Anda di halaman 1dari 11

PERAWATAN KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN MASALAH

HIPERTERMI BERBASIS THEORY OF COMFORT

Nila Sofifelia1 Hariyono2 Ucik Indrawati3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email: fysofi9@gmail.com, 2email: hari_monic@yahoo.com, 3email:
uchiehaura@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan :Hipertermi merupakan gejala awal yang sering dialami oleh penderita thypus
abbominalis. Tanda awal hipertermi yaitu klien mengalami kenaikan suhu tubuh, kondisi ini
membuat klien penderita thypus merasa tidak nyaman. Tujuan :Mampu memberikan
perawatan pada klien thypus abdominalis dengan masalah hipertermi berbasis theory of
comfort.Metode :Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang
menjadi pokok bahasan penelitian ini digunakan untuk mengspolasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami thypus abdominalis dengan masalah
hipertermi.Hasil :pemberian asuhan keperawatan pada klien thypus abdominalis berbasis
theory comfortyang terfokus dalam pemberian kebuuhan rasa nyaman, didapatkan hasil klien
1 mengaami kenaikan suhu tubuh 38,2oC dan klien 2 mengalami kenaikan suhu tubuh 38,2oC
dengan hasil laboratorium kedua klien mengalami kenaikan leukosit, penurunan
hemoglobin, kenaikan SGOTdan SGPT, dan IgMS. Thypi positif 6 untuk 2 klien 1dan positif
4 untuk klien 2.Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan standart comfort,
coaching, dan comfort food for the souldari kolcaba. Kesimpulan :Berdasarkan asuhan
keperawatan yang sudah diberikan sesuai intervensi dari kolcaba didapatkan suhu klien 1
37,8oC,suhu klien 2 37,6oC, nadi dan RR dalam rentas normal, kulit teraba hangat, sehingga
pemberian kompres hangat dan pemberian obat antipiretik telah dilakukan sampai demam
klien dalam rentan normal. Saran : Saran yang diberikan peneliti bagi perawat diharapkan
dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam perawatan pada klien khususnya pada klien
thypus abdominalis dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar mampu mengembangkan
teori comfort lebih optimal lagi sehingga dapat digunakan secara optimal dalam asuhan
keperawatan.

Kata kunci : Hipertermi, Kenyamanan, Teori comfort

THE ABDOMINALIS CLIENT WITH HIPERTERMI PROBLEM WITH A


THEORY OF COMFORT

ABSTRACT

Introduction :Hypertermi a symptom often happen of those who suffer from thypus
abdominalis. Hipertermi conditions make client with thypus uncomfortable the first sign of
hipertermia is that the client has a increase in body temperature. Objective :Able to provide
nursing care to abdominalis thipus clients with hypertermic problems based on comfort
theory.Method :The research design used to is a case study, a case study that is the main
topicof research to be used to explore the problem of client’s nursing care that connects the
abdominalis thypus with hyperthermia. Result :Providing nursing care to abdominalis
thypus clients based on theory of comfort that focuses on providing comfort get results of
the assessment clients 1 experienced an increase in body temperature 38,9oC and clients
2experienced an increase in body temperature 38,2oC with the second result esperiencing an
increase in leukocyte, descreased hemoglobin, increase in SGOT and SGPT, and IgMS thypi
positive 6 for clients 1 and positive 4 for clients 2. Intervention carried out by the author is
in accordance with standar comfort, coasing and comfort food for the soul from kolcaba.
Conclusion :Based on the nursing care that has been given according to the intervention
from kolcaba, clients 1 temperature is 37,8oC, clients 2 temperature is 37,6oC, pulse , RR in
normal susceptibility , the skin feels warm so tahat the administration of antipyretic drugs is
still carried out until the clients refer is normal.Suggestion : The suggestions given by
researchers for nurses are expected from this research to be used as an indifference in the
treatment of clients, especially abdominalis thypus clients and future researchers are
expected to be able to develop a more optimal comfort theoryso that it can be used optimally
in nursing care.

Keyword : Hyperthermia, Comfort, Theory Comfort.

PENDAHULUAN

Thypus abdominalis sering terjadi di penderita total kasus thypus abdominalis


beberapa Negara di dunia dan umumnya mencapai 41.081 penderita yaitu 19,706
terjadi di Negara-negara dengan tingkat jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan.
kebersihan yang rendah.penyakit ini Sebanyak 14 provinsi mempunyai
menjadi masalah kesehatan publik yang prevalensi nasional yaitu nanggroe aceh
signifikan (Rahmasari & Lesti,2018 ). Darussalam (2,96%), Bengkulu (1,60%),
Thypus abdominalis akan sangat jawa barat (2,24%), NTB (1,93%), NTT
berbahaya jika tidak segera ditangani (2,33%), kalimantan selatan (1,95%),
secara baik dan benar, bahkan Kalimantan timur (1,80%), sulawesi
menyebabkan kematian. Prognosis menjadi selatan (1,95%), Sulawesi tengah (1,65%),
tidak baik apabila terdapat gambaran klinik Gorontalo(2,25%), Papua barat (2,39%),
yang berat, seperti demam tinggi papua (2,11%) (Riskedes,2018). Di Jawa
(hiperpereksia) maupun febris continua Timur angka kejadian thypus abdominalis
(Elisabeth Purba et al., 2016). sebanyak 483 kasus (Dinkes Jawa
Timur,2017).
Hipertermi terjadi karena adanya ketidak
mampuan mekanisme kehilangan panas Thypus abdominalis terjadi apabila
untuk mengimbangi produksi panas yang seseorang melelan salmonella typhi
berlebihan sehingga terjadi peningkatan bersama makanan atau minuman yang
suhu tubuh.Hipertermi menjadi sangat tercemar, bakteri yang masuk
bahaya jika diatas 39oC. Hipertermi jika dimusnahkan dalam lambung oleh asam
tidak ditangani dengan segera dapat lambung. Bakteri yang dapat bertahan pada
menyebabkan dehidrasi yang akan Ph lambung serendah 1,5 akan masuk ke
menggangu keseimbangan elektrolit dan ileum bagian distal mencapai jaringan
dapat menyebabkan kejang (Nurkhasanah, limfosit lalu berkembangbiak, dan
Taamu & Atoy, 2018). menyebabkan bakteriemia, akan
melepaskan endotosin yang berperan pada
World health organization ( WHO) pada potagenesis thypus, karena membantu
tahun 2018 secara global memperkirakan terjadinya proses imflamasi lokal pada
setiap tahunnya terjadisekitar 21 juta jaringan tempat bakteri ini berkembnag
kasus dan 222.000 menyebabkan kematian. biak (Margareth TH, 2015).
Thypus abdominalis menjadi penyebab
utamaterjadinya mortalitas dan morbiditas Demam pada thypus abdominalis
di Negara berpenghasilan rendah dan disebabkan karena salmonella typhi
menengah (ulfa &Handayani,2018). endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada
Thypus abdominalis menduduki peringkat jaringan yang meradang. Demam ini
ke-3 setelah penyakit diare, dengan jumlah biasadiikuti oleh gejala tidak khas lainnya
seperti diare, anoreksi, atau batuk mengalami diagnosa thyus abdominalis. 2
(Angelina,2016).Penelitian yang di klien dengan masalah hipertermi dan 2
lakukan oleh sari(2016) di Mojokerto klien serta 2 keluarga yang bersedia
ditemukan penderita thypus abdominalis untukdilakukan penelitian studi kasus.
mengalami masalah hipertermi sebesar
100%. Prevalensi thypus abdominalis di Pengumpulan data dilakukan dengan cara
RSUD Bangil Pasuruan selama bulan mengumpulkan fakta, selanjutnya
November dan Desember berjumlah membandingkan dengan teori yang ada
126(Dewi,2018). dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan menggunakan (Nursalam,
Demam menyebabkan gangguan rasa 2017).
nyaman yang perlu di atasi. Kenyamanan
merupakan nilai dasar yang dijadikan Penelitian ini menggunakanpendekatan
tujuan keperawatan pada setiap waktu teori kenyamanan Kolcaba dengan
(Nurkhasanah, Taamu & Atoy,2018). melakukan pengamatan atau persepsi yang
Pendekatan teori comfort yang dapat dilihat dari subyek penelitian untuk
dikembangkan oleh kolcaba berorientasi mengetahui respon subyek yang telah
kenyamanan sebagai bagian terdepan diberikan asuhan keperawatan.Tindakan
dalam proses keperawatan. Kolcaba perawat dalam hal ini memberikan
berpendapat bahwa kenyamanan holistik informasi dan dukungan kepada klien agar
adalah kenyamanan fisik, psikospiritual, dapat beradaptasi dengan kondisi dan
lingkungan, dan psikososial. Tingkatan situasi yang dihadapi. Pelayanan
kenyamanan terbagi menjadi tiga yaitu keperawatan yang diberikan sesuai dengan
relief dimana pasien memerlukan tujuan intervensi yaitu memberikan
kebutuhan kenyamanan yang spesifik, ease kenyamanan kepada klien dengan beberapa
yaitu terbebas dari ketidaknyamanan atau struktur taksonomi yang dibagi menjadi 4
meningkatkan rasa nyaman, dan situasi dalam teori kenyamanan, yaitu
transcendence yaitu mampu mentoleransi fisik, lingkungan, psikospiritual, dan sosial
atau dapat berdaptasi ddengan yang dapat membantu perawat dalam
ketidaknyamanan (Tomey & mengorganisasi pendokumentasian
Alligood,2017) sehingga perawat dapat mengumpulkan
tanda dan gejala ketidaknyamanan yang
terjadi pada klien (Febrianti, Hamid and
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Wardani, 2015).

