Anda di halaman 1dari 50

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PRAKTISI

BIDAN DI KOMUNITAS
By: Komaria Susanti. M. Kes
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR I STANDAR V
(Falsafah dan Tujuan) (Kebijaksanaan dan Prosedur)

STANDAR II STANDAR VI
(Administrasi dan Pengelolaan) (Pengembangan Staf Program Pendidikan)

STANDAR III STANDAR VII


(Staf dan Pimpinan) (Standar Asuhan)

STANDAR IV STANDAR VIII


(Fasilitas dan Peralatan) (Evaluasi dan Pengendalian Mutu)
STANDAR I STANDAR II
(Falsafah dan Tujuan) (Administrasi dan Pengelolaan)

Ply keb dlm pengelolaannya Ply keb dlm pengelolaannya


memiliki visi, misi, filosofi memiliki pedoman standar
serta organisasi ply sbg dasar ply, prosedur tetap dan
utk melaksanakan tugas ply pelaksanaan kegiatan
efektif & efisien pengeloaan ply yg kondusif yg
memungkinkan terjadinya
STANDAR III praktik ply keb akurat
(Staf dan Pimpinan)

STANDAR IV
Ply keb dlm (Fasilitas dan Peralatan)
pengelolaannya
memiliki program
pengelolaan SDM agar Tersedia sarana & peralatan utk
ply keb berjalan efektif mendukung pencapaian tj ply keb
& efisien sesuai dgn tugasnya & fungsi
institusi ply
STANDAR V STANDAR VI
(Kebijaksanaan dan Prosedur) (Pengembangan Staf Program Pendidikan)

Pengelola ply keb memiliki Ply keb dlm pengelolaannya


kebijakan dlm memiliki program
penyelenggaraan ply & pengembangan staf &
pembinaan pegawai menuju perencanaan pendidikan,
ply yg berkualitas sesuai dgn kebutuhan ply.

STANDAR VII STANDAR VIII


(Standar Asuhan) (Evaluasi dan Pengendalian Mutu)

Pengelolaan ply keb


memiliki standar Pengelola ply keb memiliki
asuhan / manajemen program & pelaksanaan
keb yg diterapkan sbg evaluasi dan pengendalian
pedoman dlm memberi mutu ply keb yg dilaksanakan
ply kpd pasien secara berkesinambungan
KODE ETIK BIDAN
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber Petunjuk
dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu Pelaksanaan
disiplin ilmu & merupakan pernyataan disahkan
komprehensif suatu profesi yang meberi dlm Rapat
tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan Kerja
pengabdian profesi Nasional IBI
TH 1991

