Pre-operasi adalah dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi, pada fase ini ada beberapa persiapan yang harus disiapkan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (Kamus Dorland). Pre-operasi adalah salah satu tahapan operasi dimulai ketika keputusan untuk pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dirujuk ke meja operasi. Pre-operasi adalah fase dari perioperatif yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan interfensi bedah dan di akhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Asuhan Pre-Operasi dalam Kebidanan
1. Persiapan kamar bedah Periksa dan pastikan bahwa a) Kamar bedah telah bersih (selalu harus dibersihkan segera setelah dipakai) b) Peralatan dan kain laken telah ada, termasuk obat-obatan dan oksigen. c) Alat resusitasi ada dan berfungsi. d) Baju bedah cukup tersedia untuk tim operasi. e) Kain/linen cukup. f) Kasa,sarung tangan dan instrument cukup dan tersedia dalam keadaan steril. g) Peralatan gawat darurat tersedia dan dalam keadaan siap pakai. 2. Persiapan pasien a) Jelaskan kepada pasien prosedur operasi kepada pasien, namun bila taksadar jelaskan kepada keluarganya. b) Isilah formulir ijin operasi (informed consent). c) Berilah dukungan moril (secara mental) agar pasien tidak takut menghadapi pembedahan. d) Lapangan operasi dipersiapkan dengan tindakan antiseptic, kulit abdomen dibersihkan dengan bilasan air dan sabun untuk membersihkan lemak dan kotoran, termasuk umbilicus, rambut pubis hanya digunting bila menggunakan lapangan operasi. Jadi tidak perlu memangkas atau mencukur semua rambut pubis atau vulva. e) Bila terdapat infeksi intrapartum dan ketuban pecah lama, vagina dibersihkan dengan cairan betadine. f) Demikian pula komplikasi ibu dan kondisi janin merupakan pertimbangan jenis operasi dan pemberian cairan. g) Pemeriksaan rutin terhadap fisik dan usus diberikan untuk merencakan secara cermat jenis anastesi(anamnesa), lama pembedahan, kesulitan/komplikasi dan tehnik pembedahan. h) Pembedah harus memeriksa sendiri serta menuliskan rencana pembedahan pada rekamedik. i) Pemeriksaan fisik umum meliputi: keadaan umum(kesadaran,gizi), paru, jantung, abdomen(hati,limpa) dan anggota gerak. Catat juga tensi, nadi, nafas dan suhu. Pada pemeriksaan obstetric tentukan keadaan janin (letak,besar,tunggal/gemili). j) Perlu diketahui jenis operasi yang pernah dijalani, termasuk kesulitan/komplikasi (untuk meramalakan perlekatan dan kelainan organ, misalnya kanker). k) Dari anamesa perlu diketahui penyakit yang pernah diderita. 1. Paru : asma, tuberculosis, 2. Jantung : iskemi, 3. Hati : hepatitis, 4. Kelainan pembekuan darah/pengunaan obat dan thrombosis, 5. Diabetes mellitus, 6. Alergi terhadap obat. l) Laboraturium 1. ambilah sampel darah untuk pemeriksaan laboraturium rutin ialah : Hb, Ht, Lekosit ( hitung jenis ), trombosit, golongan darah. Pada pembedahan berencana juga diambil darah untuk kadar gula puasa dan postpronbial. 2. Kemudian ambil contoh urin untuk pemeriksaan rutin, m) Pemeriksaan khusus di tunjukan pada : 1. Usia > 40 tahun: ECG 2. Kelaian paru: foto thorak 3. Kelainan ginjal/ureter/desakan tumor: ureum, kreatinin, CCT 4. Kelainan hepar: SGOT, SGPT, LDH 5. Kelainan darah: PT, APPT,D-dimer. n) Pemeriksaan penunjang USG dilakukan atas keperluan lokasi patologi misalnya: letak plasenta untuk menentukan jenis insisi uterus. Idealnya pasien harus puasa ± 6 jam pra operatif. 3. Persiapan sebelum pembedahan a) Insisi abdomen harus direncanakan. Sebaiknaya insisi pfanenstiel dilakukan pada semua pasien kecuali pada seksio darurat enan anestesi local atau pada bekas parut abdomen. Demikian pula jenis insisi uterus yang dipilih ialah transperionealis profunda kecuali pada preterm < 32 minggu, janin lintang, hidrosefalus dan plasenta prefia yang berimplantasi di depan dapat di pertimbangkan insisi vertikal rendah b) Pembedah juga harus merencanakan teknik melahirkan bayi. c) Persiapan resusitasi menjadi serius bila ditemukan gawat janin dan mekoneum dalam cairan ketuban dengan demikian penoplong harus siap untuk intubasi. 4. Antibiotik Antibotik profilaskis dosis tunggal (spectrum luas) diberikan menjelang operasi. Bila terdapat infeksi maka pemberian antibiotik teraupetik untuk 5 hari. 5. Infus a) Pre-bedah pemberian infus terdiri dari: cairan ringer laktat 500 ml diberikan 100-125 ml/jam; kecuali pada hipertensi < 100 ml/jam. b) Selama pembedahan nanti cairan yang diberikan 500ml/jam kecuali pada pre- eklamsia harus lebih sedikit. Setelah bayi lahir akan diberikan oksitosin 10 IU/IV dan dapat diberikan 10 IU/Infus untuk selam 6 jam. c) Jumlah cairan yang akan diberikan adalah 2000-2500 ml/24 jam, kecuali bila pasien menderita dehidrasi karena partus lama maka pemberian cairan dapat ditambah 15%. 6. Kateterisasi a) Kateter dipasang dengan cara dauwer dengan foley. Kateter no 16-18 cukup untuk digunakan. Bilaslah muara uretra dan juga ujung kateter dengan betadine sebelum insersi kateter. Kembungkan balon kateter sebanyak 20-30 ml. b) Kemudian sambung kateter dengan kantong urine perhatikan urine harus keluar. Gantunglah kantong urine disamping tempat tidur. 7. Personalia a) Pelalai (1 orang) b) Pembedah (1 orang) c) Asisten pembedah (1 orang) d) Perawat instrument (1 orang) e) Pembantu perawat (1 orang) f) Perawat pembantu pelalai (1 orang) Sumber Data Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (YB-SP). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (BP-SP). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan (BP-SP). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo