Anda di halaman 1dari 22

DAMPAK NOMOPHOBIA BAGI REMAJA

SEKOLAH MENEGAH ATAS


NEGERI 2 SENDAWAR

Oleh :
MARGARETA MIRANDA
NISN 0047545810

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 SENDAWAR
2021
DAMPAK NOMOPHOBIA BAGI REMAJA
SEKOLAH MENEGAH ATAS
NEGERI 2 SENDAWAR

Oleh :
MARGARETA MIRANDA
NISN 0047545810

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 SENDAWAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Dampak Nomophobia bagi remaja


Nama : Margareta Miranda
NISN : 0047545810
Sekolah : SMAN 2 Sendawar
Jurusan : MIPA 4

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Saema Ertima P. S.Pd Adiyanto, S.Pd


NIP. NIP.

Penguji

Etriwiyanty, S.Pd
NIP.

Mengetahui,

Kepala SMAN 2 Sendawar

Fardinandus Erikson, S.Fil


NIP. 196910102008011026
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
bimbingannya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “DAMPAK
NOMOPHOBIA BAGI REMAJA” ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menempuh Pendidikan tingkat
menengah atas di SMA Negeri 2 Sendawar.
Dengan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang Sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada :
1. Bapak Fardinandus Erikson, S.Fil selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Sendawar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan sekolah menegah atas(SMA) di SMAN 2 Sendawar.
2. Ibu Saema Ertima P. S.Pd selaku pembimbing yang telah membantu mengarahkan
penulis selama proses berjalannya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Adiyanto, S.Pd selaku wali kelas yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ayah, ibu, kakak, adik, dan segenap keluarga yang penulis sayangi dan cintai dengan
kesungguhan selalu memberikan dukungan doa dan materi selama menempuh
Pendidikan.
5. Teman-teman seperjuangan di SMA Negeri 2 Sendawar yang selalu memberikan
dukungan dan doa bagi penulis.
Semoga Tuhan YME membalas budi semua pihak yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Tetapi penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Sendawar, Oktober 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI


A. Nomophobia.................................................................................................................1
B. Harga Diri.................................................................................................................2
C. Dampak Nomophobia pada harga diri remaja........................................................3

BAB III PEMBAHASAN


A. Apa itu Nomophobia................................................................................................1
B. Apa hubungan antara Nomophobia dan harga diri pada remaja............................2
C. Bagaimana cara mengatasi dampak nomophobia pada remaja.............................3

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja dewasa ini dengan aktivitas yang cukup padat hampir tidak dapat di pisahkan dari
handphone atau smartphone, remaja mengakses internet menggunakan smartphone yang
merupakan perangkat lunak web untuk menemukan sejumlah informasi yang dianggap
penting. Kecanduan internet dapat menggangu kesejahteraan psikologis, interaksi teman,
keluarga dan prestasi akademik menurut Rona Wulandari, 2018 (Young ,1996). Pada remaja,
prestasi akademik yang terggangu dapat disebabkan karena kemalasan yang timbul akibat
lamanya penggunaan internet, dampak yang lebih jauhnya adalah kurangnya kepekaan
terhadap lingkungan.
Di Indonesia pengguna smartphone tertinggi pada usia 18-25 tahun yaitu,sekitar 85% orang
yang mengakses internet di daerah rural maupun urban (APJII & PusKom, 2014). Sementara
persentase remaja pengguna gadget di Pekanbaru sebesar 73,6% (Rona Wulandari, 2018),
(Wijaya, 2015).
Penggunaan smartphone yang berlebihan ini terkait dengan gejala depresi, kecemasan
interpersonal, kontrol diri yang tidak baik dan rendahnya harga diri (Chandak, Singh, Faye,
Gawande, Takde, Kirpekar, ddk, 2017). Akibatnya menimbulkan pengaruh buruk pada
remaja seperti kemerosotan moral, Tindakan menyimpang, dan perubahan interaksi (Ngafifi,
2014), hal ini dapat terlihat Ketika sekelompok remaja duduk bersantai atau sekedar bercerita
tetapi merasa khawatir bila tidak dapat memantau smartphone, sekedar mengecek notifikasi,
bahkan sampai mengabaikan teman bicaranya demi memprioritaskan smartphone.
Remaja yang kecanduan internet akan merasa sangat ketergantungan pada smartphone,
sehingga dapat memunculkan fenomena akibat dari kencanduan internet yaitu nomophobia
(no-mobile-phone-phobia) yang merupakan ketidaknyamanan atau kecemasan yang
berlebihan disebabkan karena tidak berada dekat dengan alat komunikasi dan tidak dapat
terhubung dengan internet (Rona Wulandari, 2018),(Securenvory, 2012). Nomophobia
dianggap sebagai gangguan masyarakat kontemporer yang mengacu pada ketidaknyaman,
kegelisahan dan kegugupan yang disebabkan oleh tidak terhubungnya ke dalam koneksi
ponsel atau komputer (Rona Wulandari,2018), (Bragazzi & Puente, 2014).
Gejala fisik yang ditampakkan oleh seseorang yang nomophobia, seperti rasa gelisah,
gemetar, keringat, perubahan pernafasan, depresi, panik dan ketakutan. Gejala emosi yang
ditunjukan seperti disorientasi , kerergantungan, penolakan, redahnya harga diri, kesepian dan
ketidakamanan (Rona Wulandari,2018),(King, Valenca, Sancassiani, Machado & Nardi,
2014).
Penelitian yang dilalukan oleh Pavithra,Madhukumar & Mahadeva (2015) dengan subjek
penelitian dari 200 siswa yang terdiri dari 47,5% perempuan dan 52,5% laki-lak. Mayoritas
(74%) dari siswa menghabiskan 300-500 Rupee per bulan untuk mengisi ulang ponselnya.
Sekitar 23% siswa merasa mereka kehilangan konsentrasi dan menjadi stres ketika mereka
jauh dari ponsel. 79(39,5%) siswa mengidap Nomophobia di penelitian ini dan 27% berada
pada resiko mengembangknya nomophobia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Nomophobia?


