Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1.1 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1.1.2 Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DepKes RI, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Baylon dan Maglaya, 2011)
Keluarga adalah dua oranga atu lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 2011).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubunagn melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2014)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri
atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU
No. 10 tahun 2010).

1.1.3 Ciri – Ciri Keluarga


1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah

1.1.4 Tipe Keluarga


9. Tradisional
a. Nuclear family adalah keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi)
10. Non Tradisional
a. Tradisional nuclear adalah keluarga inti tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi – sanksi legak dalam satu ikatan
perkawinan.
b. Reconstituted Nuclearadalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak – anaknya.
c. Middle age/ Aging couple adalah Keluarga yang terdiri dari suami
dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. Dyadic nuclear adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
e. Single parent adalah Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
f. Dual carrieryaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g. Commuter married yaitu kedua orangtua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat “weekend” atau waktu – waktu tertentu.
h. Single adult yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau
ditinggal mati).
i. Three generation yaitu tiga geberasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j. Institusional yatitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal
dalam satu panti – panti.
k. Comunal yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
l. Group marriage yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak - anak
m. Unmaried parent and child adalah ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple adalah Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
o. Gay and lesbian family adalah keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama
1.1.5 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas :
11. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti : sender, channel-media, message, environment dan
receiver.
12. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapakn sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai
istri/suami atau anak.
Perilaku peran :
a. Peranan ayah : pancari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
13. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
oranglain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
1. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orangtua
terhadap anak)
2. Referent power (seseorang yang ditiru)
3. Resource or expert power (pendapat ahli)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
7. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
1. Konsensus
2. Tawar menawar atau akomodasi
3. Kompromi atau de facto
4. Paksaan
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

1.1.7 Fungsi Keluarga


Friedman (2010) menggambarkan fungsi sebagai apa yang
dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan
oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini
termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi
konflik, pemberian makanan dan penggunaan sumber dari internal maupun
eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam
keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga,
apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan manimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang
menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila
terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikassi tersebut
akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
1. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan
keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Keluarga mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

1.1.8 Tugas Kesehatan Keluarga


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.
Freedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam kesehatan yang harus
dilakukan yairu :
14. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
15. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
16. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
17. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
18. Mempertahankan hubungan timbal balik baik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
(Setiadi, 2018)
1.1.9 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (2018) yaitu :
a. Keluarga baru (berganning family)
Pasanganbaru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami parental care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran. Interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubngan yang memuaskan dengan pasanagan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana child bearing
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisai anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anka untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktifitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti denga mengikutsertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja
2) Memelihara komunikasi terbuka
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebeasan dalam mengelola
minat sosial dan waktu santai
2) Memulihkan hubungan atara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga
5) Persiapan masa tua/pensiun
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasanagn dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

1.1.10 Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
19. Pendidik, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi perilkau sehat.
20. Koordinator, berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan
keluarag baik secara berkelompok maupun individu.
21. Pelaksana, memberikan pelayanan pada anggota keluarag yang sakit,
dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga
yang sakit.
22. Konsultan, yaitu berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
23. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu
mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencariakn jalan
pemecahannya.

1.1.11 Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah
mempunyai tanggung jawab yang meliputi :
1) Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau
psikososial, menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan
memberikan intervensi. Kerjasama dari klien dan keluarga serta
pemberi perawatan utama di keluarga dalam perencanaan sangaat
penting untuk menjaga kesinambungan perawatan selama perawat tidak
ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata dalam waktu yang
terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih merupakan tanggung
jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh karena itu pendidikan
kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di rumah.
2) Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3) Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran
perawat yang yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk
mengkaji kebutuhan, menentukan prioritas
kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan
rencana yang disusun.
4) Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan
yang dilakukan selama periode waktu tertentut
sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah
5) Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang
dimaksud di sini adalah peran perawat sebagai
penasehat terutama yang berhubungan dengan
masalah pembayaran yang terkait dengan
pelayanan yang diberikan.
BAB II
KONSEP TEORI

