Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
luas 35,71 km2. Namun, berdasarkan data BPS tahun 2009-2016 Kecamatan
Depok memiliki jumlah, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk terbanyak
dibandingkan dengan kecamatan kawasan pusat kegiatan nasional lainnya, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Laju jumlah, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk ini selaras dengan data
perubahan penggunaan lahan Kecamatan Depok tahun 2009-2016 di mana terjadi
peningkatan cukup besar berupa penggunaan lahan non pertanian dari 1.871,32 ha
menjadi 2.767,76 ha atau terjadi peningkatan sebesar 32,36 % selama 7 tahun lihat
Tabel 1.2 berikut.
(Suharyadi, 2001). Ada beberapa jenis data dalam penginderaan jauh antara lain
foto udara dan citra satelit. Penggunaan citra satelit lebih menguntungkan dalam
hal resolusi temporal (periode perekaman daerah yang sama), dan cakupan daerah
yang luas dibandingkan dengan foto udara. Citra Geo-eye1 merupakan salah satu
jenis citra penginderaan jauh resolusi tinggi dengan resolusi spasial sebesar 0,46
m untuk pankromatik dan 1,84 m untuk multispektral. Fitur satelit Geo Eye-1
digunakan untuk sistem penginderaan jauh komersial, dirancang untuk proyek
besar yang dapat merekam 350.000 km2 pan-sharphen multispektral setiap hari.
Besaran resolusi spasial citra Geo-Eye1 yang tinggi menyebabkan kemudahan
dalam interpretasi citra guna pemetaan detail dalam peneltian ini.
A. Perencanaan Wilayah
Optimasi yang memuaskan semua pelaku yang terlibat tidak selalu dapat
dicapai, dan ini juga tidak selalu sama untuk kasus-kasus dan lokasi pemanfaatan
lahan yang dihadapi. Pengertian pemanfaatan atau dialihfungsikan lahan secara
umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sebidang lahan dari satu
pemanfaatan ke pemanfaatan lainnya. Kajian ekonomi lahan menyatakan
pengertian ini sering dilokasikan pada proses dialihgunakan khusus dalam
dinamika perkembangan pusat kota (Zulkaidi, 1999). Proses perubahan yang
terjadi dibagi kedalam 7 tahap berikut :
C. Penataan Ruang
ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang dalam Pasal 1
Butir 3 UUPR adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedang pola
ruang dalam Pasal 1 Butir 4 adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budi daya.
Pengertian penataan ruang dalam Pasal 1 Butir 5 UUPR adalah suatu
sistem proses yang terdiri dari perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Proses penataan ruang tersebut merupakan satu
kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainya. Sesuai dengan
Pasal 6 Ayat (3) UUPR maka penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang
wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
D. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
terpadu. Rencana Detail Tata Ruang adalah rencana pemanfaatan ruang bagian
wilayah kota secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang
dalam rangka pengaturan zonasi, perizinan, dan pembangunan kawasan. Lingkup
wilayah yang diatur dalam RDTRK meliputi sebagian wilayah atau seluruh
wilayah administrasi kota atau beberapa kawasan tertentu dengan skala kedetilan
minimal 1 : 5.000. Isi dari RDTRK meliputi kebijaksanaan pengembangan
penduduk, rencana pemanfaatan ruang bagian wilayah kota, rencana struktur
tingkat pelayanan, rencana sistem jaringan fungsi jalan, rencana sistem jaringan
utilitas, rencana kepadatan bangunan lingkungan dan rencana ketinggian
bangunan (Pemendagri No. 28,2008).
