Anda di halaman 1dari 17

Critical Book Report

Tugas Mata Kuliah KEPEMIMPINAN


Dosen Pengampu : Yulita Triadiarti, S.E, M. Si

DIRA SABILLA (7192520002)


MARIA ELSERA PANJAITAN (7192520010)
HAPPY DHEA A. SINAGA (7192520011)

Prodi AKUNTANSI
November 2019
Judul buku
13 Konsep Beyond Leadership

Pengarang
Djokosantoso Moeljono

Penerbit
PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit
2011

Jumlah Halaman
318 + Cover

Ikhtisar Isi Buku

BAB I PENDAHULUAN
Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi sebagian besar bergantung
pada kualitas pemimpinnya dan bergantung bagaimana si pemimpin memimpin
organisasinya. Amerika Serikat, akan gagal bertahan sebagai bangsa apabila tidak
ada pemimpin-pemimpin yang Sany dipaternalistiki masyarakat seperti George
Washington, Kennedy, Ronald Reagan, hingga Bill Clinton. Sebagian besar dari
mereka, menganggap bahwa si pemimpin bukanlah pemimpin saja, namun seorang
bapak, penasihat, pelindung, teladan.
Bagi mereka yang pernah memasuki pembelajaran kepemimpinan melalui
praktik, maka ada yang disebut sebagai leadership dan beyond leadership.
Kepemimpinan adalah ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan pada sekolah-
sekolah formal. Menurut pembelajaran, yang dipimpin oleh seorang pemimpin
sebenarnya hanya satu hal, yaitu manusia karena dalam keseharian kita tidak
pernah memimpin aset, uang, atau apapun kecuali manusia. Seorang pemimpin
unggul tidak hanya professional, tetapi harus juga mempunyai rasa kasih sayang,
compassionate kepada individu yang dipimpinnya. Compassionate leadership
bermakna sebagai pemimpin memimpin dengan penuh kasih sayang kepada
bawahannya, selalu berniat untuk membimbing dan mendidik bawahannya, mampu
bertindak sebagai orang tua, guru, dan sahabat bagi bawahannya,selalu melindungi
saat menghadapi situasi kritis, dan tidak rancu dalam berhubungan dengan
bawahannya.
Seorang pemimpin harus mampu bersikap tegas. Harus bisa marah tetapi,
kemarahannya harus terukur dan terstruktur.

BAB II MANUSIA: BERPIKIR DAN BERPERILAKU


Berpikir adalah kegiatan manusia yang paling utama. Kemampuan berpikir
yang membedakan manusia dengan hewan. Setiap perilaku manusia yang
bertujuan, selalu diawali dari proses berpikir. Dengan kata lain, perilaku biasanya
didasari oleh pencapaian suatu tujuan dan kadang kadang-kadang untuk suatu
tujuan yang kurang jelas dan tidak dimengerti oleh orang lain.
Seorang pemimpin pada dasarnya perlu sekali untuk mengetahui dan
memperkirakan perilaku atasan (superior), bawahan (subordinatif) maupun rekan
sederajatnya (peer) dalam usaha mencapai tujuan perusahannya.
Perilaku yang bertujuan digerakkan oleh motivasi. Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong untuk berperilaku mencapai tujuan. Motivasi dapat dipahami
sebagai “ bahan bakar mencapai tujuan”. Karena, pada dasarnya motivasi dan
tujuan berhubungan satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa setiap perilaku
digerakkan oleh tujuan, sementara tujuan didorong oleh motivasi, dan dibalik
motivasinya adalah keinginan untuk berprestasi.

BAB III PERILAKU MANUSIA


Sesuai dengan kodratnya, manusia memang makhluk yang sangat kompleks.
Ada beberapa dimensi yang menyangkut manusia dan hubungannya dengan
lingkungan pekerjaannya. J.L. Holland membagi 6 dimensi sebagai berikut:
a. Realistic
Seorang realis adalah orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam
hidupnya dengan cara mencari objektivitas dan tujuan serta tugas yang
konkret, senang memanfaatkan segala sesuatu.
b. Intelektual
Seorang intelektual adalah orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam
hidupnya melalui pemanfaatan inteligensinya dengan cara memanfaatkan
gagasan-gagasan, kata-kata dan simbol-simbol.
c. Sosial
Seorang sosial adalah orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam
hidupnya dengan cara memilih pekerjaan yang membutuhkan kemampuan
interpersonal dan minat berinteraksi dengan orang lain.
d. Conceptional
Seorang konvensional adalah orang yang berhasil mencapai kesuksesan
dalam hidupnya dengan cara memilih tujuan dan tugas yang memiliki sanksi
sesuai dengan peraturan dan kaidah kemasyarakatan.
e. Enterprise gak
Seorang yang berjiwa pengusaha adalah orang yang berhasil mencapai
kesuksesan dalam hidupnya dengan cara memilih tujuan dan tugas-tugas
yang memperkenankan pemunculan kapasitas bekerja yang tinggi, minat
yang sangat besar untuk mencapai keberhasilan.
f. Artistic
Seorang yang berjiwa artistik adalah orang yang berhasil mencapai
kesuksesan dalam hidupnya dengan menggunakan perasaan, intuisi, emosi,
dan imajinasinya untuk menciptakan produk yang bernilai seni

Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia merupakan sesuatu yang


kompleks, maka orientasi mereka dapat menggambarkan berbagai kombinasi dari
keenam dimensi dasar tersebut. Sebagai manusia yang berusaha untuk mencapai
kebutuhan dasar berlandaskan kepada masing-masing motivasinya dan sesuai
dengan kemampuan masing-masing pula, maka tidak jarang seseorang itu
menghadapi hambatan-hambatan.
Secara umum reaksi terhadap hambatan dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Frustasi
2. Regressi
3. Fixasi
4. Resignasi
5. Introspeksi

BAB IV PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


Sebuah organisasi harus memiliki visi dan misi dengan kata lain, organisasi
harus mencapai tujuannya. Alasannya sederhana, organisasi adalah sebuah institusi
yang menarik manusia-manusia agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang sama, tujuan bersama,dan tujuan masing-masing.
Didalam manajemen, ada paradigma klasik yang terus-menerus diakui
validitasnya hingga hari ini, yaitu adanya empat fungsi pokok yang harus dikelola
dengan optimal untuk menggaransi keberhasilan manajemen, yaitu planning,
organisme, leading, dan controller.
Pemimpin adalah individu manusianya, sementara kepemimpinan adalah
sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin. Definisi pemimpin dan
kepemimpinan melalui klasifikasi dari beberapa pendekatan berikut seperti:
1. Pendekatan berdasarkan ciri.
2. Pendekatan berdasarkan perilaku
3. Pendekatan kekuasaan-pengaruh
4. Pendekatan situasional.
BAB V GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan seseorang bukanlah semata-mata bergantung pada
watak seorang pemimpin saja, tetapi ada kecenderungan dari seseorang pemimpin
untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam menghadapi
bawahan yang beraneka ragam tingkat kedewasaannya. Dari beberapa jenis gaya
yang ada, mengikuti John Beckham dan Neil Yeager, dipilih untuk dibahas 4 (empat)
macam gaya yang sekiranya dapat membantu menambah pengetahuan para
pemimpin dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari.
Berdasarkan pola hubungan ,maka notasi gaya kepemimpinan dideskripsikan
sebagai berikut :
1. Telling (Directing/Structuring)
Seorang pemimpin yang senang m,engambil keputusan sendiri dengan
memberikann intruksi yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta
memberikan penilaian kepada mereka yang tidak melaksanakannya
sesuai dengan apa yang anda harapkan.
2. Selling (coaching)
Seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan
keputusan.Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan
bawahannya,dan sebaliknya persoalan dari bawahan selalu
didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang
seharusnya dikerjakan.
3. Participacing (Developing/Encouraging)
Salah satu ciri dari kepemiompinan ini adalah adanya kesediaan dari
pemimpin untuk memberikan kesempatan bawahan untuk berkembang
dan bertanggung jawab serta memberikan dukungan yang sepenuhnya
mengenai apa yang mereka pikirkan.
4. Delegating
Dalam gaya ini,pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada
bawahannya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
memutuskan persoalan.

BAB VI SIAPAKAH PEMIMPIN?


Semua manusia diciptakan sejak lahir untuk menjadi seorang pemimpin.
Manusia adalah khalifatullah Tuhan di dunia. Kepemimpinan adalah sebuah nilai
yang dimiliki oleh semua orang. Sebenarnya kepemimpinan mempunyai dua makna.
Pertama makna bahwa yang bersangkutan diterima di lingkungannya sebagai
seorang pemimpin, baik formal maupun informal. Kedua, sebuah karakter yang pasti
dimiliki setiap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Kepemimpinan demikian bukanlah sebuah kekuasaan melainkan sebuah
tugas, tanggung jawab, dan pengorbanan. Seorang pemimpin yang sungguh-
sungguh, adalah individu yang mengetahui bahwa sumber daya yang tidak akan
pernah dapat dibelinya adalah waktu, sehingga waktu dikelola sedemikian rupa
sehingga optimal.
Beberapa syarat pemimpin dan kepemimpinan adalah
1. Dicirikan dari adanya pengikut
2. Pemimpin efektif bukanlah selalu seseorang dipuja atau dicintai, namun
mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar.
3. Pemimpin adalah mereka yang sangat tampak
4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan, atau uang. Kepemimpinan
adalah tanggung jawab.

