Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Masalah Risiko Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Pada Kasus Nausea dan Vomiting di Ruang Hayam Wuruk Rumah Sakit
Wahidin Sudiro Husodo

NAMA : MERRYTA LESTARI

TK/SMT : TINGKAT 3/SEMESTER 5

NIM : 201901011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

TA 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................................................4
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................4
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA........................................................................4
A. DEFINISI..............................................................................................................................4
B. REVIEW SISTEM PENCERNAAN.....................................................................................5
C. PRINSIP – PRINSIP NUTRISI.............................................................................................6
D. ETIOLOGI atau FAKTOR PENCETUS.............................................................................11
E. KARAKTERISTIK STATUS NUTRISI.............................................................................14
F. MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................................14
G. PATOFISIOLOGI...............................................................................................................16
H. NAUSEA.............................................................................................................................17
I. VOMITING.........................................................................................................................17
J. PENATALAKSANAAN.....................................................................................................19
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................21
1. PENGKAJIAN....................................................................................................................21
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................................22
3. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................................................22
4. IMPLEMENTASI................................................................................................................25
5. EVALUASI.........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................29

2
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


A. DEFINISI

Nutrisi adalah ilmu gizi dan bagaimana tubuh menggunakan zat gizi dalam
makanan. Nutrisi memiliki dampak besar dalam kesejahteraan, perilaku, dan
lingkungan manusia (Roshdahl & Caroline Bunker, 2015). Nutrisi adalah komponen
vital bagi keberadaaan manusia. Asupan nutrien yang adekuat penting untuk
kelangsungan hidup sistem tubuh (Muralitharan & Ian, 2015). Nutrisi adalah elemen
yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari
berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (Potter
& Perry, 2005).

Nutrien merupakan zat kimia organik dan an-organik yang ditemukan dalam
makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik- baiknya. Nutrien
tersebut diabsorbsi disaluran pencernaan kemudian didistribusikan ke sel - sel tubuh
(Asmadi, 2008). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh
(Hidayat & Uliyah 2015). Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana intake nutrisi kurang dari
kebutuhan metabolisme tubuh.

Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya.


Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi
yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan kataristiknya, seperti jenis kelamin,
usia, aktivitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk
menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi
umum dari nutrisi adalah sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh,
mengganti sel tubuh yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh, dan lain-lain. Oleh
karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya
(nutrien). Nutrien merupakan zat kimia organik yang ditemukan dalam makanan dan
diperlukan agar tubuh dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. (Safiah, Amino

3
Gondho Hutomo Semarang, Studi Ilmu Keperawatan, & Tinggi Ilmu Kesehatan
Kendal, 2016)

B. REVIEW SISTEM PENCERNAAN

Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah


sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut
sampai usus halus (Jhon Welis,2013). Menurut Welis (2006) organ tubuh yang
berperan dalam pemenuhan nutrisi adalah:

a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri dari dua bagian luar
yang sempit atau vestibula, yaitu ruang antara gusi, gigi, bibir, pipi dan bagian dalam
yaitu rongga mulut.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang hidung, mulut
dan laring. Faring langsung berhubungan dengan esofagus. Esofagus merupakan
bagiak yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju lambung.
c. Lambung
Lambung merupakan bagian dari sistem pencernaan. Lambung adalah sebuah organ
berrongga yang ada didalam perut bagian atas, dibawah tulang rusuk. Dinding
lambung mempunyai lima lapisan. Dalam proses pencernaan, makanan bergerak dari
mulut dari esofagus untuk kemudian menjangkau lambung. Didalam lambung,
makanan menjadi cair. Cairan tersebut selanjutnya bergerak masuk ke usus kecil
untuk dicerna lebih lanjut.
d. Usus halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2.5 meter
dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang kurang lebih menjadi 6
meter pada orang meninggal akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan
tonusnya. Usus halus berfungsi mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Zat-
zat makanan yang telah halus yaitu pada duodenum dan disini terjadi absorbsi besi,
kalsium dengan bantuan vitami D, vitamin A, D, E dan K dengan bantuan empedu
dan asam folat.
e. Usus besar

4
Usus besar atau disebut juga sebagai kolo merupakan sambungan dari usus halus yang
memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum,
desende, sigmoid dan berakhir di rektum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus
besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. (Hilalriah, 2017)
f. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian paling atas
rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang
lebih 1.500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati terdiri dari dua lobus, yaitu
lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Pada lobus kanan
bagian belakang kantong empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap
bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan
empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah,
dan menyimpan glikogen.
g. Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong yang
terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran
depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan kapasitas 40-60 cm³. Fungsi kantong
empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu yang
berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimim enzim-enzim pada usus halus,
mengemulsi garam-garam empedu, mengemulsi lemak, mengekskresi beberapa zat
yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-
hijauan (dihasilkan oleg pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam
empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
h. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah dan
memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebrata lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang
merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa. Pankreas memiliki
dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang
membentuk getah pankeras berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang
tersebar di antara alveoli pankreas.

C. PRINSIP – PRINSIP NUTRISI


5
Tubuh membutuhgkan nutrisi untuk kelangsungan fungsi – fungsi tubuh. Zat
gizi berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, untuk pergerakan serta
kerja fisik. Sebagian zat gizi berperan dalam pembentukan dan perbaikan jaringan
tubuh serta berperan sebagai pelindung dan pengatur. Elemen nutrisi terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Zat gizi adalah zat yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan
perbaikan tubuh. Enam kelompok zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak,
air, mineral, dan vitamin (Rosdahl & Mary, 2014).
a. Karbohidrat Karbohidrat
(CHO) tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen, karbohidrat diklasifikasikan
sebagai sederhana atau kompleks, berdasarkan pada jumlah molekul gula yang
ada. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi. Karbohidrat sederhana
glukosa adalah sumber energi utama tubuh. Fungsi penting lain karbohidrat adalah
kemampuan untuk menghemat protein.
1. Monosakarida, glukosa yang juga disebut gula darah atau dekstrosa, adalah
gula yang paling sering ada di dalam tubuh.
2. Disakarida, sukrosa umumnya dikenal sebagai gula meja, tersusun atas
fruktosa dan glukosa. Disakarida merupakan pemanis yang paling sering
digunakan untuk diet; digunakan di meja dan dalam masakan.
3. Karbohidrat kompleks atau polisakarida tersusun atas rantai panjang dari
banyak molekul gula yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak terasa
manis. Karbohidrat kompleks biasanya tidak larut dalam air.
b. Protein
Protein adalah dasar semua sel dalam tubuh dan merupakan satu-satunya zat gizi
yang membentuk dan memperbaiki jaringan. Protein tersusun atas asam amino,
yang terdiri atas karbon, hirogen, oksigen, dan nitrogen. Protein menghasilkan dan
memperbaiki semua kandungan tubuh utama. Protein diperlukan untuk
pembentukan otot, jaringan ikat, kelenjar, organ, kulit, dan faktor pembekuan
darah. Protein juga membantu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
protein darah yang disebut albumin dan globulin membantu mempertahankan
cairan intrasel dan ekstrasel di tempatnya. Fungsi penting lain protein adalah
kontribusinya terhadap keseimbangan asam basa tubuh.
Kebutuhan Protein per Hari

6
Umur Berat Badan (90) Tinggi Badan (cm) Protein (gr)

7
0-6 bulan 5,5 60 12
7-12 bulan 8,5 71 14
1-3 tahun 12 89 23
4-6 tahun 18 108 32
7-9 tahun 23,5 120 36
PRIA
10-12 tahun 30 135 45
13-15 tahun 40 152 57
16-19 tahun 53 160 62
20-59 tahun 56 162 50
>60 tahun 56 162 50
WANITA
10-12 tahun 32 139 49
13-15 tahun 42 153 47
16-19 tahun 46 154 47
20-59 tahun 50 154 44
>60 tahun 50 154 44

c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi terkonsentrasi yang mudah disimpan
oleh tubuh. Kebanyakan lemak dalam makanan ada dalam bentuk trigliserida,
yang tersusun atas tiga asam lemak (tri-) dan satu gliserol (-gliserida). Fungsi
lemak adalah menyediakan energi. Lemak menghasilkan 9 kkal per gram- lebih
dari dua kali lipat kalori karbohidrat atau protein. Lemak memberi bantalan pada
organ mayor untuk melindungi organ tersebut dari cedera dan menyekat tubuh
dari suhu yang ekstrem. Lemak berasal dari minyak hewani dan nabati. Lemak
yang mudah diidentifikasi dalam makana yang tampak berlemak, seperti daging
cincang dan mentega, dikenal sebagai lemak yang dapat terlihat. Lemak yang
tersembunyi dalam makanan dan tidak tampak berlemak, seperti keju, kuning
telur, kacang, pencuci mulut, dan daging yang dilapisi lemak, disebut lemak yang
tidak terlihat.

d. Air
Sekitar 60% berat badan dewasa dan hingga 80% berat badan bayi adalah air. Air
merupakan penyusun terbesar sel. Darah didistribusikan zat gizi ke sel, air adalah
salah satu komponen esensial dalam darah. Air adalah pelarut tempat terjadinya
perubahan kimiawi penting dalam tubuh dan juga diperlukan untuk
mengendalikan suhu tubuh. Tidak ada organ tubuh yang dapat berfungsi tanpa air.
Air sangat diperlukan untuk hidup sehingga akan memberikan alat pengingat

8
kepada manusia semenjak lahir yaitu rasa haus yang merupakan nafsu makan
terbesar kita.
Rentang Kebutuhan Cairan Sehari – hari

Usia Kebutuhan Cairan (ml/kg/hari)


3 hari 80 – 100
10 hari 125 – 150
3 bulan 140 – 160
6 bulan 130 – 155
9 bulan 125 – 145
1 tahun 120 – 135
2 tahun 115 – 125
4 tahun 100 – 110
6 tahun 100 – 110
10 tahun 90 – 100
14 tahun 50 – 60
18 tahun 40 – 50

e. Mineral
Mineral penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Mineral membantu
mempertahankan tonus otot, mengatur proses tubuh, dan mempertahankan
keseimbangan asam basa. Tubuh lebih cepat mengabsorbsi beberapa mineral
dibandingkan mineral lain, dan makanan mengandung mineral dalam jumlah yang
sangat beragam. Beberapa mineral hilang ketika memasak dan beberapa mineral
lainnya hilang dari sampah tubuh.

f. Vitamin
“Vita” adalah kata lain untuk “kehidupan”. Kata “vitamin” menekankan
pentingnya vitamin bagi manusia. Viatmin terdiri atas karbon, oksigen, hidrogen,
dan terkadang nitrogen atau elemen lain. Sejumlah kecil vitamin diperlukan untuk
membantu mengatur proses tubuh, termasuk menyintesis komponen tubuh, seperti
tulang dan darah, serta mengekstraksi energi dari karbohidrat, lemak, dan protein.
Sebagian besar vitamin bekerja dalam bentuk koenzim yang meningkatkan kerja
enzim. Tanpa vitamin, ribuan reaksi kimia tidak dapat terjadi. Tubuh dengan
beberapa pengecualian, tidak dapat menghasilkan vitamin, dengan demikian,
vitamin merupakan komponen esensial dalam diet yang sehat.

Jenis Vitamin Sumber Fungsi


Vitamin A Lemak hewani, mentega, keju, Membantu pertumbuhan sel

9
kuning telur, susu lengkap, tubuh dan penglihatan,
minyak ikan, sayuran hijau, menyehatkan rambut dan
buah yang kuning dan sayuran kulit, integritas membrane
epitel dan mencegah
xerophtalmia.
Vitamin B1 Ikan daging ayam tampa lemak, Metabolisme karbohidrat,
(thiamin) larut kacang- kacangan dan susu. membantu kelancaran
dalam air sistempersarafan dan
mencegah beri-beri atau
penyakit yang ditandai
neuritis.
Vitamin B2 Telur, sayuran hijau, danging Membantu pembentukan
(ripoflavin) Larut tanpa lemak, susu dan biji- enzim, pertumbuhan dan
dalam air bijian membantu adaptasi cahaya
dalam mata.
Vitamin Daging tanpa lemak, hati, ikan, Metabolisme karbohidrat
(niacian) kacang- kacangan, biji-bijian lemak, protein dan
B3 dan telur komponen enzim serta
mencegah menurunnya
nafsu makan.
Vitamin B6 Biji-bijian, sayuran, daging dan Membantu kesehatan gusi
(pyridoksin) pisang dan gigi, pembentukan sel
darah merah serta
metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
Vitamin B12 Hati, susu, daging tanpa lemak, Metabolisme protein,
(cyancobalamin) ikan dan kerang laut membantu pembentukan sel
darah merah, kesehatan
jaringan dan mencegah
anemia.
Vitamin C Jeruk, tomat, kubis, sayuran Menjaga kesehatan tulang,
(ascorbutacid) hijau dan kentang gigi dan gusi, membantu
pembentukan dinding
pembuluh darah dan
pembuluh kapiler,

10
kesembuhan jaringan dan
tulang, serta memudahkan
penyerapan zat besi dan
asal folat.
Vitamin D Minyak ikan, susu, kuning telur, Membantu penyerapan
mentega, hati, kerang, atau kalsium dan fosfor serta
terbentuk di kulit akibat mencegah rakhitis.
pemanasan sinar matahari
Vitamin E Sayuran hijau Membantu pembentukan
(alpa tocopherol) sel darah merah dan
melindungi asam utama.

D. ETIOLOGI atau FAKTOR PENCETUS


Menurut Hidayat (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruh kebutuhan
nutrisi, yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi
pola konsumsu makanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan nutrisi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa makanan
tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan
makana pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut
sumber vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak
karena mengakibatkan cacingan, padahal ikan dianggap dapat ikan merupakan
sumber protein yang sangat baik untuk anak-anak.
d. Kesukaan

11
Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup. Misalnya mengkonsumsi makanan cepat saji (junkfood),
bakso, dan lain-lain. Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi
kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak
memiliki asupan gizi yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.

Selain faktor-faktor yang terdapat di atas, menurut Asmadi (2008) ada


beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi. Pada
bagian ini dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan
kebutuhan nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Faktor yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut:

a. Pertunbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu hamil.
b. Selama perbaikan jaringan/pemulihan kesehatan karena proses suatu penyakit.
c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 1◦F, maka kebutuhan kalori
meningkat 7%.
d. Aktivitas yang meningkat.
e. Stres, sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena mengalami stres.
f. Terjadi infeksi.

Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi antara lain sebagai berikut:

a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.


b. Penurunan basal metabolisme rate (BMR).
c. Hipotermi.
d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah dibanding
laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih rendah dibanding BMR laki-
laki.
e. Gaya hidup pasif.

12
f. Bedrest. (Syahlah, 2017)

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Lansia

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong


b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit
c. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
e. Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
f. Penyerapan makanan di usus menurun.

Indera penciuman dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan


pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun.
Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun.
Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu
yang tidak nyaman. Selain itu, lansia umumnya mempunyai paling sedikit satu
masalah kesehatan, seperti artritis, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Ditambah
pula menurunnya kapasitas mental yang berkaitan dengan otak. Gangguan kesehatan
pada lansia itu berkaitan dengan apa yang dimakan. Mereka membutuhkan
pengaturan menu yang tepat, contohnya makanan rendah lemak dan garam (Azizah,
2011).

E. KARAKTERISTIK STATUS NUTRISI


Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI)
dan Ideal Body Image Weight (IBW). (Kozier et al. 2010).
a. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari gambaran berat
badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weight) dan obesitas.
Indeks Masa Tubuh = BB (kg)/TB x TB (m)
Tabel : Batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di Indonesia

13
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17
Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 – 18,5
Norma 18,5 – 25,0
l
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

b. Ideal Body Weight (IBW)


Ideal body weight atau berat badan ideal merupakan perhitungan berat badan
optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi
badan dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan (cm) – 100] – [10% (Tinggi badan – 100)]

F. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi,
obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung korener, kanker dan
anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat tidak kecukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Bila konsumsi kalori terlalu rendah
dari yang kebutuhan, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari
normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang
tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit
menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolism
secara berlebih. Pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurangnya aktivitas
fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien telah
menyadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan
pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

14
15
G. PATOFISIOLOGI

Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual, muntah

Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung (gesekan)

Produksi HCL meningkat

Asam lambung refleks

Berkurangnya pemasukan makanan

Intake makanan tidak adekuat

Kekurangan nutrisi

16
H. NAUSEA
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang
dapat mengakibatkan muntah (PPNI, 2016).
Menurut (PPNI, 2016) penyebab dari nausea, yaitu:
a. Gangguan biokimiawi
b. Gangguan pada esophagus
c. Distensi lambung
d. Iritasi lambung
e. Gangguan pancreas
f. Peregangan kapsul limpa
g. Tumor terlokalisasi
h. Peningkatan tekanan intraabdominal
i. Peningkatan tekanan intrakranial
j. Peningkatan tekanan intraorbital
k. Mabuk perjalanan
l. Kehamilan
m. Aroma tidak sedap
n. Rasa makanan/minuman yang tidak enak
o. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
p. Faktor psikologis
q. Efek agen farmakologis
r. Efek toksin (Astuti, Arso, & Wigati, 2015)

I. VOMITING

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi


lambungyang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung
danabdomen (Markum : 2009).

Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi


lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung(Depkes
R.I, 2011).

Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut


dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,

17
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi
adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali
Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus
dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian
bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi
lambung yang lambat.

Muntah dipicu oleh adanya impuls afferent yang menuju pusat muntah, yang
terletak di medulla otak. Impuls tersebut diterima dari pusat sensori seperti
chemoreceptor trigger zone (CTZ), korteks serebral, serta visceral afferent  dari faring
dan saluran cerna. Impuls afferent yang sudah terintegrasi dengan pusat muntah, akan
menghasilkan impuls efferent menuju pusat salivasi, pusat pernafasan, daerah saluran
cerna, faring, dan otot otot perut yang semuanya bersinergi memicu proses muntah.
Nah dari sini terlihat alasan ketika muntah terjadi nafas tidak beraturan, terengah
engah, keringat, kontraksi perut, ataupun keluar saliva/air liur.

CTZ merupakan daerah kemosensori utama pada prosesemesis/muntah dan


sering dipicu oleh senyawa – senyawa kimia. Obat – obat sitotoksik pun memicu
emesis melalui mekanisme berinteraksi dengan CTZ. Beberapa neurotransmiter dan
reseptor terdapat di pusat muntah, CTZ, dan saluran cerna, meliputi kolinergik,
histaminik, dopaminergik, opiat, serotonergik, neurokinin, sertabenzodiazepin. Nah
dari sini juga terlihat bahwa adanya stimulasi pada satu ataupun beberapa reseptor ini
akan memicu muntah. Itulah sebabnya, mekanisme kerja obat antiemetik akan
berkutat dalam menghambat ataupun mengantagonis reseptor emetogenik tersebut.

18
J. PENATALAKSANAAN
Pola pemenuhan kebutuhan makanan untuk lanjut usia dengan berat badan
rendah.

Waktu TKTP I TKTP II


Pagi 1 gelas susu 1 gelas susu
1 butir telur 1 butir telur
1 potong daging 1 butir telur
1 gelas susu
1 potong daging
1 potong daging

Makanan lanjut usia dengan


berat badan rendah

Makanan biasa

Ditambah (+)
Syarat menu untuk lanjut usia dengan berat badan lebih (kegemukan) :
1. Jika berat badan berlebih (kegemukan), konsumsi energi harus dikurangi sampai
mencapai berat badan normalnya.
2. Diet rendah kalori untuk lanjut usia harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Kalori dikurangi 500 sampai dengan 100 kalori dari kebutuhan normalnya.
2) Pengurangan kalori sebaiknya dilakukan dari pengurangan karbohidrat dan
lemak
3) Protein diberikan dalam jumlah normal, dapat juga di atas kebutuhan normal,
yaitu 1-1,5 gram per kg berat badan.
4) Serat diberikan cukup tinggi
5) Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah seperti biasa
6) Diet rendah kalori terdiri atas :
a. Rendah kalori I (1200 kalori)
b. Rendah kalori II (1500 kalori)
c. Rendah kalori III (1700 kalori)
Yang sering digunakan adalah diet rendah kalori 1500 atau 1700 kalori
(Nugroho, 2008).

19
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yaitu
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien
meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2009).
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi
pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.(Hidayat, 2010).
 Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yangg dihindari atau diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat
digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan
rencana makanan untuk masa selanjutnya.
 Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
 Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat
pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi. Aspek tersebut adalah nafsu
makan, jumlah asupan tingkat aktivitas, pengonsumsian obat.

Penampilan fisik juga adalah aspek yang penting dalam pengkajian nutrisi.
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek
berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami
kebotakan bukan karena faktor usia; daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata
tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh
darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami pembengkakan;
lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada
permukaannya; gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi
gigi harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai dibawah permukaan gigi; gigi
tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul
bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan
berwarna merah muda.

20
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga, komunitas, terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, atau
proses kehidupan (Potter, 2005). Perumusan yang umum pada penderita nausea dan
vomiting dengan riwayat sakit maag adalah Risiko Nutrisi Kurang dari Kebutuhan.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa
Luaran / Outcome Intervensi Keperawatan
. Keperawatan
1. Risiko nutrisi LUARAN UTAMA LABEL INTERVENSI
kurang dari Setelah dilakukan (UTAMA) : Management Nutrisi
kebutuhan intervensi keperawatan Observasi :
tubuh. selama 1 x 24 jam, maka a. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi Membaik b. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi obat
- Porsi makan yang c. Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
(5) d. Identifikasi kebutuhan kalori
- Nyeri abdomen dan jenis nutrient
menurun (5) e. Identifikasi perlunya
- Frekuensi makan penggunaan selang
membaik (5) nasogastric
- Nafsu makan f. Monitor asupan makan
membaik (5) g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan
LUARAN TAMBAHAN laboratorium
Setelah dilakukan Terapeutik :
intervensi keperawatan a. Lakukan oral hygiene
selama 1 x 24 jam, maka sebelum makan, jika perlu
Nafsu Makan Membaik b. Fasilitasi menemukan
dengan kriteria hasil : pedoman diet (mis. Piramida
- Keinginan makan makanan)
meningkat (5) c. Sajikan makanan secara

21
- Nafsu makan menarik dan suhu yang sesuai
meningkat (5) d. Berikan makanan tinggi serat
- Asupan nutrisi untuk mencegah konstipasi
meningkat (5) e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
g. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastric
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan, jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

LABEL INTERVENSI
(PENDUKUNG) :
Edukasi Nutrisi
Observasi
a. Periksa status gizi, status
alergi, program diet,
kebutuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi
b. Identifikasi kemampuan dan
22
waktu yang tepat menerima
informasi
Terapeutik
a. Persiapkan materi dan media
seperti jenis – jenis nutrisi,
tabel makanan penukar, cara
mengelola, cara menakar
makanan
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
a. Jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi makanan,
makanan yang harus
dihindari, kebutuhan jumlah
kalori, jenis makanan yang
dibutuhkan pasien
b. Ajarkan cara melaksanaka
diet sesuai program (mis.
Makanan tinggi protein,
rendah garam, rendah kalori)
c. Jelaskan hal – hal yang
dilakukan sebelum
memberikan makan (mis.
perawatan mulut, penggunaan
gigi palsu, obat – obatan yang
harus diberikan sebelum
makan)
d. Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
e. Demonstrasikan cara
mengatur posisi saat makan
23
f. Ajarkan pasien atau keluarga
memonitor asupan kalori dan
makanan (mis. menggunakan
buku harian)
g. Ajarkan pasien dan keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi
h. Anjurkan mendemonstrasikan
cara memberi makan,
menghitung kalori,
meyiapkan makanan sesuai
program diet

4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencaan, dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Focus dari implementasi keperawatan antara lain adalah :
- Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- INTERVENSI UTAMA : Management Nutrisi
Observasi :
 Mengidentifikasi status nutrisi
 Mengidentifikasi alergi dan intoleransi obat
 Mengidentifikasi makanan yang disukai
 Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Memonitor asupan makan
 Memonitor berat badan
 Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :

 Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Memfasilitasi menemukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

24
 Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Memberikan suplemen makanan, jika perlu
 Menghentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi

 Menganjurkan posisi duduk, jika mampu


 Mengajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

 Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu


 Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

- INTERVENSI PENDUKUNG : Edukasi Nutrisi

Observasi

 Memeriksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan


kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
 Mengidentifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima informasi

Terapeutik

 mempersiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi, tabel


makanan penukar, cara mengelola, cara menakar makanan
 Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Memberikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

25
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan, makanan yang
harus dihindari, kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang dibutuhkan
pasien
 Mengajarkan cara melaksanakan diet sesuai program (mis. Makanan tinggi
protein, rendah garam, rendah kalori)
 Menjelaskan hal – hal yang dilakukan sebelum memberikan makan (mis.
perawatan mulut, penggunaan gigi palsu, obat – obatan yang harus
diberikan sebelum makan)
 Mendemonstrasikan cara membersihkan mulut
 Mendemonstrasikan cara mengatur posisi saat makan
 Mengajarkan pasien atau keluarga memonitor asupan kalori dan makanan
(mis. menggunakan buku harian)
 Mengajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi
 Meganjurkan mendemonstrasikan cara memberi makan, menghitung
kalori, meyiapkan makanan sesuai program diet

5. EVALUASI

Evaluasi yaitu proses berkepanjangan untuk menilai efek dari tindakan


keperawatan pada klien. Evaluasi terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanankan. Evaluasi dilaksanankan dengan SOAP :

S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.


O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang antara data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan apa
masih muncul masalah baru atau data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

S : Pasien mengatakan nyeri pada perut sudah menghilang, pola atau frekuensi
makan dalam sehari juga teratur, 3x sehari. Pasien mengatakan nafsu makan
membaik dan sudah tidak mual. Keinginan makan meningkat.
O : Porsi makan yang dihabiskan meningkat. Kemampuan menikmati makan
meningkat. Pasien makan dengan disuapi istri, habis hampir satu porsi.
A : Masalah teratasi pada Tn. H dengan masalah nausea dan vomiting.
P : Kurangi aktivitas berat, control poli, minum obat teratur, jika ada kekambuhan

26
segera segera ke IGD terdekat, diit dokter rumah sakit.

27
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Konsep Dasar Nausea. Analisis Standar
Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Hilalriah, A. (2017). Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU Asuhan


Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh di RSUP . H Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan.

Safiah, S., Amino Gondho Hutomo Semarang, R., Studi Ilmu Keperawatan, P., & Tinggi
Ilmu Kesehatan Kendal, S. (2016). Gambaran Karakteristik Pasien Emergency
Psychiatric Dengan Pemenuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. 8(1), 1–8.

Syahlah, A. (2017). Asuhan Keperawatan pada An.H dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RS. USU.

SARI, YUNITA (2019) Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Pada Klien Hipertensi Di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.

Sianturi Elisabet, LP Vomiting Profuse, (https://www.scribd.com/document/435344055/Lp-


Vomiting-Profuse) (diakses tanggal 23 November 2021, 05.19)

Goeroeh Pratomo SetyoHadidiningrat, Nausea dan Vomiting,


(https://www.scribd.com/doc/176220516/Nausea-Vomiting) (diakses tanggal 23
November 2021, 05.19)

28

Anda mungkin juga menyukai