Anda di halaman 1dari 4

Implikasi dan Contoh, Serta Pengaturan Perbankan Syariah

Bagi Arbitrase dalam Menyelesaikan Kasus Sengketa


RANGKUMAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Arbitrase Syari'ah


Yang diampu oleh Bapak Faqih Ali Syari`ati

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Ika Fiisyatil Kamila (19383022181)
Misin Noviarsih (19383022184)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
DESEMBER 2021
RANGKUMAN
Implikasi dan Contoh, Serta Pengaturan Perbankan Syariah
Bagi Arbitrase dalam Menyelesaikan Kasus Sengketa

Mekanisme Tahkim dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Non Litigasi (BASYARNAS)


Diantara prosudur BASYARNAS, akan diuraikan secara garis besar sebagai berikut :
1) Penyelesaian sengketa yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan,
jasa dan lain-lain yang mana para pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan
penyelesaiannya kepada BASYARNAS sesuai dengan Peraturan Prosedur BASYARNAS.
(Bab 1 pasal 1)
2) Permohonan, pengajuan permohonan atau prosedur arbitrase dimulai dengan
didaftarkannya surat permohonan untuk mengadakan arbitrase oleh sekretaris dalam daftar
BASYARNAS. Perhitungan tempo masa atas segala penerimaan pemberitahuan surat
menyurat, dianggap terhitung pada hari disampaikan. Perhitungan tempo waktu mulai
berjalan adalah pada hari berikut setelah penerimaan. Jika hariterakhir dalam jangka waktu
tersebut hari libur umum, perhitungan tenggang waktu adalah hari berikut dari hari libur.
Surat permohonan harus memuatkan sekurang-kurangnya: a) nama lengkap, tempat tinggal
kedua belah pihak, b) suatu uraian singkat tentang kedudukan sengketa, c) apa-apa yang
dituntut. Pada surat permohonan harus dilampirkan: a) salinan dari naskah kesepakatan yang
secara khusus menyerahkan pemutusan sengketa kepada BASYARNAS. Pendaftaran
permohonan disertai dengan pembayaran biaya pendaftaran. (Bab II)
3) Penetapan Arbiter Tunggal atau Arbiter Majelis dilakukan oleh Ketua BASYARNAS,
Ketua BASYARNAS berhak juga menunjuk seorang ahli dalam bidang khusus yang
diperlukan menjadi arbiter, selain dari para Anggota Dewan arbiter yang telah didaftar pada
BASYARNAS. Jika yang bersengketa keberatan atas penunjukan para arbiter,
dapatmengajukan keberatannya disertai dengan alasannya berdasarkan hukum.
4) Acara Persidangan, selama proses dan pada setiap tahap persidangan berlangsung,
Arbiter Tunggal atau Arbiter Majelis harus memberi perlakuan dan kesempatan yang sama
sepenuhnya kepada masing-masing pihak untuk membela dan mempertahankan
kepentingannya. Setiap dokumen yang disampaikan salah satu pihak kepada arbiter tunggal
atau arbiter majelis, salainnya harus diberikan kepada pihak lawan. Dalam pemeriksaaan
dapat dihadirkan saksi ahli. Persidangan terdiri dari tahap jawab menjawab (replik-duplik).
Persidangan persidangan dilakukan di tempat kedudukan BASYARNAS, kecuali ada
persetujuan dari kedua belah pihak, pemeriksaaan dapat dilakukan di tempat lain, putusan
harus diambil dan dijatuhkan ditempat kedudukan BASYARNAS. Bahasa, dalam
permohonan, bantahan, jawaban, keberatan, panggilan, pemberitahuan maupun usul ditulis
dan disampaikan dalam bahasa Indonesia, begitu juga saat persidangan Perdamaian, terlebih
dahulu arbiter akan mengusahakantercapainya perdamaian. Apabila usaha tersebut behasil,
maka arbiter tunggal atau arbiter majelis akan membuatkan akte perdamaian.Apabila
perdamaian tidak berhasil, maka arbiter akan meneruskan persidangan terhadap sengketa
yang dimohon (Bab IV)
5) Berakhirnya Persidangan, Apabila Arbiter menggangap persidangan telah cukup,
maka arbiter akan menutup persidangan itu dan menetapkan suatu hari sidang guna
mengucapkan putusan yang diambil. Arbiter akan mengambil dan mengucapkan putusan
dalam suatu sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihak jika salah satu tidak hadir,
keputusan tetap diucapkan, sepanjang kepada para pihak telah disampaikan panggilan secara
patut. Tiap-tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat Bismillahirrahmanirrahim,
diikuti dengan Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Seluruh proses
persidangan sampai dengan diucapkannya putusan oleh arbiter akan diselesaikan selambat-
lambatnya sebelum jangka waktu enam bulan habis, terhitung sejak tanggal dipanggilnya
pertama kali para pihak untuk menghadiri sidang pertama persidangan Pengambilan putusan,
putusan mesti membuat alasan-alasan kecuali para pihak menyetujui putusan tidak perlu
membuat alasan Putusan BASYARNAS yang sudah ditandatangani oleh arbiter bersifat final
dan mengikat (final and binding) kepada para pihak yang bersengketa, dan wajib mentaati
serta segera memenuhi pelaksanaanya. Salinan putusan yang telah ditandatangani oleh arbiter
mesti diberikan kepada masing-masing Pemohon atau Termohon. Permintaan pembatalan
putusan hanya dapat dilakukan berdasarkan salah satu alasan berikut: a) penunjukan arbiter
tidak sesuai dengan ketentuanyang diatur BASYARNAS, b) putusan melampaui batas
kewenangan BASYARNAS, c) putusan melebihi dari yang diminta oleh para pihak, d)
terdapat penyelewengan diantara salah seorang anggota arbiter, e) putusan jauh menyimpang
dari ketentuan pokok peraturan prosudur BASYARNAS., f) putusan tidak memuat dasar-
dasar alasan yang menjadi landasan pengambilan putusan. Biaya arbitrase : a) apabila
tuntutan sepenuhnya dikabulkan atau pendirian sipemohon seluruhnya dibenarkan, biaya
administrasi dan persidangan dibebankan kepada sitermohon, b) apabila tuntutan ditolak,
biaya administrasi dan persidangan dibebankan kepada sipemohon, c) apabila tuntutan
sebagian dikabulkan, biaya adiministrasi dan persidangan dibagi antara kedua belah pihak
menurut ketetapan yang dianggap adil oleh arbiter, d) honorium bagi para arbiter selamanya
dibebankan oleh kedua belah pihak.
Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi, telah sesuai dengan landasan
sosiologis yang diterapkan oleh masyarakat Indonesia dan sesuai pula dengan landasan
filosofis sebagaimana dimaksud dalam sila ke-4 Pancasila. Secara yuridis, penyelesaian
sengketa dengan cara mediasi juga telah diatur dalam hukum positif, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg., KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999,
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009, Perma Nomor 1 Tahun 2018 serta peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
Hasil dari proses penyelesaian sengketa dengan cara mediasi, baik yang dilaksanakan
di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan, yaitu adanya kesepakatan atau perjanjian
perdamaian yang sama-sama memiliki nilai pembuktian dan mengikat bagi para pihak.
Namun, keduanya belum memiliki kekuatan hukum yang pasti sebagaimana layaknya
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Kesepakatan perdamaian hasil dari
mediasi di dalam pengadilan dapat langsung ditingkatkan statusnya menjadi akta perdamaian
melalui majelis hakim pemeriksa perkara pada saat persidangan dan diputus menjadi putusan
pengadilan. Sedangkan, perjanjian atau kesepakatan perdamaian hasil mediasi di luar
pengadilan, baru memperoleh kedudukan sebagai akta perdamaian setelah para pihak dengan
bantuan mediator mengajukan gugatan perdamaian melalui Pengadilan Negeri, Pasal 36
PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Sehingga, akta perdamaian dimaksud memiliki kepastian
hukum dan berkekuatan hukum tetap

Anda mungkin juga menyukai