Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN: ISK DI RUANG RAWATAN
ANAK RSUD DOLOKSANGGUL
KAB.HUMBAHAS 2021

Disusun oleh : Monika Finondang Pasaribu


NIM :1902022
Prodi : D-III KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing : Nova Sontry Siregar, SKM, MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) KESEHATAN BARU


PRODI D-III KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI
SIPALAKKI KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
BAB I
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
1.1 Defenisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam
saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih
dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah,2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk
menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin
segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai
batasan diagnosa ISK (IDI, 2011).
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air
kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita semua umur, dan
dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari pada
pria (Sudoyo,Aru,dkk,2009).
1.2 Etiologi
Berbagai jenis organisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia
coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kumah-kumah ini
biasanya ditemukan di daerah anu dan perinium. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain Proteus Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, hemophilus dan Staphyloccus koagulse negatif.
Beberapa faktor menyebabkan ISK di masa kanak-kanak infeksi saluran
kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur tetapi
bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak
adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah Esherichia
coli, Proteus sp, Klebiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis
mikroba terdapat banyakk faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
peningkatan angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering
diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan
katerisasi (Tenney et al, 2017).
Faktor resiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya
disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi,
organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah
patogen yang paing umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan
infeksi saluran kemih diantara pasien kateter yang didapatkan dari
pemasanan kateter dalam jangka panjang, serta bosa diakibatkan oleh
hygine kateter, disfungsi bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter
yang tidak sesuai denggan SOP (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada
anak yaitu diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena
anatomi uretra anak perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula
pada anak laki-laki karena tidak disirkumsisi, kebiasaan membersihkan
genetalia yang kuran baik, menggunakan popok sekali pakai dengan
frekuensi penggantian popok sekali pakai >4 kali perhari dan durasi
penggunaan popok yang lama, serta kebiasaan menahan BAK
(Makmunah, 2016).
1.3 Patofisiologi
Infeki saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau
mikroorganismer masuk kedalam saluran kemih dan berkembangbiak
(Purnomo, 2014). Mikroorganisme memasuki saluran kemih tersebut
melalui empat cara, yaitu :
a. Asending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit oerineum, dan sekitar anus. Infeksi
seara assending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu:
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya mikroorganisme kedalam buli-buli
3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung
kemih
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai kedalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun ini jarang terjadi.
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus
dan hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau
dubur masuk kedalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembangbiak didalam
saluran kemih. Dan terjadi infeksi saluran kemih yang mengakibatkan
(Fitriani,2013).
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh
organisme virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung
kemih. Hanya pada 8 minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK
mungkin terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6 bulan
pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami
ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada anak perempuan. Suatu
faktor risiko penting pada anak perempuan adalah riwayat pemberian
antibiotik yang mengganggu flora normal dan mendorong
pertumbuhan bakteri uropatogenik (Bernstein,2016).
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada
usia, tempat infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau
intensitas reaksi peradangan. Menurut Pardede (2018) manifestasi klinis
tersebut yaitu:
a. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat,
muntah, mudah tersangsang, tidak mau makan, temperatur tidak
stabil, perut kembung, jaundice.
b. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam,
nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus,
distensi abdomen, penurunan berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi
saluran kemih perlu di pertimbangkan pada semua bayi dan anak
berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas
penyebabnya. ISK pada kelompok umur ini terutama yang dengan
demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
c. Pada anak besar, gejala klinis biasanya lebih ringan, dapat berupa
gejala lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi,
frequency, ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit
pinggang, demam tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-vertebra.
Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien
terutama pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti refluks
vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
kemih, dan lain-lain.
1.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a) Analisa urine: terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan
pH meningkat.
b) Urine kultur :
1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeki saluran kemih
misalnya: streptococcus, E.coli, dll
2) Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin
2. Blass Nier Ophage-Intra Venous Pyelogram (BNO-IVP)
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : mengikuti kerusakan dari serabut-serabut oto pada
kandung kemih
1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth, T.H (2012: hal.221),
pengobatan ISK bertujuan untuk menghilangkkan gejala dengan
cepat, membebakan saluran kemih dari mikroorganisime dan
mencegah infeki berulang, sehingga dapat menurunkan angka
kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
perawatan berupa:
1) Meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
2) Mencegah konstipasi
3) Perubahan pola hidup, diantaranya:
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menhan BAK
d) Menghindari kopi, alkohol
b. Penatalaksaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian
analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium
untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi
farmakologik yang dianjurkan secara mpiris disesuaikan dengan pola
kuman yang ada disetiap tempat. Pemberian obat ISK pada penderita
geriatri mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut,
umumnya dengn memperhitungkan kelarutan obat, perubahan
komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin), dan efek samping
obat (mual,gangguan fungsi ginjal).
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan
data tentang individu, keluarga, dan kelompok. Proses pengkajian anak
dengan infeksi saluran kemih menurut Cempaka (2018) sebagai berikut:
a. Identitas pasien
Berisikan nama, usia, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis dan
tanggal masuk serta tanggal pengkajian dan identitas penanggung
jawab.
b. Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien,biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan
klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu
kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa sakit tidak enak di
suprapublik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas
keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalammi ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya sakit kepala,
malaise,mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau
nyeri pinggang.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab
infekso saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi
sudah dialami klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
memperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa
penyakit turunan seperti Diabetes Melitus, hipertensi. ISK
bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan
dari anatomi reproduksi, higyne seseorang dan gaya hidup
seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat
memperburuk atau memperparah keadaan klien.
4) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses
penyakit. Adakah hambatan dalam interaksi sosial dikarenakan
adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat)
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya
penyakit seperti stafilokok, juga kuma lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya ISK.
6) Assesment nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRT : P(pemicu) yaitu
faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.Q (quality)
dari nyeri, apakah rasa tujuan, tumpul atau tersayat. R (region)
yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau
intenitas nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau
frekuensi nyeri.
7) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Frekuensi makan dan minum berkuran atau tidak dikarenakan
bila adanya mual dan muntah. Apakah terdapat nafsu makan
menurun. Bagaimana keadaan nafsu makan anak sebelum dan
sesudah sakit.
b) Cairan
Bagaimana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis
minuman yang dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum
dalam 24 jam. Bagaimana intake dan output cairan.
c) Eliminasi
BAB ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada BAK,
bagaimana bau urine pasien adakah bau kekhasan, bagaimana
warna air kencingnya, bagaimana karakteristik urine, dan
bagaimana volume urine sebelum dan setelah sakit.
d) Istirahat dan tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola BAK, atau
adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
e) Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi,
gosok gigi, mencuci rambut, dan memotongg kuku.
f) Aktivitas atau mobilitas fisik
Pergerakan terbatas atau tidak dalam melakukan aktivitasnya,
apakah memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
g) Olahraga
Bagaimana kegiatan fisik keseharian dan olahraganya.
h) Rekreasi
Bagaimana kegiatan untuk melepas penat yang dilakukan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe
yaitu pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujugg kepala hingga
ujung kaki. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Kepala
Mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya
lesi atau bekas luka.
a) Inspeksi: lihat ada atau tidak lesi, warna kehitaman atau
kecoklatan, edema, dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak,
tekstur kepala kasar atau halus, akral dingin atau hangat
2) Rambut
mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan
untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
a) Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang atau tidak
b) Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur kasar atau halus.
3) Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka
dan kelainan pada kepala.
a) Inspeksi: lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri
berbeda ada missal lebih condong ke kanan atau kekiri, itu
menunjukkan ada parase/kelumpuhan.
b) Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri
dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
4) Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan
otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau
pandangan pada mata. Bila terjadi hematuria, kemungkinan
konjungtiva anemis.
a) Inspeksi: kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis,
ikterik/indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar,
pupil: isokor, miosis atau medriasis.
b) Palpasi: tekan secara ringan untuk mengetahui TIO (Tekanan
Intra Okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras
5) Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga.
a) Inspeksi: daun telingga simetris atau tidak,warna, ukuran,
bentuk, kebersihan, lesi.
b) Palpasi: tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago.
6) Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis
a) Inspeksi: apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apaka
ada secret.
b) Palpasi: apakah ada nyeri tekan massa.
7) Mulut dan gigi
Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut dan gigi.
a) Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir
sumbing) warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan,
lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan
kebersihan gigi.
b) Palpasi: pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada
massa atau tumor, pembengkakan dan nyeri.
8) Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk
dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
a) Inspeksi: amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut,
amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati
kesimetrisan leher dari depan belakang dan samping.
b) Palpasi: letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid.
9) Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan perut, mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.
a) Inspeksi: amati bentuk perut secara umum, warna kulit,
adanya retraksi,penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, adanya
asites.
b) Palpasi: adanya massa dan respon nyeri tekan.
c) Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit
d) Perkusi: apakah perut terdapat kembung/meteorismus
10) Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan,
adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
a) Inspeksi: amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya
retraksi interkosta, amati pergerakan paru.
b) Palpasi: adakah nyeri tekan, adakah benjolan.
c) Perkusi: untuk menentukan batas normal paru.
d) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,
sheezing/crecle.
11) Ekstermitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada
ekstermitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi
mengenai ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati
kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak
atas dan bawah.
12) Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan kulit klien. Lakukan
inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit
kering/lembab, dan apakah terdapat oedem.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang
dialaminya baik yang aktual maupun potensial (SDKI,2016). Dalam
penelitian ini diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan dengan anak
dengan infeksi saluran kemih yang disadur dalam SDKI (2016) adalah:
a. Nyeri akut
1) Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan.
2) Batasan karakteristik
Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meninkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah,proses berpikir tergangu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis.
3) Faktor yang berhubungan
Agen pencedera fisiologis (inflamasi), dan agen pencedera fisik
(mis.prosedur operasi).
b. Hipertermi
1) Defenisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
2) Batasan karakteristik
Suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, dan kulit terasa hangat.
3) Faktor yang berhubungan
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi),
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
c. Gangguan eliminasi urine
1) Defenisi
Disfungsi eliminasi urine.
2) Batasan karakteristik
Desakan berkemih (urgensi), urine menetes (dribbling), sering
BAK, nokturia, mengompol, enuresis, disteni kandung kemih,
berkemih tidak tuntas (hesistancy), atau volume residu urin
meningkat.
3) Faktor yang berhubungan
Penurunan kapasitas kandung kemih, iritasi kandung kemih,
penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih, efek tindakan medis dan diagnostik (misal operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan), kelemahan otot
pelvid, ketidakmampuan mengakses toile, hambatan lingkungan,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi, outlet
kandung kemih tidak lengkap, dan imaturitas ( pada anak usia
>3tahun).
d. Hipovolemi
1) Defenisi
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intraseluler.
2) Batasan karakteristik
Frekuensi nadi meningkat, nadi terasa lemah, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urine
meningkat, merasa lemah, dan mengeluh haus.
3) Faktor yang berhubungan
Kehilangan cairan aktif dan kekurangan intake cairan.
e. Defisit pengetahuan
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu (terkait penyakit infeksi saluran kemih, cara
cebok yang benar, pencegah infeksi saluran kemih).
2) Batasan karakteristik
Menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku berlebihan (mis: agitasi, apatis, histeria).
3) Faktor yang berhubungan
Kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,
dan ketidaktahuan menentukan sumber informasi.
2.3 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajamen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,kualitas dan
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
a) Keluhan nyeri menurun 0-1 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
b) Meringis menurun 3. Identifikasi skala nyeri
c) Gelisah menurun 4. Ajarkan teknik relaksasu napas
d) Kesulitan tidur menurun dalam
e) Frekuensi nadi membaik 5. Kolaborasi pemberian analgetik
f) Pola napas membaik
2. Hipertemi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab hipertermi
diharapkan termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil: 3. Monitor haluaran urine
a) Suhu tubuh membaik (36,5- 4. Berikan cairan oral (minum yang
37,25◦ C) cukup yaitu 1,5-1,7 liter perhari)
b) Suhu kulit membaik 5. Berikan kompres hangat
c) Menggigil menurun 6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan untuk melonggarkan
pakaian atau menghindari pakaian
yang tebal
8. Kolaborasi pemberian antipiretik
9. Kolaboarasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena.

3. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine


keperawatan selama 3x24 jam 1. Indentifikasi tanda dan gejala
gangguan eliminasi urine dapat retensi atau inkontinensia urine
membaik, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang
1. Mengompol menurun menyebabkan retensi atau
2. Karakteristik urine membaik inkontinensa urine
3. Frekuensi BAK membaik 3. Monitor eliminasi urine
4. Desakan berkemih (urgensi) 4. Ajarkan tanda dan gejala
menurun infeksi saluran kemih
5. Disuria menurun 5. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
6. Anjurkan minum yang cukup
4. Hipovolemi Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemi
keperawatan selama 3x24 jam a. Periksan tanda dan gejala
status cairan membaik dengan b. Monitor intake dan outputt
kriteria hasil cairan
1. Intake cairan membaik c. Berikan aupan cairan oral,
2. Turgor kulit meningkat minum 1,5 liter-2 liter
3. Perasaan lemah menurun d. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
e. Kolaborasi pemberian cairan
IV
5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan membaik kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
1. Perilaku sesuai anjuran 2. Identifikasi faktor-faktor yang
meningkat dapat meningkatkan dan
2. Verbalisasi minat dalam menurunkn motivasi perilaku
belajar meningkat hidup bersih dan sehat.
3. Perilaku sesuai dengan 3. Edukator faktor resiko yang
pengetahuan meningkat dapat mempengaruhi ISK
4. Kemampuan menjelaskan 4. Ajarkan PHBS
pengetahuan tentang ISK
meningkat
5. Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun
6. Persepsi yang keliru
terhadap masalah menurun.

2.4 Implementasi Keperawatan


keperawatan Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistemastis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
BAB III
TINJAUN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas dan biodata klien
a. Identitas Pasien
Nama : An.N
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status :-
Agama : Khatolik
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Alamat : Hutajulu
No.MR :09.76.93
Ruang Rawat : Rawatan Anak
Tanggal Masuk : 25-10-2021
Tanggal Pengkajian : 26-10-2021
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Umur : 43 Tahun
Hub.Keluarga : Orang Tua
Pekerjaan : Petani
2. Alasan Masuk RS
Orang tua klien mengatakan anaknya nyeri diperut saat berkemih,
lalu klien dibawa ke RSUD Doloksangul pada tanggal 25 Oktober 2021
pukul 12.00 wib kemudia klien di pindah ke ruang Rawatan Anak kelas
III
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua klien mengatakan klien sudah mengalami demam sejak
3 hari yang lalu.
b. Riwayat Keluarga
Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan
c. Riwayat Alergi
Orang tua klien mengatakan anaknya tidak mempunyai
riwayat alergi.
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Orang tua klien mengatakan dirumah klien makan 3x sehari
semenjak sakit klien tidak nafsu makan .
b. Pola Eliminasi
Orang tua klien mengatakan dirumah klien BAB I kali dalam 1
hari warna kuning dan khas bau feses, BAK 10x/hari warna hujan
jernih. Dirumah sakit klien mengatakan tidak BAB dan BAB.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Orang tua klien mengatakan biasanya klien tidur dibawah jam
21.00 wib semenjak sakit klien kesulitan untuk tidur
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Orang tua klien mengatakan dirumah klien bisa melakukan aktivitas
sehari-harinya tanpa dibantu, selama sakit klien dibantu oleh perawat
ataupun kelurga
5. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign:
TD :150/82 mmHg
HR : 91x/menit
RR : 22x/menit
T :36 ◦C
a. Kepala
• Rambut
Rambut berwana putih,tidak ada lesi dan rambut tidak rontok
• Mata
Mata bersih, simetris, pupil isokor dan konjungtiva anemis
• Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tampak bersih
• Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung bersih
• Mulut
Ditemukan mulut bersih dan tidak ada sianosis
b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Paru
Terlihat paru simetris, tampak adanya penggunaan otot bantu
pernafasan
d. Abdomen
Perut simetris, hepar tidak teraba, timpanni, bising usus normal, ada
nnyeri tekan dibagian abdomen bawah
e. Ekstermitas
Terpasang inject intravena ditangan sebelah kiri
6. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Diagnosa Medis
Infeksi Saluran Kemih
b. Pemeriksaan Penunjang
− Laboratorium
7. Therapy Yang diberikan
No Nama Obat Dosis Efek
1. IVFD KaEN 3B 500cc : 40tts/menit Memelihara
(micro) keseimbangan air
dan elektrolit dalam
tubuh
2. Ceftriaxone 600 mg/ 12 jam Antibiotik untuk
menghambat
pertumbuhan bakteri
atau membunuh
bakteri
3. Paracetamol 150 mg/ 8 jam Untuk meredakan
nyeri
4. Lactulosa syrup 2 x 5 mg Untuk mengatasi
konstipasi atau sulit
BAB
5. Lacto B 1x1 sachet Untuk mengatasi
infeksi
6. Pemasangan Untuk
Kateter mengosongkan
kandung kemih

Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS: Perkembangan Nyeri akut
1. Klien mengeluh kuman ↑
nyeri pada bagian ↓
bawah perut Infeksi Saluran
DO: kemih
1. Tekanan Darah: ↓
2. Skala nyeri 3 Respon peradangan
(ringan) ↓
3. Klien tampak Rasa sakit & panas
meringis pada simpisis,
4. Ada nyeri tekan dysuria
pada perut bagian ↓
bawah Nyeri akut
2. DS: Infeksi Saluran Gangguan
Klien mengatakan kemih eliminasi urine
nyeri saat berkemih ↓
DO: Respon peradangan
1. TTV: ↓
2. Nyeri timbul Kandung kemih
saat berkemih tidak kuat
3. Nyeri timbul menampung urine
diperut ↓
bagian bawah Polakisuria, urgensi

Gangguan
eliminasi urine

3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan rasa sakit & panas pada simpisis
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan polakisuria
3.3 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d rasa sakit dan Setelah dilakukan tindakan Manajamen nyeri
panas pada simpisis keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi
diharapkan tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi,frekue
dengan kriteria hasil: msi, kualitas dan intensitas nyeri
a) Keluhan nyeri menurun 0-1 2. Identifikasi respon nyeri non
b) Meringis menurun verbal
c) Gelisah menurun 3. Identifikasi skala nyeri
d) Kesulitan tidur menurun 4. Ajarkan teknik relaksasi napas
e) Frekuensi nadi membaik dalam
f) Pola napas membaik 5. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Indentifikasi tanda dan gejala
polakisuria gangguan eliminasi urine dapat retensi atau inkontinensia
membaik, dengan kriteria hasil: urine
1. Mengompol menurun 2. Identifikasi faktor yang
2. Karakteristik urine membaik menyebabkan retensi atau
3. Frekuensi BAK membaik inkontinensa urine
4. Desakan berkemih (urgensi) 3. Monitor eliminasi urine
menurun 4. Ajarkan tanda dan gejala
5. Disuria menurun infeksi saluran kemih
5. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
6. Anjurkan minum yang cukup
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Selasa, 1. Mengidentifikasi S:
26 Oktober 2021 lokasi,karakteristik,durasi,frekuemsi, kualitas 1. Orang tua klien mengatakan anaknya
dan intensitas nyeri mengeluh kesakitan saat BAK
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 2. Orang tua klien mengatakan nyeri
3. Mengidentifikasi skala nyeri dibawah perut
4. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam 3. Orang tua klien mengatakan perut
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau anaknya terasa kembung
inkontinensia urine 4. Orang tua klien mengatakan klien
6. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan tidak selera minum
retensi atau inkontinensa urine O:
7. Memonitor eliminasi urine 1.
Keadaan umum klien tampak lemah
8. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran 2.
Klien tampak meringis kesakitan
kemih 3.
Ada nyeri tekan pada bagian abdomen
9. Menganjurkan minum yang cukup 4.
TTV
10. Memasang Kateter TD:95/70 mmHg
11. Melakukan Kolaborasi pemberian HR:117x/menit
analgetik RR:22x/menit
T:36,6
P: Nyeri timbul pada saat berkemih
Q: Nyeri seperti diremas-remas
R: Nyeri timbul di abdomen bawah
S: kala nyeri 3
A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan
Rabu, 1. Mengidentifikasi S:
27 ktober 2021 lokasi,karakteristik,durasi,frekuemsi, 1. Orang tua klien mengatakan
kualitas dan intensitas nyeri anaknya masih mengeluh kesakitan
