Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PAPER ILMU BEDAH UMUM VETERINER

PREMEDIKASI GOLONGAN OBAT SEDATIVE-HYPNOTIKA

KELOMPOK II
ANGGOTA
Taufik Akbar 1909511107
I Made Anom Suryaningrat 1909511109
Ahmad Anang Intan Purnama Negara 1909511110

Kelas :
19-D

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
RINGKASAN

Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresisistem saraf
pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapatmemberikan efek mengantuk
dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Beberapa macam obat dalam
dunia kedokreran, seperti magadom digunakan sebagai zat penenang (sedativa-
hipnotika).Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam
dosis besar dapat membuat orang yang memakainya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya
adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, tindakan lambat . Jika pemakainya
overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, napas lambat, kesadaran turun,
pingsan, dan jika pemakainya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.
Penggunaan klinis kedua golongan obat-obatan ini telah digunakan secara luas seperti untuk
tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penata laksanaan kejang, serta
insomnia.Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam tindakan anestesi memerlukan
pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan kedua obat.Hal tersebut yang mendasari
penulisan mengenai farmakologi obat-obatan hipnotik sedatif.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya-lah
sehingga tugas paper tentang ”Premedikasi Golongan Obat Sedative-Hypnotika” ini dapat
tersusun hingga selesai. Adapun paper ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas kelompok
dalam mata kuliah Ilmu Bedah Umum Veteriner tepatnya di Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Bedah Umum Veteriner tentunya karena telah memberikan tugas paper ini kepada kami
sehingga kami dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang topik premedikasi dan anastesi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam tugas paper ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk kedepannya agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Denpasar, 28 Oktober 2021


Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Ringkasan…………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………... 2
Bab II Kajian Pustaka……………………………………………………………………… 3
2.1 Pengertian Premedikasi……………………………………………………………….. 3
2.2 Penjelasan Obat Golongan Sedative-Hypnotika……………………………………… 4
Bab III Pembahasan……………………………………………………………………….. 5
3.1 Jenis-jenis obat golongan sedative/hypnotika………………………………………… 5
3.1.1 Agen Disosiatif: Ketamin dan Tiletamin………………………………………….. 5
3.1.2 Narkotik / Opioid…………………………………………………………………. 5
3.2 Uji Efek Kerja Obat…………………………………………………………………... 6
Bab IV Kesimpulan……………………………………………………………………….. 8
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………… 8
4.2 Saran………………………………………………………………………………….. 8
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi
pemberian anestesi, penjagaan terhadap keselamatan penderita yang mengalami pembedahan,
pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan
penanggulangan penyakit kronis. Anestesi yang ideal adalah tercapainya suatu anestesi yang
meliputi hipnotik/sedasi, analgesi, dan relaksasi otot. Tahap pengelolaan anestesi meliputi
premedikasi, induksi, dan pemeliharaan yang dapat dilakukan secara intravena maupun
inhalasi. Pada tahap ini diperlukan monitoring dan pengawasan yang ketat serta pemeliharaan
jalan nafas karena pada saat ini pasien dalam keadaan sadar dan kemungkinan komplikasi
anestesi maupun pembedahan dapat terjadi.

Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik


akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan untuk
memudahkan penanganan (Boden, 2005). Tujuan dari pemberian premedikasi yaitu (a) untuk
menenangkan hewan sehingga memudahkan penanganan, (b) untuk relaksasi otot sehingga
terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, (c) untuk memberikan analgesia (menghilangkan rasa
sakit), (d) untuk memperoleh induksi anestesi yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang
stabil dan pemulihan dari anestesi yang baik, dan (e) untuk mengurangi dosis obat anestesi
sehingga efek samping dapat dikurangi. Terdapat beberapa golongan obat premedikasi yang
sering digunakan seperti golongan sedatif-hipnotika, antikolinergik, dan transquilizer.
Sedatif-hipnotika merupakan suatu golongan obat-obatan pendepresi susunan syaraf pusat
(SSP). Efeknyabergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang
atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesia,
koma dan mati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari premedikasi ?

2. Bagaimana penjelasan obat golongan sedative-hypnotika ?

3. Apa saja jenis-jenis obat golongan sedative-hypnotika ?

1
4. Bagaimana uji efek kerja obatnya ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut :

1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari premedikasi !


2. Agar pembaca dapat mengetahui penjelasan dari penjelasan obat golongan sedative-
hypnotika !
3. Agar pembaca dapat mengetahui tentang jenis-jenis obat golongan sedative-hypnotika !
4. Agar pembaca dapat mengetahui tentang uji efek kerja obat golongan sedative-hypnotika !