2. Apa hubungan antara Nomophobia dan harga diri remaja?
3. Bagaimana cara mengatasi dampak nomophobia pada remaja?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah untuk
melihat dampak dan kencederungan nomophobia pada remaja.

D. Manfaat Penulisan

1. Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan
penting bagi masyarakat umum terutama bagi remaja dan pelajar agar dapat
mengurangi penggunaan smartphone sehingga tidak mengalami nomophobia.
2. Sebagai salah satu sumber informasi untuk Sekolah yang dapat dijadikan salah satu
sumber acuan ataupun edukasi untuk mencegah terjadinya nomophobia, terutama di
SMA Negeri 2 Sendawar.
3. Untuk penulis agar menambah wawasan, pengetahuan, referensi dan pengembangan
khususnya dalam bidang psikologis klinis yang berkaitan dengan nomophobia.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. NOMOPHOBIA

1. PENGERTIAN
Nomophobia pertama kali diteliti pada tahun 2008 oleh post office di United Kingdom yang
menyelidiki tentang kecemasan penderita pengguna smartphone (TRP Lestari, 2017), (Secure
envoy, 2012). Smartphone merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan
tingkat tinggi dan memiliki fungsi yang menyerupai komputer (TRP Lestari, 2017),(Sari,
2016). Merujuk pada orang-orang yang mengalami nomophobia ada dua istilahsehari-hari
yang dapat digunakan yaitu nomophobe dan nomophobic. Nomophobemerupakan kata benda
dan mengacu pada seseorang yang menderita nomophobia. Sedangkan nomophobic adalah
kata sifat yang mengambarkan karakteristik nomophobe atau perilaku yang berhubungan
dengan nomophobia(TRP Lestari, 2017), (Yildirim, 2014).
Beberapa ahli mendefinisikan nomophobia diantaranya adalah(TRP Lestari, 2017), Yildirim
(2014) yang berpendapat bahwa nomophobia merupakan rasa takut berada diluar kontak
ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek samping dari interaksi antara
manusia, teknologi informasi dan komunikasi khususnya smartphone(TRP Lestari, 2017),
(Yildirim,2014). Nomophobia secara harafiah adalah “no mobile phone” yang merupakan
ketakutan berada jauh dari smartphone. Jika seseorang berada dalam suatu area yang tidak
ada jaringan, kekurangan saldo atau bahkan lebih buruknya kehabisan baterai, orang tersebut
akan merasa cemas, yang memberikan efek merugikan sehingga memengaruhi tingkat
konsentrasi seseorang. Penggunaan smartphone yang terus menerus dapat menyebabkan
perubahan dari smartphone yang hanya sekedar simbol menjadi sebuah kebutuhan dimana
smartphone menyediakan berbagai fitur seperti diari pribadi, email, kalkulator, video game
player, kamera, dan pemutar musik(TRP Lestari, 2017),(Yildirim 2014).
(RP Lestari, 2017),King (2013) menjelaskan bahwa nomophobia bukan hanya mencakup
ponsel tapi juga komputer, dalam penelitiannya nomophobia didefinisikan sebagai ketakutan
dunia modern yang digunakan untuk menguraikan ketidaknyamanan atau kecemasan yang
diakibatkan oleh tidak tersedianya smartphone, komputer atau perangkat komunikasi maya
lainnya.Berbagai kemampuan smartphone memfasilitasi komunikasi instan, membantu orang
tetap terhubung disetiap saat dan menyediakan akses langsung ke informasi sehingga orang-
orang menjadi lebih tergantung terhadap smartphone dan semakin menambah perasaan cemas
ketika berada jauh dari smartphone(TRP Lestari, 2017),(Part dalam Yildirim, 2014).(TRP
Lestari, 2017),King (2014) mendefinisikan nomophobia sebagai ketakutan zaman modern
yang membuat seseorang cemas karena tidak bisa berkomunikasi melalui smartphone. Kata
nomophobia berasal dari Inggris dan merupakan singkatan dari “No Mobile Phone”, yang
menunjukan fobia atau ketakutan berada jauh dari smartphone. Nomophobia adalah sebuah
istilah yang mengacu pada kebiasaan atau gejala yang berhubungan dengan pengguna
smartphone. Menurut Pavithra, Madhukumar &Murthy (2015),(TRP Lestari, 2017)
nomophobia adalah rasa
takut berada diluar kontak ponsel yang mengacu pada ketidaknyamanan,kegelisahan, gugup
atau kesedihan yang disebabkan karena tidak terhubungkan dengan smartphone.(TRP Lestari,
2017), Hardianti (2016) menjelaskahn bahwa nomophobia merupakan suatu penyakit yang
dialami individu terhadap smartphone, sehingga bisa
mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika smartphone tidak ada didekatnya.Menurut
Wardanai (2016),(TRP Lestari,2017) nomophobia adalah jenis fobia yang ditandai ketakutan
berlebihan jika seseorang kehilangan smartphone. Orang yang menderita nomophobia hidup
dalam kekhawatiran dan selalu was-was dalam meletakkan smartphone, sehingga selalu
membawanya kemanapun pergi.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah peneliti paparkan dari
beberapa ahli diatas maka, disimpulkan bahwa nomophobia adalah sebagai rasa takut
berada diluar kontak ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek
samping dari interaksi antara manusia, teknologi informasi dan komunikasi
khususnya smartphone(TRP Lestari, 2017), (Yildirim, 2014).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nomophobia


Menurut Bianchi dan Philip (dalam Yildirim, 2014)(TRP Lestari, 2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi nomophobia sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Secara historis tampaknya ada perbedaan jenis kelamin dalam kaitannya dengan
serapan teknologi baru. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh bianchi & Philip(2005)
telah menemukan bahwa laki-laki lebih mungkin dibandingkan wanita untuk memiliki sikap
positif terhadap computer. Secara logis ini menunjukan bahwa laki-laki akan lebih banyak
dari perempuan yang bermasalah dalam penggunaan teknologi, Perbedaan gender adalah
fungsi sosialisasi dan akses terhadap teknologi.
b. Harga diri
Harga diri adalah evaluasi yang relatif stabil yang membuat seseorang
mempertahankan dirinya sendiri, dan cenderung menjadi penilai diri. Harga diri
berkaitan dengan pandangan diri dan identitas diri. Orang-orang dengan pandangan diri buruk
atau negative kecenderungan yang besar untuk mencari
kepastian, telepon genggam memberikan kesempatan setiap orang untuk bisa
dihubungi kapan saja dari sinilah tidak mengherankan jika orang-orang dalam
mengunakan telepon genggam secara tidak tepat atau berlebihan (Bianchi & Philip,2005).
c. Usia
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang tua kurang memungkinkan
dibanding orang muda untuk dalam pengunaan teknologi baru. Brickfield telah menemukan
bahwa sebagian alasannya orang tua kurang positif terhadap berbagai teknologi dari pada
orang muda yang berarti mereka juga kurang cenderung menggunakan produk teknologu
baru.
d. Extraversi
Ekstraversi umumnya suka mengambil risiko, impulsif, dan sangat
membutuhkan kegembiraan. Ekstraversi lebih rentan terhadap masalah penggunaan
telepon genggam dengan alasan bahwa mereka lebihcenderung mencari situasi
sosial. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstraversi lebih rentan
terhadap pengaruh teman sebaya.
e.Neurotisme
Neurotisme tinggi ditandai dengan kecemasan, mengkhawatirkan,
kemurungan, dan sering depresi. Individu neurotisme terlalu emosional, bereaksi kuat
terhadap banyak rangsangan.
B. HARGA DIRI

1. Pengertian
Menurut Coopersmith (1967),(TRP Lestari,2017) harga diri merupakan suatu bentuk
evaluasi diri dimana individu dapat menghargai dirinya sendiri. Hal ini mengandung arti
bagaimana individu dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi yang dialami
Coopersmith mengatakan bahwa harga diri juga diartikan sebagai bentuk penilaian diri
sendiri yang ditunjukan dalam perilaku individu. Menurut Baron & Byrne (2004),(TRP
Lestari, 2017) harga diri adalah sikapindividu terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi
negatif sampai positifatau rendah sampai tinggi. Ghufron & Risnawita(2016),(TRP Lestari,
2017) menggemukan bahwa harga diri merupakan aspek penting dalam kepribadian. Harga
salah satu factor yang memengaruhi prilaku seseorang, setiap orang pasti menginginkan
pengahargaan positif terhadap dirinya. Pengahargaan positif akan membuat seseorang merasa
bahwa dirinya berharga, berhasil dan berguna bagi orang lain, meskiupun dirinya memiliki
kelemahan atau kekurangan baik secara fisik maupun psiki. Setiawan(2005),(TRP Lestari,
2017) menyatakan bahwa harga diri merupakan tingkat individu terhadap kepuasan dirinya,
menerima drinya, menghargai dirinya, dan mencintai dirinya, sehingga dapat dikatakan
bahwa harga diri merupakan tingkat kebanggaan individu terhadap dirinya sendiri.

2. Aspek-aspek harga diri


Coopersmith (1967),(TRP Lestari, 2017)mengemukakan bahwa aspek-aspek harga diri ada
empat yaitu:
a. Keberartian
Keberartian diri diperoleh individu melalui perhatian, penerimaan, dan kasih sayang dari
lingkungan. Ekpresi penghargaan diri yang diterima individu terdiri dari penerimaan da
penolakan dari lingkungan. Individu yang berharga diri yang tinggi merupakan individu yang
diterima, diperhatikan orang lain, dan disukai orang lain sebagaimana adanya. Sebaliknya
individu yang berharga diri rendah merupakan individu yang kehandirannya di tolak, tidak
didengarkan pendapatnya, dan tidak disukai orang lain.
b. Kebajikan
Kebajikan merupakan kataatan individu terhadap nilai normal, etika dan aturan-aturan
dalam masyarakat. Aspek ini ditujukan dengan bagaimana individu melihat persoalan benar
atau salah berdasarkan nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan
interaksinya.
c. Kekuatan
Kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mengendalikan
orang lain dan dirinya sendiri. Individu yang mampu mengontrol atau mengendalikan orang
lain dan diriya dengan baik akan menunjukan sikap mandiri, optimis, mampu berpendapat
sendiri, dan tidak mudah ikut pendapat atau prilaku orang lain.
Sebaliknya, individu yang tidak mampu mengontrol orang lain dan dirinya sendiri dengan
baik akan menunjukan sikap pesimis dan tergantung pada orang lain.
d. Kompetensi
Kemampuan individu untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau diharapkan.
Kemampuan yang tinggi akan membuat individu merasa yakin dan optimis dapat mencapai
apa yang dicta-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapi.
C. Dampak Nomophobia pada harga diri remaja

Adanya media yaitu smartphone sebagai perantara untuk tetap berkomunikasi


ternyata tidak selalu bernilai positif. Bagi sebagian orang, hadirnya smartphone
memberikan efek negatif yakni dengan sikap yang berlebihan dalam penggunaan
smartphone cenderung berdampak dalam kehidupan sehari-hari baik bagi dirinya
maupun orang disekitarnya, dari fenomena tersebut membuat orang cemas Ketika jauh dari
smartphonenya yang dikenal dengan nomophobia(TRP Lestari, 2017),(Hardianti, 2016).
Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh User Personal Report (SUPR) atau laporan
personal penguna smartphone di Indonesia untuk tahun 2015, dilaporkan bahwa pengguna
smartphone di Indonesia pada rentan usia dibawah 30 tahun lebih besar dan menduduki
sebesar 66%(Hasan, 2015),(TRP Lestari, 2017). Ditambahkan lagi dalam penelitian yang
dilakukan oleh Secur envoy (2012),(TRP Lestari, 2017) menemukan bahwa usia 18-24 tahun
paling rentan terhadap nomophobia. Santrock (2003),(TRP Lestari , 2017) memaparkan
bahwa secara keseluruhan rentan usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun. Secara
lebih spesifik masa remaja dibagi menjadi 3 masa, yakni masa remaja awal (12-15 tahun),
remaja tengah (15-18 tahun),remaja akhir (18-21 tahun). Menurut Coopersmith (1967) harga
diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri dimana individu dapat menghargai dirinya sendiri.
Hal ini mengandung arti bagaimana individu dapat menerima ataupun menolak suatu kondisi
yang dialami. Coopersmith mengatakan bahwa harga diri juga diartikan sebagai bentuk
penilaian diri sendiri yang ditujukan dalam prilaku individu. Berkaitan dengan salah satu
aspek harga diri yaitu keberartian, individu yang memiliki harga diri tinggi merupakan
individu yang diterima, diperhatikan orang lain, dan disukai orang lain sebagaimana adanya.
Sebaliknya individu yang mempunyai harga diri rendah merupakan individu yang
kehadirannya ditolak, tidak didengarkan pendapatnya, dan tidak disukai orang lain
(Coopersmith, 1967),(TRP Lestari, 2017). Hal tersebut berhubungan dengan aspek
nomophobia kehilangan koneksivitas, perasaan kehilangan koneksivitas atas layanan yang
disediakan smartphone dan tidak bisa terhubung dengan berbagai akun media sosial yang
dimiliki. Terhubung satu sama lain adalah faktor pendorong pelajar menggunakan
smartphone Ketika smartphone tidak terhubung dengan konektivitas atau rusak maka tidak
dapat mengakses akun media sosial dan tidak dapat terhubung dengan teman-temannya.
Hong, Chiu & Huang (2012),(TRP Lestari, 2017) menambahkan bahwa individu dengan
harga diri yang rendah lebih sering melakukan panggilan dan mengirim lebih banyak pesan
teks, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang tinggi lebih memilih melakukan
komunikasi dengan tatap muka secara langsung. Hal tersebut juga disampaikan oleh
Ehrenberg (dalam Mayangsari & Ariana, 2015),(TRP Lestari, 2017) bahwa individu yang
memiliki harga diri yang rendah akan lebih banyak mengirim pesan teks. Penggunaan
smartphone secara berlebihan akan menyebabkan seseorang melupakan tugas belajarnya, dan
juga pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, atau mandi (dalam sutanto,
2016), (TRP Lestari, 2017). Ditambahkan oleh Yuwanto (dalam sutanto,2016), (TRP Lestari,
2017) dampak dari penggunaan smartphone yaitu berkurangnya waktu untuk mengerjakan
sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu
akademis atau pekerja.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Nomophobia

Menurut studi yang diterbitkan pada Indian Journal of Psychiatry, nomophobia atau no
mobile phone phobia (NMP) adalah jenis gangguan kecemasan akibat tidak memegang
ponsel.
Layaknya seperti pecandu, orang dengan kondisi ini tidak dapat melepas ponsel kapan dan
di mana pun. Saat ponsel tidak dalam genggaman penderitanya, mereka akan merasakan
ketakutan yang kuat, sehingga bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Beberapa penelitian menunjukkan hampir 53% orang Inggris merasakan hal tersebut, ketika
mereka tidak memegang ponsel, baterai ponsel habis, atau ketika tidak mendapatkan sinyal
untuk mengakses ponsel maupun internet. Kecemasan tidak memegang ponsel memang tidak
tercantum dalam panduan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).
Namun, ahli kesehatan menyebutkan bahwa kondisi ini termasuk dalam penyakit mental,
khususnya kecanduan terhadap smarthphone.

Menurut Yildirim (2014),(TRP Lestari, 2017) menjelaskan nomophobia memilki empat


aspek, yakni:
a. Perasaan tidak bisa berkomunikasi
Aspek ini berhubungan dengan adanya perasaan kehilangan ketika secara tibatiba terputus
komunikasi dengan orang lain atau tidak dapat menggunakan layanan
pada smartphone disaat tiba-tiba membutuhkan komunikasi.
b. Kehilangan konektivitas
Aspek kedua ini, berhubungan dengan perasaan kehilangan konektivitas ketika
tidak dapat terhubung dengan layanan pada smartphone dan tidak dapat terhubung
pada identitas sosialkhususnya di media sosial.
c. Tidak mampu mengakses informasi
Aspek ini mengambarkan perasaan ketidaknyamanan ketika tidak dapat
mengambil atau mencari informasi melalui smartphone. Hal tersebut
dikarenakan, smartphone menyediakan kemudahan dalam mengakses informasi.
Seseorang juga merasakan dampaknya, semua informasi disebar melalui media
sosial. Ketika smartphone tidak dapat digunakan maka aliran informasi yang
diterima orang tersebut juga terganggu. Hal tersebut dapat membuat sebagian orang
menjadi panik atau cemas.
d. Menyerah pada kenyamanan
Aspek terakhir berhubungan dengan perasaan nyaman saat menggunakan
smartphone dan keinginan untuk memanfaatkan kenyamanan dalam smartphone tersebut.
Ketika semua bisa dilakukan hanya dengan menatap layar ponsel, maka hal tersebut membuat
hidup terasa lebih.

Sama seperti fobia lain, kecemasan karena tidak memegang ponsel dapat menimbulkan
gejala fisik dan emosional. Ditinjau secara medis nomophobia memiliki gejala sebagai
berikut:
Cf
1. Gejala Emosional
 Khawatir, takut, dan panik ketika ponsel tidak dalam genggamannya atau ponsel ada
dalam genggaman tapi tidak bisa mengaksesnya.
 Cemas dan gelisah ketika Anda perlu menaruh ponsel atau menghadapi situasi yang
tidak memungkinkan penderitanya menggunakan ponsel sementara waktu.

2. Gejala Fisik
 Terasa sesak di dada
 Kesulitan untuk bernapas secara normal.
 Tubuh gemetar dan berkeringat
 Kepala terasa pusing dan muncul perasaan ingin pingsan
 Detak jantung menjadi lebih cepat

Selain beberapa gejala di atas, beberapa contoh prilaku yang menujukan kencanduan gadget
terutama ponsel yang biasanya terjadi bersamaan dengan nomophobia dan tanpa disadari
terjadi di kehidupan sehari-hari yaitu seperti membawa ponsel ke kamar tidur bahkan ke
toilet,memeriksa ponsel terus-menerus,bahkan beberapa kali dalam satu jam untuk
memastikan Anda tidak melewatkan berbagai informasi .

Cavin Tondeo, 30 september 2019

Kecemasan karena tidak memegang atau tidak dapat mengakses ponsel dianggap sebagai
fobia modern. Dengan kata lain, kemungkinan besar penyebab dari nomophobia ini adalah
akibat kecanduan ponsel yang sekarang semakin canggih. Terlebih, ponsel sekarang ini
memiliki fungsi serbaguna dan bisa mengakses informasi apa pun yang dibutuhkan
seseorang. Kecemasan ketika ponsel tidak dalam genggaman atau tidak bisa diakses juga
timbul karena rasa takut terisolasi, ketinggalan berita, atau ketakutan karena tidak bisa
menghubungi orang-orang yang dicintai. Kondisi tersebut bisa menimbulkan rasa kesepian
dan karena tidak ingin mengalami kesepian, ponsel harus selalu ada dalam jangkauan.Pada
kasus yang jarang, pengalaman traumatis terkait ponsel juga bisa menjadi penyebab
nomophobia. Sebagai contoh, Anda berada di situasi yang mengancam jiwa dan saat itu tidak
ada ponsel atau tidak bisa mengakses ponsel untuk meminta bantuan terdekat. Dengan
pengalaman ini, Anda akan selalu memastikan ponsel selalu di dekat Anda.
2. Apa hubungan antara Nomophobia dan harga diri remaja

Rata-rata anak muda pada zaman ini sudah tidak asing lagi dengan gadget, semua sudah
melek dengan teknologi. Seseorang bisa bekerja dengan gadget mereka sendiri, namun
dengan pertimbangan mereka harus dapat menjaga keseimbangan kerja dengan kehidupan
pribadi, Contohnya dengan hanya menggunakan gadget untuk sekedar menjadi media yang
membantu proses dalam pekerjaan agar mudah dilakukan.
Adanya teknologi canggih seperti gadget yang mempermudah seseorang dalam mengakses
informasi dan komunikasi membuat Sebagian orang menjadi ketergantungan terhadap gadget,
muncul nya fenomena dimana manusia zaman sekarang telah menjadi budak dari semua
teknologi yang ada, berdasarkan survey yang telah dilakukan Secure Envoy, sebuah
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam password digital, yang melakukan survey
terhadap 1.000 orang di inggris menyimpulkan bahwa manusia terutama di kalangan remaja
masa kini mengalami nomophobia.
Nomophobia yang terjadi pada individu menimbulkan munculnya dampak negatif, seperti
berkurangnya komunikasi secara langsung antar manusia karena masyarakyat akan lebih
memilih untuk berkomunikasi melalui jejaring sosial yang ada melalui kemudahan yang
ditawarkan. Dampak lain nya juga yang terlihat adalah gangguan tidur, perubahan mood,
menggangu aktivitasi sehari-hari serta kehilangan konsentrasi.
Dampak dari nomophobia akan banyak dirasakan oleh diri remaja sendiri misal, merusak diri
dan menimbulkan agresi, dan merusak komunikasi secara langsung dan juga pada banyak
orang misal, munculnya rasa tidak nyaman oleh orang yang berada didekat
penderita nomophobia.
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.
Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya, anak
dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai
seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.
Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang
dirinya sendiri(Potter & perry, 2010), perkembangan dan pengelolaan tentang konsep diri ini
terjadi mulai pada usia muda dan akan terus berlangsung sepanjang masa kehidupan,sampai
seseorang tersebut dapat mengondisikan dan menjaga keseimbangan kehidupannya. Konsep
diri juga termasuk perpepsi mengenali diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun
psikologis, yang dapat diperoleh diri sendiri melalui pengalaman individu maupun dalam
interaksinya dengan orang lain yang berada di lingkungannya. Dibutuhkan konsep diri yang
positif untuk mengurangi kencenderungan perilaku nomophobia yang tinggi, karena konsep
diri yang negatif mampu memicu kencenderungan perilaku nomophobia, ada beberapa
dampak negatif yang berpengaruh pada karakteristik seseorang yang kecenderungan
nomophobia.

Saat ini, kebanyakan orang berfikir bahwa ketergantungan terhadap smartphone bukanlah
permasalahan yang serius. Padahal ada beberapa efek yang cukup berbahaya yang dapat
ditimbulkan oleh nomophobia. Ada lima efek negatif dari kencenderugan Nomophobia yaitu:
1. Stres
Penderita nomophobia memiliki kecenderungan terhadap tingkat stres yang tinggi.
Tingkat stres inilah yang kemudian menjadikan tingkat emosional orang tersebut
menjadi tidak stabil.
2. Kurang Fokus
Penderita nomophobia akan memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan
smartphone-nya. Hal inilah yang menyebabkan pikiran orang tersebut akan selalu
fokus dengan smartphone-nya, meskipun dia sedang melakukan aktivitas lain.
Ketidakfokusan ini akan menjadi fatal apabila orang tersebut sedang melakukan
aktivitas berbahaya seperti berkendara, mengoperasikan alat berat, dan lain
sebagainya.

3. Kurang interaksi terhadap lingkungan sekitar


Penderita nomophobia menghabiskan lebih banyak waktu dengan membuka jejaring
sosial atau bermain di smartphone-nya. 
Mereka akan terjebak dengan kebahagiaan semu yang mereka dapatkan di dunia
maya. Penderita nomophobia lebih mementingkan interaksi dengan dunia maya
dibanding berinteraksi dengan lingkungan sosial disekitarnya.

4. Insomnia
Salah satu efek stres yang diakibatkan oleh nomophobia dapat diekspresikan dalam
bentuk gejala insomnia. Rasa tidak mau berpisah dengan smartphone pada malam hari
kemudian memberi sugesti pada otak agar terus menerus menggunakannya sehingga
mengusir rasa kantuk. Penderita nomophobia biasanya tidak bisa jauh dari
smartphone ketika beranjak tidur.

5. Kurang produktif
Terlalu sering menggunakan smartphone saat bekerja dapat berpotensi menggangu
konsentrasi dalam beraktivitas. Tentunya konsentrasi akan terbagi antara aktivitas
dengan aplikasi atau fitur pada smartphone

Mengunakan telepon genggam atau gadget secara berlebihan juga dapat mempengaruhi
gangguan kesehatan, sejumlah gangguan kesehatan yang di temui seperti gangguan tulang
belakang akibat adanya tekanan pada tengkuk ketika menatap layar ponsel dalam waktu
lama. Rasa kaku atau mati rasa pada siku (cubital tunnel syndrome) juga biasa ditemui akibat
terlalu lama melakukan atau menerima panggilan telepon.
Selain itu, mata yang tegang sehingga mengakibatkan sakit kepala juga sering terjadi.
Pendengaran bisa juga bermasalah sebagai akibat mendengarkan musik terlalu lama dengan
volume kencang.
Yang jarang terdengar namun bisa juga terjadi adalah cedera jempol (radang sendi ibu jari)
akibat sering menulis di layar ponsel cerdas. Jika hal ini dibiarkan, bisa menyebabkan
tendonitis yaitu rasa ngilu terus menerus.
Bahkan sperma pria pun bisa terganggu. Hal itu akibat penggunaan Wifi lebih dari empat
jam sehingga radiasi elektromagnetik berpengaruh terhadap jumlah sperma (menurut sebuah
penelitian di tahun 2011).

Nomophobia juga mempengaruhi karakteristik seseorang Pradana, Muqtadiroh, dan


Nisafani (2016),(TRP Lestari, 2017) menyebutkan enam ciri-ciri dan karakteristik orang
mengidap nomophobia yaitu:
a. Menghabiskan waktu menggunakan telepon genggam, mempunyai satu atau lebih
smartphone dan selalu membawa charger.
b. Merasa cemas dan gugup ketika telepon genggam tidak tersedia dekat atau tidak
pada tempatnya. Selain itu juga merasa tidak nyaman ketika gangguan atau tidak
ada jaringan serta saat baterai lemah.
c. Selalu melihat dan mengecek layar telepon genggam untuk mencari tahu pesan atau
panggilan masuk. Oleh David Laramie ini disebut ringxiety. Ringxiety merupakan
perasaan menganggap telepon genggam bergetar atau berbunyi.
d.Tidak mematikan telepon genggam dan selalu sedia 24 jam, selain itu saat tidur
telepon genggam diletakkan di kasur.
e. Kurang nyaman berkomunikasi secara tatap muka dan lebih memilih
berkomunikasi menggunakan teknologi baru.
f. Biaya yang dikeluarkan untuk telepon genggam besar.
Gezgin, dkk (2016)menyebutkan gejala-gejala dari nomophobia yaitu
a. Merasa tidak cukup atau hampa tanpa ponsel
b. Memeriksa telepon genggamnya seperti obsesif
c. Merasa putus asa saatkehabisan baterai
d. Takut lupa meletakkan ponselnya disuatu tempat dan tidak bisa digunakan.

Seorang nomophobia biasanya akan merasa cemas apabila terpisah dengan gadget


miliknya. Bahkan ia bisa merasa tidak nyaman saat kehabisan baterai, kuota, pulsa, atau
berada di luar jaringan.
Rata-rata pengguna ponsel mengecek ponsel mereka sebanyak 80 kali per hari. Selain itu,
mereka juga akan menggeser layar dan mengklik sebanyak 2617 kali perhari.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengguna ponsel adalah nomophobia. Entah sadar atau
tidak.
Berikut ini adalah tanda-tanda seseorang yang mengalami nomophobia:
 merasa cemas saat baterai ponsel lemah, di luar jaringan, atau kehabisan pulsa
 tidak nyaman saat keluar tanpa membawa ponsel
 merasa tidak nyaman saat tidak bisa mengakses ponsel
 sering mengecek ponsel di tengah-tengah obrolan
kerap mengecek ponsel hanya untuk melihat sesuatu yang update di media sosial

Ilustrasi Nomophobia(Mental Floss)By Helmi Reinaldi, 14 November 2020

Nomophobia akan memaksa seseorang untuk memeriksa ponsel secara terus-menerus


Hal ini dapat berdampak pada pekerjaan seseorang, hubungan, dan aspek kehidupan lain yang
seharusnya membutuhkan perhatian. Penderita nomphobia cenderung tidak memiliki fokus
yang baik. Ia akan selalu memeriska ponsel entah itu hal yang penting atau bukan. Bukan hal
yang tidak mungkin lagi jika ponsel di dekatnya menjadi distraksi besar saat sedang belajar,
atau bekerja. Selain itu, penderita nomophobia akan merasa lebih suka membuka jejaring
sosial. Seringkali ia mementingkan interaksi di dunia maya dibandingkan dalam kehidupan
nyata.
Berbagai penelitian telah mendapati adanya hubungan antara ketergantungan terhadap ponsel
yang tinggi dan beberapa aspek seperti:
 kualitas tidur yang menurun
 depresi
 dan tingkat sosialisasi yang lebih rendah
3. Bagaimana cara mengatasi dampak Nomophobia

Seperti diketahui, saat ini keberadaan ponsel pintar memang menjadi kebutuhan tersendiri
bagi setiap orang. Melalui teknologi komunikasi ini, seseorang dapat mengirim pesan atau
melakukan panggilan pada orang lain dengan jarak jauh. Sehingga kini, jarak tidak lagi
menjadi kendala komunikasi yang berarti.
Bukan hanya sebagai alat komunikasi, saat ini ponsel pintar semakin lama menjadi teman
yang selalu dibawa dan menemani di mana pun pemiliknya berada. Bahkan, orang-orang kini
sering kali menghabiskan waktu berinteraksi dengan ponsel pintar dibandingkan mengobrol
dengan teman atau keluarga saat berkumpul bersama. Perlahan, kondisi ini semakin
dilakukan dan menjadi budaya di masyarakat.
Lebih lanjut, budaya ini justru memberikan efek buruk bagi masyarakat. Di mana
masyarakat akan semakin sulit jauh dari ponsel pribadinya. Bahkan pada sebagian orang,
akan merasa kurang lengkap hingga takut jika harus berjauhan dengan ponsel. Meskipun
hanya meninggalkan ponsel dalam waktu sebentar, orang tersebut bisa mengalami perasaan
gelisah yang tidak dapat dijelaskan.

Ada beberapa cara mengatasi dampak Nomophobia seperti:

 Meletakkan ponsel di luar kamar dan tidak mengaksesnya menjelang waktu tidur agar
bisa mendapatkan kualitas tidur yang baik dan cukup.
 Jika tidak bisa meletakkan ponsel di luar kamar, gunakan batasan waktu yang tepat
seperti beberapa jam sebelum waktu tidur.
 Matikan notifikasi atau data internet supaya tidak dapat menerima panggilan yang
dapat mengganggu upaya Anda membatasi penggunaan ponsel pintar.
 Pertimbangkan pilihan jeda atau puasa media sosial selama beberapa waktu untuk
bisa mendapatkan manfaat kesehatan mental yang lebih baik.

Nomophobia bisa terjadi karena ketergantungan menggunakan media sosial


memang browsing  di media sosial sangat menyenangkan, tapi jika terlalu lama bisa
ketergantungan.
Media sosial memang bisa menjadi tempat yang tepat untuk berbagi hal-hal yang kita sukai,
pengalaman, atau hal menarik lainnya hidup di media sosial juga bisa membuat beberapa
orang merasa lebih bahagia dan menjadi pelarian dari kehidupan nyata namun, perlu di sadari
bahwa dunia nyata harus dihadapi dan bukanlah dihindari ,media sosial memang bisa
berdampak positif, tapi jika terlalu berlebihan maka juga akan buruk bagi kehidupan nyata.
Bahkan, tidak sedikit orang yang akhirnya kurang baik dalam berkomunikasi di dunia nyata
karena terlalu sering menggunakan media sosial.
Itulah mengapa kamu harus bijak dalam menggunakan media sosial. Keseimbangan antara
dunia nyata dan maya perlu dijaga.
Bagi seseorang yang sudah mengalami nomophobia tentunya akan kesulitan saat harus
disuruh untuk meninggalkan gadget yang dimiliki,namun, seseorang bisa melakukan
permulaan dengan membuat jadwal untuk menghabiskan waktu tanpa teknologi,misalnya
buat jadwal saat sedang jam belajar ,di rumah atau sekolah dilarang
menyentuh smartphone sama sekali.
Bagi seorang pelajar yang harus selalu terhubung dengan internet di zaman digital ini,
memang akan sulit untuk melakukan hal yang satu ini akan tetapi, jika
penggunaan gadget untuk kepentingan bekerja hal itu masih bisa dimaklumi.
Jadi, harus bisa menekan keinginan menggunakan gadget untuk kepentingan pribadi.
Kemudian, juga bisa mencoba membuat jadwal dengan menentukan
penggunaan gadget maksimal sampai pukul 10 malam,di luar jadwal yang ditentukan harus
bisa menahan diri untuk tidak menyentuh smartphone atau gadget lainnya.
Memang tidak mudah untuk melepas ketergantungan pada smartphone atau gadget. Saat
bekerja atau belajar di rumah maupun kantor, kebiasaan ini akan mempengaruhi kinerja
menjadi lebih negatif, oleh karena itu nomophobia tidak bisa dibiarkan karena akan
berdampak buruk pada produktivitas.
Menurut RescueTime, salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan
dengan smartphone dan gadget ialah dengan mencari penggantinya.
Saat kamu memiliki benda atau kegiatan yang bisa menggantikan
keberadaan smartphone tentunya akan lebih mudah untuk mengurangi ketergantungan.
Misalnya, kamu lebih menyibukkan diri dengan membaca buku atau
melakukan journaling yang memiliki manfaat baik untuk produktivitas.
Saat perhatianmu tertuju pada hal lain selain gadget, tentu akan lebih mudah untuk
mengatasi nomophobia.
Jika dilakukan secara rutin, tentunya kebiasaan
menggunakan smartphone dan gadget tersebut bisa berkurang.
Saat bekerja, kamu harus fokus pada pekerjaan. Jika pekerjaan bisa dilakukan lewat
komputer, maka tidak ada salahnya untuk mematikan smartphone, dengan begitu seseorang
bisa tetap konsen bekerja ataupun belajar dan tidak akan mendapatkan distraksi
dari smartphone.

Freepik.com,  04 Feb 2021

Ada beberapa langkah untuk menghindarkan diri dari nomophobia, diantaranya;

1. Mencari waktu tertentu untuk memutuskan jaringan


Ada beberapa waktu yang perlu dihormati dengan mematikan ponsel seperti saat
makan, belajar, bekerja, bertemu dengan seseorang, tidur, dan lain sebagainya.
Hal ini tentu dapat meningkatkan produktivitas jika benar-benar dilakukan.

2. Memberi perhatian lebih besar pada kehidupan nyata dibandingkan kehidupan maya
Sebagian orang seringkali terjebak dengan kehidupan maya hingga mengabaikan
orang-orang di sekitarnya.
Hal ini dapat berdampak buruk misalnya jika sedang berada dalam pertemuan atau
obrolan dengan orang lain.

3. Memberi batas informasi yang kita perlukan


Memeriksa jumlah notifikasi atau pesan yang diterima terus menerus sepanjang hari
sangatlah membuang waktu.
Lebih baik menggunakan waktu tersebut untuk hal berkualitas.

4. Lebih banyak bersosialisasi dalam kehidupan nyata


University of Sheffield mendapati adanya manfaat tertentu dari mematikan ponsel dan
memberi perhatian lebih pada kehidupan sosial nyata.  
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulis yang telah dibuat, antara lain:


 Nomophobia (No mobile phone phobia) merupakan sebuah rasa khawatir secara
berlebihan ketika menjalani hidup tanpa ponsel. Kekhawatiran itu bahkan sampai
mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
 Beberapa penyebab seseorang menderita nomophobia adalah tingginya kebutuhan
komunikasi dan tingginya rasa kesepian pada seorang individu.
Kedua penyebab tersebut memicu seseorang selalu ingin berada dekat dengan ponsel
dan menimbulkan ketergantungan pada ponsel.
 Nomophobia dapat dicegah dengan mengubah kebiasaan sehari-hari seperti tidak
membawa ponsel saat ke toilet,saat tidur, dan saat makan,kebiasaan tersebut jika
diterapkan setiap hari dapat mencengah Nomophobia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran:


 Diharapakan masyarakat khususnya kalangan remaja dapat mempergunakan
teknologi lebih cermat dan efisien seiring perkembangan jaman.
 Bagi para pembaca, semoga karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan tidak disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA

(TRP Lestari,2017) http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1599/2/BAB%20II.pdf

(RonaWulandari,2018) http://epository.uinsuska.ac.id/13710/6/6.%20BAB
%20I_2018101PSI.pdf

(Aprinda Puji,2021) https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/nomophobia/

Anda mungkin juga menyukai