Anda di halaman 1dari 28

KRUSTASEA

2019 D
PENDAHULUAN

Krustasea (Crustacea) merupakan hewan yang termasuk dalam


filum arthropoda (hewan beruas-ruas). Sebagian besar
crustacea hidup akuatis, dan bernafas dengan insang. Contoh
crustacea adalah udang.
ANATOMI
Lambung
Hepatopankreas
tangkai mata

jantung
usus belakang

Perut segmen

esofagus

anus
antena kaki jalan
kaki renang
Udang adalah jenis hewan yang hidup di dalam air, ada yang hidup di
dalam air laut, air payau, ataupun yang hidup di air tawar. Secara umum
udang terbagi atas

Udang Air Tawar Udang Air Laut

• Udang galah • Udang putih


• Udang palemon • Udang windu
• Udang muara • Udang dogol
• Udang ragang • Udang belang
• Udang palemon bening • Udang barong
• Udang beras (Lobster)
PERANAN

Udang air Tawar memiliki peranan yang penting dalam menjaga


keseimbangan ekosistem. Udang air tawar mempunyai fungsi
sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar, seperti ikan.
Pelestarian keanekaragaman udang air tawar sangat penting agar
keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan dan dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Keberadaan berbagai jenis
udang air tawar dalam suatu perairan untuk menunjukkan kualitas
kondisi lingkungan perairan tersebut.
UDANG JANTAN

• Bentuk badan udang jantan dibagian


p e r u t l e b i h ra m p i n g d a n u ku ra n
pleuron lebih pendek.

• L e t a k a l a t ke l a m i n u d a n g j a n t a n
terdapat pada basis pasangan kaki
jalan kelima.

(1) Lubang genital di pangkal kelima kaki


UDANG BETINA

• Udang betina bagian perutnya tumbuh


melebar dan pleuron agak memanjang.

• Udang betina alat kelamin terletak


pada basis pasangan kaki jalan ketiga.

(2) Pada kaki ke 3 dan wadah mani


(3) Ditengah kaki ke 4
SIKLUS HIDUP
JENIS JENIS UDANG

Udang Jerbung (Penaeus Merguensis)

Udang jerbung disebut juga udang putih.


Ciri-cirinya antara lain : kulitnya tipis dan
licin, warna putih kekuningan dengan
bitnik hijau dan ada yang berwarna
kuning kemerahan.
Udang Flower (Penaeus sp.)

Udang ini berwarna hijau kehitaman


dengan garis melintang coklat, kulit dan
kakinya agak kemerahan. Corak
warnanya seperti bunga.
Udang Windu/Tiger (Panaeus monodon)

Udang ini memiliki kulit tebal dan keras,


berwarna hijau kebiruan dengan garis
melintang yang lebih gelap, ada juga yang
berwarna kemerahan d en gan gar i s
melintang coklat kemerahan.
Udang Cokong (Macrobrachium sp.)

U d a n g i n i a d a l a h u d a n g a i r t awa r.
Warnanya bermacam-macam, ada yang
hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning
kecoklatan, dan bercak seperti udang
windu tetapi bentukya lebih bulat.
Udang Dogol (Metapenaeus Monoceros)

U d a n g i n i ku l i nya te b a l d a n k a s a r,
nberwarna merah muda agak kekuningan,
ada yang berwarna kuing kehijauan.
Udang Sikat/Kipas (Panulirus sp.)

Udang ini seperti lobster tetapi


ukurannya lebih kecil dan kulitnya lebih
lunak serta sedikit kasar. Warna kulit
kecoklatan bergaris-garis melintang
Udang Karang/Barong (Panulirus sp.)

Udang ini seperti udang sikat tetapi ukurannya


ada yang besar dan kulitnya keras. Warnanya
ada bermacam-macam, ada yang hijau, coklat,
coklat kemerahan dan hitam kebiruan, biasanya
berbintikbintik putih, merah atau coklat. Udang
ini lebih dikenal dengan nama “Lobster”.
PENYAKIT PADA UDANG
Infectious Hypodermal and Hematopoetic Necrosis
Virus (IHHNV)

Salah satu jenis virus yang umum menyerang tambak udang vaname di Indonesia.
Infectious Hypodermal and Hematopoetic Necrosis Virus (IHHNV) yang
menginfeksi udang. Gejala klinis yaitu udang menjadi kerdil atau yang lebih
dikenal dengan Runt Deforminty Syndrome (RDS) dan berbagai cacat kutikula
udang, khususnya pada daerah rostrum, antena, dada, dan abdomen. Selain cacat
pada bagian anggota tubuh, udang yang terkena penyakit IHHNV juga menujukkan
gejala perubahan warna menjadi lebih putih pada bagian otot abdomen. Terdapat
pula memar pada bagian otot dan bentuk rostrum yang tidak sempurna.
1 2

1. Terlihat melalui kutikula, terutama pada perut, adalah lesi multifokal berwarna putih hingga
mengkilap pada epitel kutikula atau subkutis (panah).
2. Pembesaran insang yang tinggi menunjukkan inklusi intranuklear eosinofilik yang patognomonik
untuk infeksi IHHNV.
TINDAKAN KONTROL

Metode pemberantasan IHHNV dapat diterapkan pada situasi budidaya tertentu.


Metode ini tergantung pada pemberantasan stok yang terinfeksi, desinfeksi
fasilitas budidaya, penghindaran masuknya kembali virus (dari fasilitas budidaya
terdekat lainnya, udang liar,dll.), dan re-stocking dengan post larva bebas IHHNV
yang telah dihasilkan dari indukan bebas IHHNV.
White Spot Syndrome Virus (WSSV)

Di Indonesia, WSSV menyerang dua spesies komoditas udang, yaitu udang windu
(Penaeus monodon) dan vaname (Litopenaeus vannamei). Parahnya virus ini
dapat menyerang berbagai ukuran kedua spesies udang tersebut, mulai dari benur
hingga induk.
Gejala klinis yang tampak pada udang yang terinfeksi virus WSSV biasanya
berbentuk titik hingga lingkaran kecil pada kulit, Terkadang disertai oleh
kemerahan pada seluruh tubuh, gejala tersebut disertai dengan membesarnya
hepatopankreas dan berwarna putih kekuningan, hilangnya nafsu makan. Setelah
beberapa hari terinfeksi, sebagian udang akan berenang di atas permukaan air
pinggiran kolam. Penyakit ini hanya bisa dideteksi secara molekular dengan
menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction).
1 2

1. Bagian histologis dari perut udang P.chinensis terinfeksi WSD. Badan inklusi intranuklear yang
menonjol berlimpah di epitel kutikula dan jaringan ikat subkutikuler organ (panah).
2. Udang P. monodon dengan bintik-bintik putih khas WSD.
TINDAKAN KONTROL

Tidak ada pengobatan yang diketahui untuk udang yang terinfeksi WSV, namun
sejumlah tindakan pencegahan direkomendasikan untuk mengurangi penyebaran.
Setiap individu yang terinfeksi, dan keturunannya, harus dimusnahkan dengan
cara yang bersih dan semua peralatan dan air pemeliharaan yang terkontaminasi
harus dimusnahkan.
Setiap tambak yang terkena dampak harus segera diobati dengan klorin 30 ppm
untuk membunuh udang yang terinfeksi dan pembawa potensial. Udang yang mati
dan hewan lainnya harus diangkat dan dikubur atau dibakar. Air kemudian harus
ditahan selama minimal 4 hari sebelum dibuang.
YELLOW HEAD DISEASE

Yellow Head Disease atau kepala udang berwarna kuning yang disebabkan Yellow
Head Virus (YHV). Virus ini dapat menyebar melalui inang, indukan atau benur
yang tidak tersertifikasi, beberapa jenis udang budidaya (Penaeus monodon,
P. japonicus, P. vannamei, dan P. stylirostris) dapat menjadi inang. Beberapa
diantaranya dapat menjadi karier atau pembawa virus. Jika penyakit ini
menginfeksi udang, mortalitas atau tingkat kematiannya meningkat menjadi 100%
dalam jangka waktu 3 hingga 5 hari setelah terjangkit. Deteksi secara fisik dapat
dilihat dengan perubahan hepatopankreas berubah warna menjadi kekuningan,
sehingga seperti nama penyakitnya, cephalothorax berwarna kekuningan dan
membengkak. Udang yang sakit akan berkumpul di tepi tambak atau dekat
permukaan.
1 2

1. Tanda penyakit kepala kuning (YHD) ditampilkan oleh ketiganya Penaeus monodon di kiri.
2. Bagian histologis insang dari remaja P. monodon dengan YHD. Nekrosis difus umum dari sel-sel
di lamella insang ditunjukkan, dan sel-sel yang terkena menunjukkan inti piknotik dan karyorrhectic
(panah).
TINDAKAN KONTROL

Tidak ada pengobatan yang diketahui untuk udang yang terinfeksi YHV. Selain itu
belum ada metode vaksinasi yang dikembangkan.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga agar udang tidak stres dengan
memantau pH air agar tetap dikondisi optimal. Selalu menjaga kebersihan secara
teratur. Perbaiki kualitas air tambak dengan melakukan aerasi.

Jika terjadi penyakit, kolam diberi klorin 30 ppm untuk membunuh udang dan
karier potensial. udang yang mati dikubur atau dibakar kemudian kolam
dikeringkan. Kolam didesinfeksi menggunakan klorin setidaknya 4 hari. Air
kemudian juga diberi perlakuan desinfeksi untuk menghilangkan potensi adanya
organisme pembawa dengan menambahkan 20-30 ppm.
Nekrosis Otot Pada Udang

Nekrosis otot dapat disebabkan oleh virus seperti IMNV (Infectious Myonecrosis
Virus) dan PvNV (Penaeus vannamei Nodavirus) atau infeksi bacterial. Ketika
udang berada pada kondisi stress, seperti oksigen rendah atau kepadatan yang
tinggi, otot akan kehilangan transparasinya (mengalami nekrosis) dan menjadi
bercak-bercak denga area berwarna keputihan. Terjadi hingga seluruh ekor
berwarna putih. Perubahan klinis udang yang mengalami nekrosis dapat terlihat
dari perubahan warna menjadi opaq pada bagian abdomen, khusunya abdomen
bagian atas. Pada tepi uropod akan menjadi hitam diikuti denga erosi. Pada
stadium laut teramato cairan yang mengisi tepi uropod. Udang dapat menjadi
lemah, kemudian mati.
Bagian yang terkena, seperti uropod dan otot, lama kelamaan akan mengalami erosi terutama pada
bagian ekor. Area erosi ini dapat menjadi tempat masuknya bakteri sekunder.
TINDAKAN KONTROL

Pencegahan dilakukan dengan mengurangi kepadatan pakan yang cukup tidak


terlebih dan perbaikan kualitas air agar tidak fluktuatif, serta harus dilakukan
handling yang baik.

Anda mungkin juga menyukai