Anda di halaman 1dari 13

KERJA SHIFT

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 30

130407004 SAKTI TRI ANGGRAINI


130407028 DHIA DARIN SILFI

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah epidemiologi lingkungan yang
membahas tentang kerja shift ini tanpa ada halangan suatu apapun.

Ucapan terima kasih , kami sampaikan kepada dosen mata kuliah epidemiologi yang telah
membimbing dan mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Di dalam penulisan makalah ini masih terdapat bagian-bagian yang belum sempurna dan
banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Medan, Juni 2015

Penulis

Kerja Shift | kelompok 30 i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

I. Latar Belakang 1
II. Tinjauan Pustaka 2
III. Studi Kasus dan Pembahasan 4
3.1. Deskripsi Kasus 4
3.2. Dampak 6
3.3. Agent, Host, dan Lingkungan 7
3.4. Model Gordon 7
3.5. Pengukuran Pemaparan 7
3.6. Pengukuran Efek 8
3.7. Pencegahan dan Pengendalian 9
IV. Daftar Pustaka 10

Kerja Shift | kelompok 30 ii


KERJA SHIFT
I. Latar Belakang

Organisasi kerja yang menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja
lembur, sistem kerja harian/borongan, masuk kerja, sistem pengupahan, insentif
dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Shift kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.
Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas
mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara
beban kerja fisik dan beban kerja mental.

Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di
malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan
circadian rhythm yang bersiklus kurang lebih 24 jam. Dalam masyarakat modern,
tuntutan kerja 24 jam/hari, seperti pada pekerjaan media massa, polisi, instalasi
pembangkit listrik tenaga nuklir, pilot, perusahaan-perusahaan industri, dan rumah
sakit mengharuskan adanya shift kerja, ada orang-orang yang dipekerjakan untuk
bekerja siang atau malam, dengan variasi pola pengaturannya

Penerapan sistem kerja shift memiliki konsekuensi yang perlu disadari oleh
setiap instansi pengguna sistem shift. Karena ada perbedaan kondisi kerja antara shift
siang dan shift malam. Pekerja yang bekerja pada shift malam lebih mudah merasa
mengantuk dan lelah. Sedangkan yang sudah terbiasa bekerja dengan shift siang
tentu perlu penyesuaian ketika harus berganti jadwal ke shift malam. Hal yang sama
berlaku sebaliknya. Shift kerja memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan
akibat dari jadwal kerja dan irama sirkadian yang tidak sinkron sehingga para
pekerjanya lebih mudah terkena gangguan kesehatan. Menurut The Circadian
Learning Centre di Amerika Serikat bahwa ketika ritme sirkadian menjadi tidak
sinkron maka fungsi tubuh akan terganggu sehingga mudah mengalami gangguan
tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, perubahan suhu tubuh,
perubahan hormon, gangguan psikologi dan gangguan gastrointestinal (Josling,
1999).

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti yang


dikemukan oleh The Circadian Learning Centre yaitu bahwa shift kerja
menyebabkan gangguan tidur, berdampak pada kehidupan psikologis dan
psikososial, menurunkan tekanan darah, kelelahan, kurang tidur, sakit kepala, dan
resiko mengalami kecelakaan kerja terutama yang bekerja shift malam karena mudah
mengalami penurunan konsentrasi akibat mengantuk.

Jam kerja yg berlebihan, kerja lembur di luar batas kemampuan akan


mempercepat kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja
bahkan dapat meningkatkan resiko kematian.

Kerja Shift | kelompok 30 1


II. Tinjauan Pustaka

Menurut Sumamur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin
meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk
pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus
siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja
juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama
bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja
yang lazim. Sistem shift kerja sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau
perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan
jam kerja setiap shift.

Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam
sistem shift kerja yang terdiri dari :

1. Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang
bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari.

2. Sistem Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap.
Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian
dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu
panjang.

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang
dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja.
Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8). Inggris menggunakan
sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift
lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga
merupakan system rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2
shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini
bergantian untuk stiap shift. Di Indonesia, sistem gilir yang banyak digunakan adalah
dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari
kerja gilir pagi (07.00-15.00), lima hari kerja gilir sore (15.00-23.00) dan lima hari
kerja gilir malam (23.00-07.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir kerja
gilir. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem
rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan
mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis untuk industri yang bergerak pada
bagian manufaktur dan kontiniu (Pulat dalam Sri Ramayuli, 2004).

Kerja Shift | kelompok 30 2


Setiap tenaga kerja harus memperoleh perlindungan diri dari berbagai
persoalan di sekitar tempat kerjanya dan hal-hal yang dapat menimpa dirinya
atau mengganggu dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Perlindungan tenaga
kerja ini bertujuan agar para pekerja dapat melakukan tugasnya sehari- hari dengan
rasa aman sehingga beban tugas yang diterima disesuaikan dengan baik.

Banyak pekerja gilir mengalami kelelahan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain lingkungan kerja, riwayat penyakit, beban kerja, sifat pekerjaan,
shift kerja, faktor individu, dan faktor psikologis (Adrianto, 2010; Ita Mina, 2005;
Shen, 2006).

Pada lingkungan fisik, misalnya penerangan yang tidak memenuhi persyaratan


dapat menyebabkan kelelahan visual. Selain itu lingkungan kerja non fisik seperti
hubungan karyawan dengan atasan dan sesama pekerja yang kurang harmonis akan
memberikan pengaruh pada tingkat kelelahan tenaga kerja dan hasil pekerjaannya
(Adrianto, 2010; Dang,2005).

Menurut Grandjean dalam penelitiannya menemukan 50-60% pekerja shift


mengalami gangguan tidur, kesehatan fisik menurun, dan kondisi psikologis
yang tidak menentu sebagai akibat dari berbagai waktu kerja atau shift kerja.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI didapat 30-
40% masyarakat pekerja pemberi jasa layanan kesehatan yang bersifat teknis dan
beroperasi selama 8-24 jam sehari mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan adanya
pola kerja bergilir (Depkes RI, 2003).

Bekerja secara terus menerus akan menimbulkan permasalahan tersendiri


terutama yang berkaitan dengan kesehatan badan dan daya kerja. Hal ini
dikarenakan setelah bekerja fungsi fisiologis tubuh terjadi penurunan atau fungsi
jasmani berada dalam fase istirahat. Apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dapat berakibat pada kelelahan fisik, penurunan denyut jantung,
penurunan tekanan darah, dan menurunnya kemampuan mental sebagai akibat dari
pengaruh hormonal yang berbeda pada laki-laki dan wanita (Moreira et al.,
2011).

Hormon-hormon kewanitaan menyebabkan fisik wanita lebih halus, selain itu


seorang tenaga kerja wanita selain bekerja di luar rumah mereka juga menjadi ibu
rumah tangga yang dibebani oleh tugas-tugas rumah tangga yang tidak sedikit dan
membutuhkan tenaga yang membedakan kelelahan antara tenaga kerja wanita dan
laki-laki.

Kerja Shift | kelompok 30 3


III. Studi Kasus Dan Pembahasan

3.1. Deskripsi kasus

PT Baker Hughes merupakan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi


minyak dan gas yang di kontrak oleh PT.X . PT. Baker Hughes mulai beroperasi di
kota Duri sejak tahun 1998 dengan nama PT Baker Hughes Indonesia (PT BHI)
yang bergerak sebagai kontraktor yang menyediakan jasa pemasangan pompa . PT
BHI ini memiliki tiga bagian pekerjaan yaitu office (kantoran) yang menangani
administrasi perusahaan, workshop yang menangani bagian gudang peralatan dan
bengkel dan yang ketiga field service yang menangani pekerjaan dilapangan.
Bagian field service ini mempunyai dua bagian pekerjaan yang berbeda, yang
pertama adalah installation yaitu pekerjaan memasang ataupun merakit pompa
minyak dan yang kedua adalah bagian electrical field service yang menangani
masalah elelektrik pompa minyak.