Disusun th 1986
Disahkan dlm Kongres Disempurnakan
Nasional IBI X th 1988 dan disahkan pd
Kongres
Nasional IBI XII
th 1989
KODE ETIK BIDAN
a. Bidan harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Bidan dlm menjalankan tgs profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh
dan memelihara citra bidan
1. Kewajiban c. Bidan dlm menjalankan tugasnya senantiasa
Bidan thd Klien berpedoman pd peran, tugas & tanggung jawab
& Masyarakat sesuai dgn keb klien, keluarga & masy.
d. Bidan dlm menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan
menghormati nilai-nilai yg berlaku di masy.
e. Bidan dlm menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga & masy
dgn kebutuhan berdasarkan kemampuan yg
dimilikinya
f. Bidan senantiasa menciptakan suasana yg serasi dlm
hub pelaksanaan tugasnya, dgn mendorong
partisipasi masy untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal
a. Bidan senantiasa memberi ply
parupurna thd klien, keluarga &
masy sesuai dgn kemampuan
profesi yang dimilikinya berdasarkan
2. Kewajiban Bidan kebutuhan klien, keluarga & masy
thd Tugasnya b. Bidan berhak memberi pertolongan
dan mempunyai wewenang dlm
mengambil keputusan mengadakan
konsultasi atau rujukan
c. Bidan harus menjamin kerahasiaan
atas keterangan yang dapat dan /
atau dipercayakan kepadanya
kecuali jika dimintai oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan
kepentingan klien
a. Bidan harus
menjalin hubungan
dengan sejawatnya
untuk menciptakan
3. Kewajiban Bidan
suasana kerja yang
thd teman sejawat
serasi
dan tenaga kes
b. Bidan dlm
lainnya
melaksanakan
tugasnya harus
saling menghormati
baik thd sejawat
maupun tenaga kes
lainnya
a. Bidan harus menjaga
nama baik & menjunjung
tinggi citra profesinya
dgn menampilkan
kepribadian yg tinggi &
memberi pelayanan yang
bermutu kpd masy
4. Kewajiban Bidan b. Bidan harus senantiasa
thd profesi mengembangkan diri dan
meningkatkan
kemampuan profesinya
sesuai dgn
perkembangan ilmu
pengetahuan & teknologi
c. Bidan senantiasa
berperan serta dlm
kegiatan penelitian &
kegiatan sejenisnya yg
dapat meningkatkan
mutu & citra profesinya.
a. Bidan harus
memelihara
kesejahteraannya
agar dapat
melaksanakan
tugas profesinya
5. Kewajiban bidan dgn baik.
kepada diri pribadi b. Bidan harus
berusaha secara
terus menerus
untuk
meningkatkan
pengetahuan &
keterampilan
sesuai dgn
perkembangan
ilmu pengetahuan
& teknologi
a. Bidan dalam menjalankan
tugasnya senantiasa
melaksanakan
ketentuanpemerintah dlm
6. Kewajiban bidan bidang kes, khususnya dlm
thd pemerintah, pelyKIA / KB, kesehatan
nusa, bangsa dan keluarga dan masy.
tanah air b. Bidan melalui prosfesinya
berpartisipasi dan
menyumbangkan
pemikirannya kpd
pemerintah utk
meningkatkan mutu
jangkauan ply kes terutama
ply KIA / KB & kesehatan
keluarga
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
1. Standar Pelayanan Umum

2. Standar Pelayanan Antenatal

25
STANDAR 3. Standar Pertolongan Persalinan

4. Standar Pelayanan Nifas

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri


Neonatus
1. STANDAR PELAYANAN UMUM
• Standar 1: Persiapan untuk kehidupan
keluarga sehat
• Standar 2: Pencatatan dan Pelaporan
2. STANDAR PELAYANAN
ANTENATAL
• Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
• Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan
antenatal
• Standar 5: Palpasi Abdomen
• Standar 6: Pengelolaan Anemia pd kehamilan
• Standar 7: Pengelolaan tinggi hipertensi pd
kehamilan
• Standar 8: Persiapan persalinan
3. STANDAR PERTOLONGAN
PERSALINAN
• Standar 9: Asuhan saat persalinan
• Standar 10: Persalinan yang aman
• Standar 11: Pengeluaran placenta dan
peregangan tali pusat
• Standar 12: Penanganan kala II dgn gawat
janin melalui episiotomi
4. STANDAR PELAYANAN NIFAS
• Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
• Standar 14: Penanganan pd 2 jam pertama
setelah persalinan
• Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pd
masa nifas
5. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN
OBSTETRI DAN NEONATUS
• Standar 16: Penanganan perdarahan pd
kehamilan
• Standar 17: Penanganan kegawatan pd
eklampsia
• Standar 18: Penanganan kegawatan pd partus
lama atau macet
• Standar 19: Persalinan dgn forceps rendah
• Standar 20: Persalinan dgn penggunaan vakum
ekstraktor
Lanjutan...
• Standar 21: Penanganan retensio placenta
• Standar 22: Penanganan perdarahan
pascapartum primer
• Standar 23: Penanganan perdarahan
pascapartum sekunder
• Standar 24: Penanganan sepsis puerperium
• Standar 25: Penanganan asfiksia
ISTILAH-ISTILAH

STR (Surat Tanda Registrasi) adalah SIPB (Surat Izin Praktik Bidan)
bukti tertulis yang diberikan oleh adalah bukti tertulis yang diberikan
pemerintah kepada tenaga kepada Bidan yang sudah
kesehatan yang diregistrasi setelah memenuhi persyaratan untuk
memiliki sertifikat kompetensi. menjalankan praktik bidan mandiri.

