Anda di halaman 1dari 7

Trad. Med. J.

, January - April 2016 Submitted : 15-03-2016


Vol. 21(1), p 48-54 Revised : 10-04-2016
ISSN : 1410-5918 Accepted : 19-04-2016

VITAMIN C, VITAMIN A AND ALPHA HYDROXY ACID IN BENGKOANG


(Pachyrhizus Erosus)
KANDUNGAN VITAMIN C, VITAMIN A DAN ALPHA HYDROXY ACID DALAM
BENGKOANG (Pachyrhizus Erosus)

Ardian Widyatm oko, Dwi Hastutik, Ari Sudarmanto, Endang Lukitaningsih *


Faculty of pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta

ABSTRACT

Bengkoang or Pachyrhizus erosus has been used as a traditional cosmetic material since many years
ago. Until now, many cosmetic preparations using bengkoang as a main material have been produced by
cosmetic industries, mainly for skin care, whitening and sunscreen preparation. However, content of vitamin
A, vitamin C and alpha hydroxyl acid has not been discovered yet. These compounds are essential in skin care
process because of their activities in cell regeneration, antioxidant as well as peeling of dead skin cell layer.
The aim of this research is to provide information about the content of three compounds in bengkoang.
Vitamin A has been analysed by spectrophotometer, vitamin C analysed using titration method and alpha
hydroxyl acid analysed using gas chromatography. The result showed that concentrations of vitamin A and
vitamin C are 179.21 ± 8.19 ppm and 0.31 ± 0.06 %, respectively. Meanwhile the content of alpha hydroxyl
acid was 0.80 ± 0.01% (measured as glycolic acid).
Key words: bengkoang, vitamin A, vitamin C, alpha hydroxyl acid

ABSTRAK

Bengkoang atau Pachyrhizus erosus telah lama digunakan sebagai bahan kosmeti ka tradisional sejak
puluhan tahun yang lalu. Bahkan sampai sekarang banyak diproduksi sediaan kosmetik terutama untuk
perawatan kuli t, pemutih serta tabir surya menggunakan bahan dasar bengkoang. Namun demi kian,
informasi kandungan vitamin A, vitamin C dan alpha hydroxyl acid (AHA) yang ada dalam bengkoang belum
dipublikasikan. Senya wa-senyawa tersebut sangat bermanfaat dalam perawatan kulit karena memiliki
aktivitas sebagai pemacu regenerasi sel, antioksidan dan peeling sel kulit yang mati. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan informasi ketiga kandungan senyawa tersebut. Dalam p enelitian ini, vitamin A dianalisis
secara spektrofoto metri, vitamin C secara ti trasi dan AHA dianalisis menggunakan kro matografi gas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kandungan vitamin A dan vitamin C dalam bengkoang berturut -turut
179,21 ± 8,19 ppm dan 0,31 ± 0,06 %, sedangkan kandungan alpha hydroxyl acid adalah 0,80 ± 0,01 %
(dihitung sebagai asam gliko lat).
Kata kunci: bengkoang, vitamin A, vitamin C, alpha hydroxyl acid

PENDAHULUAN isoflavon yaitu dai dzein, daidzei n-7-o-β-


Bengkoang tel ah di gunakan oleh nenek glukopiranos a, 5-OH-daidzei n-7-o-β-
moyang selama berpuluh-puluh tahun s ebagai glukopiranos a dan 8,9-furanyl-pterocarpan-3-ol.
bahan kosmetika tradisonal seperti bedak dingin Senyawa ters ebut juga telah diteliti aktivitasnya
masih banyak di jumpai hingga saat i ni. Kandungan meliputi aktiviatas meny erap sinar UV,
senyawa essensial bagi kulit seperti vitamin C, antioksidan dan penghambatan enzim tyrosinase
vitamin A dan AHA dalam bengkoang (Lukitaningsih et al., 2013). Kandungan fitosterol
belum pernah diteliti, meskipun i nformasi utama dalam umbi bengkoang juga tel ah diketahui
tentang metabolit sekunder di dal amnya telah yaitu mengandung β-sitosterol dan sti gmasterol
dilaporkan. Beberapa metabolit sekunder dalam dengan kons entrasi sekitar 0,02 % per berat
bengkoang berikut aktivitasnya telah diteliti. kering bengkoang atau sekitar 2,76 % dalam
Lukitaningsih dan Holzgrabe (2014) menyatakan ekstrak petroleum eter bengkoang (Luki taningsih
bahwa bengkoang gandung senyawa golongan et al., 2012). Aktivitas ekstrak bengkoang s ebagai
agent kemopreventif juga telah dilaporkan oleh
*Correspondence author: Endang Lukitaningsih Nurrochmad et al (2013).
Email: lukitaningsih_end@ ugm.ac.id

48 Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016


VITAMIN C, VITAMIN A AND ALPHA HYDROXY ACID

Keti ga seny awa (vitamin C, vitamin A dan (berderajat teknis), asam metafosfat, asam asetat,
kandungan senyawa AHA) sangat diperlukan 2,6-diklorofenolindofenol, heks an, standard asam
dalam perawatan kulit. Oleh karena itu perlu glikolat, standard asam askorbat, aquades, kalium
dilakukan penelitian untuk menetapkan hidroksida, standar vitamin A palmitat, metanol.
kandungannya dalam bengkoang untuk Kecuali larutan penyari, bahan standard, aquades
menambah saintifikasi penggunaan bengkoang dan sampel, bahan kimia tersebut berderajat pro
sebagai bahan kosmetika maupun suplemen analisis (Merck, Darms tad, Jerman).
perawatan kulit. Kromatografi Gas (Shimadzu tipe QP2010S)
Vitamin C telah dikenal sebagai antioksidan yang dilengkapi dengan detektor flame ionized
potensial yang mampu menangkap radikal bebas detector (FID), rotary evaporator (Heidolph WB
dalam tubuh serta mencegah hiperpigmentasi. 2000), spektrofotometer uv-vis (Spectronic
Radikal bebas dalam tubuh sendiri dapat Genesys 10), neraca analitik, blender, pompa
meningkat pada kondisi tubuh yang telah tua vakum, oven, alat gelas
maupun karena paparan sinar mataha ri yang
berlebihan. Dalam jumlah y ang cukup, sinar Jalannya Penelitian
matahari bermanfaat untuk mengubah provitamin Determinasi kandungan AHA
D menjadi vitamin D (Juzenene dan Moah, 2012). Bengkoang dikupas kulitnya, dicuci dan
Namun dal am jumlah y ang berlebih, menurut dipotong kecil-kecil kemudi an diblender. Bagian
Povillot dkk. (2011) sinar matahari mampu air dipisahkan dari bagian ampas dengan
menghasilkan spesies radikal yang dapat berupa peny aringan. Residu kemudian di ekstraksi
radikal hidrogen peroksida, superoksid anion, berturut-turut menggunakan eter dan etanol.
maupun radikal oksigen (American Cancer Ekstrak eter dan etanol dikumpulkan secara
Society, 2014). Di samping itu, sinar UV juga terpisah, dipekatkan dan dianalisis. Air perasan
mampu mengaktivasi sel-sel melanosit (Walters, bengkoang, eks trak etanol dan eter dari bagian
1997; M atsuura, 2006; Standring, 2008) dan residu perasan bengkoang di tetapkan kandungan
merus ak inti sel kerati nosit dengan cara asam glikolatnya menggunakan kromatografi gas.
pengaktifan p53 (Juzeniene dan Moan, 2012). Masing-masing komponen s ampel ini dianalisis
Senyawa vitamin C, vitamin E dan derivat fenol sebany ak tiga kali replikasi.
dan flavonoid dalam banyak tumbuhan juga Dibuat seri konsentrasi baku asam glikolat
memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Carocho, dengan rentang konsentrasi 2,50 – 20,00 mg/mL),
dkk., 2013; Kim et al. 2004) s ekaligus mencegah kemudi an masing-masing diinjeksikan s ejumlah
hiperpigmentas e melalui penghambatan 1,0 µl ke dalam kromatografi gas. Kurva hubungan
tyrosinase. Oleh karena itu senyawa ini banyak antara berat asam glikolat yang diinjeksikan
digunakan sebagai bahan kosmetika alami versus luas area puncak kromatogram dibuat
(Wang et al. 2006; Sandler 2005; Sudjaroen et al. untuk menghi tung kons entrasi asam glikolat
2005). dalam sampel bengkoang.
Disamping kedua efek di atas, paparan sinar Kromatografi gas dikondisikan sebagai
matahari yang berlebihan juga dapat berikut: Kolom : kolom kapiler Rtx-5 M S, panjang
menyebabkan kerus akan lapisan kolagen kulit, 30 meter, diameter dalam 0,25 mm; Fase gerak :
sehingga kulit kehilangan elas tisitasnya dan gas helium dengan kecepatan alir total 30
kelihatan menua. Penuaan dini dapat dihambat ml/meni t; D etektor : FID dengan suhu 300°C,
oleh senyawa-s enyawa alpha hydroxyl acid (AHA) tekanan gas hidrogen dan tekanan gas oksigen
yang banyak di temukan dal am buah -buahan masing-masing 1kgf
segar. AHA beraktifitas mempercepat pergantian Pengaturan temperatur kolom : suhu diatur
kulit atau peremajaan sel kulit, sehingga kulit 80°C s elama 5 menit, kemi dian dinaikkan hi ngga
tampak s egar dan tidak berkerut (Draelos and mencapai suhu 290°C pada meni t ke-10. Suhu
Thaman, 2006). Nutrisi essensial lain bagi kulit dipertahankan hingga menit ke-34.
adal ah vitami n A yang berfungsi menjaga Suhu injektor di atur 300°C.
kesehatan kulit serta memperbaiki permukaan
kulit yang kasar dan berkerut (Draelos and Determinasi kandungan vitamin C
Thaman, 2006). Sebany ak 200,0 gram bengkoang dibl ender
dalam pelarut asam metafosfat, dan diperas.
METODOLOGI Bagian air perasan kemudi an difraksinasi
Alat dan bahan berturut-turut menggunakan heksan dan eter.
Bengkoang (diambil di daerah Prembun, Fraksi air bebas material non polar s elanjutnya
Jawa Tengah pada musim kering Juli-Agustus). ditetapkan kandungan vitamin C nya dengan
Larutan penyari petroleum eter dan etanol metode sebagai berikut. Diambil 25,0 ml fraksi air

Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016 49


Ardian Widyatmoko

dan diti trasi dengan l arutan 2,6- HASIL DAN PEMBAHASAN


diklorofenolindofenol 0,025% yang telah Analisis alpha hydroyxl acid yang
distandarisasi menggunakan baku asam askorbat. diekspresikan s ebagai asam glikolat telah
Titrasi dihentikan sampai terbentuk warna merah dilakukan menggunakan kromatografi gas yang
keunguan sebagai titik akhirny a. Volume titran telah dioptimasi. Seny awa glikolat termasuk
dicatat sebagai V1. Analisis dilakukan sebanyak 5 senyawa sederhana dan volatil (Haynes, 2013)
kali pengulangan. Diambil 100 ml fraksi air dan dapat dianalisis menggunakan gas kromatografi
ditambah 5 gram norit ke dalamny a. Larutan yang dilengkapi dengan kolom Rtx-5 M S yang
selanjutnya disaring secara kuantitatif dan volume berisi diphenyl dimethyl polysiloxane. Senyawa
titran di tambah dengan aquades hi ngga AHA jenis asam glikolat termasuk seny awa yang
volumenya 100,0 ml. Diambil sebanyak 25,0 ml polar, sehingga banyak terdapat dalam air perasan
filtrat dan diti trasi dengan larutan 2,6- dan ekstrak etanol, sedangkan dalam ekstrak eter
diklorofenolindofenol 0,025% hingga warna diperkirakan praktis tidak mengandung asam
merah keunguan. Volume ti tran dicatat s ebagai glikolat. Gambar kromatogram standar asam
V2. Analisis dikerjakan sebanyak 5 kali glikolat dan sampel disajikan dal am Gambar 1
pengulangan. Kadar vitamin C dinyatakan dengan (gambar 1a dan b). As am glikolat memiliki waktu
perhitungan: retensi 13,47 ± 0,12 menit. Persamaan kurv a baku
hubungan antara berat asam glikolat versus luas
Vitamin C= X 100% b/b area kromatogram adalah

Keterangan : fp=faktor pengenceran; B=bobot Y = (0,4385 ± 0,28) X – (0, 0617 ± 0, 0407)


penimbangan sampel (gram) Y adal ah luas area (mAU.sec), X adalah
berat standar asam glikolat (μg), harga R 2 adalah
Determinasi kandungan vitamin A 0,9992. Berdasarkan pers amaan kurv a baku
Dibuat s eri konsentrasi larutan vitamin A dalam Gambar 2, dapat dihi tung harga limi t of
dalam pelarut etanol. Serapan masing-masing detection (LOD) untuk menentukan perkiraan
larutan baku dibaca pada panjang gelombang 332 konsentrasi minimal asam glikolat yang dapat
nm menggunakan spektrofotometer. Kurva baku dideteksi secara kuantitatif dengan reliabilitas
vitamin A s elanjutnya dibuat dengan yang tinggi. Harga LOD yang diperoleh adalah
menghubungkan konsentrasi baku versus 2,26 μg, yaitu ti ga kali dari noise yang dalam hal
absorbansi. ini diekspresikan dari tiga kali simpangan baku
Lima kilogram sampel bengkoang dibl ender intersep (A). Kandungan asam glikolat total dalam
halus kemudian diperas dan diambil filtratnya. bengkoang keri ng adalah 0, 80 ± 0,01 % yang
Filtrat yang diperoleh secara kuantitatif terdistribusi sesuai data dalam Tabel I.
dimasukkan dalam corong pisah dan di ekstraksi Berdasarkan hasil tersebut, maka bengkoang
dengan petroleum eter. Fraksi petroleum eter dapat dikembangkan sebagai bahan kosmetika
yang diperoleh dikumpulkan secara kuantitatif exfoliant dengan efek meremajakan kulit.
kemudi an diuapkan dengan rotary ev aporator Kandungan vitamin C dalam bengkoang
hingga volume 50, 0 mL. Bagian ampas dimaserasi telah dilakukan dengan titrasi menggunakan 2,6-
berturut-turut menggunakan eter dan etanol. diklorofenolindofenol (DCIP) dan diperoleh hasil
Fraksi eter dan etanol dikumpulkan secara 0,31 ± 0,06% berat kering s esuai dengan Tabel II,
terpisah dan dipekatkan. Diambil masing-masing sedangkan reaksi kimia antara vitamin C dan
sejumlah 50,0 mL fraksi eter air peras an, ekstrak pereaksi 2, 6-diklorofenolindofenol disajikan
eter dan etanol ampas bengkoang kemudian dalam Gambar 3. Metode titrasi menggunakan 2,6-
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 50 diklorofenolindofenol memiliki selektifitas rendah
ml etanol. Campuran segera di refluks di atas yaitu dapat bereaksi dengan reduktor selain
penangas air selama 30 menit menggunakan 5 ml vitamin C. Untuk meminimalisir interferensi
larutan KOH 50% yang dibuat baru. Setelah dingin, reduktor lain, maka di gunakan norit. Perendaman
selanjutnya hasil refluks dipartisi menggunakan sampel dengan asam metafosfat bertujuan untuk
aquades dan petroleum eter. Fas e petroleum eter mencegah kerusakan vitami n C oleh enzim
dikumpulkan, dihilangkan tapak-tapak air dengan pengoksidasi yang ada dal am sampel. Berdas arkan
natrium sulfat anhidrat, dipekatkan dan hasil penelitian ini, bengkoang memiliki
selanjutnya dibaca absorbansinya pada panjang kandungan vitamin C meskipun sangat rendah,
gelombang 332 nm. Kadar vitamin A dalam s ampel sehingga pemanfaatan bengkoang sebagai
dihitung menggunakan kurva baku yang telah antioksidan hanya berdas arkan kandungan
disiapkan. vitamin C sangat kurang menguntungkan.

50 Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016


VITAMIN C, VITAMIN A AND ALPHA HYDROXY ACID

Gambar 1a. Kromatogram standard asam glikolat diamati secara gas kromatografi. Waktu retensi Asam
glikolat = 13,470 min (puncak no 10)

Gambar 1b. Kromatogram sampel bengkoang yang mengandung asam glikolat diamati secara gas
kromatografi. Waktu retensi Asam glikolat = 13,456 min (puncak no 6)

Gambar 2. Kurv a baku asam glikolat yang dianalisis menggunakan GC -FID

Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016 51


Ardian Widyatmoko

OH Cl

O
O O OH
OH

+
Cl N
HO OH

Vitamin C DCIP (warna pink)

OH Cl

O
O HO OH
OH

+
O O Cl N

Dehydro-vitamin C DCIP-tereduksi (tidak berwarna)

Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan 2, 6 dikloroindolphenol (DCIP)

Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan 2,6 dikloroindolphenol (DCIP)