1.4 Manfaat

Berdarkan tujuan diatas, adapun manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :

1. Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang pengertian dari premedikasi

2. Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang penjelasan obat golongan sedative-


hypnotika

3. Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang jenis-jenis obat golongan sedative-


hypnotika

4. Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang uji efek kerja obat golongan sedative-
hypnotika

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Premedikasi

Premedikasi adalah pemberian obat (± 1-2 jam) sebelum induksi anestesia dengan tujuan
melancarkan induksi, rumatan (durasi), dan bangun (pemulihan) anestesia. Premedikasi
diberikan sebelum memberikan anestesi umum atau lokal pada hewan yang dapat
mempengaruhi fase anestesi (induksi, durasi, pemulihan). Premedikasi sering disebut sebagai
preanesthetic atau preoperative medication. Kebanyakan obat premedikasi diberikan secara
injeksi, terutama intramuscular atau subkutan, dan intravena.

Pemberian premedikasi adalah memberikan suatu bahan atau obat beberapa waktu
sebelum pemberian anesthetikum yang sebenarnya mempunyai maksud dan tujuan adalah :
agar induksi anestetikum berjalan baik (smooth) dan aman (safe): mengurangi jumlah (dosis)
zat aktif anestetikum, dengan demikian dapat mengurangi efek buruk baik farmakologis
maupun ekonomis dan mencapai stadium anestesia yang lebih stabil.Indikasi penggunaan
premedikasi adalah untuk :

a. Membantu melakukan restrain pada hewan dengan membuat pasien jadi tenang,
mengurangi kegelisahan, menekan sifat hiperaktiv.

b. Mengurangi atau meminimalkan rasa sakit (terutama hewan frajtur yang harus
dimanipulasi sebelum diinduksi dengan anestesi).

c. Membantu fase induksi anestesi umum agar fase eksitasi menjadi hilang atau minimal.

d. Meminimalkan pengaruh buruk anestesi seperti bradikardia, sekresi berlebihan dari


glandula trakea dan saliva.

e. Mengurangi kebutuhan (dosis) anestesi umum, dan menghindari kejadian overdosis.


Tentunya dapat membantu dalam menghilangkan rasa sakit secara lokal melalui sedasi
dan mengurangi kegelisahan.

3
2.2 Penjelasan Obat Golongan Sedative-Hypnotika

Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP).


Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang dan
kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu menghilangkan kesadaran keadaan anestesi,
koma dan mati. Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi rendah dapat menekan
aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga memberi efek
menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat
yang menekan atau menghambat sisem saraf pusat.

Sedatif berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan


penggunanya. Sedatif-hipnotik berkhasiat menekan sistem saraf pusat bila digunakan dalam
dosis yang meningkat, suatu sedatif, misalnya fenobarbital akan menimbulkan efek berturut-
turut peredaan, tidur, dan pembiusan total (anestesi), sedangkan pada dosis yang lebih besar
lagi dapat menyebabkan koma depresi pernafasan dan kematian. Bila diberikan berulang kali
untuk jangka waktu lama, senyawa ini lazimnya menimbulkan ketergantungan dan ketagihan.

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik diperuntukkan untuk
mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotika menimbulkan rasa kantuk (drowsiness),
mempercepat tidur, dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai
tidur alamiah. Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa pada keesokan harinya.
Efek hipnotik meliputi depresi sistem saraf pusat yang lebih kuat daripada sedasi, hal ini
dapat dicapai dengan semua obat sedatif dengan peningkatan dosis. Depresi sistem saraf
pusat yang bergantung pada tingkat dosis merupakan karakteristik dari sedatif-hipnotik.

Dengan peningkatan dosis yang diperlukan untuk hipnotik dapat mengarah kepada
keadaan anestesi umum. Masih pada dosis yang tinggi, obat sedatif-hipnotik dapat
mendepresi pusat-pusat pernafasan dan vasomotor di medulla, yang dapat mengakibatkan
koma dan kematian.Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obat
yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti nyeri akut dan kronik, tindakan anestesi,
kejang serta insomnia.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jenis-jenis obat golongan sedative/hypnotika

Secara klinis obat-obatan sedatif–hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang


berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan
anesthesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia. Secara umum obat-obat premedikasi
golongan sedatif-hipnotika dibagi menjadi tiga yaitu agen dissosiatif, narkotik dan
tranquilizer.
3.1.1 Agen Disosiatif: Ketamin dan Tiletamin
 Agen disosiatif memiliki onset kerja yang cepat (± 5 menit) dan durasi efek
sedang (± 2 jam).
 Obat ini memiliki analgesia somatik superior tetapi lebih sedikit analgesia viseral.
 Disosiatif merangsang tonus simpatis, oleh karena itu terjadi peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah.
 Obat ini menyebabkan kekakuan otot pada hewan tetapi tetap mempertahankan
refleks menelan dan berkedip.
 Mereka cenderung memicu aktivitas seperti kejang atau kekakuan otot.
 Mereka menyebabkan air liur dan sekresi jalan napas.
 Menyebabkan nyeri pada tempat injeksi IM karena pH-nya yang rendah.
 Obat ini dapat menyebabkan anjing mengalami delirium, yang ditandai dengan
 gerakan kepala dan leher yang tidak terkoordinasi dan agitasi.

3.1.2 Narkotik / Opioid


Opioid menghasilkan analgesia yang kuat, tetapi berhubungan dengan
bradikardia dan depresi pernapasan. Selain ini, opioid biasanya menimbulkan
respons muntah dan terengah-engah. Respon muntah dapat dikurangi dengan
pemberian 1–2 mg / kg maropitan (Cerenia-Zoetis) secara subkutan pada 30 menit
sampai 1 jam sebelum premedikasi opioid. Opioid memiliki aktivitas sedatif. Efek
sedatif dan analgesik dapat dihilangkan dengan antagonis opioid spesifik.

5
3.2 Uji Efek Kerja Obat
Macam-macam uji untuk mengetahui adanya efek sedatif menurut Turner (1965), antara lain
di bawah ini.

a. Rotarod Test

Uji ini dilakukan dengan menggunakan rotarod atau batang berputar. Mencit
diletakkan pada rotarod yang diameternya 32 mm dan kecepatan berputar 10 kali
tiap menit. Mencit yang tidak mendapat perlakuan akan bertahan lebih dari 300
detik (5 menit) dan mencit yang mendapat perlakuan akan bertahan kurang dari 5
menit. Uji ini dinyatakan positif bila mencit jatuh lebih dari satu kali dari batang
berputar selama 3 menit.

b. Chimney Test

Uji ini dilakukan dengan menggunakan cerobong (tabung Pyrex 30 cm). Mencit
diletakkan pada dasar cerobong secara horizontal yang diberi tanda (28 cm dari
dasar), kemudian dengan cepat dibalik atau arah vertikal. Mencit akan berusaha
naik ke atas cerobong. Uji ini dinyatakan positif apabila mencit dapat melewati
atau naik cerobong dalam waktu tidak lebih dari 30 detik.

c. Traction Test

Uji ini dilakukan dengan cara : kaki depan mencit diikat pada kawat yang
menggantung. Mencit akan berusaha naik pada kawat (tidak menggantung)
dimana kedua kaki belakang mencit akan berusaha naik. Uji ini dinyatakan positif
apabila tidak kurang dari 5 detik setelah mencapai kawat.

d. Jingle Test

Metode ini dilakukan dengan cara tikus diinjeksi menggunakan larutan uji.
Pergerakan akan terlihat dengan adanya tanda dari “Jingle cage” setelah satu
menit dan 30 menit, dengan periode waktu 10 menit. Jingle cage adalah kurungan
yang memiliki tempat lari yang licin yang dapat bergerak dan memiliki alat
penghitung sirkuit elektrik. Pergerakan hewan uji dicatat selama periode waktu.

6
e. Evasion

Peralatan yang digunakan adalah tabung pyrex 30 cm. tiap tabung diberi tanda 20
cm dari dasar. Mencit diletakkan didasar tabung. Uji ini dikatakan positif apabila
mencit tidak dapat melewati tanda untuk berusaha naik tidak lebih dari 30 detik.