BAB VII KONSEP PERTAMA: KEPEMIMPINAN NABI


Kepemimpinan yang sangat dekat dengan kita, tetapi jarang kita cermati dan
pergunakan adalah kepemimpinan dari Nabi Muhammad Saw.
Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
Untuk menemukan ciri kepemimpinan Nabi Muhammad, pertama-tama perlu
dikenali ciri-ciri pribadi beliau. Nabi Muhammad Saw, mempunyai ciri demokratis,
karena mengedepankan musyawarah. Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam
bermusyawarah terdapat 7 hal penting, yakni mengambil kesimpulan yang benar,
mencari pendapat, menjaga kekeliruan, menghindarkan celaan, menciptakan
stabilitas emosi, keterpaduan hati, dan mengikuti atsar.
Dari pembahasan tentang ciri kepribadian Nabi Muhammad Saw, kita dapat menilai
ciri kepemimpinannya. Ahmadi Sofyan mengemukakan 25 ciri kepemimpinan Nabi
Muhammad Saw, yang dijadikan ciri kepemimpinan Islam, yaitu
1. Jujur
2. Menjaga kepercayaan atau amanah
3. Menepati janji
4. Menjadi peran model
5. Cakap dalam manajemen waktu
6. Berwawasan luas
7. Ahli memecahkan konflik
8. Menghargai bawahan
9. Bersikap profesional dan adil
10. Cakap dalam mengelola emosi
11. Patriot
12. Menghargai perbedaan
13. Pergaulan luas
14. Memperhatikan kaderisasi
15. Cakap dalam manajemen keuangan
16. Memiliki keahlian
17. Dermawan
18. Rendah hati
19. Taat beribadah
20. Hidup sederhana
21. Optimis
22. Reformer
23. Komitmen
24. Menguasai media
25. Menjaga penampilan

BAB VIII KONSEP KEDUA : AJARAN KEPEMIMPINAN DARI JAWA


1. AJARAN HASTO BROTO

Ajaran kepemimpinan ini berasal dari India yang kemudian dikembangkan


oleh orang Indonesia melalui dunia pewayangan. Ajaran ini bersumber dari 8
wejangan Prabu Ramawijaya dari Ayodya kepada Raden Wibisana yang akan
memimpin Alengka setelah selesainya perang besar antara Rama melawan
Rahwana. Secara singkat ajaran Hasto Broto adalah suatu ajaran yang
menggambarkan sifat 8 “pengejawatahan” (manifestasi ) dari Tuhan Yang Maha Esa
di alam semesta ini yaitu sifat-sifat tanah, apim angin, air, angkasa, bulan, matahari,
dan bintang. Ajaran-ajaran tersebut pada masa kini tampaknya terlalu idealistis,
tetapi sebernarnya membantu mengatasi krisis suatu waktu menjelang pergantian
secara milenium. Seorang pemimpin wajib berkepala dingin namun penuh semangat
untuk dapat menjaring sekaligus menyaring informasi dan mampu menggunakan
ajaran apa pun yang sekiranya sesuai dengan gaya kepemimpinannya.
2. AJARAN KEPEMIMPINAN MAJAPAHIT GADJAH MADA
Ada 2 sumber yang dapat diperoleh , yaitu sebuah buku karangan Renny Masmada ,
berjudul “Gadjah Mada Sang Pemersatu Bangsa “ , diterbitkan oleh Elex Media Komputindo
Renny Masmada mencatat ada ajaran , yaitu :
 Wijaya , artinya berlaku tenang dalam menghadapi persoalan yang sangat genting .
 Mantrywira , artinya pembela Negara yang berani dan gagah .
 Wicaksananengnaya , artinya bijaksana dalam tindakan .
 Matanggwan , menghormati dan memegang kepercayaan , mempertanggungjawabkan
kepercayaan tersebut .
 Wagmi Wak , pandai berbicara dan meyakinkan buah pikirannya kepada orag lain .
 Tan Lalana , artinya bersifat gembira , kalau sedih tidak membutuhkan hiburan dari
luar.
 Diwyacitra , demokratis , mau mendengarkan pendapat orang lain .

Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabhu mengandung ajaran sebagai berikut :


 Wijaya , pemimpin harus mempunyai jiwa tenang , sabar , bijaksana , dan tidak lepas
panik dalam menghadapi persoalan .
 Mantriwira , pemimpin harus berani membela serta menegakkan kebenaran dan
keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun .
 Natangguan , pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha
menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan
kehormatan .
 Sarjawa Upasama , pemimpin harus rendah hati , tidak boleh sombong , congkak , dan
tidak sok berkuasa .
 Sumantri , pemimpin harus tegas , jujur , bersih , dan berwibawa .
 Prasaja , pemimpin berpola hidup sederhana , tidak bersenang – senang yang
berlebihan atau yang serba gemerlap .
 Waspada Purba Artha , pemimpin selalu waspada dan mampu melakukan mawas diri ,
untuk melakukan perbaikan .
3. TRI DARMA
Tri Dharma terdiri atas 3 ajaran sebagai berikut :
 Rumongso Melu Handarbeni , ajaran ini memberikan petujuk bahwa dihubungkan
dengan tugas , Negara , lembaga dan lain – lain , maka seyogianya kita merasa bahwa
keseluruhannya itu merupakan milik kita dalam arti positif , yaitu suatu semangat
untuk sayang kepada yang kita miliki .
 Wajib Melu Hangrukebi , mengingat bahwa yang kita hadapi adalah milik kita , maka
sebagai konsekuensinya kita wajib membela dan meemliharanya dengan baik secara
sukarela tanpa diperintah .
 Mulat Sariro Hangroso Wani , seseorang yang akan bertindak seyogiannya melihat
kedalam dirinya dengan jujur , apakah yang akan dilakukannya tersebut selaras antara
pikiran , perkataan , dan perbuatannya .

