Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yudha Pranata

NIM : 042609559
Kelas : 3B
Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan
Nama Tutor : Ermini, SH, MM

Jamsostek dan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja ( K3 )

A. Jamsostek

Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atas berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Secara
kronologis proses terbentuknya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan, maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33
Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap
pemberi kerja atau pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK.
Terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang Pembentukan Wadah
Penyelenggara ASTEK, yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), yang ditindaklanjuti dengan
menetapkan PT. Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. Program
Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi
tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus
penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagai atau seluruhnya
penghasilan yang hilang, akibat risiko social.
Pada tanggal 25 November 2011, Pemerintah mengundangkan UndangUndang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diundangkan sebagai pelaksana
dari ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) Pasal 5 ayat (1), Pasal 52 ayat (2), dan pasca putusan Mahkamah
Konstitusi atas perkara Nomor 007/PUU-III/2005. Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terbentuk menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu; BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pemberlakuan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
sebagai penyelenggara sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan 52 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU
SJSN). Berikut pencapaian pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) disertai kondisi sebelum atau sesudah
pada pelaksanaan yang diatur oleh UU SJSN.

B. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja ( K3 )

Latar belakang dari diterapkannya Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan


Keamanan Kerja ( K3 ) adalah dari standarisasi yang telah diterapkan di dunia
kerja internasional. Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong
para pekerja untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu
tidak jarang menyebabkan pekerja menjadi cidera. Cidera yang terjadi di lapangan
sangat beragam, dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban jiwa. Dengan
terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama pembangunan,
maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan,
keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.

Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization ) dan WHO ( World
Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu:
Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang
fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi
setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan
bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka;
penempatan dan perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan
fisik dan psikologi dari pekerja dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke
pekerjaannya masing-masing.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan


Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu
kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian
maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi
pekerja, tempat kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja.

Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) bertujuan agar para pekerja di


lingkungan kerjanya masing-masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat dan
terutama bekerja secara produktif dalam meningkatkan kinerja Perusahaan serta
meningkatkan kesejahteraan Karyawan Perusahaan. Demikian pula untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kemauan serta kerja sama para karyawan agar menjunjung
tinggi peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja demi kesejahteraan
Perusahaan yang berarti kesejahteraan keluarga karyawan. Dengan keadaan karyawan
melaksanakan kegiatan operasinya dengan aman, nyaman, handal dan efisien,
sehingga kerugian Perusahaan dapat dicegah dan dikurangi.

1. Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu


dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Pada hakekatnya keselamatan
sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan.
2. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya
berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai
makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Pengertian sehat
secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai
suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya
mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan
sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan
untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih
sehat.
3. Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi
pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai
suatupendekatan ilmiah(scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atausuatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai
suatuilmu terapan (applied science).

Anda mungkin juga menyukai