SIKB (Surat Izin Kerja Bidan) adalah Standar adalah pedoman yang
bukti tertulis yang diberikan harus dipergunakan sebagai
kepada Bidan yang sudah petunjuk dalam menjalankan
memenuhi persyaratan untuk profesi yang meliputi standar
bekerja di fasilitas pelayanan pelayanan, standar profesi, dan
kesehatan. standar operasional prosedur.
REGISTRASI PRAKTIK BIDAN
PERIZINAN

(1) Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di


fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasal 2 (2) Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan
minimal Diploma III (D III) Kebidanan.

(1) Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan


wajib memiliki SIKB.
(2) Setiap bidan yang menjalankan praktik mandiri wajib memiliki
Pasal 3 SIPB.
(3) SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) berlaku untuk 1 (satu) tempat.
(1) Untuk memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, Bidan harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi
b. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat
Izin Praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan atau tempat praktik
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar;
e. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
Pasal 4 atau pejabat yang ditunjuk;
f. rekomendasi dari organisasi profesi.
(2) Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI), Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan/atau
proses STR belum dapat dilaksanakan, maka Surat Izin Bidan
ditetapkan berlaku sebagai STR.
(4) Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Formulir I terlampir.
(1) SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
(2) Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota maka persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf e tidak diperlukan.
Pasal 5 (3) Permohonan SIKB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus
disampaikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas
kesehatan kabupaten/kota kepada pemohon dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan
diterima.

Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di


Pasal 6 1 (satu) tempat kerja dan 1 (satu) tempat praktik.
(1) SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat
diperbaharui kembali jika habis masa berlakunya.
(2) Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota setempat
dengan melampirkan:
a. fotokopi SIKB/SIPB yang lama;
b. fotokopi STR;
Pasal 7 c. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar;
e. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e;
f. rekomendasi dari organisasi profesi

SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku jika:


(1)Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB.
Pasal 8 (2)Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang.
(3)Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.
KEWENANGAN BIDAN DI
KOMUNITAS
Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang


meliputi:
1.Pelayanan kesehatan ibu;
2.Pelayanan kesehatan anak; dan
3.Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
c. Pelayanan persalinan normal;
d. Pelayanan ibu nifas normal;
e. Pelayanan ibu menyusui; dan
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berwenang untuk:
a. Episiotomi;
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
h. Penyuluhan dan konseling;
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j. Pemberian surat keterangan kematian; dan
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Pasal 11

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan
pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
(2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berwenang untuk:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0 — 28 hari), dan perawatan tali pusat;
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
f. Pemberian konseling dan penyuluhan;
g. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.
Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk:
(1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
(2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Pasal 13

(1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12,
Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,
anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah;
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
(2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
Pasal 14

(1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9.
(2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
(3) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

Pasal 15

(1) Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktik mandiri


tertentu untuk melaksanakan program Pemerintah.
(2) Bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah
berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16

(1) Pada daerah yang belum memiliki dokter,


Pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan minimal
Diploma IIIKebidanan.
(2) Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan
pemerintah daerah dapat menempatkan bidan
yang telah mengikuti pelatihan.
(3) Pemerintah     daerah        
provinsi/kabupaten/kota bertanggun jawab
menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang
memberikan pelayanan di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Pasal 17

(1) Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan


meliputi:
a. Memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan
asuhan kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi,
anak balita dan prasekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat;
b. Menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalinan; dan
c. Memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(2) Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:


a. Menghormati hak pasien;
b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengan tepat waktu;
d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara
sistematis;
g. Mematuhi standar ; dan
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
(2) Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak:


(1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja sepanjang
sesuai dengan standar;
(2) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya;
(3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar; dan
(4) Menerima imbalan jasa profesi.
LATIHAN SOAL
1. Administrasi dan Pengelolaan termasuk
dalam Standar...
a. Standar I
b. Standar II
c. Standar III
d. Standar IV
e. Standar V
2. Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki standar
asuhan / manajemen kebidanan yang diterapkan
sebagai pedoman dalam memberi pelayanan kepada
pasien. Pengertian tersebut termasuk dalam standar...
a. Standar IV
b. Standar V
c. Standar VI
d. Standar VII
e. Standar VIII
3. Kode Etik bidan Indonesia disempurnakan dan
disahkan pada Kongres Nasional IBI XII pada
tahun...
a. 1986
b. 1988
c. 1989
d. 1990
e. 1991
4. Kewajiban Bidan terhadap profesinya
merupakan kode etik bidan pada BAB...
a. BAB III
b. BAB IV
c. BAB V
d. BAB VI
e. BAB VII
5. Bidan harus memelihara kesejahteraannya agar
dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
Merupakan isi dari kode etik bidan...
a. Kewajiban Bidan thd Klien & Masy
b. Kewajiban Bidan thd tugasnya
c. Kewajiban Bidan thd sejawat & nakes lainnya
d. Kewajiban Bidan thd profesinya
e. Kewajiban Bidan thd diri sendiri
6. Dibawah ini termasuk kewajiban bidan terhadap klien dan
masyarakat kecuali...
a. Bidan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dlm melaksanakan tugas pengabdiannya
b. Bidan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yg
utuh dan memelihara citra bidan
c. Bidan senantiasa berpedoman pd peran, tugas dan tanggung
jawab sesuai dgn kebutuhan klien, keluarga & masy
d. Bidan senantiasa menciptakan suasana yg serasi dlm hubungan
pelaksanaan tugasnya
e. Bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna thd klien,
keluarga & masy sesuai kemampuan profesi
7. Standar Asuhan Kebidanan berjumlah...
a. 23 Standar
b. 24 Standar
c. 25 Standar
d. 26 Standar
e. 27 Standar
8. Penanganan Kegawatan pada Eklampsia
merupakan standar...
a. Standar 17
b. Standar 18
c. Standar 19
d. Standar 20
e. Standar 21
9. Penanganan Kala II dgn gawat janin melalui
episiotomi merupakan standar asuhan kebidanan
yang termasuk pada standar...
a. Standar Pelayanan Umum
b. Standar Pelayanan Antenatal
c. Standar Pertolongan Persalinan
d. Standar Pelayanan Nifas
e. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan
Neonatus
10. Dibawah ini termasuk dalam standar penanganan
kegawatan obstetri dan neonatus kecuali...
a. Penanganan Perdarahan pd Kehamilan
b. Penanganan Kegawatan pd partus lama atau
macet
c. Penanganan Kala II dgn gawat janin
d. Persalinan dgn forceps rendah
e. Penanganan asfiksia
11. Persyaratan untuk mengurus perizinan SIKB
dan SIPB terdapat dalam pasal...
a. Pasal 3
b. Pasal 4
c. Pasal 5
d. Pasal 6
e. Pasal 7
12. Yang termasuk isi pasal 3 dalam registrasi praktik kebidanan
adalah:
a. Setiap bidan yang menjalankan praktik mandiri wajib memiliki
SIPB.
b. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan
minimal DIII bidan
c. SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
d. Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling
banyak di 1 (satu) tempat kerja dan 1 (satu) tempat praktik.
e. SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat
diperbaharui kembali jika habis masa berlakunya
13.Dibawah ini termasuk kewenangan bidan dalam
memberikan pelayanan di komunitas kecuali...
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan
d. Pelayanan Kesehatan Remaja
e. Pelayanan Kesehatan KB
14. Kewenangan bidan di komunitas dalam
memberikan pelayanan anak terdapat dalam pasal...
a. Pasal 10
b. Pasal 11
c. Pasal 12
d. Pasal 13
e. Pasal 14
15.Pasal 9 dalam kewenangan bidan di
komunitas berisi tentang...
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan
d. Pelayanan Keluarga Berencana
e. Semua Benar
Kunci Jawaban
1. B 6. E 11. B
2. D 7. C 12. A
3. C 8. A 13. D
4. B 9. C 14. B
5. E 10. C 15. E

Anda mungkin juga menyukai