1.2 Konsep Hipertensi


1.2.1 Definisi
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan persistem dimana tekanan sistoliknya
diatas 10 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. pada lansia, hipertensi didefenisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (mordibiditas) dan angka kematian /
mortalitas.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode(Soeparman,1999:205).
1) Pria berusia <45 Tahun,dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu berbaring
≥130/90mmHg.
2) Pria berusia >45 tahun,dikatakan hipertansi bila tekanan darahnya >145/95 mmHg.
3) Wanita,hipertensi bila tekanan darah ≥160/95 mmHg.

1.2.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :


1) Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).


Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini.
a) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini .
b) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamonopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi.
c) Diet
konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan

Obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.


e) Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah,bila gaya hidup
menetap.
Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui .Namun , sejumlah interaksi
beberapa energi homeostatik saling terkait.
2) Hipertensi sekunder

Merupakan peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid .Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi
penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
a) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme
Renin-aldosteron-mediated volume expansion.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau
fibrous displasia(pertumbuhan abnormal). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflmasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c) Gangguan endoktrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan
katekolamin. Pada aladosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebakan hipertensi
dan hopokalemia
d) Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta
torasik atau aorta abdominal.
e) Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
f) Kehamilan
g) Luka bakar
h) Peningkatan volume intravaskular
i) Merokok

1.2.3 Patofisiologi

Faktor:predisposisi:
usia,kelamin,merokok,stress, kurang olahraga,genetik,alkohol,konsentrasigaram,obesitas.

HIPERTENSI

Kerusakan vaskular Perubahan situasi


pembuluh darah
da darah
Tekanan sistemik
darah
Perubahan
struktur Informasi yang minim
Beban kerja jantung

Defisiensi
Penyumbatan pengetahuan
pembuluh darah Aliran darah makin cepat keseluruh
tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah
mencukupi kebutuhaan
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi Nyeri kepala

otak Resistensi pembuluh darah


otak

Resiko ketidakefektifan perfusi


kejaringan otak

ginjal retina Pembuluh darah

Spasme arteriol sistemik koroner


Vasokonstriksi pemb
darah ginjal
Risiko cedera vasokonstriksi
Iskemia
miokard
Penurunan
curah jantung

1.2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Tambayong,2000)


a) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penetuan tekanan darah arteri oleh dokter yang memriksa.Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri terukur.
b) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan.
Beberapa keluhan pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala,pusing
2) Lemas,kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual,muntah
6) Epitaksis
7) Kesadaran menurun

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga ,kadang-kadang disertai mual dan
muntah,akibat peningkatan tekanan darah intracranial.Pada pemeriksaan fisik ,tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina,seperti pendarahan,eksudat(kumpulan cairan) ,penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat ,eduma pupil (eduma pada diskusoptikus). Gejala lain umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing muka merah,sakit kepala,keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba ,tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
1.2.5 Pemeriksaan penunjang

Berikut merupakan pemeriksaan labotarium awal meliputi:


1) Urinalisis:protein,eritrosit,dan silinder
2) Hemoglobin/hematocrit
3) Elektrolit darah: Kalium
4) Ureum/kreatinin
5) Gula darah puasa
6) Kolesterol total
7) Elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50%(kurang sensitive)tetapi masih
menjadi metode standard.

Apabila keuangan tidak menjadi kendala, maka diperlukan pula pemeriksaan:


1) TSH
2) Leukosit darah
3) Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL.
4) Kalsium dan fosfor
5) Foto toraks
6) Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
(spesifisitas sekitar 95-100%) Indikasi ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah:
a. konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b. hipertensi dengan kelainan katup
c. hipertensi pada anak atau remaja
d. hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat istirahat
e. hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya (gangguan fungsi
diastolik atau sistolik)
7) Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik (angguan fungsi
relaksasi ventrikel kiri, pseudo-normal atau tipe restriktif).

1.2.6 Penatalaksanaan/terapi
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu kepada tuntunan umum (JNC VII 2003,
ESH/ESC 2003). Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat bermanfaat.
ada beberapa penatalaksanaan hipertensi lain seperti :
1. penatalaksanaan farmakologis
a) Pasien hipertensi pasca infark jantung sangat mendapat manfaat pengobatan
dengan penyekat beta, penghambat ACE atau antialdosteron.
b) Pasien hipertensi dengan resiko PJK yang tinggi mendapat manfaat dengan
pengobatan diuritik, penyekat beta dan penghambat kalsium.
c) Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi
dengan pengobatan deuritik, penghambat, ACE/ARB, penyekat beta dan
antagonis aldosteron.
d) Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya
sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu deuritik, penghambat
ACE/ARB, penghambat beta, dan penghambat aldosteron.
2. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet )
Penatalaksanaan non farmakologis ( diet ) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietik dan merubah
gaya hidup ( Yogiantoro, 2006).
Tujuan dari penatalaksanaan diet :
a) membantu menurukan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
b) mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
c) menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
d) mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip Diet penatalaksanaan hipertensi :
a) makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b) jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c) jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam
daftar diet. konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼-1/2 sendok teh/ hariatau dapat
menggunakan garam lain diluar natrium. ( Yogiantoro, 2006 ).

2. Tinjauan Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian
2.1.2 Riwayat Keperawatan
1) Keluhan : fatigue, lemah dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan
frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea.
2) Riwayat hipertensi, asterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner
atau stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.Temuan fisik meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial)
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.
c. Nadi : meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan
denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri
popliteal, posterior tibia.
d. Denyut nadi apical bergeser dan/ atau kuat angkat.
e. Denyut jantung : takikardia, disritmia.
f. Bunyi jantung :S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
g. Murmur : dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.
h. Perifer : suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisisan kapiler lambat (>2
detik), sianosis, diaphoresis, atau flushing (pheochromocytoma)
3) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis (mungkin
mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisik meliputi kegelisahan, menangis,
otot wajah tegang terutama disekitar mata, menarik napas panjang dan pola bicara
cepat.
4) Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik : produksi urine < 50
ml/jam atau oliguri.
5) Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam, dan tinggi
kalori. Selain itu, juga melaporkan mual,muntah, perubahan berat badan, dan riwayat
pemakaian diuretic. Temuan fisik meliputi : berat badan normal atau obesitas,
edema,kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria (riwayat diabetes
mellitus)
6) Neurosensori : melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di
suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuan salah satu sisis badan. Gangguan
visual (diplopia-pandangan ganda atau pandangan kabur) episode epistaksis.
a. Temuan fisik : perubahan status mental meliputi kesadaran, orientasi, isi, dan
pola pembicaraan, afek yang tidak tepat, proses pikir dan memori.
b. Respon motorik : penurunan reflex tendon, tangan menggenggam.
c. Fundus optic : pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
seklerosis arteri, edema, atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung
derajat lamanya hipertensi.
7) Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha – claudication (indikasi
arteriosklerosis pada ekstremitas bawah), sakit kepala hebat di oksipital, nyeri atau
teraba massa di abdomen (pheochromocytoma)
8) Respirasi : mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea, PND, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis,
penggunaan otot banti pernapasan, terdengar suara napas tambahan (ronkhi,rales,
wheezing).
9) Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient episodic,
penggunaan kontrasepsi oral.

2.1.2 Tahap Evaluasi

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penelitian untuk


melihat keberhasilannya. Bila belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara betahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga. Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E (2004.). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III.


Jakarta : EGC.

Inayah, Iin (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta : Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI (2001). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita.


Jakarta : Kemenkes RI

Mansjoer, A ett all (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nanda. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan NIC-NOC. Yogyakarta. Media Hardy.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta: PPNI

Baughman, D. C. (2000). Keperawatan medikal bedah: buku saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi terhadap
kejadian anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis Ilmiah). Malang:
Universitas Diponegoro.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai