Anda di halaman 1dari 12

Uplifting

East African Rift Valley

Disusun Oleh :
1. Jaysi Wiridan 270110190042
2. Muhammad Nur Bagaskoro 270110190043
3. M Rafli Kamil 270110190070
4. M Fahrul Febrian 270110190117
5. Fajar Taufiq H 270110190118

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya.
Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi setiap mahasiswa/i
mendapatkan suatu gambaran dan pengetahuan yang lebih mengenai Proses Tektonika.

Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dari itu kelompok kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata
kuliah Tektonika bapak Dr. Ir. Ismawan, MT.

Akhir kata kelompok kami meminta maaf apabila penyusunan Tugas ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kemajuan bagi penulis.

Jatinangor, 1 Desember 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Maksud dan tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Kondisi geologi 6
2.2 Pergerakan Lempeng 7
2.3 Proses Penipisan lithosphere dan Magmatisme 8

BAB III KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Afrika Timur adalah salah satu daerah dengan daya tarik geomorfologi yang luar
biasa. Daerah ini memiliki pegunungan yang tertinggi di Afrika, area luas aktivitas vulkanik
saat ini dan masa lalu, keretakan yang luar biasa, bukti penting untuk perubahan iklim dan
evolusi manusia, dan beberapa danau terbesar di dunia. Tinjauan magisterial Schlüter sangat
disambut baik, paling tidak karena mengandung banyak bahan yang akan menarik baik untuk
ilmuwan Kuarter dan ahli geomorfologi. Yang mengatakan itu pada dasarnya adalah survei
geologi, dengan banyak bahan stratigrafi dan tektonostratigrafi kembali ke Prakambrium dan
Proterozoikum.Geologi Afrika Timur memberikan laporan singkat tentang geologi regional
multi-segi dan stratigrafi Afrika Timur. Namun, sebagian besar data yang disajikan sangat
relevan dengan negara dan wilayah sekitarnya.Bentang alam Afrika Timur yang kontras,
pegunungan di satu sisi, dataran tinggi, dataran rendah, dan lembah retakan di sisi lain,
dengan tanah subur yang dalam tercermin dalam geologinya.

Dalam ilmu geologi istilah uplift adalah proses dimana permukaan bumi perlahan
naik baik karena meningkatnya gaya ke atas yang diterapkan dari bawah atau penurunan gaya
ke bawah (berat) dari atas. Pengangkatan, membentuk pegunungan dan dataran tinggi,
biasanya terjadi karena lempeng-lempeng ini saling bertabrakan selama jutaan tahun.
Pengangkatan yang luas, relatif lambat dan lembut disebut pembengkokan, atau epeirogeni,
berbeda dengan lebih terkonsentrasi dan parah orogeni yang, pengangkatan yang terkait
dengan gempa bumi dan bangunan gunung. Pengangkatan permukaan bumi juga telah terjadi
sebagai tanggapan atas penghapusan lapisan es Pleistosen melalui pencairan dan pemborosan.
Rebound elastis seperti itu terukur dan berkelanjutan di Kanada selatan dan di wilayah
Skandinavia umum saat ini.

Sejarah hominid Afrika Timur telah dikaitkan dengan peningkatan progresif padang
rumput terbuka selama 8 juta tahun terakhir. Tren ini dijelaskan oleh proses iklim global,
yang tidak memperhitungkan uplift besar-besaran topografi Afrika timur yang terjadi selama
periode ini. Simulasi atmosfer dan biosfer mengukur peran yang dimainkan oleh peristiwa
tektonik ini. Pengurangan penghalang topografi sebelum 8 juta tahun yang lalu
memungkinkan sirkulasi zona dengan transportasi kelembaban terkait dan curah hujan yang
kuat. Hasilnya menunjukkan bahwa pengangkatan itu sendiri menyebabkan reorganisasi
drastis sirkulasi atmosfer, menghasilkan aridifikasi yang kuat dan perubahan
paleoenvironmental yang disarankan oleh data.

1.2 Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menggambarkan proses wilosn cyle fase 1 uplifting afrika timur, juga mengetahui proses
penipisan Lithosphere dan perkembangan magmatisme afrika timur
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kondisi geologi

Mekanisme pasti tentang terbentuknya rekahan ini masih menjadi perdebatan di


kalangan ahli geologi dan geofisika.

Salah satu model untuk menjelaskan Patahan Besar Afrika Timur ini adalah adanya
aliran panas dari magma di lapisan mantel bumi yang menyebabkan terbentuknya sepasang
tonjolan panas di tengah Kenya dan wilayah Afar dari utara ke tengah Ethiopia. Retakan
tersebut bahkan membelah jalan raya tersibuk di Kenya, tepatnya di Mai Mahiu-Narok.
Kedalaman retakan mencapai 50 kaki, dengan lebar 20 meter. Kata para ilmuwan, tempat ini
hanyalah satu dari ratusan titik rentan di sekitar Great Rift Valley.

Tonjolan tersebut dapat dengan mudah dilihat sebagai dataran tinggi yang terdapat
pada peta topografi. Selama tonjolan ini terbentuk, lapisan kerak bumi di sekitarnya
meregang dan patah membentuk sesar normal yang didalamnya menghasilkan formasi horst
dan graben. Asumsi pemikiran geologi ini didasari bahwa tonjolan diawali dari adanya
tonjolan magma di bawah kerak bumi yang mengakibatkan tekanan di sekitar kerak bumi dan
membentuk patahan.

Idealnya, patahan ini akan membentuk 3 jenis patahan dengan sudut pemisahan 120
derajat. Titik dimana tiga cabang ini menyebar disebut dengan 'triple junction' dan
digambarkan dengan baik di wilayah Afar, Ethiopia dimana dua cabang lainnya berada di di
Laut Merah dan Teluk Aden dan ketiga percabangan ini mengarah ke selatan melewati
Ethiopia.

Proses perekahan yang berkaitan dengan formasi ini sering diawali dari adanya erupsi
gunung api besar yang mengalirkan lava pada area yang luas dan biasanya terendapakan pada
daerah celah-celah patahan.

Erupsi ini dianggap beberapa ahli sebagai "flood basalts". Lava keluar di sela-sela
rekahan dan mengalir di atas tanah seperti banjir. Letusan tersebut dapat meliputi daerah yang
luas dan membentuk ketebalan yang sangat besar.
Jika peregangan kerak terus terjadi maka akan membentuk zona perekahan pada kerak
yang tipis dan tersusun atas campuran batuan basalt dan granit dan akhirnya turun ke bawah
permukaan laut seperti yang terjadi di Laut Merah dan Teluk Aden. Peregangan dan
perekahan akan mengarah pada pembentukan samudera baru.

Seperti halnya di Ethiopia, hot spot nampaknya terdapat di bawah Kenya dan
dibuktikan dengan adanya topografi kubah. Beberapa ahli geologi telah menyatakan bahwa
kubah Kenya adalah hot spot yang sama yang telah melahirkan rekahan Ethiopia.

Wilayah rekahan timur ditandai dengan aktivitas gunung api yang lebih banyak
sementara rekahan di barat ditandai dengan cekungan yang lebih dalam yang di dalamnya
berisi danau besar dan banyak sedimen seperti Danau Tanganyika. Baru-baru ini, letusan
basaltik dan pembentukan celah baru teramati di Patahan Ethiopia yang mana memungkinkan
kita untuk langsung melihat proses pembentukan cekungan laut di darat.

Ini adalah salah satu alasan mengapa Patahan Besar Afrika Timur sangat menarik para
peneliti dunia. Kebanyakan rekahan di daerah lain di bumi telah berkembang hingga ke
bawah dasar laut atau telah diisi sedimen sehingga sulit untuk diteliti langsung. Patahan Besar
Afrika Timur adalah sebuah laboratorium alam yang sangat baik untuk mempelajari sistem
rekahan di bumi.

2.2 Pergerakan Lempeng

East African Rift Valley (EAR) adalah batas lempeng divergen yang berkembang di
Afrika Timur. Di sini bagian timur Afrika, lempeng Somalia, bergerak menjauh dari bagian
benua lainnya, yang terdiri dari lempeng Nubian. Lempeng Nubian dan Somalia juga terpisah
dari lempeng Arab di utara, sehingga menciptakan sistem rifting berbentuk 'Y'. Pada tahap
awal perkembangan East Afrika Rift System dapat kita lihat dengan adanya serangkaian
graben yang sangat asimetris dengan lebar sekitar 40 hingga 50 km, panjang 60 hingga 120
km dan terbuka dengan kecepatan 3 mm/tahun. Dimensi graben pada dasarnya mencermikan
tahap awal rifting dari lempeng, terdapat beberapa variasi dari rifting dan evolusi tektonik
yang dipengaruhi oleh aktivitas magma. Pada sektor rift dengan aktivitas magmatisme lebih
tinggi seperti Manyara Rift di Zona Divergensi Tanzania atau segmen Rwenzori dari
Albertine Rift di Uganda , rift tampak terbagi menjadi menjadi lengan rift yang berbeda dan
graben dengan keterlibatan aktivitas magma. Pengamatan ini menunjukkan bahwa
keterlibatan magma memiliki efek melemahkan dan memudahkan propagasi keretakan (lih.
Ebinger et al., 2013). Panjang perbatasan sesar dan batas kedalaman sesar menunjukan bahwa
cekungan ini mencapai panjang maksimumnya dan seluruh segmen sesar sepanjang 100-120
km dapat pecah apabila terjadi peristiwa gempa. Perbatasan system patahan yang terkait
dengan litosfer yang kuat dan tebal serta aktivitas magmatic yang terbatas tampaknya
mempengaruhi penurunan besar dalam rift graben yang diisi oleh danau retakan yang dalam
dan sempit (kedalaman ~2000 m Danau Tanganyika). Untuk Malawi Rift, menunjukkan
bahwa arah bukaan retakan berubah dari NE ke SE, kemungkinan terjadi akibat dari gaya
batas lempeng yang terkait dengan pembukaan Laut Merah (Bosworth et al., 1992). Ebinger
dkk. (2013) berspekulasi bahwa perubahan kinematik pada skala waktu 10 -10 tahun ini
terkait dengan periode tektonik-keheningan dan aktivitas tektonik-magmatik yang terbatas.

2.3 Proses Penipisan lithosphere dan Magmatisme

Pemunculan Hot spot dan penipisan lapisan litosfer terjadi sepanjang zona pemisahan
lempeng. Proses magmatisme menyebabkan munculnya Uplift. Uplift ini dapat dilihat pada
wilayah timur afrika seperti di wilayah tengah Kenya dan wilayah afar dari utara ke tengah
Ethiopia.

Uplift ini bersamaan dengan pemekaran kerak benua. Pemekaran ini menimbulkan
terjadinya sesar sesar normal yang didalamnya membentuk morfologi horst dan graben.
Gambar 1. Cross section, A. Albertine Rift of Uganda, B. Tanzania Divergence zone, C.
Central Kenya rift, D. Main Ethiopian Rift

Dari gambar 1 dapat diamati cross section dari western dan eastern Rift Branches.
Gambar tersebut juga menunjukan perbedaan tingkat rifting, tingkat penipisan litospher dan
magmatisme. Gambar 1. (A) merupakan Albertine Rift of Uganda. Pada bagian ini litosfer
hamper tidak menipis sama sekali dan kerak bagian bawah tidak mengalami deformasi yang
signifikan. Uplifting yang terjadi menciptakan pegunungan Rwenzori dengan ketinggian
lebih dari 5000 m.
Gambar 1 (B) merupakan Tanzania Divergence zone bagian dari Eastren Brach. Tidak
banyak deformasi yang terjadi pada daerah ini, selain dengan terbentuknya sesar sesar
normal. Penipisan litosphere yang terjadi di daerah ini mirip dengan Albertine Rift of
Uganda. Dimana tidak terjadi penipisan yang signifikan.

Gambar 1 (C) Central Kenya rift. Penipisan lithosphere pada daerah ini telah
mengalami pelemahan dan penipisan. Hal tersebut menghasilkan sesar normal dengan
kemiringan dan ukuran besar. Proses magmatisme yang muncul telah membentuk gunung
Kenya.

Gambar 1 (D) Main Ethiopian Rift. porses penipisan lithosphere pada derah ini telah
terjadi secara signifikan. Penipisan ini dibuktikan dengan terbentuknya lembah lembah
berukuran besar dan dalam. Lithosphere yang tlah sangat tipis mengakibatkan pergerakan
yang terjadi lebih simetris dan porses pergerakan sangat dibantu oleh magmatisme.
BAB III KESIMPULAN

Dalam geologi terdapat istilah uplift dimana uplift ini memiliki pengertian, proses
dimana permukaan bumi perlahan naik karena meningkatnya gaya ke atas dari bawah atau
penurunan gaya ke bawah dari atas. Di daerah Afrika Timur memiliki daerah dengan daya
tarik geomorfologinya yang luar biasa, daerah Afrika ini memiliki penggunungan yang
tinggi. Geologi Afrika Timur memberikan sebuah laporan tentang geologi regional dan
stratigrafi Afrika Timur, dimana sebagian besar data yang disajikan sangat relevan dengan
negara dan wilayah disektiranya. Salah satu patahan besar Afrika Timur menjelaskan tentang
adanya aliran panas dari magma yang dilapisi mantel bumi dimana hal ini menyebabkan
terbentuknya tonjolan panas di tengah Kenya dan wilayah Afar dari utara tengah Ethiopia.
Tonjolan tersebut dapat kita lihat sebagai dataran tinggi, selama tonjolan tersebut terbentuk,
lapisan kerak bumi disekitarnya mengalami regangan dan patah sehingga membentuk sesar
normal yang didalamnya menghasilkan formasi horst dan graben.

Di Afrika Timur terdapat batas lempeng divergen yang berkembang yaitu East
African Rift Valley, dibagian timur Afrika, lempeng Somalia menjauh dari bagian benua
lainnya yang terdiri dari lempeng Nubia, kedua lempeng ini juga terpisah dari lempeng Arab
di bagian utara, sehingga kejadian ini menciptakan system rifting yang berbentuk Y. terdapat
juga proses penipisan lithosphere dan magmatisme dimana terjadi pemunculan hot spot dan
penipisan lapisan litosfer yang terjadi sepanjang zona pemisah lempeng, akibat dari proses
magmatisme juga bisa menyebabkan munculnya tonjolan, dan tonjolan ini dapat kita lihat
pada wilayah timur afrika seperti daerah tengah Kenya dan wilayah Afar dari Utara ke tengah
Ethiopia.
DAFTAR PUSTAKA

Ring, U. (2014). THE EAST AFRICAN RIFT SYSTEM. Austrian Journal of Earth Sciences, 107(1).

Wichura, H. et al. (2010) ‘Evidence for middle Miocene uplift of the East African Plateau’, Geology,
38(6), pp. 543–546. doi: 10.1130/G31022.1.

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0031018213004161

https://www.sidmartinbio.org/what-is-the-definition-of-uplift-in-geology/

https://www.nhbs.com/geology-of-east-africa-book

Anda mungkin juga menyukai