Anda di halaman 1dari 3

OBYEK WISATA EMBUNG, NGLANGGERAN

Selain Gunung Api Purba, Desa wisata Nglanggeran memiliki obyek wisata yang sangat
indah, yaitu Embung. Embung Nglanggeran merupakan suatu kolam tampungan air buatan yang
digunakan sebagai pengairan.” Embung ini terletak di Padukuhan Nglanggeran Wetan, Desa
Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Koordinat GPS
S7°50'50.0" E110°32'48.0". Kawasan ini berjarak sekitar 24,8 km dari Yogyakarta dan dapat
ditempuh dalam waktu kurang lebih 32 menit melalui Jalan Wonosari atau 44 menit jika
melewati Jalan Yogyakarta – Solo” (website kedaisusu01, 2015). Akses menuju obyek wisata ini
belum bisa dikatakan baik karena jalanan yang masih berbatuan serta melewati perkampungan
warga membuat kendaraan akan kesulitan melewatinya. Jalanan yang sempit serta berkelok-
kelok membuat pengendara harus sangat berhati-hati. Disekitar perjalanan menuju obyek wisata
Embung ini dapat ditemukan tanaman seperti pepohonan durian, rambutan dan pohon kakao
yang mendominasi tanaman tersebut. Embung Nglanggeran ini dikelola oleh warga Nglanggeran
dan berada didalam kepengelolaan pokdarwis Nglanggeran sehingga obyek wisata ini adalah
pariwisata berbasis masyarakat. Obyek wisata Embung ini mempunyai kebun buah yang berada
disekitar Embung. Kebun buah tersebut memiliki tanaman yang beragam seperti pohon
kelengkeng, durian, rambutan, pisang, dan juga padi serta jenis sayur-sayuran.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di obyek wisata ini telah memadai dimana terdapat lahan
parkir yang sangat luas, gazebo-gazebo dan tempat duduk untuk wisatawan beristirahat, terdapat
lahan perkemahan bagi wisatawan, serta toilet yang sangat bersih. Tampak juga para pedagang
yang menyediakan berbagai makanan dan minuman bagi wisatawan. Obyek wisata ini juga
memiliki papan-papan yang berisi larangan-larangan bagi wisatawan seperti membuang sampah
sembarangan dan mencoret-coret bebatuan disekitar Embung. Pada saat kunjungan, pihak
pengelola juga sedang membuat petunjuk yang berisi informasi-informasi mengenai obyek
wisata Embung yang semakin memudahkan para wisatawan. Selain itu, terdapat pusat informasi
yang memudahkan wisatawan untuk memperoleh informasi tentang Embung Nglanggeran ini.
Dan juga, jalan masuk obyek wisata berbeda dengan jalan keluar wisatawan sehingga
menghindari resiko kepadatan saat keluar masuk obyek wisata karena jalanan yang masih sempit
dan rusak.
DAMPAK LINGKUNGAN:

Embung Nglanggeran merupakan obyek wisata buatan yang diresmikan oleh Sri Sultan
HB X tanggal 19 Februari 2013. Dulunya, kawasan ini adalah kebun buah, namun setelah
pembuatan embung, tempat ini lebih dikenal sebagai obyek wisata Embung Nglanggeran.
Dahulu, kawasan ini adalah lahan yang dimanfaatkan warga sekitar untuk bercocok tanam.
Dengan adanya pembuatan embung dipuncang gunung, kawasan ini berubah menjadi tempat
wisata yang terkenal. Selain sebagai obyek wisata, Embung juga dimanfaatkan sebagai tempat
tadah hujan sebagai pengairan sekitar, selain itu, air juga berasal dari mata air pegunungan.
Terdapat ikan-ikan kecil yang digunakan sebagai pemakan lumut-lumut yang tumbuh disekitar
embung. Dengan dijadikannya kawasan ini sebagai tempat wisata membuat warga sekitar dan
juga lingkungannya terkena dampak yang signifikan, baik berupa hal yang positif maupun
negatif.. Dengan adanya obyek wisata ini membuat warga sekitar mendapatkan penghasilan yang
lebih, yang semula hanya bertani dan berkebun, warga juga memiliki usaha sampingan yaitu
sebagai pedagang makanan dan minuman. Selain itu, karena parwisata ini berbasis masyarakat
membuat warganya juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan wisata seperti menjadi petugas
kebersihan, petugas parkir, dan petugas tiket masuk. Masing-masing pengelola telah memiliki
baju seragam sehingga membuat citra pengelola menjadi sangat kompak dan disiplin. Para
pedagang juga dibebaskan dari sewa tempat yang membuat para pedagang tidak merasa
terbebani. Hal ini membuat pendapatan mereka menjadi bertambah.
Disisi lain, lingkungan sekitar obyek wisata juga mendapatkan pengaruh dari
pembangunan wisata ini. Terdapat tangga-tangga yang berbahan semen membuat air hujan tidak
bisa masuk ke tanah dan membuat adanya genangan disekitar tangga dan juga membuat tangga
menjadi licin sehingga pada musim hujan, wisatawan harus berhati-hati saat menaiki tangga
menuju ke Embung. Masalah sampah juga terdapat di obyek wisata ini. Meskipun terdapat
banyak tempat sampah diberbagai sudut, tetapi masih banyak terdapat sampah yang berserakan
disekitar tempat wisata, seperti sampah makanan, minuman serta puntung rokok yang sangat
banyak ditemukan berserakan. Wisatawan dinilai belum sadar akan kebersihan lingkungan. Saat
kunjungan, petugas kebersihan baru membersihkan lingkungan obyek wisata pada pukul 08.00
pagi saat para wisatawan sudah banyak berdatangan. Hal ini akan berpengaruh pada keindahan
dan kebersihan obyek wisata. Pihak kebersihan seharusnya datang lebih awal dari wisatawan
sehingga saat wisatawan datang, kondisi lingkungan sekitar obyek wisata sudah bersih. Selain
itu, kurangnya kesadaran pedagang dalam memelihara lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari
ketertiban pedagang membangun warung makan mereka. Pihak pengelola telah membangun
warung makan khusus untuk para pedagang, namun para pedagang lebih memilih untuk
menyebar karena faktor keuntungan. Menurut para pedagang, lokasi yang dibuat oleh pengelola
untuk mereka dirasa tidak strategis sehingga membuat para pedagang merugi dan oleh karena itu
mereka lebih memilih untuk membuat warung di tempat yang sebenarnya adalah lahan untuk
dimanfaatkan sebagai kebun buah. Pihak pengelola tidak bisa memaksakan para pedagang
karena mereka membangun wisata yang berbasis masyarakat sehingga pengelola lebih
menginginkan masyarakat mendapatkan kesejahteraan. Meskipun demikian, tempat yang semula
dijadikan lokasi warung makan untuk pedagang dialih fungsikan sebagai tempat menjual hasil
panen buah-buahan milik warga. Disamping masalah ketertiban pedagang, terdapat masalah
sosial yang terjadi di Embung Nglanggeran ini. Tidak adanya manajemen waktu obyek wisata
sehingga obyek wisata ini buka hingga 24 jam membuat para remaja memanfaatkan obyek
wisata ini sebagai tempat memadu kasih kepada pasangan. Para remaja berkunjung pada malam
hari untuk bertemu dengan pasangannya yang berdampak pada lingkungan obyek wisata.
Terdapat berbagai macam sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh remaja ini yang
membuat obyek wisata menjadi kotor. Selain itu dalam lingkup sosial akan berakibat negatif bagi
citra obyek wisata tersebut. Tidak bisa dipungkiri jika pembangunan pariwisata memiliki hal
postif dan negatif, untuk itu perlu adanya pertimbangan serta peran warga sekitar dan pemerintah
agar hal-hal yang negatif bisa dikurangi dengan cara meningkatkan hal-hal yang positif.
SARAN
Pengelola wajib membuat peraturan waktu berkunjung yang tegas bagi wisatawan sehingga
pemberitaan yang negatif mengenai para remaja yang berbuat tidak baik di obyek wisata dapat
dihindarkan. Selain itu perlu adanya “carrying capacity” yang harus diterapkan di obyek wisata
Embung ini agar kelestarian alam sekitar Embung dapat tetap terjaga dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA:
Website Kedai susu01, 2015, Peta Lokasi Embung Kebun Buah Nglanggeran
(http://kedaisusu01.blogspot.com/2014/04/peta-lokasi-embung-nglanggeran-
gunungkidul.html) diakses tanggal 05 April 2015

Anda mungkin juga menyukai