Pada penelitian ini desain penelitian yang Pengumpulan data dilakukan dengan
digunakan adalah studi kasus.Studi kasus metode wawancara dan observasi melalui
yang menjadi pokok bahasan penelitian pengamatan terhadap gejala yang
adalah digunakan untuk mengksplorasi dirasakan dan diucapkan oleh klien.
masalah asuhan keperawatan pada klien Peneliti menggunakan 2 jenis wawancara
yang mengalami thypus abdominalis yaitu autoanamnesa dan heteroanamnesa.
dengan masalah hipertermi di RSUD Pemeriksaan fisik terhadap klien dilakukan
Bangil Pasuruan. secara head to toe namun masih terfokus
pada masalahhipertermi yang disesuaikan
Penelitian ini dilakukan mulai dari dengan konsep teori kenyamanan
penyusunan proposal padabulan januari Kolcaba.Data klien yang lainnya dapat
2020 sampai bulan juni 2020 di ruang diperoleh dengan mencatat rekam medis
Melati RSUD Bangil Pasuruan yang klien yang sebelumnya sudah
beralamat di Jln Raci Pasuruan. diberikanoleh perawat yang berada di
ruangan tersebut.
Partisipan pada penelitian ini
menggunakan 2 klien. Klien yang menjadi Data yang diperoleh disajikan oleh peneliti
kriteria peneliti yaitu 2 klien yang melalui ucapan verbal dari klien/keluarga
dalam bentuk narasi dan tabel.Penyajian kenaikan leukosit, penurunan Hb dan
data kedua klien harus berdasarkan dengan kenaikan SGOT, SGPT melebihi batas
etik penelitian yang terdiri dari lembar normal.
persetujuan untuk menjadi responden atau
informed consentdimana klien harus Pengkajian psikospiritual berisikan tentang
mendapatkan informasi dengan lengkap kepercayaan dan motivasi klien terhadap
tujuan dari penelitian yang dilakukan, klien Tuhannya. Hasil yang didapatkan yaitu
berhak berpartisipasi atau menolak klien 1 merasa cemas akan kondisi
menjadi responden, anonimyty yaitu kesehatannya, klien percaya bahwa sakit
pemberian inisial atau kode pada nama yang diderita merupakan teguran dari
klien, confidentialityatau kerahasiaan tuhan agar selalu bersyukur akan nikmat
semua data atau semua yang berkaitan sehat. Klien selama sakit tidak dapat
dengan sakitnya kedua klien dijamin oleh melakukan ibadah seperti biasa
peneliti dan hanya boleh disimpan dilaptop dikarenakan badannya lemas, namun klien
pribadi peneliti dan hanya boleh tetap berdoa agar diberi kesehatan agar
ditampilkan pada kelompok ilmiah dapat beraktivitas seperti biasa seperti
khususnya STIKes ICME Jombang. yang dialaminya sebelum sakit. Keluarga
klien berharap klien dapat segera sembuh
dan segera keluar dari rumah sakit agar
HASIL PENELITIAN bisa berkumpul dengan keluarga. Keluarga
klien melakukan ibadah seperti biasa
Pengkajian Kenyamanan Kolcaba secara bergantian. Klien 2 tampak cemas
dan gelisah, klien tampak menahan sakit
Pengkajian dilakukan berdasarkan teori pada perutnya. Klien percaya sakit yang di
comfort yang terdiri dari kenyamanan derita merupakan ujian dari tuhan agar
fisik, psikospiritual, sosial, dan lebih bersyukur akan nikmat sehat yang di
lingkungan. miliki. Klien selama sakit tidak melakukan
ibadah seperti sebelum sakit karena
Pada pengkajian fisik di dapatkan hasil badannya lemas namun klien tetap berdoa
klien 1 dan klien 2 memiliki keluhan yang akan kesembuhannya. Keluarga klien
sama yaitu klien mengatakan badanya berharap klien segera sembuh dan bisa
panas dengan ditandai adanya peningkatan segera pulang kerumah dan dapat
suhu tubuh dimana pada klien 1 hasil melakukan kegiatannya seperti biasa.
pengukuran tanda tanda vital suhu tubuh Keluarga klien tampak bergantian
38, 9oC di sertai mual dan muntah, TD melaksanakan ibadah sesuai kewajibannya.
110/80mm/Hg, RR 24x/menit, N
88x/menit. Klien 1 pada pengkajian Pengkajian sosial meliputi hubungan
riwayat penyaikit dahulu sebelumnya juga interpersonal dan intrapersonal. Klien 1
mempunyai riwayat penyakit thypus,Pada memiliki seorang dari anggota keluarga
riwayat penyakit keluarga juga tidak ada yang dianggap dekat dengan klien yaitu
keluarga yang menderita penyakit thypus anak perempuannya. Klien 1 tampak
dan klien 2 hasil pengukuran tanda tanda ditunngu oleh anak perempuannya ketika
vital suhu tubuh 38,2oC di sertai diare dan dirumah sakit, klien tidak ada keyakinan
mual muntah, TD 100/70mm/Hg, RR khusus yang berhubungan dengan
22x/menit, N 100x/menit pada pengkajian kesehatan, tidak ada budaya yang dianut
riwayat penyakit dahulu klien mengatakan yang bertentangan dengan proses
tidak mempunyai riwayat penyakit thypus, keperawatan, klien juga tidak ada
pada riwayat penyakit keluarga juga tidak hambatan dalam berkomikasi dengan
ada keluarga yang menderita penyakit perawat, klien dan keluarga menggunakan
thypus. Selain itu data pendukung klien bahasa yang sama dengan perawat.
menderita thypus dapat dilihat dari hasil sedangkan klien 2 memiliki seseorang
laboratorium. Dari hasil laboratorium yang dianggap dekat dengan klien yaitu
didapatkan kedua klien mengalami ibunya. klien tampak di tunggu ibunya saat
di rumah sakit. Klien tidak ada keyakinan Intervensi yang akan dilakukan terhadap
khusus yang berhubungan dengan kedua klien direncanakan sesuai dengan
kesehatan, tidak ada budaya yang dianut teori comfort dari Kolcaba yang
yang bertentangan dengan proses berdasarkan 3 tipe yaitu relief dengan
keperawatan, Klien juga tidak ada memonitor keluhan klien, ease
hambatan saat berkomunikasi dengan memberikan cara untuk meredakan
perawat, Klien dan keluarga juga keluhan klien, transcendence
menggunakan bahasa yang sama dengan mengobservasi klien setelah diberi
perawat. Klien dan keluarga juga di kenyamanan.
berikan informasi terkait penyakit yang
diderita. Intervensi keperawatan comfort yang
diberikan kepada klien juga disesuaikan
Kenyamanan lingkungan mencangkup dengan struktur taksonomi teori comfort
respon adaptasi terhadap lingkungan yang disesuaikan dengan 4 kenyamanan
rumah sakit. Lingkungan yang berbeda yaitu kenyamanan fisik, psikospiritual,
dapat menjadi stressor bagi klien dan sosiokultural, dan lingkungan yang
keluarga. Pada pengkajian kenyamanan dikelompokkan berdasarkan rasa nyaman
lingkungan kedua klien dirawat dikelas klien meliputi : standart comfort,
tiga dengan jumlah tempat tidur berisi 6 coaching,comfort food the soul.
orang. Klien 1 merasa tidak nyaman
dengan kondisi ruangan yang sempit dan Standart comfort meliputi memonitor
suhu udara yang panas dan pengap, Klien suhu, memonitor tingkat kesadaran,
juga terganggu saat malam hari karena memonitor leukosit, HB, SGOT dan
pasien di sebelah terkadang berisik. Klien SGPT, memberikan cairan intravena,
2 merasa tidak nyaman dengan kondisi berikan kompres air hangat. Coaching
suhu udara ruangan yang panas dan yaitu menganjurkan kepada keluarga untuk
pengap, klien dan keluarga mengeluh bau membuat rencana kedaruratan bila klien
yang tidak sedap dari kamar mandi karena mengalami demam. Comfort food the soul
tempat tidur klien dekat dengan kamar yaitu memberikan diit nutrisi sesuai
mandi.Kenyamanan lingkungan yang dengan kebutuhan klien.
dibutuhkan klien dalam proses
keperawatan yaitu kebersihan ruangan, Implementasi Keperawatan
suhu ruangan yang sejuk serta sekat
pembatas yang lebar, sehingga proses Implementasi yang diberikan kepada klien
keperawatan dapat dijalankan lebih 1 dan klien 2 sesuai dengan struktur
optimal. taksonomi teori kenyamanan Kolcaba yang
disesuaikan berdasarkan 3 tipe yaitu relief,
Diagnosa Keperawatan ease, transcendence. Dan berpedoman
pada struktur taksonomi.
Diagnosa keperawatan yang di tegakkan,
oleh peneliti pada kedua klien yaitu Struktur taksonomi kenyamanan yaitu
hipertermi berhubngan dengan proses standard comfort atau memonitor suhu dan
panyakit ditandai dengan kedua klien memonitor tingkat kesadaran klien,
mengatakan badanya panas.Data objektif coaching yaitu menganjurkan keluarga
yang didapat suhu klien 1 38,9oC dan suhu membuat rencana kedaruratan bila klien
klien 2 38,2oC serta hasil laboratorium demam contoh mengompres klien pada
kedua klien mengalami kenaikan leukosit, lipatan paha dan aksila dengan air hangat