Berdasarkan survey awal yang diperoleh, sistem kerja yang diterapakan adalah
dengan rotasi shift kerja. Pekerja dibagi menjadi beberapa shift kerja dimana
masing-masing shift bekerja dengan waktu 5 hari kerja pagi, 5 hari kerja malam,
dan 5 hari istirahat. Pada saat pergantian shift kerja dari pagi ke malam diberikan
waktu istirahat 24 jam. Waktu kerja yang diterapkan untuk pagi hari dimulai dari
pukul 07.00-19.00 WIB, dan pekerja shift malam dimulai dari pukul 19.00-07.00
WIB, dengan demikian lamanya waktu kerja selama 12 jam sehari. Ada atau
tidaknya pekerjaan, pekerja harus tetap hadir kekantor sambil menunggu jika terdapat
panggilan kerja dari PT. X. Jika terdapat panggilan pekerjaan maksimal pekerja yang
turun kelapangan hanya berjumlah 2 orang saja.

Berdasarkan wawancara kepada pekerja, terdapat keluhan pekerja mengenai


shift kerja. Pekerjaan shift dipagi hari terkadang lebih terasa berat dari pada malam
hari karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari,
pekerja juga dapat pulang lebih lama dari 12 jam jika ada hambatan dalam perjalanan
seperti macet dan kerusakan jalan, waktu interaksi dengan keluarga juga
berkurang, cuaca yang panas dan lingkungan kerja yang terpencil jauh dari
keramaian dan terkadang harus masuk ke pedalaman hutan. Gangguan kerja shift
malam yang dirasakan pekerja rasa ngantuk yang hebat saat bekerja karena paling
banyak pekerjaan muncul diatas jam 11 malam dan suasana kerja yang remang-
remang.

Berdasarkan hasil pnenelitian dalam metode case contral dengan wawancara dan
kuisioner yang dilakukan terhadap 121 orang pekerja PT Baker Hughes Indonesia
(PT BHI). Berikut data yang diperoleh dari hasil penelitian
Shift kerja yang digunakan: shift rotasi
Jumlah populasi (kayawan/pekerja shift) 300 orang

Kerja Shift | kelompok 30 4


Jumlah pekerja yang dipekerjakan pada shift pagi 150 orang
Jumlah pekerja yang dipekerjakan pada shift malam 150 orang
Diteliti 4 orang menderita kanker
254 orang mengalami stress dan kelelahan akibat bekerja pada shift
malam.
120 orang menderita tekanan darah tinggi

3.2. Dampak

Dampak yang mereka rasakan adalah kurangnya waktu istirahat tidur siang yang
terganggu oleh aktivitas lain, mudah capek, sakit kepala,dan konsumsi rokok lebih
meningkat.

Pada para pekerja shift, terutama shift malam, dampak yang mereka rasakan
antara lain:

1. Mengganggu jadwal tidur

Sebuah penelitian membuktikan kalau bekerja shift cenderung membuat


seseorang tidur hanya enam jam sehari saja. Bukan cuma itu, kualitas tidur akibat
bekerja shift juga menurun jika jadwal kerja tidak beraturan.
Penelitian lainnya menyebutkan kalau pekerja shift memiliki kadar hormon serotonin
yang rendah. Sehingga jadwal dan kualitas tidur terganggu akibat pekerjaan tersebut.

2. Meningkatkan risiko kanker

Bekerja di shift malam meningkatkan risiko kanker payudara hingga 30 persen


bagi wanita, demikian menurut penelitian dalam International Journal of Cancer.
Penyebab kenapa risiko kanker payudara bisa meningkat adalah terjadinya
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh, salah satunya melatonin yang seharusnya
diproduksi ketika seseorang sedang tidur. Namun akibat bekerja, tubuh tidak
memproduksi hormon tersebut dan mengalami peningkatan risiko kanker.

3. Memicu obesitas dan diabetes

Tidur terlalu sebentar atau mengubah jam biologis tidur (yang seharusnya
beraktivitas di siang hari dan tidur di malam hari) bisa memicu obesitas, demikian
menurut sebuah penelitian. Tidak hanya itu, penelitian lain juga membuktikan kalau
kerja shift dengan jadwal yang berubah-ubah mampu meningkatkan risiko diabetes
tipe 2. Sebab kinerja insulin ikut terganggu akibat jam biologis tubuh yang diubah.

4. Berisiko terkena penyakit jantung

Selain kanker, bekerja di shift malam juga meningkatkan risiko penyakit jantung,
demikian menurut penelitian dalam British Medical Journal.
Risiko terkena penyakit jantung pada pekerja shift di malam hari itu tepatnya

Kerja Shift | kelompok 30 5


meningkat sebanyak tujuh persen. Sehingga tak jarang jika kondisi kesehatan tubuh
secara keseluruhan ikut memburuk akibat kerja shift.

5. Perubahan metabolisme

Bekerja shift di malam hari membuat kadar hormon leptin menurun. Hormon
tersebut fungsinya adalah mengontrol berat badan, gula darah, dan kadar insulin.
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2009, perubahan hormon itu bisa berdampak
buruk bagi metabolisme. Sehingga berbagai macam penyakit kronis seperti diabetes
dan penyakit jantung lebih mudah menyerang.

6. Mudah cedera

Berdasarkan penelitian dari University of British Columbia, bekerja shift di


malam hari membuat seseorang mudah cedera. Hal itu dikarenakan kerja shift
berdampak pada jam tidur yang tidak beraturan. Sehingga seseorang akan terasa
selalu letih dan lemas serta berisiko cedera ketika kembali bekerja.

7. Menyebabkan depresi

Berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa bekerja shift di malam hari


memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental, yaitu depresi.
Salah satunya adalah penelitian dalam International Journal on Disability and Human
Development pada tahun 2008. Saat itu peneliti menemukan kalau bekerja shift
meningkatkan risiko perubahan suasana hati dan kondisi labil seseorang.

8. Penyakit kardiovaskular, diabetes dan sindrom metabolic

Menurut hasil penelitian, seseorang yang sering kerja lembur akan memiliki
risiko penyakit jantung hingga 40 persen. Sejumlah studi juga mengungkapkan
bahwa pekerja yang bekerja 16 jam sehari berisiko tinggi mengalami diabetes.

Kerja lembur juga dikaitkan dengan sindrom metabolik, kombinasi dari tekanan
darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas dan kolesterol tinggi. Semuanya itu
merupakan faktor pemicu diabetes, serangan jantung dan juga stroke.

9. Masalah gastrointestinal serius

Selama lebih dari 50 tahun penelitian, diketahui bahwa pekerja malam cenderung
mengalami gangguan maag kronis, diare, sembelit dan mual. Beberapa diantaranya
juga mengalami sindrom iritasi usus besar.

10. Masalah kesuburan dan kehamilan

Menurut penelitian yang dilakukan terhadap pramugari di penerbangan malam,


diketahui bahwa meraka yang bekerja selama kehamilan berisiko dua kali lebih
mungkin mengalami keguguran. Shift kerja malam juga dikaitkan dengan adanya
peningkatan risiko komplikasi kelahiran, bayi prematur dan rendahnya berat badan
bayi, masalah kesuburan, menstruasi yang tidak teratur, pms yang menyakitkan
hingga endometriosis.

Kerja Shift | kelompok 30 6


3.3. Agent, Host, Lingkungan
a. Agent
Agent pada kasus ini adalah shift kerja itu sendiri. Dimana para pekerja akan lebih
beresiko terserang penyakit jika memiliki shift kerja malam ataupun shift kerja yang
lebih panjang dari batas normal
b. Host
Host pada kasus ini adalah para pekerja (karyawan)
c. Lingkungan
Lingkungan pada kasus ini adalah tempat para pekerja bekerja, misalnya: kantor,
perusahaan, industry, dll.
3.4. Model Gordon

Model Gordon pada kerja shift yaitu: posisi host berada di bawah sedangkan
agent berada di atas. Kondisi sakit yang diakibatkan oleh shift kerja menyebabkan
kondisi host melemah. Dalam hal ini, lingkungan tidak mempengaruhi kondisi agent
ataupun host (lingkungan berada di tengah, tidak mengalami pergeseran)

3.5. Pengukuran pemaparan

Pengukuran paparan yang dilakukan adalah dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan mempelajari pola penyakit yang terjadi melalui pola kehidupan para pekerja(
dalam hal ini shift kerja, waktu istirahat, riwayat penyakit terdahulu, dan gaya hidup).

Pengukuran dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan wawancara


langsung dan pengisian kuisioner oleh para pekerja

Kerja Shift | kelompok 30 7


3.6. Pengukuran efek
Jumlah populasi: 300 orang pekerja
254 orang mengalami stress dan kelelahan akibat rotasi shift malam
120 orang pekerja mengalami tekanan darah tinggi
Akibat shift rotasi, 300 orang pekerja beresiko mengalami stress dan kelelahan akibat
rotasi shift malam, dan mengalami tekanan darah tinggi


Incidence rate =
254
= 300
= 0,846
- Nilai incidence Rate untuk stress dan kelelahan akibat rotasi shift malam adalah
0,846


Incidence rate =
120
=300
=0,4
- Nilai incidence Rate untuk pekerja mengalami tekanan darah tinggi adalah 0,4


Ratio =

120
=(300120)

120
=180

= 0,6

Ratio orang yang mengalami tekanan darah tinggi adalah 0,6

Proporsi antara penderita tekanan darah tinggi dan penderita stress dan kelelahan kerja:

Proporsi =
( )
()+ ()

120
= 120+254

120
= 374
=0 ,32
- Nilai Proporsi antara penderita tekanan darah tinggi dan penderita stress dan
kelelahan kerja adalah 0,32

Kerja Shift | kelompok 30 8


3.7. Pencegahan dan pengendalian
- Hindari rotasi shift kerja yang mengganggu ritme circadian.
- Istirahat yang cukup
- Hindari shift malam dan lembur yang berkepanjangan
- Usahakan jam kerja tidak lebih dari 12 jam sehari. Jam kerja harus
disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupu tanggung jawab di luar
pekerjaan
- Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan
adanya beban berlebihan maupun beban yang terlalu ringan.
- Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang
satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam
organisasi akan membuat situasi yang nyaman.
- Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stmulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan ketrampilannya. Rotasi tugas
dapat dilakukan untuk meningkatkan karier dan pengembangan usaha .

IV. Kesimpulan

Kerja shift dapat menyebabkan gangguan tidur, berdampak pada kehidupan


psikologis dan psikososial, menurunkan tekanan darah, kelelahan, kurang tidur, sakit
kepala, dan resiko mengalami kecelakaan kerja terutama yang bekerja shift malam
karena mudah mengalami penurunan konsentrasi akibat mengantuk.

Jam kerja yg berlebihan, kerja lembur di luar batas kemampuan akan


mempercepat kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja
bahkan dapat meningkatkan resiko kematian.

Agent pada penyakit yang ditimbulkan oleh kerja shift adalah shift kerja itu
sendiri. Dimana para pekerja akan lebih beresiko terserang penyakit jika memiliki
shift kerja malam ataupun shift kerja yang lebih panjang dari batas normal

Kerja Shift | kelompok 30 9


Daftar Pustaka

Analisis shift kerja terhadap beban kerja,teknik industri,institut sains dan


teknologi akprind Yogyakarta.
Balatif, F, 2002. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Terjadinya Stres Pada
Tenaga Kerja Industri Soft Drink Di PT X. Skripsi FKM USU.
Putri, P.H.S. 2008. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Resiko Kecelakaan
Kerja Pada Karyawan. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia
Sunda Al Jabar. 2014. Bahaya Kerja Shift Dapat Membuat Otak Kita Rusak.
www.asgar.or.id/kesehatan-health/berita-kesehatan/bahaya-kerja-shift-dapat-
membuat-otak-kita-rusak/. Diakses tanggal 10 Mei 2015
Blog Network. 2013. Pekerja Shift Malam Rentan Terserang
Penyakit.http://perhatian-itu.blogspot.com/2013/12/pekerja-shift-malam-rentan-
terserang.html
Ridwan Harrianto. Stress Akibat Kerja dan Penatalaksanaannya. Jurnal
Kedokteran Universitas Trisakti
Syahdianto, dkk. Hubungan Antara Stress dengan Tingkat Kelelahan Kerja.
Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Nadia Selvia Revalicha. Perbedaan Stress Kerja Ditinjau dari Shift Kerja.
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Kerja Shift | kelompok 30 10

Anda mungkin juga menyukai