Anda di halaman 1dari 6

 Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari
alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Yang
tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan
populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era
eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara
signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini.
 Klasifikasi Sumber Daya Alam dan Energi
Sumber daya alam dan energi dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu sumber
daya alam yang dapat diperbarui (renewable resources) dan juga sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui (unrenewable resource).
Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang dapat
tercipta Kembali dalam waktu yang relative singkat, baik oleh alam maupun
teknologi. Misalnya, hutan, pertanian, perternakan, perikanan dan lain-lain.
SDA tak terbarukan tersebut dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yakni sumber
daya yang habis dikonsumsi, seperti logam, minyak bumi dan gass bumi. Serta yang
dapat didaur ulang, seperti besi, tembaga dan aluminium.
 Contoh Sumber Daya Alam Tak Terbarukan
Energi tak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang
waktu pembentukannya sampai jutaan tahun. Energi ini dikatakan tak terbarukan
karena, apabila sumber daya tersebut sudah digunakan, akan memerlukan waktu
yang sangat lama untuk menggantikannya. Hal ini karena, disamping memerlukan
waktu yang sangat lama untuk terbentuk, proses pembentukan sumber daya ini pun
sangat bergantung pada lingkungan sekitar serta keadaan geologi saat itu.
Contoh dari Energi tak terbarukan yang sangat dikenal, yaitu bahan bakar fosil
seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi.
 Pertambangan
Pertambangan, menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Pertambangan di Indonesia, Menurut UU No. 4/2009, Usaha pertambangan
dikelompokkan atas pertambangan mineral, dan pertambangan batubara.
Pertambangan mineral digolongkan atas:
- pertambangan mineral radioaktif
- pertambangan mineral logam
- pertambangan mineral bukan logam
- pertambangan batuan.

 Nikel
Nikel adalah unsur paduan utama dari stainless steel, dan mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat seiringan dengan peningkatan permintaan stainless steel. Saat ini
lebih dari 65% nikel digunakan dalam industri stainless steel, dan sekitar 12%
digunakan dalam industry manufaktur super alloy atau nonferrous alloy (Moskalyk,
Johnson). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil nikel di dunia
dari jenis lateritik.

Ada dua jalur proses


pengolahan laterit untuk memasok kebutuhan nikel dunia, yaitu hydrometalurgi
dan pyrometalurgi (smelting). Hydrometalurgi digunakan untuk mengolah laterit
kadar rendah dengan kandungan Ni < 1,5 %. Laterit kadar rendah tersebut terdiri
dari limonit dan saprolit kadar rendah
Proses pirometalurgi bijih laterit secara komersial saat ini secara garis besar terdiri
atas:
a. Rotary kiln electric furnace (RKEF)
Proses RKEF banyak digunakan untuk menghasilkan feronikel dan nikel-
matte. Proses ini diawali dengan pengeringan kandungan moisture hingga
45% melalui proses pretreatment.
b. Nippon Yakin Oheyama Process
Nippon Yakin Oheyama Process merupakan proses reduksi langsung
garnierite ore yang menghasilkan feronikel dalam suatu rotary kiln. Silicate
ore (2,3-2,6% Ni, 12-15% Fe) bersama antrasit, coke breeze, dan batu kapur
dicampur dan dibuat menjadi briket.
c. Nickel Pig Iron (NPI)
Nickel Pig Iron diproduksi di china mulai tahun 2006 untuk menjawab
tingginya harga dan permintaan nikel. Nickel Pig Iron (NPI) merupakan
ferronickel yang memiliki kadar nikel yang rendah (1,5-8%).
 Beberapa contoh proses komersial produksi nikel dari laterit yang mengunakan
saprolite dan sapolite-limonite sebagai bahan bakunya sbb (Bergman):
1) Pengolahan feronikel shot/ingot: PT. Aneka Tambang, Cerro Matoso,
Falconbridge, Hyuga, SLN-Eramet, Larco, Pamco
2) Pengolahan Feronikel luppen: Nippon Yakin Oheyama
3) Pengolahan Nikel-matte: PT. Vale Indonesia (Inco) dan
4) Pengolahan NPI: Xinxing group, Tsingshan Group-Bintang Delapan
Indonesia, Indoferro Indonesia.
 PENGEMBANGAN SAAT INI

Nikel laterit mempunyai keterbatasan untuk diproses prekonsentrasi secara


konvensional, seperti dense media separation, gravity separation, magnetic
separation, electrostatic separation, roasting, maupun flotasi.

 PROSES PENGOLAHAN DAN SISTEM PENAMBANGAN NIKEL


1. Land Clearing
Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian mareial bijih
nikel dilakukan. Pada proses ini, vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel
dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan pembongkaran dan penggalian
material tanah penutup dan bijih nikel yang akan dilakukan kemudian.

2. Top soiling
Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan setelah tahap
land clearing telah selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top
soil) yang mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk kesuburan
tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi khusus (dipisahkan dari
mateial tanah penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk menimbun
tanah pucuk ini (top soil bank). Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan
komposisi tanak pucuk tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali
ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah operrasi penambangan
selesai dilakuakan.

3. Pengupasan dan pengangkutan tanah penutup (Overburden)


Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling telah selesai
dilakukan. Endapan cadangan timah (saprolit dan limonit) biasanya terletak
dibawah lapisan tanah yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang
rendah. Sehingga untuk menambangnya diperlukan pengupasan dan
pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden) terlebih dahulu. Proses ini
akan menggunkan kombinasi peralatan tambang berupa back hoe dan dump
truk. Tanah penutup yang telah dikupas tersebut kemudian akan ditimbun pada
lokasi penimbunan (disposal area).

4. Pengupasan dan penganguktan bijih nikel


Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, maka
penambangan nijih nikel (saprolit dan limonit) dapat dilakuakn. Tahapan
penambangan ini dikakukan dengan dengan mengunakan kombinasi peralatan
back hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah ditambnag kemudian akan
diangkut ke stock pile untuk di timbun sementara pada lokasi tambang, atau
langsung menuju lokasi pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk
dikrim ke lokasi yang telah ditentukan.

5. Penimbunan
Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi jika
yang berupa cekungan-cekungan pada bekas lokasi penambangan. Oleh karena
itu, perusahaan tambnagn memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan
penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga berubahan bentang alam yang
terjadi dapat diminimalisasi. Kegiatan penimbunan menggunakan kombinasi
peralatan back hoe dan bulldozer.

6. Pengangkutan
Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi
pengolahan untuk diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun
pelabuhan untuk dikirm meuju pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel
maupun bahan olahan nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan
kapal tongkang (tug boat).

7. Teknologi Pengolahan Bijih Nikel


Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi bahan olahan nikel
dapat dibagi menjadi dua macam yang terdiri dari Pirometalurgi dan
Hidrometalurgi, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Pirometalurgi
Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi pengolahan
pirometalurgi yaitu proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan suhu
tinggi. Biasanya teknologi ini digunakan untuk kriteria bijih dengan kadar
nikel yang tinggi (kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir pengolahan dengan
menggunkan teknologi ini berupa ferronikel dalam bentuk ingot danatau
granular nikel matte.
b. Hidrometalurgi
Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi hidrometalurgi
adalah proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan proses pelindian
(leaching) dengan menggunakan reagent-reagent tertentu. Teknologi ini
biasanya digunakan untuk pengelohan bijih nikel dengan kadar rendah. Hasil
akhir pengolahan ini berupa nikel (Ni).

Anda mungkin juga menyukai