penurunan Hb dan kenaikan SGOT, SGPT tiap kali suhu klien diatas 37,9oC,
melebihi batas normal. menyeliuti klien dengan selimut serta
menyarankan klien memakai baju tipis
Intervensi Keperawatan namun dapat menyerap keringat.comfort
food for the soul yaitu memberikan diit
nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien
tindakan yang dilakukan yaitu comfort. Pengkajian bertujuan untuk
menganjurkan keluarga untuk memberikan mengumpulkan data klien. Pengumpulan
klien makan sedikit namun sering dengan data dilakukan dengan cara wawancara dan
tekture lunak serta kaya protein seperti observasi. Pengkajian dilakukan dengan
ikan, telur, serta rendah serat untuk cara pendekatan menggunakan teori
mempercepat penyembuhan selain itu comfort yaitu dengan melakukan penilaian
menganjurkan klien untuk minum air putih struktur taksonomi antra 3 kenyamanan
lebih banyak. yang dikaitkan dengan 4 kenyamanan yaitu
kenyamanan fisik, kenyamanan
Evaluasi Keperawatan psikospiritual, kenyamanan sosiokultural
dan kenyamanan lingkungan.
Hasil evaluasi yang diperoleh dari klien 1
di hari pertama pengkajian mengatakan Pengkajian fisik dilakukan secara
badanya panas, dengan data objektive suhu menyeluruh dengan menggunakan
38,9oC, kesadaran composmentis, GCS 4- pemeriksaan head to toe, namun terfokus
5-6, TD 110/80mmHg, N 88x/mnt, RR pada masalah hipertermi.Pada kedua kasus
24x/mnt. Klien tidak terpasang alat bantu klien sama sama mengeluh badannya
pernafasan, pada extermitas kanan atas panas dengan suhu tubuh diatas 36,5-
terpasang infus RL 20 tetes / menit. Klien 37,5oC, akral panas, kulit teraba panas.
2 dihari pertama mengatakan badannya Hasil pengukuran suhu tubuh klien 1 suhu
panas,dengan data objective suhu 38,2oC, 38,9oC, TD 110/80 mm/Hg, kesadaran
kesadaran composmentis GCS 4-5-6, TD composmetis GCS 4-5-6,RR 24x/ menit, N
100/90mmHg, N 100x/mnt, RR 88x/ menit. dan klien 2 suhu 38,2oC, TD
22x/mnt.klien tidak terpasang alat bantu 100/70 mm/Hg, kesadran composmetis
pernafasan, pada extermitas kanan atas GCS 4-5-6, RR 22x/menit, N 88x/menit.
terpasang infus RL20 tetes/ menit Hari ke- Untuk mengetahui penyebab demam perlu
2, klien 1 mengatakan badannya panas dilakukan pemeriksaan penunjang. Dari
dengan data objektive suhu 37,8o, hasil laboratorium kedua klien didapatkan
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6 TD jumlah leukosit mengalami kenaikan,
110/80mmHg, N 88x/mnt, RR 22x/mnt. hemoglobin mengalami penurunan, SGOT
Klien 2 di hari ke-2 mengatakan badannya dan SGPT mengalami kenaikan, serta
panas, data subjektive suhu 37,9, IgMS.Thypi positive 6 untuk klien 1 dan
kesadaran composmetis GCS 4-5-6, TD IgMS.Thypi positive 4 untuk klien 2.
100/70mmHg, N 88x/mnt, RR22x/mnt. Peneliti menyimpulkan bahwa kenaikan
Hari ke-3, klien 1 mengatakan badannya suhu tubuh terjadi karena proses
panas, data objektivesuhu 37,8oC, kesadarn imflamasi.
composmetis GCS 4-5-6, TD
110/80mmHg, N 80x/mnt, RR 22x/mnt. Hasil pengkajian sesuai dengan teori
Klien 2 di hari ke-3 mengatakan badannya bahwa hipertermi terjadi apabila seseorang
panas,dataobjektive suhu 37,6oC, menelan salmonella thypi bersama
kesadaran composmetisGCS 4-5-6, TD makanan atau minuman yang tercemar,
110/70mmHg, N 88x/mnt, 22x/mnt. Hasil sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam
evaluasi menunjukkan bahwa klien 1 dan lambung. Bakteri yang dapat bertahan pada
klien 2belum menunjukkan perubahan PH lambung akan masuk ke ileum bagian
yang signifikan. distal mencapai jaringan limfosit lalu
berkembang biak, dan menyebabkan
hyperplasia peyeri patches (guyun &
PEMBAHASAN Hall,2016).Bakteri yang masuk kealiran
darah, menyebabkan bakterimia, akan
Pengkajian Kenyamanan Kolcaba melepaskan endoktoksin yang berperan
pada pathogenesis thypus, karena
Pengkajian merupakan langkah awal dalam membantu terjadinya proses imflamasi
proses perawatan menggunakan teori pada jarjingan tempat bakteri berkembang
biak (Margareth TH,2015). Peneliti psikospiritual tidak ada kesenjangan yang
menyimpulkan berdasarkan fakta dan teori terjadi namun pada pengkajian lingkungan
tidak ada kesenjangan antara fakta dan terjadi kesenjangan yaitu kedua klien tidak
teori. nyaman dengan lingkungan dimana suhu
ruangan yang panas dan sempit.
Pengkajian psikospiritual : mencangkup
kepercayaan dan motivasi terhadap tuhan. Diagnosa Keperawatan
Pada pengkajian psikospiritual
mengutamakan pendampingan pada klien Teori menjelaskan bahwa segala keluhan
dan keluarga dalam kegiatan beribadah. atau gangguan yang dirasakan oleh klien
diartikan sebagai diagnosa
Pengkajian sosial :Kenyamanan social keperawatan(Asriwati, 2019).
meliputi hubungan interpersonal dan
intrapersonal. Keluarga merupakan Dari data peneliti dapat dibuktikan dengan
lingkungan social yang banyak berinterksi data subyektif bahwa kedua klien sama-
dengan klien. kedua klien dan keluarga sama mengatakan badannyapanas dan
mengalami kecemasan karena kurang ditandai dengan tanda objektif yaitusuhu
pengetahuan terhadap penyakit, kondisi klien 1 38,9oC dan klien 2 38,2oC, selain
cemas pada klien dapat mempengaruhi itu data hasil laboratorium juga menunjang
tindakan keperawatan karena kondisi stress peneliti mengambi diagnose tersebut yaitu
berpengaruh pada peningkatan suhu tubuh, kenaikan leukosit, penurunan Hb dan
sedangkan kecemasan terhadap keluarga kenaikan SGOT, SGPT melebihi batas
dapat berpengaruh pada perawatan klien normal, serta IgMS. Thypi positive 6 untuk
karena keluarga sering membuat keputusan klien 1 dan IgMS. Thypi positive 4 untuk
yang tidak rasional saat cemas sehingga klien 4.Kondisi kedua klien sesuai dengan
tidak efektif dalam memberikan asuhan manifestasi klinis hipertermi yaitu adanya
keperawatan pada klien. peningkatan suhu tubuh pada klien.
Penyampaianinformai yang dilakukan
perawat diharapkan dapat mengurangi Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa antara
tingkat kecemasan pada klien dan teori dengan data yang diambil dari kedua
keluarga. Hal ini dapat membantu klien klien tidak ada kesenjangan yang terjadi
untuk memberikan kenyamanan sosial. untuk mengambil diagnosa keperawatan
hipertermi berhubungan dengan proses
Pengkajian lingkungan :Pengkajian penyakit.
kenyamanan lingkungan mencakup respon
adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit. Intervensi Keperawatan
Lingkungan yang berbeda dapat menjadi
stressor bagi klien dan keluarga. Tahap intervensi merupakan tahap
Lingkungan yang berbeda dapat men1adi perencanaan asuhan keperawatan yang
stressor bagi klien dan keluarga seperti akan dilakukan. Pada tahap Intervensi
pencahayaan, kebisingan, suhu, dan peneliti menyusun rencan asuhan
ventilasi udara, apabila klien dan keluarga keperawatan dengan berdasarkan masalah
tidak mampu beradaptasi dapat yang sebelumnya sudah ditetapkan.
menimbulkan rasa ketidak nyamanan
terhapat lingkungan. Kolcaba (2003). Suhu Intervensi keperawatan comfort berfokus
ruangan yang panas serta kebersihan pada peningkatan rasa nyaman klien dan
kamar yang kurang menjadi keluhan keluarga. Penulis menyesuaikan intervensi
utama dari kedua klien. keperawatan dengan respon dan kebutuhan
klien. Intervensi comfort berpedoman pada
Dari pembahasan tersebut peneliti 3 tipe kenyamanan dikelompokkan
menyesuaikan pengkajian dengan teori berdasarkan kebutuhan rasa nyaman
bahwa pada pengkajian kenyamanan rasa meliputi : standart comfort adalah
nyaman fisik, kenyamanan sosiokultural, intervensi untuk mempertahankan
hemodinamik dan mengontrol nyeridengan keperawatan (Algod & Tomey , 2006).
memonitor suhu dan kesadaran klien, Pinsip intervensi menurut comfort yaitu
coachingadalah intervensi yang digunakan perawat menggunakan intervensi dalam
untuk menurunkan kecemasan, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman fisik,
menyediakan informasi kesehatan. Seperti psikospiritual, sosiokultural dan
dengan menganjarkan kepada keluarga lingkungan.
untuk membuat rencana kedaruratan bila