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal saat BAK
3. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Orang tua klien mengatakan masih
4. Mengajarkan teknik relaksasi napas nyeri dibawah perut
dalam 3. Orang tua klien mengatakan
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi kembung pada perut anak nya
atau inkontinensia urine sedikit berkurang
6. Mengidentifikasi faktor yang 4. Orang tua klien mengatakan klien
menyebabkan retensi atau inkontinensa sudah mulai mau minum
urine O:
7. Memonitor eliminasi urine 1. Keadaan umum klien tampak
8. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi lemah
saluran kemih 2. Klien masih tampak meringis
9. Menganjurkan minum yang cukup kesakitan
10. Memasang kateter 3. Masih Ada nyeri tekan pada bagian
11. Melakukan Kolaborasi pemberian abdomen
analgetik 4. TTV
TD:96/70 mmHg
HR:118x/menit
RR:22x/menit
T:36,3
P: Nyeri timbul pada saat berkemih
Q: Nyeri seperti diremas-remas
R: Nyeri timbul di abdomen bawah
S: kala nyeri 3
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Kamis, 1. Mengidentifikasi S:
28 Oktober 2021 lokasi,karakteristik,durasi,frekuemsi, 1. Orang tua klien mengatakan anaknya
kualitas dan intensitas nyeri masih mengeluh kesakitan saat BAK
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 2. Orang tua klien mengatakan masih
3. Mengidentifikasi skala nyeri nyeri dibawah perut
4. Mengajarkan teknik relaksasi napas 3. Orang tua klien mengatakan kembung
dalam pada perut anak nya sudah tidak ada
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi 4. Orang tua klien mengatakan klien sudah
atau inkontinensia urine banyak mau minum
6. Mengidentifikasi faktor yang O:
menyebabkan retensi atau inkontinensa 1. Keadaan umum klien tampak lemah
urine 2. Klien masih tampak meringis kesakitan
7. Memonitor eliminasi urine 3. Masih Ada nyeri tekan pada bagian
8. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi abdomen
saluran kemih 4. TTV
9. Menganjurkan minum yang cukup TD:90/60 mmHg
10. Memasang kateter HR:120x/menit
11. Melakukan Kolaborasi pemberian RR:21x/menit
analgetik T:36,5
P: Nyeri timbul pada saat berkemih
Q: Nyeri seperti diremas-remas
R: Nyeri timbul di abdomen bawah
S: kala nyeri 3
A: masalah belum teratasi sepenuhnya

P: intervensi dilanjutkan
Jumat 1. Mengidentifikasi S:
29 Oktober 2021 lokasi,karakteristik,durasi,frekuemsi, 1. Orang tua klien mengatakan
kualitas dan intensitas nyeri anaknya sudah tidak mengeluh
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal kesakitan saat BAK
3. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Orang tua klien mengatakan nyeri
4. Mengajarkan teknik relaksasi napas dibawah perut sudah tidak ada
dalam O:
5. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi 1. Keadaan umum klien tampak stabil
atau inkontinensia urine 2. Klien sudah tidak meringis kesakitan
6. Mengidentifikasi faktor yang 3. nyeri tekan pada bagian abdomen sudah
menyebabkan retensi atau inkontinensa tidak ada
urine 4. TTV
7. Memonitor eliminasi urine TD:98/60 mmHg
8. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi HR:116x/menit
saluran kemih RR:20x/menit
9. Menganjurkan minum yang cukup T:36,2
10. Melakukan Kolaborasi pemberian A: masalah teratasi sepenuhnya
analgetik
P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai