Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNya kami dapat melakukan
praktek Mata Ajaran Keperawatan Gerontik di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti
Tresna Wherda Natar Lampung Selatan sejak tanggal 20-29 Januari 2014 dengan baik.
Sebagai akhir dari praktek keperawatan lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti
Tresna Wherda Natar Lampung Selatan, kami telah menyusun laporan akhir asuhan
keperawatan kelompok lanjut usia di wisma Mawar dalam bentuk makalah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada :
1.      Ibu Tumiur Sormin, SKM; M.Kes selaku Koordinator Mata Ajaran Keperawatan Gerontik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kami berada di UPTD Pelayanan
Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan
2.      Bapak Drs. Maman Suparman, MM selaku Kepala Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya
Telukjambe Karawang yang telah memberikan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan lansia di wisma-wisma UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna
Wherda Natar Lampung Selatan
3.      Bapak Widodo, M.D. S.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama kami di UPTD
Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan
4.      Para petugas panti yang telah membantu kami selama di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi
Daya Telukjambe Karawang.
5.      Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan semangat, kasih sayang dan dukungan
morilnya yang sangat berarti bagi kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bandar Lampung, Januari 2014

Kelompok Wisma Isolasi Wanita 2


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


        Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998).
Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar 7,5%
dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan
SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber
daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang
dapat dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat.
        Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik, mental, sosial
dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan
yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu kelompok rawan
dalam keluarga karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan
kesehatan. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk
mempertahankan dan maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif
sesuai kemampuan.
        Berdasarkan hasil pengkajian kelompok khususnya di Wisma Isolasi Wanita 2
didapatkan data yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia, yaitu sebanyak 50%
lansia dengan masalah kesehatan rematik, 12,5% lansia dengan DM, dan 27,5% lansia
mengalami penglihatan kabur.

B.   Tujuan
1.     Tujuan Umum
Memberikan pengkayaan tentang perubahan-peruabahan yang terjadi pada lansia yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan.
2.     Tujuan Khusus
a.       Mampu mengidentifikasi perubahan-peruabahan fisik, mental, dan spiritual yang terjadi
pada lansia khususnya di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar
Lampung Selatan
b.      Mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi akibat perubahan-
perubahan pada lansia di Wisma isolasi wanita 2 UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti
Tresna Wherda Natar Lampung Selatan
c.       Mampu melakukan asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan yang telah
teridentifikasi.
d.      Mampu melaporkan keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dilakukan selama praktek
di Wisma Melati Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.

C.   Metode Telaahan


Penulisan laporan asuhan keperawatan kelompok gerontik ini menggunakan metode
deskriktif yaitu  metode yang menggambarkan keadaan yang lebih nyata, menganalisa dan
menguraikannya dengan pendekatan studi kasus, dimana kelompok mengambil satu kasus
kelolaan kemudian kelompok memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan
yang ada. Adapaun tehnik-tehnik yang dipergunakan dalam mengumpulkan data
diantaranya :
1.         Observasi / Pengamatan
2.         Wawancara
3.         Studi Kepustakaan
4.         Pemeriksaan Fisik
5.         Dokumentasi Keperawatan, dan
6.         Asuhan Keperawatan Langsung

D.   Sistematika Penulisan


Studi analisa situasi ini terdiri dari empat BAB yang tersusun dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I    Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan
BAB II    Tinjauan teoritis meliputi konsep penuaan
BAB III  Tinjauan kasus dan pembahasan
BAB IV  Penutup meliputi kesimpulan dan saran
 BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Tinjauan Teoritis
            Teori biologis tentang penuaan menyatakan bahwa proses penuaan secara biologi
adalah alami, tidak dapat dihindari, irreversible, dan berkembang sesuai waktu. Proses
penuaan ini membawa perubahan-perubahan yang bervariasi pada setiap individu. Teori wear
and tearmenyatakan bahwa setiap individu mengalami proses penuaan dan kematian karena
jaringan-jaringan tubuh tidak selamanya dapat memperbaiki diri. Perubahan fisik yang terjadi
ditandai dengan terjadinya penurunan sel-sel otak, penurunan rasa dan penciuman, kulit
keriput, rambut memutih, penglihatan kabur, pendengaran berkurang, tulang menjadi rapuh,
gigi ompong, mudah lelah, kelancaran aliran darah menurun, gerakan menjadi lamban, serta
fungsi ginjal, hati dan jantung bekerja lebih keras. Perubahan pada pikiran dan mental lansia
diantaranya penurunan daya ingat, mudah sedih dan tersinggung, mudah frustasi, merasa
kesepian serta takut kehilangan kemandirian. Sedangkan perubahan sosial pada lansia
meliputi kehilangan pekerjaan, pasangan dan anak serta menerima kehadiran cucu. Proses
tersebut dapat dipercepat oleh faktor-faktor seperti stress, merokok serta diet yang buruk.
            Terkait dengan perubahan fisik pada lansia khususnya sistem pencernaan dimana
lansia mengalami penurunan dalam produksi air liurnya, penurunan dalam produksi cairan
lambung dan gerak peristaltik lambung serta saluran pencernaan lainnya yang juga menurun,
didukung oleh adanya penurunan pada kepekaan terhadap rangsang terutama penciuman dan
rasa maka lansia beresiko tinggi untuk mengalami gangguan pemenuhan nutrisi.
            Nutrisi atau disebut juga zat gizi makanan adalah zat-zat yang terkandung di dalam
makanan yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup seseorang. Terdapat tiga manfaat
gizi yaitu sebagai zat tenaga yang terdapat pada makanan-makanan pokok seperti nasi,
jagung dan kentang; sebagai zat pengatur yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan; serta
zat pembangun yang terdapat pada lauk pauk seperti daging, ikan, tahu dan tempe. Komposisi
yang diperlukan adalah karbohidrat sebanyak 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak 20-25 %.
Komposisi tersebut diperlukan untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang ideal
pada lansia.
            Seseorang dikatakan mengalami perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
yaitu jika seseorang dalam keadaan tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan makanan yang tidak adekuat atau
metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 1995 hal
252). Tolak ukur yang dapat dipakai sebagai pedoman bahwa seseorang memiliki masalah
perubahan nutrisi adalah dengan mengetahui berat badan yang ideal. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan rumus Brocca yang dimodifikasi yaitu BB ideal = 90% x (TB dalam
cm – 100) x 1 kg. Sedangkan penghitungan kebutuhan kalori bagi lansia adalah lansia dengan
usia 60-69 tahun adalah 25-30 kalori/kg BB ideal dikurangi 10 %; sedangkan lansia dengan
usia 70 tahun, dikurangi 20 %.
            Faktor-faktor risiko untuk masalah nutrisi yaitu riwayat diet termasuk didalamnya
adalah kesulitan menelan/mengunyah, pemasukan makanan yang tidak adekuat, pembatasan
diet, tidak ada pemasukan 10 hari/ lebih, seseorang dengan terapi intra vena, anggaran
makanan yang tidak adekuat, fasilitas “penyiapan” makanan yang tidak adekuat, fasilitas
“penyimpanan” makanan yang tidak adekuat, ketidakmampuan fisik dan lansia yang makan
sendiri.
            Akibat yang dapat terjadi dimana seseorang mengalami gangguan nutrisi diantaranya
adalah mudah terserang penyakit, mudah lelah, proses penuaan lebih cepat, menambah biaya
berobat dan daya pikir yang semakin berkurang. Dengan memperhatikan akibat dari
gangguan nutrisi tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan yang diantaranya
adalah dalam penyusunan menu. Terdapat lima prinsip dalam menyusun menu pada lansia
yaitu mengurangi makanan berlemak, mengurangi garam, mengurangi gula, menu bervariasi,
banyak vitamin dan serat serta makanan yang mudah dicerna.
           
B.OBAT TRADISIONAL
         Reumatik:
 Cara 1
            Bahan: Cengkeh
                        Merica
                        Daun Belimbing wuluh
                        Cuka
            Alat:    mangkuk
Cara pembuatan : daun belimbing wuluh, merica, cengkeh di tumbuk halus sehingga menjadi
lembut seperti bubur, ditambah cuka secukupny. Lalu tumbuk kembali bahan. Setelah itu
bahan yang sudah dihaluskan di oleskan pada lutut da n persendian yang lain.

Cara 2
Alat dan Bahan : Jahe
                            Minyak kelapa
                            Parutan
                            Mangkuk
Cara pembuatan : Jahe di cuci barsih lalu diparut, dan hasil parutan ditambah minyak kelapa
secukupnya. Kemudian di poleskan/dibalurkan pada daerah yang sakit.

Cara 3
Alat dan Bahan : 5 butir cengkah
                            200 gr ubi jalar merah
                            5 biji pala
                            1 gr kayu manis
                            10 butir merica
                            5 kapulaga
Cara pembuatan : rebus semua bahan dengan 1500cc  air hingga tersisa 500cc, kemudian
minum air rebusan tadi dan ubi jalarnya dimakan.
           
         Katarak :
Alat dan Bahan: 5 lembar kembang teleng
                           Air hangat
Alat : mangkuk
Cara pembuatan : simpan air hangat pada mangkuk, masukan kembang teleng pada mangkuk
yang berisi air hangat. Tunggu sampai warna memudar menjadi kebiruan, kemudian
tempelkan kedua mata pada air rebusan kembang teleng.
         Hipertensi
Cara 1
Alat dan Bahan:          Mengkudu
Air hangat
Bleder
Saringan
Cara pembuatan: Mengkudu diblender dengan air hangat kemudian di saring dalam satu gelas
dan diminum tiga kali dalam satu hari.

                Cara 2
            Alat dan Bahan: 5 Lembar Daun salam
Cara Pembuatan : 5 lembar daun salam direbus hingga mendidih kemudian air nya di minum
3 kali sehari.

BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK


DI WISMA ANGGREK PANTI SOSIAL TERSNA WREDA
BUDHI DAYA TELUK JAMBE KARAWANG.

Nama  Kelompok                    : Kelompok V


Tingkat                                    : III Reguler                            
Lahan Praktik                          : UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda
Natar Lampung Selatan
Tanggal Pengkajian                 : 25 Januari 2014
Nama Wisma                           : Isolasi wanita 2
Pimpinan Panti                        : Drs. Maman Suparman, MM
Dikelola Oleh                          : Departemen Sosial RI
A.    PENGKAJIAN
1. Karakteristik Penghuni
a.       Berdasarkan umur
Karakteristik umur Perempuan Laki-laki Jumlah Prosentase
< 60 1 - 1 14,3 %
60 – 70 1 - 1 14,3 %
71 – 90 5 - 5 71,4 %
> 90 - - - -
Jumlah 7 - 7 100 %

b.      Berdasarkan pendidikan
 Tingkat  Pendidikan Jumlah Prosentase
Tidak sekolah 5 71,4 %
Sekolah rakyat 1 14,3 %
Tamat SD/sederajat 1 14,3 %
Tamat SMP/sederajat - -
Tamat SMA - -
Jumlah 7 100

c.       Berdasarkan agama
Agama Jumlah Prosentase
Muslim 8 100
Non Muslim - -
Jumlah 8

2. Data khusus
a.       Biologis
1)          Keadaan kesehatan
5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosentase
Hipertensi 6 30 %
Nyeri persendian 4 20 %
Gangguan aktivitas 4 20 %
Penglihatan kabur 4 20 %
Gangguan fungsi pendengaran 2 10 %

Jumlah 20 100 %
        Dari hasil pengkajian didapatkan beberapa lansia yaitu sekitar 6 orang mempunyai
riwayat Hipertensi tapi dengan keluahan pusing yang ringan dan hilang timbul, kemudian ada
4 orang mengeluh pegal dan nyeri pada daerah pinggang, tangan dan kaki. Biasanya mereka
merasa pegal dan nyeri pada saat  istirahat (tidur),.

2)      Pola makan dan minum


Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan di tempat tidur masing masing karena
tipe tempat tinggal bangsal (ruangan dengan tempat tidur yg saling berdekatan tanpa adanya
pembatas). Menu makanan pagi hari nasi, sayur, lauk. Makan siang terdiri dari nasi, sayur,
lauk dan buah. Menu makan sore sama dengan dengan menu makan siang.
Sebagian lansia minum sebanyak 4 – 6 mug kecil dalam sehari (1 mug kecil = 200 ml).
Sekitar  2 – 3 lansia yang memakai mug besar dan dalam sehari mereka minum 1 – 2 mug (1
mug besar = 600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat mukosa bibir dan kulit lansia
lembab.
3)      Pola tidur
Para lansia sebagian besar mengatakan mulai tidur sekitar pukul antara 20.00 - 22.00 sampai
dengan pukul 05.00 WIB tergantung seberapa lama mereka tidur siang.. para lansia tidur
siang antara pukul 13.00 s.d pkl 14.00
Jika dijumlahkan, jumlah jam tidur lansia adalah 7 – 8 jam dalam sehari.
4)      Kebersihan diri
Penampilan sebagian besar penghuni wisma Melati tampak bersih namun tidak rapi. Setiap
lansia mandi 1-2 kali sehari. Dua orang lansia mandi, toileting, berpakaian dengan dibantu.
Tercium bau pesing (urine) ketika masuk ruangan dikarenakan 3 orang lansia yang
mengalami gangguan aktivitas (muskuloskeletal).

b.      Psikologis dan sosial


1)      Kebiasaan buruk kelompok
Satu lansia mempunyai kebiasaan merokok di Wisma dan biasa menghabiskan dua sampai
tiga batang setiap hari terutama setelah selesai makan.
2)      Keadaan emosi
Ada satu lansia yang memiliki watak emosi sensitif dan cepat marah jika lansia lain
melakukan kesalahan atau tidak sesuai dengan pahamnya. Ada satu lansia juga yang
mempunyai riwayat gangguan jiwa dan sudah dinyatakan sembuh, namun klien masih
tampak ragu dalam berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan orang yang baru
dikenal.
3)      Pengambilan keputusan
Di wisma tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil keputusan. Masing – masing
berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya. Bila ada anggota wisma yang sakit, maka
lansia yang lain hanya melaporkan kepada petugas wisma.
4)      Rekreasi
Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota wisma Melati antara lain menonton TV,
mendengarkan Radio atau bercakap – cakap.
5)      Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh petugas puskesmas yang datang ke
panti. Jika penyakit parah, klien dibawa ke rumah sakit terdekat.
6)      Kecacatan
Di wisma isolasi wanita 2, 2 orang mengalami gangguan mobilitas fisik post stroke non
hemoragik, 1 lansia bedrest total,

8)      Keadaan ekonomi
Semua lansia di wisma Melati tidak ada yang mempunyai tunjangan pensiun, mereka hanya
mendapatkan uang santunan dari pengunjung dan panti yang digunakan untuk membeli
kebutuhan sehari-hari.
9)      Kegiatan organisasi sosial
Tidak ada lansia yang mengikuti kegiatan organisasi sosial dikarenakan keadaan mereka yang
tidak memungkinkan..
10)  Hubungan antara anggota kelompok
Sebagian besar lansia di dalam kelompok saling membantu lansia yang lain, terutam pada
klien bedrest dan mereka saling mengingatkan untuk makan, ataupun mandi. Lansia – lansia
sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi kelompok.
11)  Hubungan di luar kelompok
Sebagian besar lansia menyatakan tidak pernah berkunjung ke wisma lain dikarenakan
kondisi mereka yang tidak memungkinkan.
12)  Hubungan dengan anggota keluarga
Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa mengunjungi lansia kapan
saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi sebagian lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh
keluarga karena sanak keluarganya sudah tidak ada.

c.       Spiritual
      Ketaatan beribadah
Semua lansia di wisma beragama Islam dan sebagian besar mereka tidak melakukan sholat
dikarenakan keterbatasan aktifitas mereka. Namun bagi lansia yang dapat melakukan aktifitas
mandiri mereka dapat melakukan ibadah. Semua lansia percaya akan tibanya kematian dan
lansia pasrah bila kematian menjemput mereka.
2)      Keyakinan tentang kesehatan
Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada manusia. Beberapa
lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika hal itu terjadi mereka biasanya
menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang terasa sakit. Cara tersebut
cukup mengurangi rasa sakit.

e.       Keadaan lingkungan
      Penerangan
Ruangan umumnya mendapatkan penerangan yang cukup baik, jumlah lampu dalam ruangan
ada 6 buah dengan daya 5 watt. Dan jika petang lampu hanya dihidupkan 3 buah saja. Karena
sebagian lansia mengatakan silau jika lampu dinyalakan semua.
      Kebersihan dan kerapihan
Secara umum kondisi ruangan cukup bersih dan stiap bed tersusun beraturan. Namun
terkadang tercium bau pesing jika ada lansia yang sudah terlanjur mengompol lantai ruangan
bersih. Namun lantai di wisma agak licin, terutama di depan kamar mandi. Di kamar mandi
tidak terdapat pegangan pengaman.
      Sirkulasi udara
Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma terdapat cukup jendela dan pintu
yang lebar.

B.        Analisa Data

Data Diagnosa Keperawatan


Data Subjektif Gangguan rasa nyaman : nyeri
  Beberapa lansia mengeluh pegal dan nyeri pada b.d degenerasi/penurunan fungsi
pinggang, tangan dan kaki. muskuluskeletal
  Mereka mengatakan pegal dan nyeri yang dirasakan
muncul pada saat istirahat (tidur)
  Jika timbul nyeri mereka menggunakan minyak kayu
putih atau balsem pada daerah yang pegal atau nyeri. Cara
tersebut cukup mengurangi rasa sakit atau pegal yang
dialami.
Data Objektif
  4 orang dari 7 orang lansia menderita rematik, 2 lansia
post stroke dengan 1 orang hemiplegi sebelah kanan tubuh
dan 1 orang hemiparase ekstremitas bawah

Data Subjektif Intoleransi aktivitas b.d nyeri,


  4 orang lansia di wisma mengalami gangguan aktivitas kelemahan umum, kerusakan
4 orang mengeluh nyeri sendi neuromuskuler.

Data Objektif
  Pada pemeriksaan fisik didapatkan data 2 orang lansia
post stroke dengan 1 orang hemiplegi sebelah kanan tubuh
dan 1 orang hemiparase ekstremitas bawah
Serta 6 orang lansia memiliki hipertensi

Resiko cedera b.d penurunan


Data Subjektif fungsi penglihatan, lingkungan
  Sekitar 4 orang lansia mengeluh penglihatannya kabur. yang tidak aman, kelemahan
Sebagian besar lansia mengatakan tubuhnya terasa lemas umum
untuk beraktifitas
Data Objektif
  Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.
Lansia tampak lamban dalam melakukan aktifitas
  Lantai di wisma agak licin. Terutama saat basah.

C.  DAFTAR MASALAH


Dari keluhan – keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2.      Intoleransi aktivitas
3.      Risiko cedera

BAB IV

     PENUTUP

A.   Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998). Sejalan
dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar 7,5%
dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan
SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber
daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang
dapat dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat.
Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam
keluarga karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh
karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu dilakukan untuk mempertahankan
dan maninggikan derajat kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai
kemampuan.
Hasil pengamatan kami selama praktek keperawatan gerontik di RPSTW Budhi Daya
Karawang, masalah keperawatan yang sering timbul pada penghuni wisma (lansia) adalah
gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses degenerasi atau penurunan fungsi
muskuloskeletal, intoleransi aktivitas dan resiko cedera berhubungan dengan penurunan
fungsi penglihatan, lingkungan yang tidak aman..

B.   Rekomendasi
Dalam penanganan masalah pada lansia di panti umumnya sudah baik, namun demi
tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para penghuni kelompok ingin menyampaikan
beberapa masukan, antara lain :
1.      Memperhatikan keselamatan para lansia, terutama di dalam wisma. Membuat pegangan
lansia untuk berjalan, terutama menuju dan dalam kamar mandi.
2.      Memotivasi lansia untuk melanjutkan latihan gerak yang telah di ajarkan oleh perawat
untuk mencegah terjadinya kekauan sendi yang mengakibatkan nyeri.
3.      memfasilitasi kepada para lansia terutama yang mengalami gangguan penglihatan dengan
menggunakan kaca mata.

Anda mungkin juga menyukai