G.2 Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Rencana Detail Tata Ruang
Penggunaan Lahan
Rencana Detail Tata Ruang merupakan hasil analisis kesesuaian
penggunaan lahan. Kesesuaian penggunaan lahan terhadap Rencana Rencana
Detail Tata Ruang adalah perbandingan antara arahan kawasan menurut tata ruang
dengan kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini. Beberapa literatur
menggunakan istilah penyimpangan penggunaan lahan sebagai padanan
ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan rencana penggunaan lahan. Restina
(2009) dalam tesisnya, menemukan faktor faktor yang mempengaruhi
penyimpangan adalah,kepadatan penduduk, luas lahan pertanian, bangunan di
bantaran sungai dan jarak ke pusat kota. Faktor sosial ekonomi masyarakat seperti
pendidikan, pekerjaan pendapatan, kepemilikan lahan serta tingkat pengetahuan
masyarakat tentang rencana tata ruang yang rendah akibat kurangnya sosialisasi
dari instansi terkait.
G.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Rencana
Tata Ruang
Implementasi rencana tata ruang adalah sebuah tindakan nyata dari produk
rencana yang telah dibuat sebagai upaya untuk mencapai tujuan penataan ruang.
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang diinginkan supaya berdampak pada
kelompok sasaran (Dilang, 2008). Ginting (2010) dalam tesisnya menyatakan
bahwa kemampuan dalam melaksanakan rencana (implementabilitas) dipengaruhi
12
Lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau
daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, mereka dapat
menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan, dan
mengembangkan hidupnya. Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan
pemanfaatan ruang/lahan untuk tumbuh, berkembang, dan melakukan aktivitas
baik sosial maupun ekonomi sesuai fungsi dari lahan yang berbeda-beda
(Bintarto, 1977).
13
F. Penggunaan Lahan
Lahan sebagai suatu sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh seluruh
masyarakat memiliki sifat dinamis, artinya akan mengalami perubahan dari waktu
ke waktu (terkait jenis penggunaannya). Perubahan penggunaan lahan merupakan
suatu proses yang berjalan seiring perkembangan jumlah dan aktivitas penduduk.
Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi karena adanya faktor dominan yang
mempengaruhinya. Ada 4 proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan (Bourne, 1982 dalam Brian Erfino W., 2014) yaitu :
1. perluasan batas kota;
2. peremajaan pusat kota;
3. perluasan jaringan infrastruktur;
4. tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu misalnya, tumbuh
aktivitas industri dan pembangunan aktivitas industri dan pembangunan
sarana rekreasi atau wisata.
Selain itu, menurut (Cullingsworth, 1997) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, perubahan penggunaan yang cepat
di perkotaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni :
1. adanya konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya;
2. aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota;
3. jaringan jalan dan sarana transportasi, dan
4. orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan suatu wilayah dengan pusat-
pusat pelayanan yang lebih tinggi.
Chapin (1979) juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
15
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Studi Kasus Sebagian Kecamatan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
17
Peri-Urban Studi Kasus : Kecamatan Mlati Tujuan dari penelitian ini adalah
mengkaji perubahan guna lahan pada masa itu, dan ketidaksesuaian antara
pembangunan di lapangan dan dokumen Rencana Detail Tata Ruang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis foto udara dan gambar
satelit melalui proses overlay dan analisis input-output, disertai analisis SWOT
atas kebijakan-kebijakan guna lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
10,32% guna lahan di Mlati berubah sepanjang kurun waktu tersebut, yang
mengakibatkan hilangnya 290,67 acre area pertanian dengan 13,12% diantaranya
berubah menjadi permukiman. Namun demikian, 65,9% dari guna lahan disana
masih sesuai dengan dokumen perencanaan.
Di bawah ini akan disajikan ringkasan dari beberapa penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan terkait dengan analisis kesesuaian penggunaan
lahan aktual terhadap rencana detail tata ruang pada Tabel 1.3 berikut :
18
Perubahan penggunaan
lahan
RDTR
Output :
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiyaannya (UU No. 26 Tahun 2007).
Rencana Detail Tata Ruang Kota adalah hasil perencanaan wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang yang diimplemantasikan pada struktur
wilayah dan kawasan-kawasan tertentu yang telah ditentukan
(UU. No. 26 Tahun 2007).
Analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah
hitungan dan evaluasi logika matematis yang dilakukan dalam rangka
mencari atau menemukan hubungan yang terdapat diantara unsur-
unsur geografis (Prahasta,2006).