Gambar 4. Spektrogram s tandard Vi tamin A

Penelitian lain oleh Lukitaningsih (2009) sebelumnya, dengan hasil recovery 82,89 ± 15,92
menyatakan bahwa bengkoang ternyata memiliki % dan limit of detection 0, 043 mg/ml. Oleh karena
potensi antioksidan yang cukup bes ar, karena itu, metode ini dapat di gunakan untuk analisis
bengkoang memiliki senyawa fl avonoid dan vitamin A dengan reliabilitas yang baik. Kurva
trilinolein yang terdapat dalam kandungan baku hubungan kons entrasi vitamin A dan
ekstrak etil asetat. Oleh karena itu bengkoang absorbansi tel ah ditentukan (Gambar 5), dengan
masih dapat dikembangkan sebagai bahan pers amaan regresi linear sebagai berikut:
antioksidan dalam sediaan kosmetika dengan
memanfaatkan kandungan antioksidan selain Y = 2,4340 X – 0,0753;
vitamin C. Y adalah absorbansi, X adalah konsentrasi vitamin
Kandungan vitamin A dalam bengkoang A (mg/ml), harga R 2 adalah 0,9856
telah dianalisis menggunakan metode
spektrofotometer pada panjang gelombang Dari persamaan regresi linear diperoleh
maksimum 332 nm (Gambar 4). Validasi metode harga R2 yang relatif kurang bagus yaitu 0,9856.
analisis yang meliputi penetapan recovery Hal ini dimungki nkan oleh adanya gangguan
dan batas deteksi analisis juga tel ah dilakukan matriks selain vitamin A yang ikut terdeteksi.

52 Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016


VITAMIN C, VITAMIN A AND ALPHA HYDROXY ACID

Gambar 5. Kurv a Baku Vitami n A yang di tetapkan s ecara spektrofotometri

Tabel I. Hasil perhitungan kadar asam glikolat dalam bengkoang


Bagian sampel Kadar asam glikolat (%) Kadar asam glikolat total (% )
Air peras an Air peras an 0,46 ± 0,01
Ekstrak Etanol 0,21 ± 0,02 0,80 ± 0,01
Residu
Ekstrak Eter 0,13 ± 0,01

Tabel II. Hasil Penetapan kadar vitamin C dalam bengkoang secara titrimetri menggunakan 2,6 -
diklorofenolindofenol
No Berat Berat Volume titran (mL) Kadar vit C dalam
basah kering Replikasi Tanpa Dengan sampel kering (%
(gram) (gram) norit (V1) norit (V2) b/b)
1 240,1 20,90 1 11,20 0,350 0,40
2 10,40 0,145 0,38
3 9,60 0,125 0,35
4 9,85 0,150 0,36
5 8,90 0,130 0,32
2 243,17 21,23 1 7,35 0,160 0,26
2 7,50 0,145 0,27
3 6,95 0,155 0,25
4 6,90 0,155 0,24
5 6,85 0,150 0,24
Kadar Vi tamin C Rata-Rata (%) 0,31 ± 0,06
Catatan:Konsentrasi larutan baku 2,6-diklorofenolindofenol adalah 0,025% dengan angka kesetaraan 0,076

Tabel III. Kadar Vitamin A dalam Bengkoang


Bagian yang dianalisis Kandungan vitamin A (ppm berat kering)
Fraksi eter dari air perasan 97,95 ± 10,05
Ekstrak eter dari ampas 32,21 ± 2,79
Ekkstrak etanol dari ampas 49,05 ± 11,73
TOTAL 179,21 ± 8,19

Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan Distribusi vitamin A terbanyak ditemukan dalam
sistem kromatografi yang memungkinkan fraksi eter dari air perasan bengkoang.
terjadinya pemisahan komponen analit vitamin A Berdasarkan hasil analisis ini, maka bengkoang
dari senyawa pengganggu sebelum dideteksi oleh dapat digunakan sebagai bahan kosmetika untuk
detektor spektrofotometer. Hasil analisis menjaga kes ehatan kulit dan memperbaiki
kandungan vitamin A disajikan dalam Tabel III.

Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016 53


Ardian Widyatmoko

permukaan kulit yang kasar dan berkerut, Compounds Obtai ned from Pachyrhizus
sehingga kulit tampak halus dan berseri. erosus. Aceh Int. J. Sci. Technol. 2 (3): 98-
102.
KESIMPULAN Lukitaningsih, E., Holzgrabe, U. 2014. Bioactive
Bengkoang terbukti mengandung vitamin C compounds in Bengkoang (Pachyrhizus
(0,31 ± 0,06 %), vitami n A (179,21 ± 8, 19 ppm) erosus) as Antioxidant and Tyrosinase
dan alpha hydroxyl acid (0,80 ± 0,01 % dihitung Inhibition Agents. Indonesian J. Pharm.
sebagai asam glikolat). Oleh karena itu bengkoang 25(2): 68-75.
dapat digunakan sebagai bahan kosmetika untuk Lukitaningsih, E. 2012. Phytosterol in Bengkoang.
perawatan kulit terutama dalam pencegahan Pharmacon. 13(2): p 47-54.
penuaan dini dan memacu regenerasi sel kulit. Matsuura, R., Ukeda, H., Sawamura, M. 2006.
Tyrosinase inhibi tory activity of Citrus
essenti al oils. J. Agric. Food Chem. 54: 2309-
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada 2313.
Universitas Gadjah M ada y ang telah membiay ai Nurrochmad, A., Luki taningsih, E., Monikawati, A.,
penelitian ini melalui program MAK 5250 Septhea, D.B., Meiyanto, E. 2013.
ditujukan kepada Endang Lukitaningsih Combination of low-concentration of novel
phytoestrogen (8,9)-furanyl-pterocarpan-3-
ol from Pachy rhizus erosus attenuated
DAFTAR PUSTAKA tamoxifen-associated growth inhibi tion on
American Cancer Society, 2014. Skin Cancer: Bas al breast cancer T47D cells. Asian Pac J Trop
and Squamous Cell.
Biomed. 3(11): 847-852 .
(http://www.cancer.org, diaks es pada 13 Pouillot, A., Polla, L.L., Tacchini, P., Neequaye, A.,
Maret 2015) Polla, A., dan Polla, B. 2011. Natural
Carocho, M., and Ferreira, I.C.F.R. 2013. A Review
Antioxidants and Their Effects on The Skin.
on Antioxidants, Prooxidants and Related in: Formulating, Packaging, and Marketing
Controversy: Natural and Synthetic of Natural Cosmetic Products. John Wiley &
Compounds, Screening and Analysis Sons, Inc., pp 239 – 253.
Methodologies and FuturePerspectives. Sandler, J. A. 2005. The Phy tochemical Extraction
Food Chem.Toxicol. 51: 15–25.
and analysis of new flavonoids and
Haynes, W.M. (ed.). 2013. Handbook of Chemistry saponins from the genus Silphi um,
and Physics. 94th ed. CRC Press LLC, Boca Dissertation, The University of Texas at
Raton: Florida. pp. 3-284
Austin, pp 1-23.
Juzeni ene, A. and Moan, J. 2012. Beneficial Effects Standring, S. 2008. Gray’s Ana tomy : The
of UV Radiation Other Than Vi a Vitami n D Anatomical Basis of Clinical Practice,
Production, Dermatoendocrinol. 4(2): 109–
Churchill Livingstone, UK.
117. Sudjaroen, Y., Haubner, R., Würtele, G., Hull, W. E.,
Khatib, S., Nerya, O., Musa, R., Shmuel, M., Tamir, S., Erben, G., Spiegelhalder, B., Changbumrung,
Vaya, J. 2005. Chalcones as potent S., Bartsch, H., Owen, R. W. 2005. Isolation
tyrosinase inhibitors: the importance of a and structure elucidation of phenolic
2,4-subs tituted resorcinol moiety. Bioorg.
antioxidants from Tamarind (T amarindus
Med. Chem. 13: 433-441. indica L.) seeds and pericarp, Food Chem.
Kim, D., Park, J., Kim, J., Han, C., Yoon, J., Kim, N., Toxicol. 43: 1673-1682.
Seo, J., Lee, C. 2006. Flavonoids as
Walters, C., Keeney, A., Wigal, C.T., Johnston, C.R.,
mushroom inhibitors: A Fluorescense and Cornelius, R. 1997. The
quenching study. J. Agric. Food Chem. 54: spectrophotometric analysis and modelling
935-941 of sunscreens. J. Chem. Edu. 74: 99-101.
Lukitaningsih, E. 2009. The exploration of Wang, K.H., Lin, R.D, Hsu, F.L., Huang, Y.H., Chang,
whitening and sun screeni ng compounds in
H.C., Huang, C. Y., Lee, M.H. 2006. Cosmetic
bengkoang roots ( Pachyrhizus erosus), applications of el ected traditional Chi nese
Dissertation, Würzburg, Germany herbal medicines. J. Ethnopharmacol. 106:
Lukitaningsih, E., Bahi, M., Holzgrabe, U. 2013.
353-359.
Tyrosinase Inhibition Type of Isolated

54 Traditional Medicine Journal, 21(1), 2016

Anda mungkin juga menyukai