4. Ajaran KI Hadjar Dewantoro


Konsep Ki Hadjar Dewantoro ditransformasikan secara luas kekonsep kepemimpinan ;
 Ing Ngarso Sung Tulodo , maknya bahwa seseorang pemimpin pada top level
manajemen , seorang pemimpin yang memberikan contoh yang baik .
 Ing Madyo Mangun Karso , maknanya sebagai pemimpin kalau ingin berhasil
dianjurkan untuk dapat membentuk , memperhatikan , memelihara , dan menjaga
kehendak dan keperluan atasan serta bawahan secara seimbang .
 Tut Wuri Handayani , maknanya sebagai pemimpin kita harus mampu mengasuh
bawahan dengan baik bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan
rasa aman .
5. Ba Lima Laku

Ajaran kepemimpinan ini lahir dari pemikiran seorang bangsawan kerabar


Mangkunegara yang bernama K.R.H.T. Widiyatmo Sontodipuro, tokoh perjuangan tiga
zaman. Ajaran ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :
Mbimbing ; mampu untuk mengarahkan anggotanya secara benar sesuai dengan
profesinya
 Mbangun ; mampu membangun lembaganya menjadi lebih baik termasuk sarana
dan prasarana yang diperlukan , sehingga bermanfaat kepada seluruh anggotanya .
 Mbiji ; mampu menilai anggotanya secara adil dan bijaksana secara periodik ,
tanpa pandang bulu dan terhindar dari keadaan yang mengecewakan anggotanya
karena kurangnya perhatian seorang pemimpin.
 Mbombong ; mampu memberikan motivasi untuk maju, tidak ragu memberikan
apresiasi, memberikan kesempatan kepda mereka yang mempunyai kelebihan di
atas rata-rata.
 Mbebungah ; mempunyai kebesaran jiea intuk memaafkan kesalahan, mampu
menjaga keseimbangan antaranggota, mempu menjaga kekompakan, senang turun
kebawah, dekat dengan anggota.
6. ESEM BUPATI, SEMU MANTRI, DUPAK BUJANG

Esem berarti senyum, semu berarti sindiran, sedangkan dupak berarti ditendang
dengan keras. Sementara bupati, mantri, dan bujang adalah mewakili leader dan follower
dalam hubungan kerja di Jawa pada masa itu.

7. SING BISO RUMONGSO. OJO RUMONGSO BISO

Biso rumongso maknanya adalah sadar diri, bahwa semua itu milik Yang Maha
Kuasa, dan kita sebagai makhluk hanya dipinjami seagian kecil kekuatan Beliau. Apapun
keberhasilan kita, janganlah sekali-kali kira menjadi rumongso biso, bahwa seakan-akan
memang kita sendiri yang menjadi sumber keberhasilan tersebut. Kita harus sadar bahwa
semua itu bersumber dari keridaan dan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
8. PIWULANG SULTAN AGUNGAN (PSA)

Dari mempelajari filosopi kepemimpinan PSA, kita mengerti bagaimana para leluhur
kita pada masanya sudah mahir mengolah kecerdasan, menghidupkan kehalusan budi,
menjaga kesehatan raga, dan mengolah ketajaman batin dalam hubungannya dengan Sang
Pencipta.
BAB IX KONSEP KETIGA: MENGHINDARI KESEMPITAN WAWASAN
Dalam era informasi yang sangat canggih sekarang ini, tanpa disadari terkadang
sebagai profesional kita gagal dalam memanfaatkan informasi-informasi karena kesalahan
kita sendiri, yaitu membatasi dan menutup diri dari masukan informasi.
Pemimpin-pemimpin besar adalah pemimpin yang mengetahui bahwa ada “guci-guci”
dalam kehidupan, tetapi “guci-guci” itu harus berukuran besar sehingga tidak
mengungkungnya, dan setiap saat ia bisa keluar dari guci dan masuk ke guci yang lain.
Seorang pemimpin perusahaan yang berhasil keluar dari guci adalah seorang individu yang
ketika pensiun dari jabatan tersebut bisa mempunyai karier yang berbeda dengan karier
sebelumnya dan karier tersebut tidak kalah terhormat
BAB X KONSEP KEEMPAT: KESEIMBANGAN INTERAKSI
Seorang pemimpin yang menguasai secara tepat keseimbangan interaksi,
diharapkan akan diterima oleh lingkungannya (acceptable). Dalam tingkatan tertentu
akseptabilitas dari seorang pemimpin berkembang menjadi apa yang sehari-hari dikenal
dengan istilah “ wibawa”.
Konsep keseimbangan interaksi ini adalah salah satu konsep yang penting namun
tidak mudah dilaksanakan karena memerlukan satu modal: kematangan atau kedewasaan.
Namun demikian, konsultasikan keseimbangan ini tidak saja perlu bagi pemimpin baru,
namun juga bagi pemimpin yang lama. Sebagai CEO, perlu untuk melihat ke samping dan
ke bawah untuk membangun interaksi yang lebih baik.

BAB XI KONSEP KELIMA: JARI TANGAN


Urutan jari menggambarkan mengenai tingkat kematangan (maturity) manusia
dikaitkan dengan usia fisiknya. Deskripsi selanjutnya dapatlah diuraikan secara ringkas
sebagai berikut:
a. Jari kelingking
Jari ini mewakili usia manusia sampai dengan 10 tahun. Bentuk kepribadian seorang anak
pada usia sampai dengan 10 tahun ini biasanya sangat polos dan kenangan kita pada anak
ini umumnya adalah yang lucu dan baik.
b. Jari Manis
Usia manusia yang diibaratkan dengan jari manis adalah antara 11-20. Pada usia ini remaja
mulai belajar membentuk dan bekerja dalam kelompok, belajar interaksi, inter-relasi,
toleransi disampingnya melatih untuk memaksakan kehendaknya belajar mengambil
kesimpulan dan keputusan.
c. Jari Tengah
Jari tengah ini mewakili usia antara 21-30 tahun. Pada usia ini rasa percaya diri manusia
mulai mantap bahkan pada keadaan tertentu cenderung “ mau menang sendiri”, merasa
dirinya selalu benar, merasa sudah “selesai belajar di dunia pendidikan”, ada sikap ingin
diakui keberadaannya, sikap menonjolkan diri, ingin tampil, dan lain-lain.

d. Jari Telunjuk
Jari ini mewakili manusia dalam usia antara 31-45 tahun, dimana pada umumnya
kematangan seseorang sudah mulai dihiasi dengan wisdom, kebijaksanaan.
Kemampuannya untuk berinteraksi, berintegrasi, dan kemampuannya untuk memberi
petunjuk dan arah semakin nyata dan berkembang.
e. Ibu Jari
Inilah periode pembelajaran dan pendewasaan diri yang terakhir, yaitu pada usia diatas 45
tahun. Diharapkan pada usia ini seseorang sudah benar-benar matang, bijak dan mampu
menjadi panutan.

BAB XII KONSEP KEENAM: 3-H


Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia
memerlukan interaksi dengan manusia atau orang lain. Salah satu cara agar seseorang
mampu untuk berkomunikasi dengan baik, hendaknya kembali ke esensi dasar manusia.
Penyampaian istilah 3-H, yaitu:
a. Human (Manusia)
Pada dasarnya manusia itu memerlukan pengakuan keberadaannya, lepas dari
siapa dia, presiden atau orang biasa. Seorang manusia tidak terlepas dari kodratnya
yang harus diterima apa adanya dimana setiap manusia memiliki kekurangan
maupun kelebihan
.
b. Humble (Murah Hati)
Humble ini banyak disadari oleh watak seseorang, namun apabila memang
sebenarnya kita mempunyai watak yang kurang humble tetapi ingin berubah,
setidaknya konsep 3-H ini dapat membantu untuk memperbaiki diri.

c. Humor
Selera humor yang tinggi biasanya diterima kalangannya dengan terbuka. Harap
dibedakan antara jenis-jenis lelucon sebagai inti dari rasa humor ini.

BAB XIII KONSEP KETUJUH: KESENDIRIAN SEORANG PEMIMPIN


Seorang yang ingin menjadi pemimpin, khususnya pemimpin puncak, harus belajar
untuk berempati pada posisi puncak. Ia harus belajar untuk menerima rasa dingin dan
kesepian.
Salah satu ciri dari keharusan pemimpin untuk berani dalam kesendiriannya adalah
kemampuan untuk secara tenang, tegar, dan mantap menahan diri untuk tidak mudah
mengeluh atas persoalan yang dihadapinya. Seorang pemimpin yang unggul harus mampu
menampilkan sikap matang, mapan dan percaya diri dengan tinggi. Dengan demikian,
seorang pemimpin sejati harus menjaga agar bawahannya mempunyai kepercayaan tinggi
kepadanya.

BAB XIV KONSEP KEDELAPAN: POSITIONING


Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman dari suatu masalah yang kita
putuskan,lazimnya semakin kita menguasai hal-hal yang akan kita putuskan
semakin cepat dan tepat pengambilan keputusan dapat dilakukan.Dalam istilah
sehari-hari lebih dikenal dengan “tekanan” atau “pressure” yang timbul dari sumber
kekuatan,bukan sistem.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan suatu kasus menarik yang berhubungan
dengan konsep positioning tersebut:
Kasus Pembiyaan KUT-musim tanam tahun 1999-2000
Jelaslah bahwa pada waktu itu dilemma yang dihadapi Direksi BRI adalah:
Menerima perintah tersebut dan dengan demikian kemungkinan terjadi lagi
tingkat kredit bermasalah yang demikian besar pada masa krisis,yang tentunya
mengacam kelangsungan hidup BRI.
Menolak program tersebut sesuai dengan sistem yang berlaku,dalam istilah
masa kini,patuh kepada GCG,dengan segala konsekuensinya,termasuk
kemungkinan diberhentikan dengan tuduhan insubordinasi(ketidakpatuhan kepada
perintah atasan)
Konsep pengambilan posisi ini memberikan tuntutan secara praktis bagaimana
kita sebaiknya bersikap.Drs.Moeljoto Djokomartono,seorang bankir senior yang
andal dan pernah memimpin di dunia perbankan selama lebih kurang 25 (dua puluh
lima) tahun,sebagai anggota direksi bank pemerintah termasuk sebagai Direksi
Utama Bank Eksim selama 15(lima belas)tahun,selama periode 1973-1988.
Pokok-pokok pedoman konsep ini adalah:
Tentukanlah lebih dahulu secara jelas posisi masing-masing yang akan
mengadakan dialog,temu muk,negoisasi,dan lain-lain.Kenali ketahui secara jelas
ambang batas kewengan tanggung jawab kita baik terhadap diri sendiri,lembaga
maupun nantinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila memang harus menolak atas suatu permohonan laksankanlah secara
jelas/transparan,dengan data-data yang lengkap dan jelaskan pertimbangannya
secara sopan dan terhomat.Perhitungankan apa pun resiko yang mungkin timbul
siap menghadapi risiko tersebut.Secara tertib administrasi laporkan kepada atasan
langsung atas penolakan tersebut lengkap dengan pertimbangan-pertimbangan dan
risikonya.Sejak awal harus yakin bahwa putusan kita itu benar dan didukung oleh
sistem yang ada.Selanjutnya konsisten dan disiplin pada putusan tersebut,serta
berserah kepada Tuhan YME.

BAB XV KONSEP KESEMBILAN: ANALISIS KEMUNGKINAN


HIDUP PENUH DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN,APA PUN
kejadiannya.Konsep ini menggunakan pendekatan optimalisasi peran otak,terutama
membantu pengembangan otak sebelah kanan (right hemisphere).
Sementara itu,menurut beberapa informasi,di dunia pendidikan di
Indonesia,yang dioptimalkan adalah hemisfer kiri,yakni “wilayah”di mana
perhitungan analistis dan pemikiran rasional mendominasi,sementara hemisfer
kanan masih belum difungsikan secara porsional.Tjitrohandojo dan merupakan cara
untuk melatih dan mengerti kelemahan kita dalam melihat sudut masalah yang
muncul maupun akibat-akibat pengaruhnya.Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Gunakan suatu objek untuk diamati,misalkan asbak di atas meja.
2. Amati dan catat apa saja yang dilihat,ingat pengamatan tidak sekadar
menggunakan indra mata,tetapi juga mata hati dan mata pikir.
3. Catat sebanyak mungkin apa yang di-“lihat” dan kemudian diolah sebaik-
baiknya mana yang relevan dan mana yang tidak relevan.
4. Pilih yang relevan dan gunakan sebagai bahan untuk menentukan sikap dan
pengambilan keputusan.

Yakini bahwa dalam mengambil keputusan sudah benar-benar


memperhitungkan segala seginya,namun tetaplah terbuka untuk suatu koreksi
apabila itu didasarkan pada sesuatu yang logis.Sebelum memulai sesuatu ada
baiknya suatu masalah dilihat maknanya dari segala sudut secara lengkap,sehingga
sedapat mungkin tidak ada data informasi yang terlewat.

BAB XVI KONSEP KESEPULUH: TITIK PUSAT KESEIMBANGAN


Merupakan penjabaran yang lebih jelas dari ajaran Ki Hadjar Dewantoro yang
sudah disampaikan sebelumnya,yaitu: ”Ing ngarso sung tulodo,Ing madyo
mangunkarso,Tut wuri handayani”.
Apabila seorang pemimpin mampu berperan sebagai panutan yang pantas di
contoh,mampu menciptakan keseimbangan antara kepentingan perusahaan dan
karyawan nya serta mampu menjadi pendidik,pembimbing,dan sumber inspirasi
lembaga secara konsisten,maka dia mampu menjadi titik pusat
keseimbangan.Seluruh persoalan yang timbul secara professional dapat ditangani
secara bermutu oleh pemimpinnya.Bawahan tidak pernah ragu bahwa apa yang
diucapkan oleh si pemimpin memang akan benar-benar dilaksanakan.Bawahan
yakin bahwa kalau ada masalah,si pemimpin akan tampil ke depan untuk
menyelesaikannya atau paling tidak membantu penyelesaiannya.Si pemimpin
menjadi daya dorong lembaga dan mampu menjadi sumber inspirasi bawahannya
maupun lingkungannya.
Bagaimana secara praktis kita mempersiapkan diri untuk mampu menjadi centre
gravity of power :
1. Rajin membaca dan belajar serta mengikuti jurnal yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan profesi kita.
2. Hadapin kritik dengan sikap professional.Dengar nadanya janga siapa
penyanyinya (hear the song,not the singer).
3. Usahakan untuk memperluas hubungan
4. Agar komunikasi berhasil dengan baik,berlatih dan gunakan pendekatan 3-H
5. Mampu untuk menggunakan “Konsep Kemungkinan”secara konsekuen
dengan menempatkan kepentingan lembaga lebih dahulu daripada
kepentingan pribadi
6. Sadar akan posisinya
7. Mempunyai rasa hormat yang tinggi,baik menghormati diri sendiri,orang
lain,maupun lembaga.
8. Konsisten
9. Menyediakan waktu secara teratur menenangkan diri untuk
intropeksi,mengkaji ulang hal-hal yang telah dilakukan dan siap untuk
memperbaiki diri.Istilah bahasa Jawanya:Hening.

Namun,harus dipahami bahwa kepatuhan ini akan ambruk takkala konsep


tersebut berpindah dari “kecintaan dan keyakinan” ke arah “kediktatoran”.
Kata kuncinya adalah ada pemimpin yang membuat orang-orang yang
dipimpinnya bangga dipimpin oleh pemimpin tersebut.Kebanggaan meciptakan
kecintaan dan keyakinan.

BAB XVII KONSEP KESEBELAS: KEPEMIMPINAN UTUH


Untuk mampu menjadi pemimpin yang utuh diperlukan pengetahuan maupun
keterampilan tertentu,yang meliputi ketajaman visi,memiliki nilai-nilai luhur dan
keberanian,yamg semuanya dilandasi oleh kompetensi dan didukung oleh
kematangan karakter.
Sebagai pemimpin,tuntutan pertama yang harus dimilikinya adalah ia harus
punya visi ke mana organisasi akan dibawa-bawa dan selanjutnya bagaimana
strategi serta implementasinya.Nilai dari seorang pemimpin akan menentukan
apakah ia bisa menjadi pemimpin yang efektif atau tidak .Sesungguhnya ada dua
jenis nilai pemimpin,yaitu pemimpin yang berorientasi kepada diri sendiri dan yang
berorganisasi kepada organisasi.
Pemimpin yang berorientasi kepada organisasi biasanya mendasarkan dirinya
kepada pelayanan customer,kesediaan untuk belajar dan memperbaiki diri secara
terus-menerus,dan memberdayakan sumber daya manusia baik yang ada dalam
organisasi maupun yang menjadi mitra dari organisasinya.Kompetensi adalah
kecakapan yang sesuai untuk melaksanakan tugasnya.Tugas pemimpin adalah
mengambil keputusan secara efektif (termasuk di dalanya efisien).
Untuk mampu menjadi pemimpin yang utuh,diperlukan pengetahuan maupun
keterampilan tertentu,yang meliputi ketajaman visi,memiliki nilai-nilai luhur dan
keberanian,dilandasi oleh kompetensi dan didukung oleh kematangan karater.

BAB XVIII KONSEP KEDUA BELAS: ETIKA DAN HUKUM


KONSEP KEDUA BELAS: ETIKA DAN HUKUM
Untuk menjaga korporasinya,Matsushita sejak 1933 mencanangkan kode etik
korporasinya,yaitu:
1. Spirit of service through industry
2. Spirit of fairness
3. Spirit of harmony and cooperation
4. Spirit in striving for progress
5. Spirit of courtessy and humility (dan pada tahun 1937 ditambahkan dua butir)
6. Spirit of accord with natural laws
7. Spirit of gratitude.

Etika adalah tantangan terkini dari setiap pemimpin puncak.Kegagalan dan


kejatuhan organisasi-organisasi besar lebih banyak disebabkan terjadi krisis etik di
dalam diri pemimpin,khususnya pemimpin puncaknya.Etika bukan hukum.Etika
“tidak dapat menghukum” secara formal,namun etika akan “menghukum secara etik”
dalam arti menghukum secara kodrat kebaikan dan keburukan.
Keputusan yang baik dan bermanfaat tidak sekadar berhenti pada suatu
keputusan yang berlandaskan hukum saja,tetapi lebih daripada itu harus
mengandung kebenaran etis. Ketika sebuah keputusan diambil,maka leadership
judgement tidak berhenti di dalam kompetensi pengambilan keputusan saja,namun
juga di dalam tingkat kebenaran etis dari sebuah keputusan.

BAB XIX KONSEP KETIGA BELAS: DISIPLIN&KEHORMATAN


Karakter adalah sangat menentukan harkat martabat seseorang,sangat
dipercaya oleh salah satu lembaga pendidikan di negara Belanda,yaitu Akademi
Angkatan Laut Kerajaan Belanda,KMA motonya sangat tegas “Kennis is
macht,Karakter is meer”,artimya “Ilmu Pengetahuan adalah Kekuatan,Karter adalah
yang utama.
Ternyata karakter merupakan pegangan manusia secara universal.Bangsa
yang kehilangan karakter akan sulit bersaing dengan bangsa lain,terutama dalam
menghadapi perubahan yang sangat cepat.

Mencermati Keadaan di Sekeliling Kita Saat Ini


Apabila dicermati keadaan daya saing kita,tampaknya masih memerlukan
perbaikan.Kalau dipelajari data perbaikan kekuatan daya saing dengan
menggunakan data dari GCI maupun IMD,tampaknya memang kita harus memacu
diri untuk memperbaiki diri.
Selanjutnya,apabila cermati bagaimana perilaku masyarakat yang terpelajar
maupun yang kurang terpelajar saat ini memang cukup memperhatinkan.Pada saat
ini tampaknya disiplin dan kehormatanadalah sesuatu yang sifatnya “suatu
kemewahan”khusus.
Sikap beberapa pemimpin saat ini sangat instan,yaitu hanya memenuhi
keinginan pribadi jangka pendek saja.Hal ini jauh dari sikap seorang pemimpin yang
seharusnya mendahulukan kewajiban daripada hak.Selanjutnya,dari sisi
perilaku,saat ini sering terdapat kecenderungan bahwa apabila terjadi perbedaan
pendapat,maka jalan singkat berupa luapan emosi amarah lebih dipilih daripada
penyelesaian.
Penelitian di Lapangan
Dimaksudkan untuk mencari indikasi-indikasi terhadao pola persepsi
masyarakat terhadap disiplin dan kehormatan,kemudian mencari relevansinya
dengan perilaku dan fenomena yang ada di masyarakat saat ini.Target
utamapenelitian adalah generasi muda,karena segmen ini dianggap akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap masa depan bangsa dalam jangka
waktu 5 hingga 20 tahun ke depan.
Survey terhadap persepsi masyarakat mengenai disiplin dan kehormatan
dilaksanakan pada periode minggu kedua bulan September tahun 2010 dengan
tujuan spesifik untuk mengetahui persepsi anak mudah dan warga masyarakat
terhadap perilaku disiplin dan kehormatan dari sisi:
1. Awareness
2. Comprehend/pemahaman
3. Motivasi
4. Intention

Action
Untuk mengetahui sumber referensi anak muda dan warga masyarakat terhadap
disiplin dan kehormatan personal:
1. Media yang sering diakses
2. Buku yang sering dibaca
3. Tokoh yang dapat dijadikan panutan/model

Metodelogi
Penelitian sepenuhnya menggunakan metode penelitian kuantitatif,di mana
responden menjawab pertanyaan dalam format kuesioner dengan kombinasi
jawaban terbuka (esai) dan jawaban tertutup (dengan pilihan).Metode data dibagi
menjadi 2 bagian,yaitu:
 Penelitian Digital

Melalui internet dilakukan terhadap responden yang sudah direkrut melalui panel
situs jejaring sosial seperti facebook.,metode ini dilakukan dengan pertimbangan
efiensiensi waktu dan biaya mengingat luasnya sebaran area penelitian.
 Penelitian Konvesional

Dilaksanakan terutama kepada responden dari segmen dewasa/senior dengan


rentang usia di atas 40 tahun di kota besar seperti Jabodetabel,Yogyakarta,dan
Surabaya dengan jumlah responden 50 orang
Kelebihan dan Kekurangan Buku
a. Kelebihan Buku
1. Buku tersebut cukup menarik dan menambah wawasan bagi pembaca.
2. Buku ini banyak mencakup teori-teori menurut pendapat ahli .
3. Informasi yang disampaikan penulis cukup bagus karena disampaikan sesuai
perkembangan dari zaman ke zaman.

b. Kekurangan Buku
1. Bahasa yang digunakan didalam buku ini sedikit sulit dimengerti oleh
pembaca.
2. Buku ini terlalu banyak menjabarkan konsep kepemimpinan menurut
penelitian yang dilakukan penulis sehingga pembaca kurang mengerti
bagaimana maksud dari konsep kepemimpinan di dalam buku tersebut.
3. Kalimat yang digunakan untuk menjabarkan teori atau konsep kepemimpinan
dari buku ini juga selalu diulang-ulang dan membuat pembaca kurang tertarik
untuk membacanya.

Ide tambahan
Adapaun ide yang dapat kami tambahkan sebagai penyempurnaan dari buku
ini ialah kepemimpinan berdasarkan idola. Seseorang yang masih dalam proses
petumbuhan menuju kedewasa baik secara usia maupun kepribadian, yang masih
mencoba untuk memimpin dirinya sendiri biasanya memulai dari gaya atau cara
kepemiminan dari idolanya. Idola yang dimaksud dapat siapa saja, bisa seorang
tokoh masyrakat , aktris, penyanyi atau bahkan ayah maupun ibu. Penulis dalam
buku ini tanpa sadar telah menunjukkan bahwa ayah dan ibu Beliau merupakan
idola Beliau yang membantu Beliau memimpin dirinya. Begitulah kirnya seseorang
yang masih dalam proses memimpin diri sendiri. Pada awalanya meletakkan
sesorang idola sebagi sesosok figur yang dikagumi. Seseorang itu akan meniru
gaya, perbuatan dan perilaku idolanya dalam melakukan segala sesuatu termasuk
dalam memimpin diri sendiri. Dan kemudian lama kelamaan seseorang tersebut
akan menemukan gaya kepemimpinan yang benar benar cocok dengan dirinya.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai