Materi Inisiasi 3 Evolusi
Materi Inisiasi 3 Evolusi
Kemunculan suatu organisme dapat terjadi karena adanya relung baru atau relung yang
ditinggalkan. Selain itu ada sejumlah persyaratan yang diperlukan yang mendukung terbentuknya
suatu jenis baru.
Teori evolusi menjelaskan bahwa evolusi adalah perubahan bertahap suatu organisme sejalan
dengan waktu. Pada dasarnya, proses evolusi adalah perubahan frekuensi alel dari suatu populasi.
Dengan demikian, semua organisme berevolusi dari waktu ke waktu. Konsep teori evolusi
menerangkan bahwa suatu organisme berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tekanan seleksi
alam, sehingga suatu organisme tetap berada dalam kondisi yang cocok dengan lingkungannya.
Bahan dasar evolusi adalah keanekaragaman. Keanekaragaman merupakan faktor utama terjadinya
proses evolusi. Individu dalam suatu spesies tidak semua sama. Adanya individu yang lemah, dan
adanya individu yang kuat memungkinkan proses seleksi alam berjalan. Hasil seleksi alam pada
keanekaragaman individu menyebabkan timbulnya evolusi. Kenekaragamanlah yang menjadi bahan
dasar proses evolusi.
Kemunculan organisme merupakan proses yang sangat sulit. Hal ini ditunjukkan oleh lamanya bumi
ini kosong. Organisme banyak yang muncul tetapi banyak juga yang punah merupakan indikator
rumitnya proses kemunculan dan kepunahan. Kepunahan suatu kelompok merupakan kehilangan,
tetapi juga merupakan suatu keuntungan bagi kelompok lainnya. Adanya kepunahan memberikan
kesempatan pada kelompok yang sebelumnya tertekan perkembangannya untuk dapat berevolusi.
Berkembangnya suatu kelompok organisme, selain disebabkan kepunahan kelompok lain, juga
disebabkan terbentuknya habitat baru. Berhasilnya suatu kelompok organisme untuk berkembang
dikenal dengan istilah radiasi adaptasi.Pada proses kepunahan, faktor predator dan pesaing akan
berkurang dengan drastis. Hal ini menyebabkan variasi yang sebenarnya kurang menguntungkan
muncul tanpa gangguan. Jadi, radiasi adaptasi hanya mungkin terjadi setelah kepunahan masal.
Selain itu, parameter lain yang diperlukan adalah keanekaragaman. Kelompok yang
keanekaragamannya rendah tidak mungkin dapat melakukan radiasi adaptasi. Organisme yang
termasuk sukses dalam radiasi adaptasi adalah: 1. reptilia, termasuk dinosaurus akibat adanya
daratan yang masih kosong 2. kuda, akibat dari berkurangnya hutan dan terbentuknya padang
rumput 3. mamalia, akibat dari musnahnya dinosaurus 4. angiospermae, akibat dari evolusi yang
memungkinkan kehidupan di daratan. Contoh hasil radiasi adaptasi adalah kasus hipertelisme atau
hypermorphosis. Hipertelisme adalah keadaan yang mengakomodasi suatu struktur yang biasanya
tidak banyak manfaatnya dan bahkan mengganggu. Contoh hipertelisme yang banyak digunakan
adalah kasus rusa jantan Megaloceros giganteus yang mempunyai tanduk yang luar biasa
besarnya, sehingga rusa sukar untuk bergerak. Dalam keadaan umum, rusa jantan yang demikian
akan sulit sekali melindungi diri apabila diserang oleh musuh, apalagi kalau di dalam hutan, akan
mudah terkait di antara pohon-pohonan.
Dalam mengatasi predator terdapat tendensi/kecenderungan dari suatu organisme untuk tumbuh
lebih besar dan lebih kuat. Sebagai contoh, manusia pada awal abad ke-19 berukuran rata-rata 155
cm, namun saat ini sudah berkisar antara 160-170 cm. Namun, disisi lain, organisme yang biasanya
besar cenderung menjadi kecil. Sebagai contoh, gajah purba, kuda nil yang ditemukan di pulau-
pulau kecil berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan populasi dari Asia atau Eropa daratan.
Apakah kecenderungan memang ada? Apabila kecenderungan merupakan aspek pokok dari
evolusi, maka evolusi mempunyai tujuan akhir. Adanya organisme kerdil tidak dapat diabaikan
bahwa evolusi juga bekerja ke arah yang lebih kecil. Dengan demikian, hingga kini para ahli
menolak bahwa kecenderungan merupakan aspek yang penting dalam evolusi. Kalau organisme
kecil menjadi besar pada umumnya dikaitkan dengan ada tidaknya predator. Di pulau, organisme
kecil tidak banyak mendapat keuntungan dari absennya predator. Jadi, mempunyai tubuh lebih
besar tidak akan menimbulkan gangguan. Di daratan, ukuran besar menyebabkan pergerakan
menjadi lebih lambat dan mudah dimangsa oleh predator. Organisme besar di suatu pulau kecil,
terutama karnivora akan dapat menghabiskan sumber daya yang tersedia. Apabila ukurannya lebih
kecil, maka sumber daya akan tetap mencukupi kehidupannya. Dengan demikian, suatu organisme
mengatur strategi untuk dapat tetap hidup.
Evolusi seks sering menjadi bahan yang cukup menarik dari segi evolusi. Seks adalah penyatuan
materi genetik dari suatu organisme. Seks menyangkut tiga hal yaitu: hidup, tumbuh, dan
berkembang biak. Seks dapat menyangkut satu sampai pada beberapa individu, misalnya
monoseksual: antara satu individu, biasanya pada tumbuhan. Atau dalam banyak kasus kita kenal
dengan autofekundasi.
1. diseksual: menyangkut dua individu. Pada Paramaecium terjadi antara dua individu tanpa
pembedaan antara jantan dan betina, tetapi dapat juga terjadi pada dua jenis kelamin yang
berbeda. Pada prokariot dapat terjadi dari dua jenis prokariot yang berbeda. Dalam kategori ini
dapat juga kita masukkan proses adopsi gen oleh mikroorganisme, atau infeksi oleh virus atau
mikroba dan proses lisogeni.
2. paraseksual: melibatkan lebih dari dua individu. terjadi pada Acrasia, Dictyostelium Serratia, dan
Volvox. Biasanya ada sejumlah individu yang bergabung dan kemudian membentuk alat
reproduksi.
Kecepatan Evolusi
Kecepatan evolusi dapat diukur sebagai besarnya perubahan pada suatu organisme sejalan dengan
waktu. Aspek yang diukur dapat sangat bervariasi sesuai dengan kelompok organisme yang
dipelajari. Salah satu aspek yang dianggap ideal adalah perubahan genetik suatu populasi sejalan
dengan waktu. Cara untuk menghitung kecepatan evolusi adalah dengan membandingkan berapa
banyak perbedaan yang ada antara dua spesies. Banyaknya substitusi dibagi dengan waktu
divergensi. Jadi kalau waktu katak berevolusi sejak 360 juta tahun dan manusia 5 juta tahun yang
lalu, jumlah substitusi kita bagi dengan 360-5 juta atau 355 juta tahun adalah waktu divergensi.
Harus diingat bahwa cara penghitungan yang dilakukan para ahli tidak tepat, karena mengasumsi
bahwa evolusi katak berhenti 360 tahun yang lalu. Hanya hingga kini, cara penghitungan ini masih
tetap dipakai. Evolusi genom telah lama diketahui bahwa jumlah DNA yang dimiliki eukariot tidak
sebanding dengan jumlah gen yang ada. Pada manusia, sejak sel gamet bertemu dan membentuk
sigot hingga kita meninggal, terdapat sekitar 30.000 protein yang dibentuk. Oleh karena itu, jumlah
gen yang dibutuhkan hanya sekitar 50.000. Menurut perhitungan dari analisis DNA dan kromosom
manusia, terdapat paling banyak sekitar 100.000 gen. Sedangkan jumlah DNA yang kita miliki dapat
menampung sekitar 5 juta gen. Banyaknya DNA pada dasarnya berbanding lurus dengan
kompleksitas suatu organisme, jumlah DNA yang tertinggi bahkan dimiliki oleh sejumlah ikan
berparu-paru, kebanyakan amfibia, terutama Salamander yang jumlah DNA-nya jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah DNA manusia. Jumlah DNA terbesar dimiliki oleh Protozoa, ganggang
biru, dan Angiospermae. Tingginya jumlah DNA pada eukariot merupakan paradoks karena jumlah
DNA yang mempunyai fungsi hanyalah sekitar 5% saja.