Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQIH MUAMALAH

“BENTUK BENTUK DEPOSITO DALAM BANK”

DOSEN PENGAMPU: Dr. H. ZULHELMY, SE., M.Si., Ak., CA

Kelompok 6:

1. Ardhiya Cahyani
2. Maulidea Hafidza
3. Septia Sukardi
4. Tatia Putri Oktaviani

PTOGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bentuk-bentuk
Deposito dalam Bank” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah fiqih muamalah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bentuk-bentuk deposito dalam bank bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. ZULHELMY, SE., M.Si., Ak.,
CA, selaku dosen mata kuliah fiqih muamalah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 23 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Deposito Bank..............................................................................................3
2.2 Bentuk-Bentuk Deposito Perbankan..............................................................................4
2.3 Landasan Hukum...........................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1 Simpulan........................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang
perekonomian yang menjalankan kegiatannya didasarkan kepada kepercayaan
masyarakat dan bank juga merupakan media perantara keuangan. Berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia tentang perbankan menyatakan
bahwa bank sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat baik dalam
bentuk simpanan giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, dimana pada idealnya dana dari
masyarakat ini merupakan tulang punggung (basic) dari dana yang dikelola oleh
bank untuk memperoleh keuntungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi
bank yang terutama dalam perekonomian adalah untuk memobilisasi dana
masyarakat dengan tepat dan cepat serta menyalurkan dana tersebut kepada
penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien.

Sebagai lembaga perantara, pihak-pihak yang kelebihan dana, baik


perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat
menyimpan kelebihan dananya di Bank dalam bentuk rekening giro, tabungan,
bahkan dengan instrumen surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank seperti
deposito berjangka, Sertifikat Deposito yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran. Dalam dunia perusahaan dan perdagangan, orang menginginkan
segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya orang tidak mutlak lagi menggunakan alat pembayaran
berupa uang, melainkan cukup dengan menerbitkan surat berharga sebagai alat
pembayaran maupun alat pembayaran kredit.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan deposito bank?
2. Apa saja bentuk-bentuk deposito perbankan?
3. Apa landasan hukum deposito?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan deposito.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk deposito perbankan
3. Untuk mengetahui landasan hokum deposito.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Deposito Bank


Secara etimologis, kata “Deposito” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti uang yang disimpan dalam rekening, tindakan menyimpan uang di bank,
kredit yang diberikan bank kepada seseorang, hak atas saldo uang di bank bagi
mereka yang telah menyimpannya di bank. Dari pengertian ini, maka yang
dimaksudkan deposito berjangka adalah “simpanan di bank yang penarikannya
dapat dilakukan setelah masa tertentu yang diperjanjikan atau setelah
pemberitahuan sebelumnya”.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan


Indonesia “Deposito adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.

Deposito menurut UU No. 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya


hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.

Deposito bank bisa dinilai sebagai hutang. Sebab, titipan (al-wadi’ah)


merupakan amanah yang berada di tangan pihak yang dititipi. Jika tiitipan itu
rusak maka kerusakan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya karena
kepemilikan barang itu tidak berpindah kepada pihak yang dititipi. Pihak yang
dititipi itu tidak berhak mengambil manfaat dari barang yang dititipkannya.

3
Deposito bank merupakan akad hutang, sementara kepemilikan uang yang
didepositokan berpindah kepada bank. Bank berhak untuk mengkonsumsinya
(menggunakannya). Bank berjanji untuk mengembalikan semisal yang dititipkan.
Bank menjamin deposito itu. Jika habis, rusak atau hilang, baik karena kelalaian
bank atau tidak, baik disertai dengan bunga atau tidak-selama bank berhak
mengelola deposito itu dan bank pada kondisi dia mengambil bunga atas deposit
itu-maka itu termasuk hutang ribawi yang haram.

2.2 Bentuk-Bentuk Deposito Perbankan


1. Rekening Giro
Giro adalah sejumlah uang yang diletakkan oleh seseorang di bank dan
termasuk deposito yang tunduk pada permintaan. Di antara hak deposan
adalah ia berhak mengambil deposito miliknya, baik semua atau sebagian,
tanpa batasan untuk penarikan, penyimpanan, atau kaitan dengan jangka
waktu tertentu. Bank berkeharusan membayar permintaan (penarikan) itu
segera, kapan saja permintaan deposan itu dating. Dalam hal ini, bank tidak
memberikan bunga sehingga kosong dari riba. Namun, muamalah ini tetap
saja tidak bisa kosong dari keharaman karena merupakan bantuan atas
pelaksanaan sesuatu yang haram. Wasilah yang mengantarkan pada sesuatu
yang haram hukumnya adalah haram jika wasilah itu secara pasti
mengantarkan pada keharaman itu. Rekening di bank itu secara pasti akan
digunakan oleh bank dalam hutang ribawi dan itu adalah haram.

2. Rekening Tabungan
Tabungan adalah sejumlah harta yang diletakkan oleh penabung di
bank sebagai hutang ribawi dengan bunga tertentu. Kepemilikannya berpindah
pada bank. Bank mengelola harta itu dan mengambil keuntungan dalam
aktivitas pinjaman (pemberian hutang). Bank berjanji akan mengembalikan

4
harta itu kepada penabung sama seperti semula ditambah bunga tertentu. Bank
bertangung jawab dalam seluruh kondisi. Aktivitas itu merupakan riba.

3. Deposito Berjangka
Ini sangat penting bagi bank. Sebab, deposito berjangka sangat
membantu dalam tugas bank untuk memberikan pinjaman (hutang) ribawi.
Oleh karena itu, bank membuat bentuk-bentuk lain untuk membujuk dan
memikat seperti sertifikat bank, sertifikat deposito dan deposito tabungan.
Semua memainkan peran yang sama dan memiliki hokum yang sama dari sisi
keharaman.

4. Sertifikat Investasi
Sertifikat investasi adalah suatu instrument yang digunakan oleh bank-
bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan dilain
pihak sebagai sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah
yang kekurangan dana.

5. Buku Tabungan Pos


Buku tabungan pos adalah ungkapan tentang penyimpanan harta di
kantor pos. kadangkala hal itu semata-mata untuk menyimpan harta, bukan
untuk investasi. Hal itu mirip dengan rekening tabungan di bank dalam
posisinya sebagai hutang. Kadangkala disertai bunga. Dalam kondisi ini, ia
tidak berbeda dengan buku tabungan bank dalam hak keharamannya.

6. Obligasi
Obligasi adalah sarana untuk berhutang. Obligasi dikeluarkan oleh
bank, perusahaan atau pemerintah untuk dibeli oleh mereka yang ingin
berinvestasi. Obligasi merupakan kertas yang memuat nilai nominal. Obligasi
adalah hutang. Pihak yang mengeluarkan obligasi berposisi sebagai debitor

5
baik bank, perusahaan atau pemerintah. Pihak yang mengeluarkan obligasi itu
berjanji untuk membayar kepada pihak yang memiliki obligasi setelah jangka
waktu tertentu sejumlah nilai nominal yang tertera di obligasi itu (jumlah
hutang) dan bunga tahunan tertentu. Jadi, obligasi itu merupakan muamalah
ribawi dan hukumnya adalah haram.

7. Pembukaan Kredit
Kredit adalah akad yang berdasarkan ketentuannya, bank berkomitmen
(berkeharusan) meletakkan sejumlah tertentu uang di bawah pengelolaan
nasabah untuk jangka waktu tertentu. Dengan itu nasabah tersebut memiliki
hak untuk menarik jumlah berapapun yang ia inginkan, selama masih dalam
batas kredit dan di dalam jangka waktu yang ditentukan. Nasabah tersebut
bisa menyimpan sejumlah uang di rekening kredit itu sehingga nilai
hutangnya akan berkurang. Bunganya tidak dihitung kecuali berdasarkan
rekening debitor dari hari ia melakukan penarikan. Nasabah berkewajiban
membayar kepada bank uang keanggotaan. Kewajiban ini ada semata karena
telah disepakatinya akad kredit, baik kredit itu sudah dimanfaatkan atau
belum. Uang keanggotaan itu dijustifikasi sebagai kempensasi beban yang
dipikul bank untuk selalu siap menghadapi permintaan nasabah. Ini juga
merupakan mamalah ribawi yang haram.

8. Hutang Kertas Berharga Komersial


Yang dimaksud adalah sukuk (wesel, cek, obligasi) yang mengandung
komitmen untuk membayar sejumlah uang yang harus dipenuhi, biasanya
setelah jangka waktu pendek, dan bisa dipertukarkan melalui kuasa atau serah
terima dan tradisi bisnis menerimanya sebagai alat pelunasan hutang.
Pembawanya bisa menukarkannya dengan uang sebelum lewat tempo
pembayarannya melalui bank setelah bank memotong sejumlah kecil sesuai
dengan jangka waktu yang tersisa dari tempo penukarannya. Misal: seorang

6
pedagang memberikan cek atau wesel tunda sampai tanggal tertentu kepada
seseorang sebagai jaminan kepadanya atas hartanya. Lalu seseorang itu
mengambil cek atau wesel tersebut dan pergi ke bank untuk menguangkannya,
tetapi sesuai jangka waktu tersisa dan bank memotongnya dalam persentasi
tersebut. Muamalah ini adalah haram.

9. Premi hutang
Sebagian bank menggunakan premi ini sebagai sarana untuk memikat
penabung dan peminjam ke bank. Lalu sebagian dari bunga deposito yang
yang berpremi dipisahkan dan dibagikan kepada deposan melalui undian.
Pembagiannya melalui undian. Hal demikian merupakan al-maysir (judi); baik
digunakan cara undian atau tidak, tetap saja itu merupakan harta ribawi dan
hukumnya haram.

2.3 Landasan Hukum


Yang dijadikan landasan syari’ah dalam deposito mudharabah yaitu :
1.  Al Qur’an,
a.   Surat Al Muzammil (73) ayat 20

َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاة‬ َّ ‫يل هَّللا ِ فَا ْق َر ُءوا َما تَيَس ََّر ِم ْنهُ َوأَقِي ُموا ال‬
ِ ِ‫َوآخَ رُونَ يُقَاتِلُونَ فِي َسب‬
‫َوأَ ْق ِرضُوا هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا َو َما تُقَ ِّد ُموا أِل َنفُ ِس ُكم ِّم ْن َخي ٍْر ت َِج ُدوهُ ِعن َد هَّللا ِ هُ َو َخ ْيرًا‬
ِ ‫َوأَ ْعظَ َم أَجْ رًا َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬

Artinya: “Dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan

7
yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunankepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al
Muzammil ayat 20).

b.      Surat an-Nisa’ (4) ayat 29

ِ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل إِاَّل أَن تَ ُكونَ تِ َج‬
‫ارةً عَن‬
‫اض ِّمن ُك ْم َواَل تَ ْقتُلُوا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
ٍ ‫ت ََر‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (An-Nisa’ ayat 29).
2.   Hadis Nabi
a.   Riwayat Thabrani
Artinya:  “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya.
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

b.  Riwayat Tirmidzi


Artinya: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi
dari ‘Amr bin ‘Auf).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Deposito bank merupakan akad hutang, sementara kepemilikan uang yang
didepositokan berpindah kepada bank. Bank berhak untuk mengkonsumsinya
(menggunakannya). Bank berjanji untuk mengembalikan semisal yang dititipkan.
Bank menjamin deposito itu. Jika habis, rusak atau hilang, baik karena kelalaian
bank atau tidak, baik disertai dengan bunga atau tidak-selama bank berhak
mengelola deposito itu dan bank pada kondisi dia mengambil bunga atas deposit
itu-maka itu termasuk hutang ribawi yang haram. Dan banyak bentuk-bentuk
deposito yang semua bentuk tersebut merupakan ribawi yang haram hukumnya.

3.2 Saran
Banyak di Indonesia yang menggunakan deposito untuk mengembangkan
suatu usaha, karena memiliki keuntungan yang banyak. Tetapi, deposito dalam
islam adalah riba yang hukumnya haram. jadi

9
DAFTAR PUSTAKA

As-Sabatin, Yusuf. 2014. Bisnis Islami & Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis.
Bogor : Al Azhar Press
http://bacaanmykuliah.blogspot.com/2016/07/deposito.html

10

Anda mungkin juga menyukai