Macam-macam uji untuk mengetahui adanya efek hipnotik, antara lain di bawah ini.

a. Narkoscis potentiation ( reflek balik badan)


Menurut Vogel (2002) salah satu uji untuk mengetahui adanya efek hipnotik
sedatif dapat menggunakan uji potensiasi narkose. Menurut Anonim (1998),
potensiasi narkose berasal dari kata potency (hubungan antara efek terapeutik obat
dan dosis yang dibutuhkan untuk mencapai efek tersebut) dan narcosis
( penurunan fungsi susunan saraf pusat yang ditimbulkan oleh obat dan ditandai
oleh stupor atau insensibilitas). Jadi, prinsip dari uji ini adalah menggunakan dosis
hipnotik yang relatif kecil yang dapat menginduksi tidur pada mencit. Obat
depresan yang diberikan sebelumnya dapat mempotensiasi kerja hipnotik yang
dimanifestasikan adalah perpanjangan waktu tidur mencit dibandingkan terhadap
mencit kontrol. Waktu tidur dinyatakan sebagai periode waktu kehilangan reflek
tegaknya, yaitu bila mencit tidak mempunyai kemampuan untuk menyentuh
permukaan diam dengan seluruh kakinya dan dapat diletakkan pada sisinya atau
punggungnya tanpa segera tegak kembali. Akhir periode tidur adalah saat hewan
uji itu tidak lagi rebah pada sisinya atau punggungnya tetapi kembali dengan
sendirinya ke posisi tegak yang normal.

b. Palpeberal test (tes kelopak mata)


Tujuan dari tes ini untuk memeastikan kecendrungan hewan berada pada tempat
istirahat, saat mulai mengantuk. Delapan pasang mencit dewasa, 1 kelompok
disuntik obat secara subcutan (s.c) dan kelompok satunya disuntikkan pelarut.
Setelah satu jam, hewan uji ditempatkan sendirian pada wadah. Mencit dipilih
yang memiliki kecendrungan besar untuk menutup mata.

c. Motor deficit
Manifestasi pertama dari depresi SSP pada mencit adalah keletihan. Metode ini
digunakan untuk tes relaksasi otot. Tes dilakukan dengan memberikan senyawa
secara oral. Kelelahan aktivitas dideteksi saat mencit gagal berada pada sisi rotasi,
wadah selinder.

7
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berspesialisasi dalam mengurangi
rasa nyeri dan menjaga stabilitas pasien selama dan setelah prosedur bedah. Anestesi atau
bius, digunakan pada hampir semua bidang kedokteran, jika pembedahan perlu dilakukan
atau pasien akan merasa nyeri selama prosedur berlangsung. Bius juga dapat digunakan pada
prosedur diagnostik, bedah otak dan perut, kandungan, dan lain-lain. Anestesi mempunyai
peran penting dalam kelancaran prosedur bedah dan mengurangi rasa tidak nyaman pada
pasien. Metode bius yang paling sering digunakan adalah umum dan lokal. Bius lokal hanya
untuk bagian tubuh yang akan di bedah, sehingga pasien tidak merasakan nyeri selama proses
berjalan. Sedangkan bius umum berperan untuk membuat pasien tertidur atau tidak sadar dan
otot-ototnya tidak akan dapat digerakkan karena dilumpuhkan, sehingga ia tidak akan merasa
nyeri. Anestesi dapat berupa cairan yang disuntikkan melalui vena, atau gas yang akan
dihirup oleh pasien dengan menggunakan masker khusus. Kedua zat bius ini mempunyai efek
langsung yang dapat membuat pasien hilang kesadaran dalam satu menit. Secara klinis obat-
obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem
saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan
kejang serta insomnia. Secara umum obat-obat premedikasi golongan sedatif-hipnotika dibagi
menjadi tiga yaitu agen dissosiatif, narkotik dan tranquilizer.

4.2 Saran
Daya kerja obat-obat itu sangat keras,Sehingga penggunaannyapun harus melalui
resep dokter hewan dan harus dalam pengawasan dokter hewan. Obat-obatan yang dimaksud
tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari pasien,
jadi hindari penyalahgunaan obat-obatan jenis hipnotik sedatif .

8
DAFTAR PUSTAKA

Qotrunnada Balqis, dkk. 2017. SEDATIVE – HIPNOTIK. POLITEKNIK KESEHATAN


TANJUNGKARANG JURUSAN FARMASI. Makalah.
N. Natalia, 2008. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUNGA BUNGA-PAGODA
( Clerodendrum paniculatum L. ) TERHADAP WAKTU TIDUR MENCIT JANTAN DENGAN
METODE POTENSIASI NARKOSE. Yogyakarta.
Sudisma, I Gusti Ngurah. 2016. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Plawa Sari :
Plawa Sari Denpasar.
A. Sabdi Hasan, dkk. 2010. ANASTESI AKUPUNTUR UNTUK LAPARATOMI FLANK
SERTA APLIKASINYA UNTUK PANEN EMBRIO PADA TRANSFER EMBRIO SAPI. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai