EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 30
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah epidemiologi lingkungan yang
membahas tentang kerja shift ini tanpa ada halangan suatu apapun.
Ucapan terima kasih , kami sampaikan kepada dosen mata kuliah epidemiologi yang telah
membimbing dan mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Di dalam penulisan makalah ini masih terdapat bagian-bagian yang belum sempurna dan
banyak kekurangan untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. Latar Belakang 1
II. Tinjauan Pustaka 2
III. Studi Kasus dan Pembahasan 4
3.1. Deskripsi Kasus 4
3.2. Dampak 6
3.3. Agent, Host, dan Lingkungan 7
3.4. Model Gordon 7
3.5. Pengukuran Pemaparan 7
3.6. Pengukuran Efek 8
3.7. Pencegahan dan Pengendalian 9
IV. Daftar Pustaka 10
Organisasi kerja yang menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja
lembur, sistem kerja harian/borongan, masuk kerja, sistem pengupahan, insentif
dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Shift kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.
Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas
mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara
beban kerja fisik dan beban kerja mental.
Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di
malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan
circadian rhythm yang bersiklus kurang lebih 24 jam. Dalam masyarakat modern,
tuntutan kerja 24 jam/hari, seperti pada pekerjaan media massa, polisi, instalasi
pembangkit listrik tenaga nuklir, pilot, perusahaan-perusahaan industri, dan rumah
sakit mengharuskan adanya shift kerja, ada orang-orang yang dipekerjakan untuk
bekerja siang atau malam, dengan variasi pola pengaturannya
Penerapan sistem kerja shift memiliki konsekuensi yang perlu disadari oleh
setiap instansi pengguna sistem shift. Karena ada perbedaan kondisi kerja antara shift
siang dan shift malam. Pekerja yang bekerja pada shift malam lebih mudah merasa
mengantuk dan lelah. Sedangkan yang sudah terbiasa bekerja dengan shift siang
tentu perlu penyesuaian ketika harus berganti jadwal ke shift malam. Hal yang sama
berlaku sebaliknya. Shift kerja memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan
akibat dari jadwal kerja dan irama sirkadian yang tidak sinkron sehingga para
pekerjanya lebih mudah terkena gangguan kesehatan. Menurut The Circadian
Learning Centre di Amerika Serikat bahwa ketika ritme sirkadian menjadi tidak
sinkron maka fungsi tubuh akan terganggu sehingga mudah mengalami gangguan
tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, perubahan suhu tubuh,
perubahan hormon, gangguan psikologi dan gangguan gastrointestinal (Josling,
1999).
Menurut Sumamur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin
meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk
pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus
siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja
juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama
bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja
yang lazim. Sistem shift kerja sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau
perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan
jam kerja setiap shift.
Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam
sistem shift kerja yang terdiri dari :
1. Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang
bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari.
2. Sistem Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap.
Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian
dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu
panjang.
ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang
dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja.
Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8). Inggris menggunakan
sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift
lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga
merupakan system rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2
shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini
bergantian untuk stiap shift. Di Indonesia, sistem gilir yang banyak digunakan adalah
dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari
kerja gilir pagi (07.00-15.00), lima hari kerja gilir sore (15.00-23.00) dan lima hari
kerja gilir malam (23.00-07.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir kerja
gilir. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem
rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan
mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis untuk industri yang bergerak pada
bagian manufaktur dan kontiniu (Pulat dalam Sri Ramayuli, 2004).
Banyak pekerja gilir mengalami kelelahan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain lingkungan kerja, riwayat penyakit, beban kerja, sifat pekerjaan,
shift kerja, faktor individu, dan faktor psikologis (Adrianto, 2010; Ita Mina, 2005;
Shen, 2006).
Berdasarkan survey awal yang diperoleh, sistem kerja yang diterapakan adalah
dengan rotasi shift kerja. Pekerja dibagi menjadi beberapa shift kerja dimana
masing-masing shift bekerja dengan waktu 5 hari kerja pagi, 5 hari kerja malam,
dan 5 hari istirahat. Pada saat pergantian shift kerja dari pagi ke malam diberikan
waktu istirahat 24 jam. Waktu kerja yang diterapkan untuk pagi hari dimulai dari
pukul 07.00-19.00 WIB, dan pekerja shift malam dimulai dari pukul 19.00-07.00
WIB, dengan demikian lamanya waktu kerja selama 12 jam sehari. Ada atau
tidaknya pekerjaan, pekerja harus tetap hadir kekantor sambil menunggu jika terdapat
panggilan kerja dari PT. X. Jika terdapat panggilan pekerjaan maksimal pekerja yang
turun kelapangan hanya berjumlah 2 orang saja.
Berdasarkan hasil pnenelitian dalam metode case contral dengan wawancara dan
kuisioner yang dilakukan terhadap 121 orang pekerja PT Baker Hughes Indonesia
(PT BHI). Berikut data yang diperoleh dari hasil penelitian
Shift kerja yang digunakan: shift rotasi
Jumlah populasi (kayawan/pekerja shift) 300 orang
3.2. Dampak
Dampak yang mereka rasakan adalah kurangnya waktu istirahat tidur siang yang
terganggu oleh aktivitas lain, mudah capek, sakit kepala,dan konsumsi rokok lebih
meningkat.
Pada para pekerja shift, terutama shift malam, dampak yang mereka rasakan
antara lain:
Tidur terlalu sebentar atau mengubah jam biologis tidur (yang seharusnya
beraktivitas di siang hari dan tidur di malam hari) bisa memicu obesitas, demikian
menurut sebuah penelitian. Tidak hanya itu, penelitian lain juga membuktikan kalau
kerja shift dengan jadwal yang berubah-ubah mampu meningkatkan risiko diabetes
tipe 2. Sebab kinerja insulin ikut terganggu akibat jam biologis tubuh yang diubah.
Selain kanker, bekerja di shift malam juga meningkatkan risiko penyakit jantung,
demikian menurut penelitian dalam British Medical Journal.
Risiko terkena penyakit jantung pada pekerja shift di malam hari itu tepatnya
5. Perubahan metabolisme
Bekerja shift di malam hari membuat kadar hormon leptin menurun. Hormon
tersebut fungsinya adalah mengontrol berat badan, gula darah, dan kadar insulin.
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2009, perubahan hormon itu bisa berdampak
buruk bagi metabolisme. Sehingga berbagai macam penyakit kronis seperti diabetes
dan penyakit jantung lebih mudah menyerang.
6. Mudah cedera
7. Menyebabkan depresi
Menurut hasil penelitian, seseorang yang sering kerja lembur akan memiliki
risiko penyakit jantung hingga 40 persen. Sejumlah studi juga mengungkapkan
bahwa pekerja yang bekerja 16 jam sehari berisiko tinggi mengalami diabetes.
Kerja lembur juga dikaitkan dengan sindrom metabolik, kombinasi dari tekanan
darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas dan kolesterol tinggi. Semuanya itu
merupakan faktor pemicu diabetes, serangan jantung dan juga stroke.
Selama lebih dari 50 tahun penelitian, diketahui bahwa pekerja malam cenderung
mengalami gangguan maag kronis, diare, sembelit dan mual. Beberapa diantaranya
juga mengalami sindrom iritasi usus besar.
Model Gordon pada kerja shift yaitu: posisi host berada di bawah sedangkan
agent berada di atas. Kondisi sakit yang diakibatkan oleh shift kerja menyebabkan
kondisi host melemah. Dalam hal ini, lingkungan tidak mempengaruhi kondisi agent
ataupun host (lingkungan berada di tengah, tidak mengalami pergeseran)
Pengukuran paparan yang dilakukan adalah dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan mempelajari pola penyakit yang terjadi melalui pola kehidupan para pekerja(
dalam hal ini shift kerja, waktu istirahat, riwayat penyakit terdahulu, dan gaya hidup).
Incidence rate =
254
= 300
= 0,846
- Nilai incidence Rate untuk stress dan kelelahan akibat rotasi shift malam adalah
0,846
Incidence rate =
120
=300
=0,4
- Nilai incidence Rate untuk pekerja mengalami tekanan darah tinggi adalah 0,4
Ratio =
120
=(300120)
120
=180
= 0,6
Proporsi antara penderita tekanan darah tinggi dan penderita stress dan kelelahan kerja:
Proporsi =
( )
()+ ()
120
= 120+254
120
= 374
=0 ,32
- Nilai Proporsi antara penderita tekanan darah tinggi dan penderita stress dan
kelelahan kerja adalah 0,32
IV. Kesimpulan
Agent pada penyakit yang ditimbulkan oleh kerja shift adalah shift kerja itu
sendiri. Dimana para pekerja akan lebih beresiko terserang penyakit jika memiliki
shift kerja malam ataupun shift kerja yang lebih panjang dari batas normal