klien demam, comfort food the soul Tindakan implementasi pertama yaitu
dengan memberikan diit yan tepat pada standart comfort dengan memantausuhu
klien thypus abdominalis. tubuh dan memantau kesadaran klien,yang
Pengkajian fisik memprioritaskan tindakan kedua coaching dengan membuat rencana
mempertahankan hemeostasis yaitu dengan kedaruratan seperti menggompres klien
memberikan kenyamanan terhadap klien. pada lipatan aksila dan paha saat suhu
klien 37,90C, menyelimuti klien saat klien
Pengkajian psikospiritual mengutamakan merasa kedinginan, dan yang terakhir
tindakan pendampingan dan pelatihan comfort food for the soul yaitu dengan
terhadap klien dan keluarga seperti dengan memberikan diit makanan yang sesuai
menawarakan bantuan setiap kali klien dan dengan klien hipertermi misalnya dengan
keluarga membutuhkan bantuan untuk memberikan makanan yang lunak serta
melaksanakan kegiatan ibadah. kaya protein dan rendah serat untuk
mempercepat penyembuhan selain itu
Pengkajian sosial memberikan menganjurkan keluarga untuk memberikan
kenyamanan melalui hubungan kedekatan minum lebih banyak, peneliti juga
klien dengan keluarga yaitu dengan cara berkolaborasi dengan dokter dan tim medis
memberikan pengetahuan tentang penyakit lain dalam proses penyembuhan klien.
serta pengetahuan kepada keluarga bahwa
support keluarga dan orang-orang terdekat Dari data yang diperoleh tidak ada
klien sangat membantu proses kesembuhan kesenjangan antara implementasi dengan
klien. Pengkajian lingkungan memberikan teori sebab implementasi yang dilakukan
kenyamanan berupa respon stressor kepada kedua klien sudah disesuaikan
terhadap lingkungan di rumah sakit. dengan intervensi dari teori kolcaba dan
disesuaikan dengan kebutuhan klien yang
Dari pembahasan tersebut peneliti membedakan hanya dalam pemberian
menyimpulkan bahwa antara intervensi terapi medis yang disesuaikan dengan
dan teori tidak ada kesenjangan. Peneliti resep dokter. Asuhan keperawatan yang
mengalami kesulitan pada saat diberikan pada kedua klien ymenunjukkan
mengelompokkan intervensi kedalam 3 masalah keperawatan yang bervariasi
jenis intervensi serta respon pasien dalam sehingga keberhasilan implementasi
memenuhi kebutuhan kenyamanan tergantung pada keunikan respon individu
psikospiritual dan sosiokultural karena masing masing dalam merespon kondisi
kondisi tersebut beresiko terjadi overlap tubuhnya.
intervesi, serta pencapaian waktu 3 hari
terlalu singkat untuk mencapai kriteria Evaluasi Keperawatan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
mengingat hipertermi tidak sepenuhnya Evaluasi keperawatan merupakan tahap
hilang dalam kurun waktu tersebut. menentukan apakah tujuan yang telah
disusun tercapai atau tidak. Evaluasi
Implementasi Keperawatan didasarkan pada bagaimana efektifnya
intervensi yang dilakukan keluarga,
Implementasi merupakan tahapan perawat perawat dan yang lainnya.
memberikan perawatan berdasrkan rencana
keperawatan yang telah disusun sesuai Hasil Evaluasi pada hari pertama klien 1
dengan masalah dan tujuan dan suhu 38,9oC, kesadaran composmetis GCS
4-5-6, TD 110 mm/Hg, N 88x/menit, RR SIMPULAN DAN SARAN
24x/menit. Klien 2 suhu 38,2oC, kesadaran
composmetis GCS 4-5-6, TD 100/90 Simpulan
mm/Hg, N 100x/menit, RR 22x/menit.
Hari ke 2 klien 1 suhu 38,5oC, TD 110/80 Kesimpulan yang dapat diambil oleh
mm/Hg, N 88x/menit, RR 22x/menit. Hari peneliti dari perawatan klien thypus
ke dua klien 2 suhu 37,9oC, TD 100/70 abdominalis dengan masalah hipertermi
mm/Hg, N 88x/menit, RR 22x/ menit.Hari berbasis theory of comfort ini adalah :
ke 3 klien 1 suhu 37,8o C, TD 1. Pengkajian klen 1 dan klien 2 di
110/80mm/Hg, N 80x/menit, RR dapatkan data data subyektif sama-
22x/menit. klien 2 suhu 37,6oC, TD 110/70 sama mengatakan badannya panas
mmhg, N 88x/menit, RR 22x/menit. yang didukung dengan data objektif
yaitu suhu tubuh keduanya diatas
Hasil evaluasi dari kedua klien secara normal sedangkan normal suhu antara
keseluruhan pada penerapan keperawat 36,5-37,5 oC.
dengan teori comfort dapat dilakukan 2. Diagnosa keperawatan utama yang
sesuai dengan struktur taksonomi pada diperoleh dari hasil penelitian
pengkajian relief pada kedua klien belum berdasarkan teori comfort adalah
menemukan 4 kenyamanan dimana masih hipertermi berhubungan dengan proses
membutuhkan penanganan yang jauh lebih penyakit.
intensif lagi, hal ini terlihat dari suhu tubuh 3. Intervensi keperawatan yang akan
yang belum menunjukkan hasil dalam dilakukan disusun sesuai dengan
rentan normal. Ease yaitu kemajuan konsep teori comfort disesuai dengan
kenyamanan yang dapat dilihat dari kedua kebutuhan kedua klien.
klien tidak mengalami demam naik turun, 4. Implementasi yang dilakukan dalam
transcendence dapat dicapai dengan menghadapi masalah hipertermi pad
melihat lamanya klien di rawat hingga kedua klien sesuai dengan standart
diperbolehkan pulang . Kegiatan evaluasi teori intervensi teori comfort.
harus dilakukan secara terus-menerus dan 5. Evaluasi yang diperoleh setelah
berkolaborasi dengan perawat atau tim melakukan pengkajian sampai
medis lainnya sehingga hasil evaluasi bisa implementasi pada kedua klien masih
dicapai sesuai dengan tujuan. harus dilanjutkan sesuai dengan terapi
yang sudah dianjurkan.
Asuhan keperawatan menggunakan teori
comfort dapat dianalisa bahwa pada teori Saran
ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan hampir semua aspek dapat Bagi institusi : penelitian ini dapat
diterapkan. Teori ini dapat meningkatkan digunakan sebagai tinjaun dalam bidang
kenyakinan kenyamanan dari segi perawat kesehatan khususnya keperawatan
maupun pesien dan lingkungan praktik seharusnya dapat mengembangkan ilmu
keperawatan, sedangkan kelemahan teori pengetahuan dan teknologi yang
ini intervensi kenyamanan lingkungan sulit kedepannya dapat digunakan sebagai
diterapkan. Institusi pelayanan rumah sakit referensi dalam mengolah data penelitian
memiliki keinginan untuk menciptakan untuk mengembangkan mutu pendidikan
kenyaman lingkunan sesuai teori comfort. khususnya masalah hipertermi.
Akan tetapi, rumah sakit memiliki target
perhitungan badget untuk operasional Bagi perawat : Perawat juga harus
organisasi, sehingga kenyamanan yang di berinovasi dalam mengembangkan ilmu
ciptakan diperoleh dari fasilitas yang sudah keperawatan sebagai pedoman dalam
ada. melaksanakan perawatan terhadap klien
hipertermi agar kebutuhan dan masing-
masing klien yang diharapakan dapat
terwujud.
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian
Bagi peneliti selanjutnya : diharapkan agar Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
mampu mengembangkan teori Kualitatig dan R&D. Bandung:
comfortmulai dari pengkajian, intervensi Alfabeta.
dan evaluasilebih optimal lagi sehingga
dapat digunakan secara optimal dalam
penerapan asuhan keperawatan pada klien.

Bagi klien dan keluarga : diharapkan dapat


mengerti tentang penyakit thypus
abdominalis dan bagaimana cara
penanganan yang baik dan benar.

KEPUSTAKAAN

Asriwati, I. (2019). (2019) ‘Keberhasilan


Diagnosa Keperawatan Menentukan
Potensi dan Kompetensi Perawat’, pp.
1–2.

Angelina, B. (2016).Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.)
Jakarta;EGC.

Brunner, & Suddarth.(2016). Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta:EGC.

Guyon,&Hall.(2016). Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. Singapore :Elsever

Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin,


C.(2006). comfort theory a unifying
framework to enhence the practice
environment. the journal of nursing
administration, 36 (11),538-544.

Margareth TH, M.X.R (2015). Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif, A. H. (20160. Asuhan


Keperawatan Praktis. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam. (2017). Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.

Priyono. (2016). Metode Penelitian


Kuantitatif. Ziftama Publishing:
systematic Review. 4, 77-87.

Anda mungkin juga menyukai