Prodi AKUNTANSI
November 2019
Judul buku
13 Konsep Beyond Leadership
Pengarang
Djokosantoso Moeljono
Penerbit
PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit
2011
Jumlah Halaman
318 + Cover
BAB I PENDAHULUAN
Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi sebagian besar bergantung
pada kualitas pemimpinnya dan bergantung bagaimana si pemimpin memimpin
organisasinya. Amerika Serikat, akan gagal bertahan sebagai bangsa apabila tidak
ada pemimpin-pemimpin yang Sany dipaternalistiki masyarakat seperti George
Washington, Kennedy, Ronald Reagan, hingga Bill Clinton. Sebagian besar dari
mereka, menganggap bahwa si pemimpin bukanlah pemimpin saja, namun seorang
bapak, penasihat, pelindung, teladan.
Bagi mereka yang pernah memasuki pembelajaran kepemimpinan melalui
praktik, maka ada yang disebut sebagai leadership dan beyond leadership.
Kepemimpinan adalah ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan pada sekolah-
sekolah formal. Menurut pembelajaran, yang dipimpin oleh seorang pemimpin
sebenarnya hanya satu hal, yaitu manusia karena dalam keseharian kita tidak
pernah memimpin aset, uang, atau apapun kecuali manusia. Seorang pemimpin
unggul tidak hanya professional, tetapi harus juga mempunyai rasa kasih sayang,
compassionate kepada individu yang dipimpinnya. Compassionate leadership
bermakna sebagai pemimpin memimpin dengan penuh kasih sayang kepada
bawahannya, selalu berniat untuk membimbing dan mendidik bawahannya, mampu
bertindak sebagai orang tua, guru, dan sahabat bagi bawahannya,selalu melindungi
saat menghadapi situasi kritis, dan tidak rancu dalam berhubungan dengan
bawahannya.
Seorang pemimpin harus mampu bersikap tegas. Harus bisa marah tetapi,
kemarahannya harus terukur dan terstruktur.
Esem berarti senyum, semu berarti sindiran, sedangkan dupak berarti ditendang
dengan keras. Sementara bupati, mantri, dan bujang adalah mewakili leader dan follower
dalam hubungan kerja di Jawa pada masa itu.
Biso rumongso maknanya adalah sadar diri, bahwa semua itu milik Yang Maha
Kuasa, dan kita sebagai makhluk hanya dipinjami seagian kecil kekuatan Beliau. Apapun
keberhasilan kita, janganlah sekali-kali kira menjadi rumongso biso, bahwa seakan-akan
memang kita sendiri yang menjadi sumber keberhasilan tersebut. Kita harus sadar bahwa
semua itu bersumber dari keridaan dan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
8. PIWULANG SULTAN AGUNGAN (PSA)
Dari mempelajari filosopi kepemimpinan PSA, kita mengerti bagaimana para leluhur
kita pada masanya sudah mahir mengolah kecerdasan, menghidupkan kehalusan budi,
menjaga kesehatan raga, dan mengolah ketajaman batin dalam hubungannya dengan Sang
Pencipta.
BAB IX KONSEP KETIGA: MENGHINDARI KESEMPITAN WAWASAN
Dalam era informasi yang sangat canggih sekarang ini, tanpa disadari terkadang
sebagai profesional kita gagal dalam memanfaatkan informasi-informasi karena kesalahan
kita sendiri, yaitu membatasi dan menutup diri dari masukan informasi.
Pemimpin-pemimpin besar adalah pemimpin yang mengetahui bahwa ada “guci-guci”
dalam kehidupan, tetapi “guci-guci” itu harus berukuran besar sehingga tidak
mengungkungnya, dan setiap saat ia bisa keluar dari guci dan masuk ke guci yang lain.
Seorang pemimpin perusahaan yang berhasil keluar dari guci adalah seorang individu yang
ketika pensiun dari jabatan tersebut bisa mempunyai karier yang berbeda dengan karier
sebelumnya dan karier tersebut tidak kalah terhormat
BAB X KONSEP KEEMPAT: KESEIMBANGAN INTERAKSI
Seorang pemimpin yang menguasai secara tepat keseimbangan interaksi,
diharapkan akan diterima oleh lingkungannya (acceptable). Dalam tingkatan tertentu
akseptabilitas dari seorang pemimpin berkembang menjadi apa yang sehari-hari dikenal
dengan istilah “ wibawa”.
Konsep keseimbangan interaksi ini adalah salah satu konsep yang penting namun
tidak mudah dilaksanakan karena memerlukan satu modal: kematangan atau kedewasaan.
Namun demikian, konsultasikan keseimbangan ini tidak saja perlu bagi pemimpin baru,
namun juga bagi pemimpin yang lama. Sebagai CEO, perlu untuk melihat ke samping dan
ke bawah untuk membangun interaksi yang lebih baik.
d. Jari Telunjuk
Jari ini mewakili manusia dalam usia antara 31-45 tahun, dimana pada umumnya
kematangan seseorang sudah mulai dihiasi dengan wisdom, kebijaksanaan.
Kemampuannya untuk berinteraksi, berintegrasi, dan kemampuannya untuk memberi
petunjuk dan arah semakin nyata dan berkembang.
e. Ibu Jari
Inilah periode pembelajaran dan pendewasaan diri yang terakhir, yaitu pada usia diatas 45
tahun. Diharapkan pada usia ini seseorang sudah benar-benar matang, bijak dan mampu
menjadi panutan.
c. Humor
Selera humor yang tinggi biasanya diterima kalangannya dengan terbuka. Harap
dibedakan antara jenis-jenis lelucon sebagai inti dari rasa humor ini.
Action
Untuk mengetahui sumber referensi anak muda dan warga masyarakat terhadap
disiplin dan kehormatan personal:
1. Media yang sering diakses
2. Buku yang sering dibaca
3. Tokoh yang dapat dijadikan panutan/model
Metodelogi
Penelitian sepenuhnya menggunakan metode penelitian kuantitatif,di mana
responden menjawab pertanyaan dalam format kuesioner dengan kombinasi
jawaban terbuka (esai) dan jawaban tertutup (dengan pilihan).Metode data dibagi
menjadi 2 bagian,yaitu:
Penelitian Digital
Melalui internet dilakukan terhadap responden yang sudah direkrut melalui panel
situs jejaring sosial seperti facebook.,metode ini dilakukan dengan pertimbangan
efiensiensi waktu dan biaya mengingat luasnya sebaran area penelitian.
Penelitian Konvesional
b. Kekurangan Buku
1. Bahasa yang digunakan didalam buku ini sedikit sulit dimengerti oleh
pembaca.
2. Buku ini terlalu banyak menjabarkan konsep kepemimpinan menurut
penelitian yang dilakukan penulis sehingga pembaca kurang mengerti
bagaimana maksud dari konsep kepemimpinan di dalam buku tersebut.
3. Kalimat yang digunakan untuk menjabarkan teori atau konsep kepemimpinan
dari buku ini juga selalu diulang-ulang dan membuat pembaca kurang tertarik
untuk membacanya.
Ide tambahan
Adapaun ide yang dapat kami tambahkan sebagai penyempurnaan dari buku
ini ialah kepemimpinan berdasarkan idola. Seseorang yang masih dalam proses
petumbuhan menuju kedewasa baik secara usia maupun kepribadian, yang masih
mencoba untuk memimpin dirinya sendiri biasanya memulai dari gaya atau cara
kepemiminan dari idolanya. Idola yang dimaksud dapat siapa saja, bisa seorang
tokoh masyrakat , aktris, penyanyi atau bahkan ayah maupun ibu. Penulis dalam
buku ini tanpa sadar telah menunjukkan bahwa ayah dan ibu Beliau merupakan
idola Beliau yang membantu Beliau memimpin dirinya. Begitulah kirnya seseorang
yang masih dalam proses memimpin diri sendiri. Pada awalanya meletakkan
sesorang idola sebagi sesosok figur yang dikagumi. Seseorang itu akan meniru
gaya, perbuatan dan perilaku idolanya dalam melakukan segala sesuatu termasuk
dalam memimpin diri sendiri. Dan kemudian lama kelamaan seseorang tersebut
akan menemukan gaya kepemimpinan yang benar benar cocok dengan dirinya.
Lampiran