Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PNEUMONIA DI RUANG YUDHISTIRA

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

Makalah Ini Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi

Kepangkatan Pegawai Negri Sipil Dari Golongan III/ b Ke Golongan III/ c

Oleh:

RENY ANGGRAENI DWI PUSPITA


NIP : 198406252010012011

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

SURABAYA

2021
i

HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini telah di sahkan pada tanggal ……………………………………

Mengesahkan,

Atasan Langsung Penulis

……………, MM. Reny Anggraeni Dwi P, S.Kep.Ns


Pembina Penata Muda Tk.I
NIP. 19590518 198203 1 013 NIP. 198406252010012011

Surabaya,

Tim Akreditasi Tanda Tangan

1. drg. Migit Supriati,M.Kes 1. …...................

2. 2. ………………

3.

KATA PENGANTAR

i
ii

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat

limpahan rahmat-Nyalah, telah memberikan kesehatan dan kekuata sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi persyaratan

akreditasi kepangkatan pegawai negeri sipil dari golongan III/b ke golongan III/c

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Di R Yudhistira

Rsud Bhakti Dharma Husada Surabaya.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat

dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit

demi sedikit kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena penulis

menghaturkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada;

1. Yth Bisukma Kurniawati, M.Kes selaku Direktur RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya.

2. Yth Nur Laila, S.Kep,Ns.M.Kes selaku Kepala bidang Keperawatan

Rsud Bhakti Dharma Husada Surabaya Surabaya.

3. Nanik Lusianah, Amd. Kep selaku pembimbing makalah ini

4. drg. Migit Supriati, M.Kes selaku Kasi Registrasi dan Akreditasi Dinas

Kesehatan Kota Surabaya.

5. Staf perpustakaan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

kami harapkan demi perbaikan di masa tang akan datang. Demikian atas

perhatiannya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan profesi.

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................ iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan Penulisan......................................................................... 2

1.3. Manfaat ....................................................................................... 3

1.4. Pelaksanaan........................……………………………………. 3

1.5. Metode Penulisan........................................................................ 3

1.6. Sistematika Penulisan.................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 4

2.1

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subjektif ........................................................................... 86

3.2 Data Objektif ............................................................................ 89

3.3 Analisis ..................................................................................... 91

3.4 Penatalaksanaan ....................................................................... 91

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................... 106

BAB V PENUTUPAN ……………………………………...…...... 108

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 108

iii
iv

5.2 Saran ........................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan

utama pada orang-orang dewasa di Negara berkembang, pneumonia

merupakan proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan

oleh bakteri. Pneumonia merupakan penyakit paru-paru yang terjadi

karena adanya infeksi akut pada jaringan paru-paru yang membuat nafas

menjadi sesak dan asupan oksigen sedikit dengan tanda gejala seperti

batuk,demam, hingga sesak nafas (LIPI, Research Center for

Biotechnology & Invasif, 2009). Kasus pneumonia tidak mengenal kriteria

usia ataupun jenis kelamin, pneumonia juga mengalami terjadinya

penurunan volume paru sehingga mengakibatkan gangguan pada proses

ventilasi dan terjadi gangguan pertukaran gas ( Djojodibroto, 2009).

Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh

dunia. Pada tahun 2015, terjadi 920.136 kematian akibat pneumonia, 16%

dari seluruh kematian anak usia kurang dari 5tahun ( WHO.2016). jumlah

penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-

27% dan kematian akibat pneumoniua sebesar 1,19% ( Kemenkes RI,

2014). Pada tahun 2015 terjadi peningkatan diatas 50% walaupun belum

mencapai target nasional yang telah di tentukan ( Dinkes Jawa Timur,

2015). Angka Kesakitan pneumonia menggambarkan jumlah penderita

kasus pneumonia di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah

penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

1
3

Pneumonia disebabkan karena bakteri yang masuk ke bronkiolus

dan alveoliyang menimbulkan peradangan hebat, terdapat cairan edema

yang kaya protein dalam alveoli, sehingga saluran pernafasan akan

terganggu dan tidak berfungsi dengan normal dan keluar masuknya

oksigen juga akan terganggu dan akan mengakibatkan gangguan saluran

pernafasan. Pada pasien pneumonia dampak dari gangguan pertukaran gas

adalah terjadinya hipoksia dan gagal nafas (Elliott, 2009). Hal ini

disebabkan karena daerah paru menjadi padat (eksudat) sehingga terjadi

penurunan rasio ventilasi dan perfusi yang berdampak pada penurunan

kapasitas disfusi (tentang penyakit pneumonia Djodjosubroto, 2019).

Dampak dari pneumonia apabila tidak diberikan penanganan antara lain

emam, nafas cepat, terjadi superinfeksi, efusi pleura dan gagal nafas.

Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan pneumonia adalah

dengan menjaga kelancaran system pernafsan, memelihara kebersihan

paru, ajarkan batuk efektif dan monitor 02, selain itu juga dapat dilakukan

untuk menjaga kelancaran system pernafasan penuhi kebutuhan nutrisi dan

cairan, mengontrol suhu tubuh serta menjaga lingkungan yang bersih dan

aman, serta dilakukan menejemen jalan nafas, pemantauan respirasi seperti

buka jalan nafas, catat pergerakan dada.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memahami

penyakit Pneumonia sehingga penulis membuat makalah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia” di Ruang Bima RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya


4

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia” di Ruang

Bima RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia” di Ruang Bima RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

b. Merumuskan diagnosa keperawatan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia” di Ruang Bima RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Pneumonia” di Ruang Bima RSUD Bhakti Dharma Husada

Surabaya

d. Melaksanakan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia” di Ruang Bima RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

e. Melakukan evaluasi keperawatan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia” di Ruang Bima RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya

1.3.3 Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Makalah ini bertujuan untuk memberikan dan menambah wawasan

dan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif pada pasien Pneumonia dan dapat digunakan sebagai

salah satu bahan bacaan kepustakaan.


5

b. Manfaat Praktis

1. Makalah ini dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan terutama pada pasien Pneumonia.

2. Makalah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam asuhan

keperawatan bagi pasien Pneumonia.

3. Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai

referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia.

4. Manfaat makalah ini bagi pasien yaitu agar pasien dan keluarga dapat

mengetahui tentang penyakit pneumonia serta perawatan yang benar

dan tepat.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan

bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas

yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi),

Dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paruparu yang sertai eksudasi dan

konsolidasi. (Nanda 2015)

Pneumonia merupakan istilah umum yang menandakan inflamasi pada

daerah pertukaran gas dalam pleura; biasanya mengimplikasikan inflamasi

parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi. (Caia Francis 2011). Pneumonia

adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh

agens infeksius (Brunner & suddarth 2012).

Istilah pneumonia menggambarkan keadaan paru apapun, tempat

alveolus biasanya terisi dengan cairan dan sel darah (Gyuton, 1996).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan

alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat (Dahlan, 2014).

2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI) dalam NANDA NIC-NOC

dan NANDA NIC-NOC 2015

6
7

1. Pneumonia lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu

atau lebih lobus paru, Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai

pneumonia bilateral atau “ganda”

2. Pneumonia lobaris (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir

bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk

bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di dekatnya, di sebut juga

pneumonia loburalis.

3. Pneumonia interstitial (Bronkialitis) proses inflamasi yang terjadi di

dalam dinding alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta

interlobular

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:

1. Pneumonia komunitas Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok,

pathogen atipikal pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah

jompo, dengan adanya PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak,

atau paksa antibiotika spectrum luas.

2. Pneumonia Nosokomial Tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat

sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang

timbul onset pneumonia.

3. Pneumonia Aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia

akibat aspirasi bahan toksik, Akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan

makanan atau lambung, Edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh

bahan padat.

4. Pneumonia pada gangguan imun Terjadi karena akibat proses penyakit

dan akibat terapi. Penyenbab infeksi dapat disebabkan oleh kuman


8

pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,

Protozoa, Parasit, Virus, Jamur, dan cacing.

Pneumonia dapat digolongkan (Djojodibroto, 2014) menjadi:

1. Pneumonia bakterial Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui

inhalasi udara dari atmosfer, juga dapat memalui aspirasi dari nosofering

atau orofering. Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:

a. Community – Acquired Pneumonia (CAP). Penyakit ini sering

diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan oleh

streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia

lobar. Pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus yang

menyebabkan penderita mengalami gejala menggigil dan diiukuti

demam yang tinggi.

b. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP) Pneumonia nosocomial yaitu

pneumonia yang kejadiannya bermula dirumah sakit. Penyakit ini

adalah penyebab kematian yang terbanyak pada pasien dirumah sakit.

Mikroorganisme penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan

stafilokokus.

c. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia) Pneumonia aspirasi dapat

menyebabkan: obstruksi atau tersumbatnya saluran pernapasan,

pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim, dan

pencernaan) dan, pneumonitis oleh infeksi.

2. Pneumonia pneumositis.

Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang opertunistik yang

disebabkan oleh suatu protozoa bernama pneumocystis jirovecii


9

sebleumnya dinamai pneumovystis carinii. Protozoa ini dikenal sekjak

1909 dan mulai decade 1980-an menempatkan diri kembali sebagai

pathogen terutama pada penderita AIDS.

3. Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial) Yang termasuk grup ini

adalah pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae,

chlamydea psittaci, legionella pneumophila, dan coxiella burneti.

Klasifikasi pneumonia menurut (Padila, 2013) yaitu;

1. Community acquired merupakan penyakit pernapasan umum dan bisa

berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococal merupakan

organisme penyebab umum.

2. Hospital acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosocomial.

Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus

stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospitas acquired

pneumonia.

3. Lobar dan bronkopneumonia tidak hanya dikategorikan menurut lokasi

tetapi sekarang ini pneumonia di klasifikasikan menurut organisme.

2.3 ETIOLOGI

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan

dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien

dapat menghisap bakteri, virus, parasite, dan agen iritan (Mary & Donna,

2014). Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;


10

1. Bakteri Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

positif seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus

pyogenesis.

2. Virus Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet

citomegalo, virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian

pneumonia virus.

3. Jamur Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan

udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.

4. Protozoa Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)

biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi

Selain itu dalam NANDA-NIC NOC, 2015 disebutkan bahwa penyebab

pneumonia adalah sebagai berikut

1. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit

2. Streptococcus pneumonia dengan penyulit

3. Haemophilus influenzae

4. Staphilococcus aureus

5. Mycoplasma pneumonia

6. Virus patogen

7. Aspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas, Enterobacter,

Eschericia proteus, basil gram positif.

8. Stafilacoccus

9. Aspirasi asa lambung

10. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah,

Seperti pada kuman Stafilococcus, E.coli, anaerob enteric


11

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Biasanya gejala penyakit pneumonia diawali dengan infeksi saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Ditandai dengan suhu badan

meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, tubuh menggigil, sesak napas,

nyeri dibagian dada dan batuk bedahak kental dan berwarna kuning hingga

kehijauan. Gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit

kepala (Nurarif. 2017)

Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh

manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan

reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang.

Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri

pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga

terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi

klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya

partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).

Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan

penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas

difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.

Menurut (Suratun & Santa, 2013) Gejala yang dapat muncul pada klien

dengan pneumonia adalah demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang

produktif, sesak napas, sakit kepala, nyeri pada leher dan dada, dan pada saat

austultasi dijumpai adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.


12

2.5 PATOFISIOLOGI

Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit

yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas

bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun berseblahan dengan

sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajam oleh

mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang dihirup. Sterilitas

saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme penyaringan dan

pembersihan yang efektif. Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme

penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari

tubuh dan aspirasi melalui orofaring tubuh pertama kali akan melakukan

mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.

Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan eritrosit dan beberapa

leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran darah menurun,

alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman

pneumococcus difagosit oleh leukoasit dan sewaktu resolusi berlangsung

makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit beserta kuman. Paru

masuk ke dalam tahap hepatitis abu-abu dan tampak berwarna abu-abu.

Kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin

dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna. Paru kembali menjadi normal

tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.


13

Normal (sistem Organisme


pertahanan)
terganggu

Sel nafas bagian bawah


Virus Stapilokokus
pneumokokus

Eksudat masuk ke
Kuman pathogen Thrombus
alveoli
mencapai bronkioli
terminalis merusak Alveoli Toksin, coagulase
sel epitel bersila,
sel goblet Permukaan lapisan
Sel darah merah,
pleura tertutup tebal
leukosit, pneumokokus
eksudat thrombus vena
mengisi alveoli
pulmonalis
Cairan edema +
leukosit ke alveoli Leukosit + fibrin Nekrosis
mengalami konsilidasi
Konsilidasi paru
Leukositosis
Kapasitas vital,
compliance Suhu tubuh meningkat
menurun,
hemoragik
Hipertemi
Intoleransi
Difisit nutrisi
aktivitas

Abses pneumatocele
Produksi sputum
(kerusakan jaringan
meningkat
perut)

Bersihan jalan nafas Pola nafas tidak


tidak efektif efektif

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


14

1. Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (misal: lobar, bronchial:

dapat juga menyatakan abses) luas/infiltrasi, empiema (stapilacoccus),

infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebatran

/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia

mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

2. Nadi oksimetris: Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

3. Pemeriksaan gram/kultur, Sputum dan darah: Untuk dapat diambil biosi

jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan

paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu organisme

ada: Bakteri yang umum meliputi diplococcus pneumonia, stapilococcus,

Aures A-hemolik streptococcus, hemophlus influenza: CMV. Catatan:

keluar sekutum tak dapat di identifikasi semua organisme yang ada.

Keluar darah dapat menunjukan bakteremia sementaraa.

4. LDL: Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi

pada infeksi virus, kondisi tekanan imum seperti AIDS, Memungkinkan

berkembangnya pneumonia bakterial.

5. Pemeriksaan serelogi: mis, Titer virus atau legionella, aglutinin dingin,

membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

6. Pemeriksaan fungsi paru: Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps

alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain.

Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)

7. Elektrolit: Natrium dan klorida mungkin rendah

8. Bilirubin: Mungkin meningkat


15

9. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka: Dapat menyatakan

jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP :

karakteristik sel rekayasa (rubela)).

2.7 PENATALAKSANAAN

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan

antibiotik peroral dan tetap tinggal di rumah, penderita yang lebih tua dan

penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru

lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu

diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan

keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:

1. Oksigen 1-2lpm

2. Pemberian cairan infus dextrose 10%: NaCl 0.9%=3:1, +KCl 10

mEq/500ml cairan.jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan

status hidrasi

3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral melalui

selang nasogastric dengan feeding drip

4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit

Penatalaksanaan untuk pneumoni bergantung pada penyebab, antibiotik

diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumoni community based:

1. Ampicillin 100mg/kgBB/hari dalam 4xpemberian


16

2. Chloramphenicol 75mg/ kgBB/hari dalam 4xpemberian

Untuk kasus hospital based

1. Sefatoksim 100mg/kgBB/hari dalam 2xpemberian

2. Amikasin 10mg-15mg/kgBB/hari dalam 2xpemberian

2.8 KONSEP KEPERAWATAN

Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara

primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk

meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan perlindungan

kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi lingkungan.

Peran sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi,

suction, dan latihan nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali

kambuh.

1. Pengkajian

Keadaan Umum : Klien tampak lemah

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia

biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 400C, frekuensi

napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya seirama

dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila

tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika

kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.

B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisaik pada klien dengan pneumonia merupakan pemeriksaan

fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.
17

a. Inspeksi: Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan

simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan

frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan

intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami

terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian

batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk

produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret dan

sekresi sputum yang purulen.

b. Palpasi: Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada

palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya

normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara

(frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia biasanya

normal.

c. Perkusi: Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya

didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi

redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila

bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).

d. Auskultasi: Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas

melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.

Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil

auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.

B2 (Blood)

Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:

a. Inspeksi: Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.


18

b. Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.

c. Perkusi: Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

d. Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan

biasanya tidak didapatkan.

B3 (Brain)

Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran,

didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada

pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis. Menangis, merintih,

merengang, dan mengeliat.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh

karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut

merupakan tanda awal dari syok.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan, dan

penurunan berat badan.

B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan

aktivitas sehari-hari

2. Analisis Data

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi

2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas akibat kerusakan

jaringan perut
19

3. Hipertemi b.d proses penyakit

4. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)

5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen

2.9 Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi


Tujuan dan kriteria hasil Rencana keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
keperawatan selama 3 x24 jam 1. Monitor status pernafasan dan
bersihan jalan nafas meningkat respirasi sebagaimana mestinya
kriteria hasil: 2. Observasi kecepatan, irama,
1. Batuk efektif meningkat kedalaman dan kesulitan
( skala 5) bernafas
2. Produksi sputum menurun 3. Auskultasi suara nafas
(skala 5) 4. Posisikan pasien semi fowler,
3. Mengi menurun (skala 5) atau posisi fowler
wheezing menurun ( skala 5) 5. Lakukan fisioterapi dada
4. Frekuensi pernafasan sebagaimana mestinya
membaik ( skala 5)/ (16- (clapping / fibrating)
20x/menit) 6. Ajarkan melakukan batuk
5. Pola nafas membaik ( skala 5) efektif
6. Tidak ada penggunaan otot 7. Ajarkan pasien dan keluarga
bantu napas (tidak adanya mengenai penggunaan
retraksi dinding dada) perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
8. Kolaborasi pemberian O2
sesuai instruksi
20

2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas akibat kerusakan
jaringan perut
Tujuan dan kriteria hasil Rencana keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Manajamen Jalan nafas
keperawatan 3x24 jam pola nafas Posisikan pasien Posisi semi
membaik dengan kriteria hasil : fowler, atau posisi fowler
1. Penggunaan otot bantu
menurun ( skala 5)
2. Pemanjangan fase ekspirasi Manajemen pernafasan
menurun ( skala 5) 1. Observasi kecepatan, irama,
3. Frekuensi pernafasan kedalaman dan kesulitan
membaik ( skala 5)/ (16- bernafas
20x/menit) 2. Observasi pergerakan dada,
4. Kedalaman nafas membaik kesimetrisan dada,
( skala 5) penggunaan otootot bantu
5. Pernafasan cuping hidung nafas, dan retraksi pada
menurun ( skala 5) dinding dada
3. Auskultasi suara nafas Terapi
oksigen
4. Kolaborasi pemberian O2
5. Monitor aliran oksigen
6. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas

3. Hipertemi b.d proses penyakit


21

Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
selama 1x24 jam, maka 1. Identifikasi penyebab
termoregulasi membaik, dengan hipertermia
kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun ( skala 5) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Pucat menurun ( skala 5) 4. Monitor haluaran urine
3. Suhu tubuh membaik ( skala 5. Monitor komplikasi akibat
5) 36,5 °C37,5 °C hipertermia
4. Suhu kulit membaik ( skala 6. Sediakan lingkungan yang
5) dingin
5. Tekanan darah membaik 7. Longgarkan atau lepaskan
( skala 5) pakaian
8. Basahi dan kipas permukaan
tubuh
9. Berikan cairan oral
10.Ganti linen setiap hari jika
mengalami hiperhidrosis
11.Lakukan pendinginan
eksternal
12.Ajarkan tirah baring
13.Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena jika
perlu.
14.Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu

4. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)


Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
22

Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi


selama 2x24 jam, maka status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan
hasil : intoleransi makan
1. Porsi makan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang
meningkat skala 5 disukai
2. IMT membaik skala 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori
3. Frekuensi makan membaik dan jenis nutrien
skala 5 5. Identifikasi perlunya
4. Pengetahuan tentang pilihan penggunaan selang
makanan yang sehat nasogastrik
meningkat skala 5 6. Monitor asupan makanan
5. Frekuensi makan membaik 7. Monitor berat badan
skala 5 8. Monitor hasil pemeriksaan
6. Nafsu makan membaik skala laboratorium
5 9. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
10.Fasilitasi menentukan
pedoman diet
11.Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
12.Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
13.Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
14.Berikan suplemen makanan,
jika perlu
15.Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
16.Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
23

17.Ajarkan diet yang


diprogramkan
18.Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
19.Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
toleransi aktifitas meningkat tubuh yang mengakibatkan
1. Kemudahan dengan kelelahan
melakukan aktifitas sehari- 2. Monitor kelelahan fisik dan
hari meningkat skala 5 emosional
2. Keluhan lelah menurun skala 3. Monitor pola dan jam tidur
5 4. Monitor lokasi dan
3. Dyspnea saat aktifitas ketidaknyamanan selama
menurun skala 5 melakukan aktivitas
4. Dyspnea setelah aktifitas 5. Sediakan lingkungan nyaman
menurun skala 5 dan rendah stimulus
5. Frekuensi nadi membaik 6. Lakukan latihan rentang gerak
skala 5 pasif dan/atau aktif
6. Warna kulit membaik skala 5 7. Berikan aktivitas distraksi
7. Saturasi oksigen mebaik yang menenangkan
skala 5 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
24

11. Anjurkan menghubungi


perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 6 April 2021 pada pukul

08.00 wib, pasien MRS pada tanggal 5 April 2021 pukul 20.00 WIB dengan

no RM 355XXX dan di rawat di ruang Yudhistira.

3.1.1 Identitas

Pasien bernama Tn S umur 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku

Jawa/ bangsa Indonesia, Agama Islam, pendidikan terakhir SMA,

bertempat tinggal di Surabaya dan penanggung biaya pasien adalah

BPJS.

3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan

1. Keluhan Utama

demam naik turun, nafsu makan menurun, nafas sesak dan bicara

pelo.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat melakukan pengkajian anak klien mengatakan mulai tanggal 4

april 2021 klien tidak mau makan (nafsu makan menurun), klien

hanya habis 2 sendok makan setiap kali makan, klien juga mulai

batuk- batuk kering. Selama di rumah klien diberi minum obat batuk

pilek ultraflu. Tetapi tidak membaik, klien bertambah batuk dan

sesak dan tambah tidak mau makan. Badan klien juga panas dan di

beri paracetamol. Setelah minum paracetamol sempat dingin tapi

25
26

setelah 4 jam badan klien panas lagi. Melihat keadaan klien yang

semakin parah, anak klien membawa klien ke IGD RSUD Bhakti

Dharma Husada Surabaya. Klien tiba di UGD jam 17.00 di UGD

langsung dilakukan pemeriksaan GCS 4 5 6 TD 130/90 MmHg, N

112 x/mnt, RR 30x/mnt S: 38 ‘, dan dilakukan tindakan pemasangan

infuse Nacl 0,9 % 20 tpm di ekstremitas atas bagian kanan, diberi

oksigen masker 6 lpm, di beri injeksi antrain 50 mg, moxifloxacin

400 mg, omz 40mg. Klien juga di lakukan pemeriksaan EKG, DL,

RFT, LFT, elektrolit dan swab antigen. Semua hasil pemeriksaan

terlampir. Setelah mendapatkan terapi kondisi yaitu GCS 4 5 6 TD

130/80 MmHg, N 100 x/mnt, RR 28x/mnt S: 37. Klien di pindah di

ruang Yudhistira jam 20.00 dan selama di Yudhistira klien mendapat

kan terapi NAC drip, neurobion 1 amp, curcuma 1 tab, OMZ 1mp,

moxifloxacin 400 mg, antrain 1 g. saat pengkajian tanda-tanda vital

pasien adalah Tekanan Darah : 120/70 mmHg, Pernapasan : 26 x/

menit, Nadi : 87x/ menit, Suhu : 37’ c, Kekuatan Otot : 555

555

555 555

Saat pengkajian di dapatkan keluahan klien masih batuk, sesak

nafas berkurang, dan masih tidak nafsu makan GCS 4 5 6 TD

130/90 MmHg, N 100 x/mnt, RR 26 x/mnt S: 37

3.1.3 Pemeriksaan fisik

B1: nafas spontan RR 26x/mnt, saturasi oksigen 98 % dengan

oksigen masker 6 lpm, suara bnafas vesikuler, ronchi +/+,


27

wheezhing -/-, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat

lesi dan benjolan pada dada, dan tidak terdapat polip hidung. perkusi

sonor.

B2: TD 130/90 Nadi 100x/mnt, akral HKM, terpasang infus Nacl

0,9 % 20 tpm, di tangan kanan, CRT < 2dtk

B3: GCS GCS 456

 pupil isokhor, refleks cahaya +/+, ukuran 3/3, bentuk pupil bulat

 Reflek fisiologis:

Bisep +/+

Trisep +/+

Patella +/+

Aschiles +/+

 Nervus V (trigemninal) : reflek telan baik,

 Nervus IX (glasofaringeus) : pasien dapat mengunyah

 Nervus X ( Vagus) : reflek muntah +

B4: BAK spontan, urin 3 jam 150cc, jernih warna kuning, nyeri

tekan kandung kemih tidak ada

B5: bentuk perut cembung, bibir tidak sianosis, mukosa bibir

lembab.Tidak terdapat benjolan pada abdomen. abdomen supel, suara

timpani, tidak terdapat nyeri tekan abdomen, tidak terdapat asites.

Hepar dan limpa tidak membesar, suara timpani, peristaltik usus

12x/mnt, makan hanya 2 sendok makan. BB 68 kg TB 170, sebelumnya

69 kg
28

B6: tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah, untuk

kemampuan pergerakan sendi ekstremitas sinistra bebas, sedangkan

pada ekstremitas dekstra terbatas. kekuatan otot, hemiparase ektremitas

dekstra, tidak terdapat kontraktur

3.1.4 Data Penunjang

1. Laboratorium

Tabel 3.2 hasil laboratorium

Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai normal


9/04/2021 Wbc ( white 15.900 /UL 4,0-10,0
blood cell)
RBC (red 5,35/UL 3,5-5,0
blood cell)
HB 9,3 g/dl 11-15
( hemoglobin
)
HCT 43% 37-47
(hematocrit)
PLT 666/UL 150-400
(platelet)/
trombosit
Gluc puasa 134 mg/dl 76-110
SGOT 17 U/L < 50
SGPT 9 U/L < 50

BUN 5,9 mg/dl 8-18


CREATININ 0.31 mg/dl < 1,2
Natrium 142 136-146
mmol/L
kalium 4,2 3,5-5,0
mmol/L
Swab antigen negatif negatif
BGA
PH 7,41 76,37-7,45
PCO2 33 mmhg 35-45
Po2 205mmhg 71-104
29

HCO3 19,6 21-25


mmol/L
BE L-2,7 (-2)-3
02 100 % 94,9-98,8
AaDO2 85,5mmhg
2. ECG

Sinus rhytem 114x/mnt

3. Rongsent

a. Thorak foto: CTR 60%, Pneumonia


30

3.2 Analisa Data

No. Data / faktor resiko Etiologi Masalah


1. DS: Hipersekresi Bersihan jalan
 Anak klien mengatakan klien jalan nafas nafas tidak efektif
batuk sejak tanggal 6/04/2021
dan semakin memberat dan
keluar dahak warna
kekuningan
DO:
 Klien tampak batuk

 Sputum + warna kuning

 Pernapasan 26 x/ menit

 Klien tampak tidak terpasang


02.
 Bunyi nafas Ronchi +/+

 Ro Thorak: pneumonia
2. DS : Peningkatan Resiko deficit
 Anak klien mengatakan nafsu kebutuhan nutrisi
makan klien menurun. metabolisme
DO
 Pasien lemah

 Diet klien tampak habis 2


sendok. BB sakit 68 kg bb
sehat 69 kg
 Leukosit 15, 900 /ul
 Ro Thorak: pneumonia
31

2.10 Diagnosa Keperawatan

PARAF
NO MASALAH KEPERAWATAN
(nama)

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


hipersekresi
2 Resiko defisit nutrisi Peningkatan kebutuhan
metabolisme

2.11 Prioritas Masalah

TANGGAL
MASALAH PARAF
NO Teratas
KEPERAWATAN Ditemukan (nama)
i
1 Bersihan jalan nafas tidak 9/04/2021
efektif berhubungan
dengan hipersekresi
2 Resiko defisit nutrisi 9/04/2021
Peningkatan kebutuhan
metabolisme
32

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No Masalah Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


.
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Batuk efektif Manajemen jalan nafas
tidak efektif tindakan meningkat 1. Monitor status pernafasan dan respirasi
berhubungan dengan keperawatan ( skala 5) sebagaimana mestinya
hipersekresi selama 3 x24 jam 2. Produksi sputum 2. Observasi kecepatan, irama, kedalaman dan
bersihan jalan menurun (skala 5) kesulitan bernafas
nafas meningkat 3. Mengi menurun (skala 3. Auskultasi suara nafas
5) wheezing menurun 4. Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
( skala 5) 5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
4. Frekuensi pernafasan (clapping / fibrating)
membaik ( skala 5)/ 6. Ajarkan melakukan batuk efektif
(16-20x/menit) 7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan
5. Pola nafas membaik perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
( skala 5 8. Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
6. Tidak ada penggunaan 9. Kolaborasi pemberian antibiotic moxifloxacin 1x
otot bantu napas (tidak

32
33

adanya retraksi 400 mg


dinding dada) 10. Kolaborasi pemberian antimukolitik NAC drip 1x 1
2. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Porsi makan yang Manajemen Nutrisi
Peningkatan intervensi selama dihabiskan meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan 2x24 jam, maka skala 5 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makan
metabolisme status nutrisi 2. IMT membaik skala 3. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Frekuensi makan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
membaik skala 5 6. Monitor asupan makanan
4. Pengetahuan tentang 7. Monitor berat badan
pilihan makanan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
yang sehat meningkat 9. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
skala 5 sesuai
5. makan membaik 10. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
skala 5 11. Berikan suplemen makanan, jika perlu neurobion
6. Nafsu makan 1x1 amp
membaik skala 5 12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

33
34

OMZ 2x 40 mg
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Diit bubur kasar 2100kkal extra susu 3x100 cc
35

Implementasi Keperawatan

Jam No. Dx Implementasi Paraf Evaluasi Paraf


Senin, 05 April 2021 34
08.00 1 1. Observasi kecepatan, irama, kedalaman Dx No. 1
dan kesulitan bernafas S:
R/ nafas spontan, RR 26x/mnt, Pasien mengatakan sesak berkurang dan
2. Mengauskultasi1suara nafas dahak bisa keluar
R/ ronchi +/+, wheezing O:
1 3. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi TD: 160/90 mmhg N:80x/mnt
makan serta makanan kesukaan pasien S:36,5’C RR: 24x/mnt
R: pasien tidak memiliki alergi Sputum bisa keluar warna kuning
makanan ataupun obat, pasien ingin Ronchi +/+
makan bubur kasar Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
2 4. Memposisikan semi fowler, atau posisi Pasien bisa batuk efektif
fowler dan mengajarkan batuk efektif A:
R/ pasien duduk posisi semifowler, Masalah teratasi sebagian
pasien bisa batuk efektif dan keluar P:
sputum warna kuning Intervensi dilanjutkan 1,3,4, 5,8,9, 10

35
36

09.00 1, 2 5. Konsul gizi


R: pasien mendapat bubur kasar 2100 Dx No. 2
kkal, ekstra susu 3x 200 cc S:
1,2 6. Obeservasi TTV dan Ku Keluarga pasien mengatakan pasien masih
lemes, nafsu makan menurun
R/ TD: 160/80 mmhg, N 90 x/mnt s
37’C, RR 25x/mnt
O:
09.00 1 7. Kolaborasi pemberian antimukolitik  BB: 69 kg
11.00 NAC drip 1x 1
 Pasien makan habis 5 sdm
8. Mengatur aliran oksigen
 Mual-
R/ pasien mendapat oksigen 6 lpm
 IMT 70 Kg
( masker)
 Pasien makan bubur kasar 2100k kal
9. Kolaborasi pemberian antibiotic dan
 Susu 100 cc habis
OMZ 40 mg, moxifloxacin 1x 400 mg

16.00 1 10. Memonitor berat badan


A: masalah teratasi sebagian
R/ BB 69kg
P: lanjutkan intervensi 6,7, 8, 11, 12,13,
16.00 2 11. majikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
R/ saat makanan disajikan hangat dan

36
37

meminta pasien untuk segera memakan


12. Memerikan suplemen makanan
18.00 2 R/ neurobion 1 amp
13. Observasi TTV dan KU

R/ TD: 160/80 mmhg, N 90 x/mnt s


37’C, RR 24x/mnt, saturasi 98%

14. Memberikan posisi semifowler

19.00 1, 2 R/ pasien posisi semifowler


15. Mengatur aliran oksigen

20.00 1 R/ oksigen masker 6 lpm


16. Observasi TTV dan KU

24.00 1 R/TD: 160/80 mmhg, N 90 x/mnt s


37’C, RR 24x/mnt, saturasi 98%

37
38

7.4.2020 08.00 1. Memonitor status pernafasan dan Dx No. 1


respirasi dan auskultasi suara nafas S:
R: nafas spontan RR 24x/mnt +/- Pasien mengatakan sesak berkurang dan
2. Memberikan posisi semi fowler, atau dahak bisa keluar
posisi fowler O:
R: pasien posisi semifowler TD: 140/70 mmhg N:80x/mnt
3. Melakukan fisioterapi clapping / S:36,’C RR: 24x/mnt
fibrating Sputum bisa keluar warna kuning
R: claping +, pasien batuk efektif dan Ronchi +/-
dahak keluar warna kuning Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
4. Memberikan O2 nasal 3 lpm Pasien bisa batuk efektif
R: pasien memakai oksigen nasal 3 lpm A:
5. Observasi TTV dan KU Masalah teratasi sebagian
R: TD 150/70 mmhg, N: 80x/mnt, S: P:
36’ C, Intervensi dilanjutkan 1,3,4, 5,8,9, 10
11.00 6. Memberi injeksi moxifloxacin 400 mg,
OMZ 40mg Dx No. 2
R; in jeksi sudah masuk S:
7. Memberikan injeksi NAC drip 1x 1 pasien mengatakan lemes berkurang, nafsu

38
39

R: NAC masuk makan mulai meningkat


16.00 8. Memonitor asupan makanan O:
R: pasien makan ½ P, susu 100 cc habis  BB: 69 kg
16.00 9. Monitor berat badan  Pasien makan habis ½ P
R: BB 69 kg  Mual-
18.00 10. Memberikan injeksi neurobion 1x1  IMT 70 Kg
amp
 Pasien makan bubur kasar 2100k kal
18.00 11. Observasi TTV dan KU
 Susu 100 cc habis
R: TD 140/70 mmhg, N: 80x/mnt, S:
36’ C,
A: masalah teratasi sebagian
20.00 12. Observasi TTV dan KU
P: lanjutkan intervensi 6,7, 8, 11, 12,13,
R: TD 140/70 mmhg, N: 80x/mnt, S:
36’ C,
24.00 13. Mengatur aliran oksigen nasal 3 lpm
R: terpasang oksigen nasal 3 lpm
05.00 14. Observasi TTV dan KU
R: TD 140/70 mmhg, N: 80x/mnt, S:
36’ C,

39
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan Pneumonia di RSUD

Bhakti Dharma Husada Surabaya Surabaya, maka penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam

meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

5.1 Kesimpulan

Dari hasiluraian yang telah menguraikan tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan pneumionia, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai:

1. Pada saat pengkajian di dapatkan bahwa pneumonia gejala yang ditimbulkan

pada pasien adalahsesak nafas dan mual muntah. Gejala tersebut disebabkan

karena hipersekresi pada jalan nafas yang dikarenakan bakteri penyebab

pneumonia

2. Pada pasien pneumonia akan mengalami suatu masalah yang dinamakan

diagnose keperawatan antara lain: ketidakefektifan jalqn nafas dan defoisit

nutrisi

3. Perencanaan disesuaikan dengan diagnose keperawatan yang ditemukan.

Pada pembuatan perencanaan ditentukan terlebih dahulu tujuan dan kriteria

hasil dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.


41

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan selama 5 hari. Tindakan

keperawatan meliputi tindakan dependen, independen dan interdependen.

Prioritas penanganan pada pasien dengan pneumonia ini adalah

ketidakefektifan jalan nafas 40

5. Pada evaluasi didapatkan semua diagnose keperawatan teratasi sebagian.

6. Pendokumentasian dilaksanakan setiap pergantian shift dengan cara

pendelegasian. Catatan perkembangan dilakukan secara formatif dan sumatif

dengan model pendokumentasian tiap diagnosa.

5.2 Saran

1. Bagi Ruangan

Pendidikan dan pengetahuan secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik

secara formal maupun informal khususnya pengetahuan yang berhubungan

dengan keperawatan pasien dengan harapan perawat mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang terbaik yang sesuai dengan kode etik keperawatan

dan standart operasional prosedur.

2. Bagi penulis lain

Penulis lain mampu melakukan asuhan keperawatan dengan lebih akurat

khususnya dalam pembuatan asuhan keperawtan pada pasien dengan

pneiumonia
42
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabet J. (2014). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC, Jakarta

Nanda, 2015; Nuarif & Kusuma, 2015; Smeltzer & Suzanne, 2002

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:

MediAction.

PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Edisi : 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Edisi : 1 : Jakarta : DPP PPNI

43

Anda mungkin juga menyukai