Oleh :
APRINDA RATNA LOVELA
NIM. 062024353007
halaman
COVER.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
4.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan antara lain :
1. Mengetahui pengaruh penambahan tepung kunyit dan minyak ikan dalam
pakan dapat menurunkan konsumsi pakan burung puyuh ?
2. Mengetahui pengaruh penambahan tepung kunyit dan minyak ikan dalam
pakan dapat meningkatkan produksi telur (Quil Day Production) burung puyuh
?
3. Mengetahui analisis usaha peternakan burung puyuh dengan penambahan
tepung kunyit dan minyak ikan ?
4.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hasil
analisis usaha pemanfaatan tepung kunyit dan minyak ikan sebagai bahan
tambahan dalam pakan burung puyuh untuk meningkatkan efisiensi konsumsi
pakan sehingga dapat meningkatkan produksi telur dan dapat mengurangi biaya
produksi pada ternak burung puyuh.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.3 Sistem Reproduksi Unggas Betina (Robert and Ball, 2004)
2.1.4 Produksi dan Kualitas Telur
Beberapa keunggulan lain yang dimiliki puyuh adalah telurnya bergizi
tinggi, rasanya lezat, dan harganya relatif murah. Selain itu, keunggulan
lainnya adalah produksi telur didapatkan dalam waktu relatif singkat yaitu
sekitar 42 hari, interval generasinya pendek, luasan area kandang yang
dibutuhkan kecil dan konsumsi ransum relatif sedikit (Kurtini dan Riyanti,
2007). Produksi telur burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain manajemen pemeliharaan, kualitas ransum, konsumsi ransum dan
kondisi lingkungan serta genetik burung puyuh (Saraswati et al., 2013).
Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 40-50 hari. Bobot
telur burung puyuh berkisar antara 8-12 gram. Burung puyuh mampu
menghasilkan telur sebanyak 200-300 butir/ekor/tahun (Setyawan et al.,
2012). Produksi telur burung puyuh pada masa awal bertelur berkisar antara
40-60% dan terus meningkat setiap minggu hingga mencapai puncak pada
umur sekitar 20 minggu dengan produksi mencapai 90% (Sultana et al.,
2007). Bagian telur burung puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%;
kuning telur 31,9% serta bagian membran dan cangkang telur 20,7%
(Kasiyati et al., 2010).
2.2 Kunyit
Kunyit disebut juga sebagai Curcuma domestica dalam bahasa latin
yang menggantikan nama sebelumnya yaitu Curcuma longa. Nama latin Curcuma
domestica untuk kunyit diperkenalkan oleh Valeton pada tahun 1918. Menurut Lal
(2012) berikut klasifikasi kunyit :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division :
Magnoliophyta
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
Biaya variabel adalah jenis biaya pemasaran selain biaya tetap. Biaya
variabel ini mengalami perubahan sesuai dengan meningkat dan menurunya
volume produksi yang dihasilkan (Primyastanto, 2011). Biaya variabel
merupakan biaya yang berhubungan dengan tingkat hasil produksi atau
output yang telah dipilih (Case and Ray, 2007). Biaya variabel merupakan
biaya yang diperlukan pada saat produksi berlangsung (Soepranianondo,
dkk., 2013). Biaya variabel akan naik ketika pengeluaran meningkat dan
akan turun ketika pengeluaran menurun (Himawati, 2006). Biaya variabel
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Soepranianondo dkk., 2013):
Rumus : TVC = VC x n
Keterangan:
TVC : Total Variabel Cost
VC : Variabel Cost
n : banyaknya unit
2.4.6 Penerimaan
Break Even Point (titik impas) merupakan suatu alat pengukur hasil
usaha, dimana pada suatu titik waktu tertentu dengan value produksi
tertentu terdapat keseimbangan antara biaya usaha keseluruhan dengan
penerimaan usaha (Soepranianondo dkk., 2013). Break Even Point atau
disebut titik impas adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
dan menghitung titik impas tersebut terjadi, alat ini digunakan dalam
menganalisis kelayakan suatu usaha (Fahmi dan Larasati, 2010).
Break Even Point adalah teknis analisis untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Nilai
BEP dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha
tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian
(Soepranianondo dkk., 2013). Perhitungan BEP dapat menggunakan rumus
dibawah ini:
BEP Produksi =
BEP Harga =
BEP (unit) =
BEP (harga) =
Keterangan:
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel per unit)
P = Price (Harga Jual per unit)
R/C Ratio =
Kriteria pengujian terhadap perhitungan efisiensi usaha yaitu apabila
R/C Ratio kurang dari satu maka usaha dikatakan tidak efisien atau
merugikan, apabila R/C Ratio sama dengan satu maka usaha dikatakan tidak
menguntungkan atau tidak merugikan dan apabila R/C Ratio lebih dari satu
maka usaha dikatakan efisien atau menguntungkan (Alfikri, 2013).
ROI = x 100%
Analisis Usaha
Analisis data statistik
BEP harga
BEP produksi
R/C Ratio
ROI
Analisis deskriptif
Kesimpulan
Evaluasi
t ( n - 1 ) ≥ 15
Adi, R. 2009. Efektifivitas Betain Pada Pakan Ayam Broiler Rendah Metionin
Berdasarkan Parameter Berat Badan dan Karkas. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Solo.
Yogyakarta: Kanisius.
Afriastini, J.J. 1990. Daftar Nama Tanaman Seri Pertanian XXVIII. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Fisheries and Aquaculture Department. 1986. The Production of Fish Meal and
Oil. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, Italy.
Hartati, S.Y. dan Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5-9.
Hidayat dan Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami : Cara Sehat dan Aman
Membuat Pewarna Makanan dari Bahan Alami. Surabaya : Trubus
Agrisarana.
Li, M., W. Yuan., G. Deng., P. Wang., P. Yang, and B.B. Aggarwal. 2011.
Chimical Composition and Product Quality Control of Tumeric (Curcuma
longa L.). Pharmaceutical Crops. 2:28-54.
Medina A.R., L.E. Cerdan., A.G. Gimenez., B.C. Paez., M.J.I. Gonzalez., and
E.M. Grima. Lipase-catalyzed Esterification of Glycerol and
Polyunsaturated Fatty Acids From Fish and Microalgae oils. Journal of
Biotechnplpgy. Vol. 70: 379-391.
Muchtadi. 1996. Gizi Untuk Bayi : ASI, Susu Formula, dan Makanan Tambahan.
Pustaka Sinar harapan. Jakarta.
Purwanti. 2008. Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, Bawang Putih dan Mineral
Zink Terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan
Broiler. Thesis: Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rahayu, W. P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.Bogor
Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan. Jurnal Pusat Penelitian
Osenografi, LIPI - Jakarta. Vol.28, No.3, 2003 : 11-16.
Roberts, J.R. and M. Ball. 1998. Egg Shell Qualiy, Problems, Causes and
Solutions. Published and printed at the Printing, University of New England,
Armidalle, NSW 2351. Australia.
Rosidah. 2006. Hubungan Umur Simpan Dengan Penyusutan Bobot, Nilai Haugh
Unit, Daya dan Kestabilan Buih Putih Telur Itik Tegal Pada Suhu Ruangan.
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saraswati, R., N. Wasmen., R.E.K. Damiarti, dan K.R. Nastiti. 2013. Optimalisasi
Kondisi Fisiologis Puyuh Jepang (Cortunix cortunix japonica) Senyawa
Suplementasi Serbuk Kunyit (Curcuma longa). [Disertasi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2010. Ransum Burung Puyuh Petelur (quail
layer). Dewan Standarisasi Nasional LIPI, Jakarta.
Sultana, F., M.S. Islam, and M.A. Rhowlider. 2007. Effect of dietary calcium
sources and levels on egg production and egg shell quality of javanese quail.
International J. Poult Sci. 6(2):131-136.
Wardiny. T. M., R. Yuli, dan Taryati. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu
Terhadap Profil Darah Puyuh Starter. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wulandari, K., V. Ismadi, dan Tristiarti. 2013. Kecernaan Serat Kasar dan Energi
Metabolis Pada Ayam Kedu Umur 24 Minggu Yang Diberi Ransum Dengan
Berbagai Level Protein Kasar dan Serat Kasar. Journal Animal Agriculture.
2(1) : 9-17.