan prestasi. Bentuk prestasi yang dimaksud tidak melulu
prestasi akademik, tetapi lebih ke pencapaian pada tujuan yang
menantang.
C. Berani Terhadap Risiko

Seorang entrepreneur memiliki mentalitas baja. Mereka tidak takut


dengan risiko besar. Meskipun demikian, mereka juga tetap bisa
mentolerir ketidakpastian yang tinggi.
D. Berorientasi Pada Action
Ciri yang terakhir, seorang entrepreneur sangat mengahrgai waktu
dan tidak rela menghamburkan waktu berharga mereka.

3. Tahapan untuk menjadi Enterpreneur


Menurut Suryana (2006), tahapan atau langkah-langkah
entrepreneurship pada seseorang adalah sebagai berikut:

A. Tahap memulai
 Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan
melihat tantangan atau peluang usaha baru dan dilanjutkan dengan
kemungkinan dan adanya keinginan untuk membuka usaha baru.
Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di
bidang pertanian, industri, atau jasa atau usaha yang lain.

b. Tahap melaksanakan usaha


Dalam tahap ini seorang entrepreneur mengelola berbagai
aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek:
menjalankan bentuk usaha, pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil
risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan
evaluasi.

13
c. Tahap mempertahankan usaha

Tahap di mana entrepreneur berdasarkan hasil yang telah


dicapai melakukan analisis untuk mengatasi segala masalah dan
hambatan dalam menjalankan usahanya. Entrepreneur yang
berhasil adalah yang mampu mempertahankan usahanya dari
segala hambatan, tantangan, dan masalah yang ada sehingga
usahanya dapat berjalan dengan lancar.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setiap manusia dalam suatu generasi adalah
pemimpin yang harus siap untuk memimpin apa dan
siapa yang pimpin. Menjadi pemimpin berarti menjadi
seseorang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam
hidup. Ada ungkapan dari Warren G. Bennis seorang
pelopor studi kepemimpinan kontemporer
mengatakan bahwa mitos kepemimpinan yang paling
berbahaya adalah “bahwa pemimpin dilahirkan,
bahwa ada faktor genetik yang untuk kepemimpinan.
Itu hanya omong kosong yang pada kenyataannya
kebenarannya adalah sebaliknya. Pemimpin sendiri
bukan dari bawaan lahir melainkan diciptakan dan
disiapkan (Bell, 2015).
2. Untuk menumbuhkan Jiwa Enterpreneurship Di Era
Generasi Milenial dapat di organisir melalui beberapa
tahap, yaitu: tahap sosialisasi, tahap palatihan dan
penyuluhan keterampilan menggunakan teknologi
sebagai sarana pemasaran digital, tahap evaluasi dan
diskusi.
B. Saran
Kita sebagai generasi muda harus menjunjung tinggi
kemajuan dan perkembangan bangsa dengan
menumbuhkan jiwa sebagai pemimpin dengan

15
mendukung kekuatan mental anak muda serta
menumbuhkan jiwa enterpreneurship di era generasi
milenial.

DAFTAR PUSTAKA

Ina Syarifah, dkk. 2022. Jurnal Pengabdian Masyarakat.


Menumbuhkan Jiwa Enterpreneur Di Era Digital Pada
Masa Remaja Karang Tarauna Kabupaten Gresik.
Politeknik Negeri Madiun.
Ni Putu Depiyulia Peramesti & Dedi Kusmana, 2018. Jurnal
Manajemen Pemerintahan. Kepemimpinan Ideal Pada Era
Generasi Milenial. Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Setiawan, T. 2016. Kepemimpinan, Menjadi Pemimpin Cerdas.
AG Publisher. Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai