Anda di halaman 1dari 18

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shift Kerja

2.1.1 Definisi Shift Kerja

Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja

disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara

umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa

dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan

menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan

yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur.

Menurut Suma’mur (2013), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang

diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan

biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin

meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan

untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus

menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai

akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan

banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat

menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim.

9
10

Menurut Nurmianto (2004), shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa,

dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang

telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu

kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan

secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Selain itu, masyarakat

yang membutuhkan kebutuhkan sosial akan pelayanan dengan waktu yang lebih

banyak seperti polisi dan rumah sakit juga benar – benar dibutuhkan dalam 24

jam/hari, 7 hari/minggu.

2.1.2 Sistem Shift Kerja

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun

biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift.

Menurut William yang dikutip oleh Ramayuli (2004), dikenal dua macam system

shift kerja yang terdiri dari :

1. Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja

yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang – orang yang bersedia

bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2. Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus – menerus di tempatkan pada shift yang

tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling mengganggu terhadap irama

circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka

waktu panjang.
11

Pergantian shift yang normal 8 jam/shift kerja. Shift kerja yang

dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu

kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus – menerus dan diperlukan

sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus – menerus (ILO

dalam Ramayuli, 2004).

Knauth (1988) dalam jurnalnya yang berjudul The Design of Shift System

mengemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam

shift kerja, antara lain (Nurmianto,2004):

1. Jenis shift (pagi,siang,malam)

2. Panjang waktu tiap shift

3. Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift

4. Distribusi waktu istirahat

5. Arah transisi shift.

Ada lima kriteria dalam mendesain suatu shift kerja, antara lain :

1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan.

2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut – turut

(seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur).

3. Sediakan libur akhir pecan (setidaknya 2 hari).

4. Rotasi shift mengikuti matahari.

5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat.


12

2.1.3 Efek Shift Kerja

1. Efek Fisiologis

a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan

dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur

selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan mengantuk

dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain

adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan

untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam

masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan

pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 40 – 50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.


13

Menurut Nurmianto (2004), sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada

shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal. Josling (1998) dalam

artikelnya yang berjudul Shift Work and Ill-Health mempertegas anggapan

tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The

Circardian Leraning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para

pekerja shift, terutama yang bekerja di malam hari, dapat terkena beberapa

permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan tersebut ditambah dengan

tekanan stress yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya

kecelakaan pada para pekerja shift malam.

2.2 Irama Circardian

Irama Circardian adalah jam alami dalam tubuh manusia. Dalam 24 jam

tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperature, kemampuan untuk bangun,

aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormone, dikenal

sebagai irama circardian ( Folkard dan Monk dalam Firdaus, 2005).

Circardian rhythm berasal dari bahasa latin. Circa yang berarti kira – kira

dan Dies berarti hari (Circadies = kira – kira satu hari). Circardian Rhythm adalah

irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24

jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara

teratur mengalai perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi

ada pula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya

siklus sirkadian manusia berkisar antara 22 – 25 jam (Mahyusti, 1993).


14

Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang dikutip

oleh Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm setiap individu berbeda

dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit

perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan

maksimum terjadi selama shift malam. Masing – masing orang mempunyai jam

biologis sendiri – sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam

dalam daur hidup 24 jam sehari.

Menurut Nurmianto (2004), pengaturan dilakukan oleh penangguh waktu

yang ada di luar tubuh seperti :

1. Perubahan dari siang ke malam dan semacamnya.

2. Kontak sosial.

3. Pekerjaan

4. Pengetahuan waktu jam

Fungsi tubuh yang ditandai dengan circardian rhythm adalah pola tidur,

kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, vegetative seperti metabolisme,

temperature tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini

akan berubah – ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat

dan pada malam hari menurun.

Menurut Mahyusti (1993), dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat

dibedakan atas 2 fase, yaitu :

1. Fase Ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap untuk

bekerja.
15

2. Fase Tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh

menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaruan energy.

2.3 Kelelahan

2.3.1 Definisi Kelelahan

Semua jenis pekerjaan akan menimbulkan kelelahan. Lelah bagi setiap

orang akan mempunyai arti tersendiri dan subjektif. Kelelahan merupakan salah

satu keluhan yang paling sering dan umum yang dirasakan pekerja seperti rasa

letih, baik karena kurang tidur malamnya, terlalu banyak bekerja atau suatu

masalah emosional lainnya.

Menurut Suma’mur (2013), kelelahan menunjukkan keadaan yang

berbeda – beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh.

Banyak definisi kelelahan yang telah dikemukakan, namun secara garis

besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada

suatu keadaan, yang umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup

lagi melakukan aktivitasnya ( Satalaksana dalam Putra, 2011).

Menurut Wignjosoebroto dan Schuler yang dikutip oleh Sudana, kelelahan

kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang – orang

yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya

seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya.

Kelelahan akibat kerja sering sekali diartikan sebagai menurunnya efisiensi,

performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus

melanjutkan yang harus dilakukan.


16

2.3.2 Jenis – Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelelahan

berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.

a. Kelelahan berdasarkan Proses

1. Kelelahan Otot

Menurut Tarwaka,dkk (2004), kelelahan otot meupakan tremor pada otot

atau perasaan nyeri pada otot. Menurut Suma’mur (2013), kelelahan otot adalah

suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang.

Kontraksi otot yang berlangsung lama akan mengakibatkan keadaan yang dikenal

sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan,

kurangnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot

menjadi gemetar.

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui

fisik dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik

namun juga pada makin rendahnya gerakan.

2. Kelelahan Umum

Menurut Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004),

biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja,

yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik,

keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai

kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan ( mata ), mengantuk, stress

(pikiran tegang), dan rasa malas bekerja (Nurmianto dalam Putra).


17

b. Kelelahan berdasarkan Waktu Terjadinya Kelelahan

1. Kelelahan akut

Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara

berlebihan.

2. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor

yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang

tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

 Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang

toleran atau a-sosial terhadap orang lain.

 Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

 Depresi yang berat, dan lain-lain.

c. Kelelahan berdasarkan Penyebab Terjadinya Kelelahan

1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat)

dalam darah, penurunan waktu reaksi.

2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang

berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah

dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

2.3.3 Faktor yang Menimbulkan Kelelahan

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan

seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu : jam kerja; periode istirahat; cahaya,

suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap, mental dan
18

kelelahan tenaga kerja; kebisingan dan getaran merupakan gangguan yang tidak

diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Hal ini sebaiknya

dipahami sehingga tercipta kondisi fisik yang menyenangkan dalam bekerja.

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-

fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar

kesadaran serta prose pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan :

1. Penurunan perhatian.

2. Perlambatan dan hambatan persepsi.

3. Lambat dan sukar berfikir.

4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja.

5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.

Ada lima (5) kelompok penyebab kelelahan yaitu :

1. Keadaan monoton.

2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.

3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan.

4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.

5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi.

Faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di

dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap timbulnya

kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap timbulnya

kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift ini nyata

lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circardian

rhythm.
19

Schultz dalam Resayana (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa

shift kerja siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga

kerja kurang produktif pada shift malam dibanding shift siang dan cenderung

membuat banyak kesalahan kerja, mudah kecelakaan kerja dan absentism.

2.3.4. Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan

peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan

aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini

mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan

orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.

Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui

peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia

(oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat

(produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk

merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari

pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini

berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak

terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-

produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya

antara kerja dengan proses pemulihan.


20

2.3.5 Akibat Terjadinya Kelelahan

Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga

saat sedang bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja. Kelelahan yang

terjadi secara terus-menerus berakibat pada kelelahan kronis.

Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan

yang sering timbul seperti :

1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat,

menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung

dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung

untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat

mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.

3. Merasa sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung,

pernafasan merasa tertekan, suara serak, merasa pening, spasme dari

kelopak mata, tremor pada anggota badan dan kurang sehat badan

(Suma’mur, 2013).

Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan

kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3

menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.

Dalam studi efek kelelahan harus dipahami bahwa gejala umum dari

kelelahan kerja merupakan sebagai suatu hasil dari aktivitas yang panjang. Gejala
21

kelelahan berikut merupakan gejala yang jelas dilihat dan dirasakan, yaitu

menurunnya perhatian, lamban dalam bergerak, gangguan persepsi, pikiran

melemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan

meningkat (Grandjean dalam Putra, 2011).

2.4. Perawat

2.4.1. Definisi Perawat

Perawat ( bahasa inggris nurse, berasal dari bahasa latin yaitu nutrix yang

berarti merawat atau memelihara ) adalah profesi yang difokuskan pada perawatan

individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,

mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup

dari lahir sampai mati.

Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pada pasal 1 ayat

(2) menyatakan bahwa “perawat adalah seseoag yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan”.

Seseorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai

tanggungjawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan

bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik di luar maupun di

dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat

belajar. Dengan kata lain, seseorang dikatakan perawat bukan dari keahlian turun

menurun, melainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat (Bertha, 2013).


22

2.4.2. Peran dan Tugas Perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan.

Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 pasal 29, perawat bertugas sebagai :

1. Pemberi asuhan keperawatan.

2. Penyuluh dan konselor bagi Klien.

3. Pengelola pelayanan keperawatan.

4. Peneliti keperawatan.

5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau

6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2.4.3. Hak dan Kewajiban Perawat

Berdasarkan isi pasal 36 dan pasal 37 dalam UU RI No. 38 tahun 2014

menjelaskan mengenai hak dan kewajiban yang menjadi tanggung jawab perawat.

Hak perawat dijelaskan dalam pasal 36 yang isinya :

a. Setiap perawat berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang

melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,

standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang –

undangan.

b. Setiap perawat berhak memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur

dari Klien dan/atau keluarganya.


23

c. Setiap perawat berhak menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan

yang telah diberikan.

d. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode

etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau

ketentuan peraturan perundang – undangan.

e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Sedangkan kewajiban perawat dijelaskan pada pasal 37 yang isinya :

a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan

standar pelayanna keperawatan dan ketentuan peraturan perundang –

undangan.

b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar

pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan

ketentuan peraturan perundang – undangan.

c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga

kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat

kompetensinya.

d. Mendokumentasikan asuahn keperawatan sesuai dengan standar.

e. Memberikan informasi lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti

mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan atau keluarganya sesuai

dengan batas kewenangannya.

f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain

yang sesuai dengan kompetensi perawat dan

g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.


24

2.4.4 Beban Kerja Perawat

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam

satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan.

Beban kerja dapat dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan beban

kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif menunjukan adanya jumlah pekerjaan

yang besar yang harus dilakukan misalnya jam kerja yang tinggi, derajat tanggung

jawab yang besar, tekanan kerja sehari – hari dan sebagainya. Sedangkan beban

kerja kualitatif menyangkut kesulitan tugas yang dihadapi.

Kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup :

a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.

b. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan.

c. Terlalu beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan.

d. Kontak langsung perawat dengan pasien secara terus – menerus

selama jam kerja.

Sedangkan kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu

mengimbangi sulitnya pekerjaan di ruangan.

b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien

kritis di ruangan.

c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas.

d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.


25

f. Tugas memberikan obat secara intensif.

g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma, dan

kondisi terminal.

h. Tindakan penyelamatan pasien.

2.4.5 Tanggung Jawab Perawat

Salah satu ciri perawat professional adalah melaksanakan tanggung jawab

dan tanggung gugat, sesuai dengan kode etik serta berdasarkan standar praktek

keperawatan yang telah disepakati.

Tanggung jawab tersebut dijabarkan sebagai berikut :

a. Tanggung jawab terhadap klien merupakan upaya kesejahteraan umum

sebagai bagian tugas kewajibannya bagi masyarakat.

b. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, seperti melindungi dirinya dari

kemungkinan penularan penyakit ataupun gangguan yang datang dari

lingkungan pekerjaannya.

c. Tanggung jawab terhadap profesi, seperti mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, mengadakan kerjasama tim

dalam melaksanakan tugas, tulus dan ikhlas dalam melaksanakan

kewajibannya, serta membina dan memelihara mutu organisasi profesi

keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

d. Tanggung jawab terhadap masyarakat, misalnya dengan menjalin

hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat dalam mengambil

prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.


26

e. Tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air, seperti memenuhi

kebutuhan pelayanan dengan rasa penuh tanggung jawab serta melindung

dan membantu pasien dari hal – hal yang dapat membahayakan dirinya

dan keselamatan pasien, dan merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya sehubungan tugas yang dipercayakan kepadanya.

2.4.6. Organisasi Profesi Perawat

Organisasi profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang

menghimpun perawat secara nasional dan berbadan hukum. Organisasi profesi

perawat bertujuan untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan, martabat, dan etika profesi perawat serta mempersatukan dan

memberdayakan perawat dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan.

2.5. Kerangka Konsep

Shift Kerja
- Pagi ( 08.00 – 14.00 )
Kelelahan
- Siang ( 14.00 – 21.00 )

- Malam (21.00 – 08.00)

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai