Oleh :
MARGARETA MIRANDA
NISN 0047545810
Oleh :
MARGARETA MIRANDA
NISN 0047545810
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji
Etriwiyanty, S.Pd
NIP.
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
bimbingannya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “DAMPAK
NOMOPHOBIA BAGI REMAJA” ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menempuh Pendidikan tingkat
menengah atas di SMA Negeri 2 Sendawar.
Dengan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang Sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada :
1. Bapak Fardinandus Erikson, S.Fil selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Sendawar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan sekolah menegah atas(SMA) di SMAN 2 Sendawar.
2. Ibu Saema Ertima P. S.Pd selaku pembimbing yang telah membantu mengarahkan
penulis selama proses berjalannya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Adiyanto, S.Pd selaku wali kelas yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ayah, ibu, kakak, adik, dan segenap keluarga yang penulis sayangi dan cintai dengan
kesungguhan selalu memberikan dukungan doa dan materi selama menempuh
Pendidikan.
5. Teman-teman seperjuangan di SMA Negeri 2 Sendawar yang selalu memberikan
dukungan dan doa bagi penulis.
Semoga Tuhan YME membalas budi semua pihak yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Tetapi penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................................4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja dewasa ini dengan aktivitas yang cukup padat hampir tidak dapat di pisahkan dari
handphone atau smartphone, remaja mengakses internet menggunakan smartphone yang
merupakan perangkat lunak web untuk menemukan sejumlah informasi yang dianggap
penting. Kecanduan internet dapat menggangu kesejahteraan psikologis, interaksi teman,
keluarga dan prestasi akademik menurut Rona Wulandari, 2018 (Young ,1996). Pada remaja,
prestasi akademik yang terggangu dapat disebabkan karena kemalasan yang timbul akibat
lamanya penggunaan internet, dampak yang lebih jauhnya adalah kurangnya kepekaan
terhadap lingkungan.
Di Indonesia pengguna smartphone tertinggi pada usia 18-25 tahun yaitu,sekitar 85% orang
yang mengakses internet di daerah rural maupun urban (APJII & PusKom, 2014). Sementara
persentase remaja pengguna gadget di Pekanbaru sebesar 73,6% (Rona Wulandari, 2018),
(Wijaya, 2015).
Penggunaan smartphone yang berlebihan ini terkait dengan gejala depresi, kecemasan
interpersonal, kontrol diri yang tidak baik dan rendahnya harga diri (Chandak, Singh, Faye,
Gawande, Takde, Kirpekar, ddk, 2017). Akibatnya menimbulkan pengaruh buruk pada
remaja seperti kemerosotan moral, Tindakan menyimpang, dan perubahan interaksi (Ngafifi,
2014), hal ini dapat terlihat Ketika sekelompok remaja duduk bersantai atau sekedar bercerita
tetapi merasa khawatir bila tidak dapat memantau smartphone, sekedar mengecek notifikasi,
bahkan sampai mengabaikan teman bicaranya demi memprioritaskan smartphone.
Remaja yang kecanduan internet akan merasa sangat ketergantungan pada smartphone,
sehingga dapat memunculkan fenomena akibat dari kencanduan internet yaitu nomophobia
(no-mobile-phone-phobia) yang merupakan ketidaknyamanan atau kecemasan yang
berlebihan disebabkan karena tidak berada dekat dengan alat komunikasi dan tidak dapat
terhubung dengan internet (Rona Wulandari, 2018),(Securenvory, 2012). Nomophobia
dianggap sebagai gangguan masyarakat kontemporer yang mengacu pada ketidaknyaman,
kegelisahan dan kegugupan yang disebabkan oleh tidak terhubungnya ke dalam koneksi
ponsel atau komputer (Rona Wulandari,2018), (Bragazzi & Puente, 2014).
Gejala fisik yang ditampakkan oleh seseorang yang nomophobia, seperti rasa gelisah,
gemetar, keringat, perubahan pernafasan, depresi, panik dan ketakutan. Gejala emosi yang
ditunjukan seperti disorientasi , kerergantungan, penolakan, redahnya harga diri, kesepian dan
ketidakamanan (Rona Wulandari,2018),(King, Valenca, Sancassiani, Machado & Nardi,
2014).
Penelitian yang dilalukan oleh Pavithra,Madhukumar & Mahadeva (2015) dengan subjek
penelitian dari 200 siswa yang terdiri dari 47,5% perempuan dan 52,5% laki-lak. Mayoritas
(74%) dari siswa menghabiskan 300-500 Rupee per bulan untuk mengisi ulang ponselnya.
Sekitar 23% siswa merasa mereka kehilangan konsentrasi dan menjadi stres ketika mereka
jauh dari ponsel. 79(39,5%) siswa mengidap Nomophobia di penelitian ini dan 27% berada
pada resiko mengembangknya nomophobia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah untuk
melihat dampak dan kencederungan nomophobia pada remaja.
D. Manfaat Penulisan
1. Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
penting bagi masyarakat umum terutama bagi remaja dan pelajar agar dapat
mengurangi penggunaan smartphone sehingga tidak mengalami nomophobia.
2. Sebagai salah satu sumber informasi untuk Sekolah yang dapat dijadikan salah satu
sumber acuan ataupun edukasi untuk mencegah terjadinya nomophobia, terutama di
SMA Negeri 2 Sendawar.
3. Untuk penulis agar menambah wawasan, pengetahuan, referensi dan pengembangan
khususnya dalam bidang psikologis klinis yang berkaitan dengan nomophobia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. NOMOPHOBIA
1. PENGERTIAN
Nomophobia pertama kali diteliti pada tahun 2008 oleh post office di United Kingdom yang
menyelidiki tentang kecemasan penderita pengguna smartphone (TRP Lestari, 2017), (Secure
envoy, 2012). Smartphone merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan
tingkat tinggi dan memiliki fungsi yang menyerupai komputer (TRP Lestari, 2017),(Sari,
2016). Merujuk pada orang-orang yang mengalami nomophobia ada dua istilahsehari-hari
yang dapat digunakan yaitu nomophobe dan nomophobic. Nomophobemerupakan kata benda
dan mengacu pada seseorang yang menderita nomophobia. Sedangkan nomophobic adalah
kata sifat yang mengambarkan karakteristik nomophobe atau perilaku yang berhubungan
dengan nomophobia(TRP Lestari, 2017), (Yildirim, 2014).
Beberapa ahli mendefinisikan nomophobia diantaranya adalah(TRP Lestari, 2017), Yildirim
(2014) yang berpendapat bahwa nomophobia merupakan rasa takut berada diluar kontak
ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek samping dari interaksi antara
manusia, teknologi informasi dan komunikasi khususnya smartphone(TRP Lestari, 2017),
(Yildirim,2014). Nomophobia secara harafiah adalah “no mobile phone” yang merupakan
ketakutan berada jauh dari smartphone. Jika seseorang berada dalam suatu area yang tidak
ada jaringan, kekurangan saldo atau bahkan lebih buruknya kehabisan baterai, orang tersebut
akan merasa cemas, yang memberikan efek merugikan sehingga memengaruhi tingkat
konsentrasi seseorang. Penggunaan smartphone yang terus menerus dapat menyebabkan
perubahan dari smartphone yang hanya sekedar simbol menjadi sebuah kebutuhan dimana
smartphone menyediakan berbagai fitur seperti diari pribadi, email, kalkulator, video game
player, kamera, dan pemutar musik(TRP Lestari, 2017),(Yildirim 2014).
(RP Lestari, 2017),King (2013) menjelaskan bahwa nomophobia bukan hanya mencakup
ponsel tapi juga komputer, dalam penelitiannya nomophobia didefinisikan sebagai ketakutan
dunia modern yang digunakan untuk menguraikan ketidaknyamanan atau kecemasan yang
diakibatkan oleh tidak tersedianya smartphone, komputer atau perangkat komunikasi maya
lainnya.Berbagai kemampuan smartphone memfasilitasi komunikasi instan, membantu orang
tetap terhubung disetiap saat dan menyediakan akses langsung ke informasi sehingga orang-
orang menjadi lebih tergantung terhadap smartphone dan semakin menambah perasaan cemas
ketika berada jauh dari smartphone(TRP Lestari, 2017),(Part dalam Yildirim, 2014).(TRP
Lestari, 2017),King (2014) mendefinisikan nomophobia sebagai ketakutan zaman modern
yang membuat seseorang cemas karena tidak bisa berkomunikasi melalui smartphone. Kata
nomophobia berasal dari Inggris dan merupakan singkatan dari “No Mobile Phone”, yang
menunjukan fobia atau ketakutan berada jauh dari smartphone. Nomophobia adalah sebuah
istilah yang mengacu pada kebiasaan atau gejala yang berhubungan dengan pengguna
smartphone. Menurut Pavithra, Madhukumar &Murthy (2015),(TRP Lestari, 2017)
nomophobia adalah rasa
takut berada diluar kontak ponsel yang mengacu pada ketidaknyamanan,kegelisahan, gugup
atau kesedihan yang disebabkan karena tidak terhubungkan dengan smartphone.(TRP Lestari,
2017), Hardianti (2016) menjelaskahn bahwa nomophobia merupakan suatu penyakit yang
dialami individu terhadap smartphone, sehingga bisa
mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika smartphone tidak ada didekatnya.Menurut
Wardanai (2016),(TRP Lestari,2017) nomophobia adalah jenis fobia yang ditandai ketakutan
berlebihan jika seseorang kehilangan smartphone. Orang yang menderita nomophobia hidup
dalam kekhawatiran dan selalu was-was dalam meletakkan smartphone, sehingga selalu
membawanya kemanapun pergi.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah peneliti paparkan dari
beberapa ahli diatas maka, disimpulkan bahwa nomophobia adalah sebagai rasa takut
berada diluar kontak ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek
samping dari interaksi antara manusia, teknologi informasi dan komunikasi
khususnya smartphone(TRP Lestari, 2017), (Yildirim, 2014).
1. Pengertian
Menurut Coopersmith (1967),(TRP Lestari,2017) harga diri merupakan suatu bentuk
evaluasi diri dimana individu dapat menghargai dirinya sendiri. Hal ini mengandung arti
bagaimana individu dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami
Coopersmith mengatakan bahwa harga diri juga diartikan sebagai bentuk penilaian diri
sendiri yang ditunjukan dalam perilaku individu. Menurut Baron & Byrne (2004),(TRP
Lestari, 2017) harga diri adalah sikapindividu terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
negatif sampai positifatau rendah sampai tinggi. Ghufron & Risnawita(2016),(TRP Lestari,
2017) menggemukan bahwa harga diri merupakan aspek penting dalam kepribadian. Harga
salah satu factor yang memengaruhi prilaku seseorang, setiap orang pasti menginginkan
pengahargaan positif terhadap dirinya. Pengahargaan positif akan membuat seseorang merasa
bahwa dirinya berharga, berhasil dan berguna bagi orang lain, meskiupun dirinya memiliki
kelemahan atau kekurangan baik secara fisik maupun psiki. Setiawan(2005),(TRP Lestari,
2017) menyatakan bahwa harga diri merupakan tingkat individu terhadap kepuasan dirinya,
menerima drinya, menghargai dirinya, dan mencintai dirinya, sehingga dapat dikatakan
bahwa harga diri merupakan tingkat kebanggaan individu terhadap dirinya sendiri.
1. Pengertian Nomophobia
Menurut studi yang diterbitkan pada Indian Journal of Psychiatry, nomophobia atau no
mobile phone phobia (NMP) adalah jenis gangguan kecemasan akibat tidak memegang
ponsel.
Layaknya seperti pecandu, orang dengan kondisi ini tidak dapat melepas ponsel kapan dan
di mana pun. Saat ponsel tidak dalam genggaman penderitanya, mereka akan merasakan
ketakutan yang kuat, sehingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Beberapa penelitian menunjukkan hampir 53% orang Inggris merasakan hal tersebut, ketika
mereka tidak memegang ponsel, baterai ponsel habis, atau ketika tidak mendapatkan sinyal
untuk mengakses ponsel maupun internet. Kecemasan tidak memegang ponsel memang tidak
tercantum dalam panduan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).
Namun, ahli kesehatan menyebutkan bahwa kondisi ini termasuk dalam penyakit mental,
khususnya kecanduan terhadap smarthphone.
Sama seperti fobia lain, kecemasan karena tidak memegang ponsel dapat menimbulkan
gejala fisik dan emosional. Ditinjau secara medis nomophobia memiliki gejala sebagai
berikut:
Cf
1. Gejala Emosional
Khawatir, takut, dan panik ketika ponsel tidak dalam genggamannya atau ponsel ada
dalam genggaman tapi tidak bisa mengaksesnya.
Cemas dan gelisah ketika Anda perlu menaruh ponsel atau menghadapi situasi yang
tidak memungkinkan penderitanya menggunakan ponsel sementara waktu.
2. Gejala Fisik
Terasa sesak di dada
Kesulitan untuk bernapas secara normal.
Tubuh gemetar dan berkeringat
Kepala terasa pusing dan muncul perasaan ingin pingsan
Detak jantung menjadi lebih cepat
Selain beberapa gejala di atas, beberapa contoh prilaku yang menujukan kencanduan gadget
terutama ponsel yang biasanya terjadi bersamaan dengan nomophobia dan tanpa disadari
terjadi di kehidupan sehari-hari yaitu seperti membawa ponsel ke kamar tidur bahkan ke
toilet,memeriksa ponsel terus-menerus,bahkan beberapa kali dalam satu jam untuk
memastikan Anda tidak melewatkan berbagai informasi .
Kecemasan karena tidak memegang atau tidak dapat mengakses ponsel dianggap sebagai
fobia modern. Dengan kata lain, kemungkinan besar penyebab dari nomophobia ini adalah
akibat kecanduan ponsel yang sekarang semakin canggih. Terlebih, ponsel sekarang ini
memiliki fungsi serbaguna dan bisa mengakses informasi apa pun yang dibutuhkan
seseorang. Kecemasan ketika ponsel tidak dalam genggaman atau tidak bisa diakses juga
timbul karena rasa takut terisolasi, ketinggalan berita, atau ketakutan karena tidak bisa
menghubungi orang-orang yang dicintai. Kondisi tersebut bisa menimbulkan rasa kesepian
dan karena tidak ingin mengalami kesepian, ponsel harus selalu ada dalam jangkauan.Pada
kasus yang jarang, pengalaman traumatis terkait ponsel juga bisa menjadi penyebab
nomophobia. Sebagai contoh, Anda berada di situasi yang mengancam jiwa dan saat itu tidak
ada ponsel atau tidak bisa mengakses ponsel untuk meminta bantuan terdekat. Dengan
pengalaman ini, Anda akan selalu memastikan ponsel selalu di dekat Anda.
2. Apa hubungan antara Nomophobia dan harga diri remaja
Rata-rata anak muda pada zaman ini sudah tidak asing lagi dengan gadget, semua sudah
melek dengan teknologi. Seseorang bisa bekerja dengan gadget mereka sendiri, namun
dengan pertimbangan mereka harus dapat menjaga keseimbangan kerja dengan kehidupan
pribadi, Contohnya dengan hanya menggunakan gadget untuk sekedar menjadi media yang
membantu proses dalam pekerjaan agar mudah dilakukan.
Adanya teknologi canggih seperti gadget yang mempermudah seseorang dalam mengakses
informasi dan komunikasi membuat Sebagian orang menjadi ketergantungan terhadap gadget,
muncul nya fenomena dimana manusia zaman sekarang telah menjadi budak dari semua
teknologi yang ada, berdasarkan survey yang telah dilakukan Secure Envoy, sebuah
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam password digital, yang melakukan survey
terhadap 1.000 orang di inggris menyimpulkan bahwa manusia terutama di kalangan remaja
masa kini mengalami nomophobia.
Nomophobia yang terjadi pada individu menimbulkan munculnya dampak negatif, seperti
berkurangnya komunikasi secara langsung antar manusia karena masyarakyat akan lebih
memilih untuk berkomunikasi melalui jejaring sosial yang ada melalui kemudahan yang
ditawarkan. Dampak lain nya juga yang terlihat adalah gangguan tidur, perubahan mood,
menggangu aktivitasi sehari-hari serta kehilangan konsentrasi.
Dampak dari nomophobia akan banyak dirasakan oleh diri remaja sendiri misal, merusak diri
dan menimbulkan agresi, dan merusak komunikasi secara langsung dan juga pada banyak
orang misal, munculnya rasa tidak nyaman oleh orang yang berada didekat
penderita nomophobia.
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.
Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya, anak
dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai
seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.
Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang
dirinya sendiri(Potter & perry, 2010), perkembangan dan pengelolaan tentang konsep diri ini
terjadi mulai pada usia muda dan akan terus berlangsung sepanjang masa kehidupan,sampai
seseorang tersebut dapat mengondisikan dan menjaga keseimbangan kehidupannya. Konsep
diri juga termasuk perpepsi mengenali diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun
psikologis, yang dapat diperoleh diri sendiri melalui pengalaman individu maupun dalam
interaksinya dengan orang lain yang berada di lingkungannya. Dibutuhkan konsep diri yang
positif untuk mengurangi kencenderungan perilaku nomophobia yang tinggi, karena konsep
diri yang negatif mampu memicu kencenderungan perilaku nomophobia, ada beberapa
dampak negatif yang berpengaruh pada karakteristik seseorang yang kecenderungan
nomophobia.
Saat ini, kebanyakan orang berfikir bahwa ketergantungan terhadap smartphone bukanlah
permasalahan yang serius. Padahal ada beberapa efek yang cukup berbahaya yang dapat
ditimbulkan oleh nomophobia. Ada lima efek negatif dari kencenderugan Nomophobia yaitu:
1. Stres
Penderita nomophobia memiliki kecenderungan terhadap tingkat stres yang tinggi.
Tingkat stres inilah yang kemudian menjadikan tingkat emosional orang tersebut
menjadi tidak stabil.
2. Kurang Fokus
Penderita nomophobia akan memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan
smartphone-nya. Hal inilah yang menyebabkan pikiran orang tersebut akan selalu
fokus dengan smartphone-nya, meskipun dia sedang melakukan aktivitas lain.
Ketidakfokusan ini akan menjadi fatal apabila orang tersebut sedang melakukan
aktivitas berbahaya seperti berkendara, mengoperasikan alat berat, dan lain
sebagainya.
4. Insomnia
Salah satu efek stres yang diakibatkan oleh nomophobia dapat diekspresikan dalam
bentuk gejala insomnia. Rasa tidak mau berpisah dengan smartphone pada malam hari
kemudian memberi sugesti pada otak agar terus menerus menggunakannya sehingga
mengusir rasa kantuk. Penderita nomophobia biasanya tidak bisa jauh dari
smartphone ketika beranjak tidur.
5. Kurang produktif
Terlalu sering menggunakan smartphone saat bekerja dapat berpotensi menggangu
konsentrasi dalam beraktivitas. Tentunya konsentrasi akan terbagi antara aktivitas
dengan aplikasi atau fitur pada smartphone
Mengunakan telepon genggam atau gadget secara berlebihan juga dapat mempengaruhi
gangguan kesehatan, sejumlah gangguan kesehatan yang di temui seperti gangguan tulang
belakang akibat adanya tekanan pada tengkuk ketika menatap layar ponsel dalam waktu
lama. Rasa kaku atau mati rasa pada siku (cubital tunnel syndrome) juga biasa ditemui akibat
terlalu lama melakukan atau menerima panggilan telepon.
Selain itu, mata yang tegang sehingga mengakibatkan sakit kepala juga sering terjadi.
Pendengaran bisa juga bermasalah sebagai akibat mendengarkan musik terlalu lama dengan
volume kencang.
Yang jarang terdengar namun bisa juga terjadi adalah cedera jempol (radang sendi ibu jari)
akibat sering menulis di layar ponsel cerdas. Jika hal ini dibiarkan, bisa menyebabkan
tendonitis yaitu rasa ngilu terus menerus.
Bahkan sperma pria pun bisa terganggu. Hal itu akibat penggunaan Wifi lebih dari empat
jam sehingga radiasi elektromagnetik berpengaruh terhadap jumlah sperma (menurut sebuah
penelitian di tahun 2011).
Seperti diketahui, saat ini keberadaan ponsel pintar memang menjadi kebutuhan tersendiri
bagi setiap orang. Melalui teknologi komunikasi ini, seseorang dapat mengirim pesan atau
melakukan panggilan pada orang lain dengan jarak jauh. Sehingga kini, jarak tidak lagi
menjadi kendala komunikasi yang berarti.
Bukan hanya sebagai alat komunikasi, saat ini ponsel pintar semakin lama menjadi teman
yang selalu dibawa dan menemani di mana pun pemiliknya berada. Bahkan, orang-orang kini
sering kali menghabiskan waktu berinteraksi dengan ponsel pintar dibandingkan mengobrol
dengan teman atau keluarga saat berkumpul bersama. Perlahan, kondisi ini semakin
dilakukan dan menjadi budaya di masyarakat.
Lebih lanjut, budaya ini justru memberikan efek buruk bagi masyarakat. Di mana
masyarakat akan semakin sulit jauh dari ponsel pribadinya. Bahkan pada sebagian orang,
akan merasa kurang lengkap hingga takut jika harus berjauhan dengan ponsel. Meskipun
hanya meninggalkan ponsel dalam waktu sebentar, orang tersebut bisa mengalami perasaan
gelisah yang tidak dapat dijelaskan.
Meletakkan ponsel di luar kamar dan tidak mengaksesnya menjelang waktu tidur agar
bisa mendapatkan kualitas tidur yang baik dan cukup.
Jika tidak bisa meletakkan ponsel di luar kamar, gunakan batasan waktu yang tepat
seperti beberapa jam sebelum waktu tidur.
Matikan notifikasi atau data internet supaya tidak dapat menerima panggilan yang
dapat mengganggu upaya Anda membatasi penggunaan ponsel pintar.
Pertimbangkan pilihan jeda atau puasa media sosial selama beberapa waktu untuk
bisa mendapatkan manfaat kesehatan mental yang lebih baik.
2. Memberi perhatian lebih besar pada kehidupan nyata dibandingkan kehidupan maya
Sebagian orang seringkali terjebak dengan kehidupan maya hingga mengabaikan
orang-orang di sekitarnya.
Hal ini dapat berdampak buruk misalnya jika sedang berada dalam pertemuan atau
obrolan dengan orang lain.
A. KESIMPULAN
B. Saran
(RonaWulandari,2018) http://epository.uinsuska.ac.id/13710/6/6.%20BAB
%20I_2018101PSI.pdf