Disusun oleh :
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai kegiatan-kegiatan yang bersifat kom-
petitif yang diwarnai dengan suatu keadaan persaingan (konflik). Persaingan (konflik) ini
dapat dilakukan di antara 2 pihak atau sejumlah orang (grup). Beberapa contoh kegiatan
tersebut antara lain: bidang perdagangan (bisnis), olahraga, peperangan (pertahanan),
dan politik.
Masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kompetitif. Namun tidak setiap keadaan
persaingan (konflik) dapat disebut sebagai permainan (game). Hanya persaingan yang
memenuhi kriteria atau ciri-ciri tertentu saja yang dapat disebut sebagai permainan.
Kriteria atau ciri-ciri tersebut adalah:
1. Terdapat persaingan kepentingan di antara pemain (pelaku)
2. Setiap pemain mempunyai sejumlah pilihan, terbatas atau tidak, yang disebut strategi.
3. Aturan permainan untuk mengatur pilihan-pilihan itu disebutkan satu-satu dan diketahui
oleh semua pemain.
4. Hasil permainan dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang dibuat oleh semua pemain dan
hasil
untuk seluruh kombinasi pilihan oleh semua pemain diketahui dan didefinisikan secara
numerik.
Salah satu contoh persaingan yang bukan merupakan suatu permainan adalah perdebatan
di antara dua orang. Hal tersebut disebabkan motivasi yang mendasarinya adalah permusuhan
dan bukan suatu logika.
Klasifikasi Permainan
Berdasarkan jumlah pembayaran
1. Permainan berjumlah nol (zero sum game),
Permainan berjumlah nol yaitu suatu permainan dengan jumlah kemenangan kedua
belah pihak sama dengan nol. Hal ini berarti bahwa jumlah pembayaran yang diterima
bagi salah satu pemain yang menang sama dengan jumlah pembayaran yang
dibayarkan oleh pihak yang kalah. Dalam hal ini, kemenangan dari pihak yang satu
merupakan kekalahan pihak lainnya. Bila ada dua orang yang ber-main di dalam
permainan maka dinamakan permainan berjumlah nol dari dua orang (two person zero
sum game). Jika ada n orang (pemain) dinamakan permainan berjum-lah nol dari n
orang (n person zero sum game).
Permainan Berjumlah Nol dari n Orang
Ada dua asumsi yang dipakai di dalam permainan berjumlah nol dari n orang, yaitu:
1. Setiap pemain dapat berkomunikasi dan berunding dengan pemain lain untuk
membuat suatu perjanjian yang mengikat. Hal ini berarti ada kerjasama diantara
pemain. Perjanjian tersebut dapat meliputi dua jenis, yaitu
koordinasi strategi dan
pembagian pembayaran.
Jika suatu kelompok pemain menyatakan untuk bekerja sama maka mereka membentuk
koalisi. Suatu koalisi adalah persetujuan diantara beberapa pemain untuk
mengkoordinasikan strategi mereka yang ada dalam suatu cara sedemikian sehingga
seluruh anggota koalisi itu akan beruntung.
2. Para pemain dapat membuat pembayaran sampingan (side payment), yaitu suatu
transfer (pemindahan) pembayaran diantara pemain. Oleh karena itu mereka akan
membentuk suatu koalisi jika pembayaran-pembayaran itu sedemikian rupa sehingga
anggota-anggota koalisi (melalui kerjasama) dapat mencapai total pembayaran untuk
koalisi itu lebih besar daripada mereka bermain secara individu.
Setelah koalisi memaksimumkan total pembayarannya, pembayaran untuk para anggota
koalisi itu diatur dengan pembuatan pembayaran sampingan (side payment). Sesuai
dengan definisi permainan, maka diasumsikan bahwa pemain-pemain di dalam
permainan n orang ini dapat dibagi menjadi dua koalisi yang saling berhadapan. Setelah
terbentuk dua koalisi (kelompok), permainan n orang ini dapat diberlakukan sebagai
permainan dua orang, yaitu koalisi I melawan koalisi II.
2. Permainan berjumlah tidak nol (non zero sum game),
Permainan berjumlah tidak nol yaitu permainan dengan total pembayaran dari masing-
masing pemain pada akhir suatu permainan tidak sama dengan nol. Permainan ini
dapat dimainkan 2 orang atau n orang.
Matriks Pembayaran (Pay off Matrix)
Matriks pembayaran (pay off matrix) adalah suatu tabel berbentuk segi empat dengan
elemen-elemennya yang merupakan besarnya nilai pembayaran yang bersesuaian dengan
strategi yang digunakan oleh kedua pihak.
Matriks pembayaran n person zero sum game.
Sesuai dengan pengertian dari teori permainan, maka untuk jumlah pemain n > 2 dibentuk
menjadi 2 kelompok yang juga saling berhadapan (bersaing). Pengelompokan ini dikenal
dengan istilah koalisi.
Matriks pembayaran two person zero sum game.
Dalam penyelesaian sebuah strategi, dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut.
1. Semua strategi yang dapat dipilih oleh kedua pemain disajikan dalam sebuah tabel
seperti di bawah ini:
Indonesia memiliki tiga partai besar yang sedang adu strategi politik untuk memenangkan
PEMILU 2014 mendatang. Partai-partai tersebut yaitu PDIP, Partai Demokrat dan Partai
Hanura. Partai Hanura mempunyai 2 strategi politik yaitu “Blusuk’an” (X1) dan “Kartu
Pintar” (X2). Partai Demokrat juga mempunyai 2 strategi politik yaitu “Kartu Pintar” (Y1)
dan “JamKesMas” (Y2) sedangkan PDIP mempunyai 3 strategi politik yaitu “Blusuk’an”
(Z1), Kartu Pintar” (Z2) dan “JamKesMas” (Z3). Dengan informasi dari badan pengawas
PEMILU 2014 diperoleh data dukungan masyarakat akibat strategi yang dijalankan setiap
partai yang tertuang dalam table berikut.
BAB III
PEMBAHASAN
Misalkan :
I : Hanura
II : Demokrat
III : PDIP
Dengan jumlah pemain n=3, berarti terdapat 4 cara yang mungkin untuk mengelompokkan 3
pemain itu kedalam dua kelompok yang saling berhadapan. Untuk Hanura+PDIP+Demokrat
vs Ø maka jelas ini tidak dipakai disini. Karena koalisi kosong (Ø) tidak mempunyai langkah,
tidak mempunyai pengaruh, tidak ada keuntungan ataupun kerugian. Demikian juga
komplemen dari koalisi kosong (Ø) ini, yaitu Hanura+PDIP+Demokrat, walaupun
mempunyai banyak anggota dan langkah juga tidak mempunyai pengaruh dan tidak ada
kerugian atau keuntungan karena jelas bahwa koalisi Hanura+PDIP+Demokrat ini tidak
mempunyai lawan bersaing.
Maka terdapat 3 koalisi yang mungkin terjadi, yaitu : Hanura vs PDIP + Demokrat; Demokrat
vs PDIP + Hanura ; PDIP vs Demokrat + Hanura. Oleh karena itu ada 3 buah matriks
pembayaran yang sesuai dengan koalisi tersebut.
Matriks pembayaran untuk Hanura vs Demokrat+PDIP. Hanura dipandang sebagai pemain
baris.
Matriks pembayaran pada tabel di atas merupakan matriks pembayaran untuk Partai Hanura
melawan Partai Demokrat dan PDIP, sehingga elemen-elemen dalam matriks pembayaran
tersebut dipandang dari Partai Hanura.
Sekarang akan disajikan matriks pembayaran dengan memandang koalisi Partai Demokrat
dan PDIP sebagai pemain baris.
Partai Hanura
i/j X1 X2
Y1, Z1 3 -1
Partai
Y1, Z2 -4 -1
Demokrat
Y1, Z3 0 -2
dan PDIP
Y2, Z1 6 3
Y2, Z2 -2 1
Y2, Z3 -4 -4
Dari kedua table tersebut akan dicari strategi optimal :
Table 1
Partai Demokrat dan PDIP
Partai
i/j Y1, Z1 Y1, Z2 Y1, Z3 Y2, Z1 Y2, Z2 Y2, Z3
Hanur
X1 -3 4 0 -6 2 4
a
X2 1 1 2 -3 -1 4
Partai Hanura
i/j X1 X2
Y1, Z1 3 -1
Partai
Y1, Z2 -4 1
Demokrat
Y1, Z3 0 -2
dan PDIP
Y2, Z1 6 3
Y2, Z2 -2 1
Y2, Z3 -4 -4
Maka diperoleh v({I,II}) = 3 atau strategi optimalnya adalah (X 2, Y2, Z1) = 3 artinya
jika koalisi Partai Demokrat dan PDIP menjalankan strategi “JamKesMas” dan
“Blusuk’an” dan Partai Hanura menjalankan strategi politik “Kartu Pintar” maka
koalisi Partai Demokrat dan PDIP akan mendapatkan 3000 suara yang merupakan
pendukung Partai Hanura. Dalam hal ini Partai koalisi Demokrat dan PDIP menang.
Dari kedua table tersebut diperoleh strategi optimal yang sama, yaitu strategi (X 2, Y2, Z1)
dengan kata lain Partai Hanura menjalankan strategi “Kartu Pintar”, Partai Demokrat
menjalankan strategi “JamKesMas” dan PDIP menjalankan strategi “Blusuk’an”.
Matriks pembayaran untuk Demokrat vs PDIP + Hanura. Hanura dipandang sebagai
pemain baris.
Maka diperoleh v{II} = -4 atau strategi optimalnya adalah (X 1, Y2, Z2) = -4 artinya jika Partai
Demokrat menjalankan strategi politik “JamKesMas” dan koalisi Partai Hanura dan PDIP
menjalankan strategi “Blusuk’an” dan “Kartu Pintar” maka Partai Demokrat akan kehilangan
4000 suara yang akan berpaling kepada Partai koalisi Hanura dan PDIP. Dalam hal ini Partai
koalisi Hanura dan PDIP menang.
Table 2
Partai Demokrat
i/j Y1 Y2
X1, Z1 -2 -4
Partai PDIP X1, Z2 5 4
dan Hanura X1, Z3 -2 0
X2, Z1 -1 2
X2, Z2 -2 -1
X2, Z3 -1 1
Partai Demokrat
i/j Y1 Y2
X1, Z1 -2 -4
Partai PDIP X1, Z2 5 4
dan Hanura X1, Z3 -2 0
X2, Z1 -1 2
X2, Z2 2 -1
X2, Z3 -1 1
Maka diperoleh v({I,III}) = 4 atau strategi optimalnya adalah (X 1, Y2, Z2) = 4 artinya
jika Partai Demokrat menjalankan strategi politik “JamKesMas” dan koalisi Partai
Hanura dan PDIP menjalankan strategi “Blusuk’an” dan “Kartu Pintar” maka Partai
koalisi Hanura dan PDIP akan mendapatkan 4000 suara yang merupakan pendukung
Partai Demokrat. Dalam hal ini Partai koalisi Hanura dan PDIP menang.
Dari kedua table tersebut diperoleh strategi optimal yang sama, yaitu strategi (X1, Y2, Z2)
dengan kata lain Partai Hanura menjalankan strategi “Blusuk’an”, Partai Demokrat
menjalankan strategi “JamKesMas” dan PDIP menjalankan strategi “Kartu Pintar”.
Matriks pembayaran untuk PDIP vs Demokrat + Hanura. PDIP dipandang sebagai pemain
baris.
Table 2
o Z1 mendominasi Z2 dan Z3
Z1 mendominasi Z2 karena -1 ≤ -1, -2 ≤ -2, 2 < 3, -5 < 0 maka Z2 dihilangkan.
Z1 mendominasi Z3 karena -1 < 2, -2 < 4, 2 < 3, -5 < 3, maka Z3 dihilangkan.
Matriks pembayaran menjadi :
Partai PDIP
i/j Z1 Z2 Z3
Partai
X1, Y1 -1
Demokrat
X1, Y2 -2
dan Hanura
X2, Y1 2
X2, Y2 -5
o X2, Y1 mendominasi X1, Y1 ; X1, Y2 ; X2, Y2
X2, Y1 mendominasi X1, Y1 karena 2 > -1, maka X1, Y1 dihilangkan.
X2, Y1 mendominasi X1, Y2 karena 2 > -2, maka X1, Y2 dihilangkan.
X2, Y1 mendominasi X2, Y2 karena 2 > -5, maka X2, Y2 dihilangkan.
Matriks pembayaran menjadi :
Partai PDIP
i/j Z1 Z2 Z3
Partai
X1, Y1
Demokrat
X1, Y2
dan Hanura
X2, Y1 2
X2, Y2
Maka diperoleh v{II,III} = 2 atau strategi optimalnya adalah (X 2, Y1, Z1) = 2 artinya
jika Partai PDIP menjalankan strategi politik “Blusuk’an” dan koalisi Partai Demokrat
dan Hanura menjalankan strategi “Kartu Pintar” maka Partai koalisi Demokrat dan
Hanura akan mendapatkan 2000 suara yang merupakan pendukung Partai PDIP.
Dalam hal ini Partai koalisi Demokrat dan Hanura menang.
Dari kedua table tersebut diperoleh strategi optimal yang sama, yaitu strategi (X 2, Y1, Z1)
dengan kata lain Partai PDIP menjalankan strategi politik “Blusuk’an”, Partai Demokrat
dan Hanura menjalankan strategi “Kartu Pintar”.
BAB IV
PENUTUP
Sesuai dengan pengertian dari teori permainan, maka untuk jumlah pemain n > 2
dibentuk menjadi 2 kelompok yang juga saling berhadapan (bersaing). Pengelompokan ini
dikenal dengan istilah koalisi.
Dengan jumlah pemain n=3, berarti terdapat 4 cara yang mungkin untuk
mengelompokkan 3 pemain itu kedalam dua kelompok yang saling berhadapan.
Terdapat 3 koalisi yang mungkin terjadi, yaitu : Hanura vs PDIP + Demokrat;
Demokrat vs PDIP + Hanura ; PDIP vs Demokrat + Hanura
Jika Partai koalisi adalah PDIP dan Demokrat maka strategi yang digunakan adalah
Partai Hanura menjalankan strategi “Kartu Pintar”, Partai Demokrat menjalankan
strategi “JamKesMas” dan PDIP menjalankan strategi “Blusuk’an”
Jika Partai koalisi adalah PDIP dan Hanura maka strategi yang digunakan adalah
Partai Hanura menjalankan strategi “Blusuk’an”, Partai Demokrat menjalankan
strategi “JamKesMas” dan PDIP menjalankan strategi “Kartu Pintar”
Jika Partai koalisi adalah Demokrat dan Hanura maka strategi yang digunakan
adalah Partai PDIP menjalankan strategi politik “Blusuk’an”, Partai Demokrat dan
Hanura menjalankan strategi “Kartu Pintar”.
DAFTAR PUSTAKA
Lecture-1-Concept-of-Game-Theory.pdf