Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA"

Dosen: Pasha Erik Juntara,M.Pd

Disusun Oleh:

Lingga putra: 1885201009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan maklah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa pasti masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirkata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


maupun inspirasi terhadap kami dan para pembaca.

Kotabumi, 12 November 2021

Penyusun

BAB 1
PENDAHUUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang


terpuji dari berbagai kalangan olahraga. Sering kali yang diberitakan
adalah kerusuhan dalam pertandingansepakbola. Mulai dari pemain dengan
pemain, pemain dengan wasit, pemain dengan superter. Hampir setiap ada
penyelenggaraan pertandingan sepakbola, di situ pula terjadi kerusuhan.
Kerusuhan dalam sepakbola adalah salah satu contoh yang
menggambarkan tindak kekerasan dalam olahraga.

winberg dan Gould ( 2003: 512 ) mengartikan agresi adalah perilaku


yang diarahkan menuju tujuan merugikan atau melukai orang lain.
Perilaku agresi dalam bentuk fisik atau psikis. Agresi dapat dilihat baik
dan juga dapat dilihat sebagai hal buruk . pemain-pemain agresif sangat
diperlukan untuk menenangkan pertandingan, seperti sepakbola, tetatpi
sifat dan sikap agresif apabila apabila terkendali dapat menjerumus pada
tindakan-tindakan berbahaya, melukai lawan, melanggar peraturan, dan
mengabaikan sportivitas. Oleh karena itu agretivitas tidak di artikan
sebagai bentuk serangan yang kejam, tetapi dikaitkan erat dengan ciri khas
olahraga itu sendiri, seperti molahraga bela diri yang membutuhkan sikap
agresif.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian agretivitas ?

2. Teori Agresivitasi ?

3. Perilaku Agresif Dalam Olahraga ?

4. Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga ?

5. Upaya Pengendalian Agresivitas ?

6. Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan Cara Tanpa Kekerasan


?

7. Mengontrol Agresivitas Penonton?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui Pengertian agretivitas


2. Untuk mengetahui Teori Agresivitasi

3. Untuk mengetahui Perilaku Agresif Dalam Olahraga

4. Untuk mengetahui Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga

5. Untuk mengetahui Upaya Pengendalian Agresivitas

6. Untuk mengetahui Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan


Cara Tanpa Kekerasan

7. Untuk mengetahui Mengontrol Agresivitas Penonton

D. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan masukan bagi


pelatih olahraga dan guru pendidikan jasmani agar bisa senantiasa
memantapkan cara mereka dalam melakukan agretivitas pada atlet dan
siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agretivitas

Agresifitas adalah istilah umum yang di kaitkan dengan adanya


perasaan –perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang
lain baik dengan tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun
menggunakan ekpresi wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau
merendahkan. Tindakan agresif pada umumnya merupakan tindakan yang
di sengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ada 2
tujuan utama agresif yang saling bertentangan satu dengan yang lain,
yakni untuk membela diri di satu pihak dan di pihak lain adalah untuk
meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya.

Agresifitas yang wajar. Tidak setiap tindakan agresif merupakan


perilaku yang bermasalah. Agresif mungkin muncul sebagai pelampiasan
perasaan marah dan frustasi. Bila agresifitas muncul karena kondisi
psikologis yang bersifat temporer dan dipahami berdasarkan konteks
situasi yang dihadapi anak maka itu merupakan tindakan yang masih bisa
diterima. Justru ketidakmampuan seorang anak untuk mengekspresikan
dorongan agresif pada situasi-situasi tertentu merupakan indikasi adanya
permasalahan perkembangan pada dirinya. Mungkin itu merupakan akibat
dari mekanisme hambatan yang berlebihan yang secara psikologis tidak
terlalu sehat untuk perkembangan selanjutnya. Agresifitas yang tidak
wajar. Namun ada kecenderungan agresifitas yang bersifat menetap pada
anak tertentu. Secara umum kecenderungan ini menandakan kepribadian
yang agresif. Ini menandakan kepribadian yang agresif merupakan
perkembangan kepribadian. Dampak negatif pada diri sendiri dan pada
lingkungan cukup serius.

Upaya untuk mendefinisikan agresif telah banyak dilakukan oleh


para ahli. Sebagian dari definisi tersebut dapat dirangkumkan bahwa
agresivitas adalah beberapa bentuk atau serangkaian perilaku yang
bertujuan untuk membahayakan atau mencederai orang lain(Dolar, Miller,
Do’ob, Mourer & Sears, 1939; Boron, 1991). Definisi agresif seperti itu
sering digunakan interchangeably dengan istilah hostility pada satu sisi,
padahal sebenarnya sangat berbeda dari segi maknawi dengan istilah
asertif atau agresif sebagai tindakan yang sering muncul pada praktik
olahraga disisi yang lain yang justru dibutuhkan untuk menampilkan
keterampilan secara efektif dalam kompetisi olahraga.
R.H.Cox (1985) mengelompokkan tindakan agresif kedalam dua
kategori. Pertama,Hostility Aggresion yaitu tindakan agresif yang disertai
permusuhan dan dilakukan dengan perasaan marah serta bermaksut
melukai orang lain atau lawan bertanding (Marcoen, 1999). Kedua,
Instrumental Aggresion, yaitu perilaku agresif yang dijadikan sebagai alat
untuk memenangkan pertandingan, tanpa bermaksut melukai orang lain
atau kawan bertanding.

B. Teori Agresivitasi

Rujukan teori yang dapat digunakan untuk memahami tentang


agresivitas adalah Teori Naluri (Instinc Theory). Teori Agresif-Frustasi
(Frustration-Aggresion Theory) dan Teori Belajar-Sosial (Social-Learning
Theory).

1. Teori Naluri (Instinc Theory). Teori ini berpijak dari tulisan Sigmund
Freud dan Konrad Lorenz, menurut Freud (1950) Teori ini menyatakan
tindakan agresif dipandang sebagai dorongan yang dibawa sejak lahir
seperti halnya dorongan seksual dan rasa lapar.

2. Teori Agresif-Frustasi (Frustration-Aggresion Theory) (Dolar, Miller,


Do’ob, Mourer & Sears, 1939) Teori ini menyatakan bahwa frustasi selalu
menyebabkan tindakan agresif dan sebaliknya keagresifan selalu
disebabkan oleh frustasi.

3. Teori Belajar-Sosial (Social-Learning Theory) Teori yang digulirkan


Bandura (1989) ini berpandangan bahwa tindakan agresif adalah adalah
sebuah respon atau perilaku yang dapat dipelajari, bukan karena adanya
dorongan naluriah maupun frustasi. Selanjutnya Bandura (1989)
menyebutkan bahwa tundakan agresif menunjukkan “circular effects” yang
artinya bahwa tindakan agresif akan mendorong tindakan-tindakan agresif
lainnya.

C. Perilaku Agresif Dalam Olahraga

Permainan-permainan agresif sangat diperlukan untuk memenangkan


pertandingan, seperti dalam sepak bola, tetapi sifat dan sikap agresif
apabila tidak terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan berbahaya,
memulai lawan, melanggar peraturan, dan mengabaikan sportivitas.

Tipe kepribadian agresivitas terbagi menjadi 2, yakni agresivitas


kurang terkontrol dan agresivitas selalu dikontrol dengan ketat. Tipe
kepribadian yang agresivitasnya kurang control menunjukkan kurangnya
larangan terhadap tingkah laku agresif dan cenderung frustasi dengan
tindakan agresifnya. Individu yang agresivitasnya kurang control
kemungkinan lebih besar melakukan tindakan criminal kekerasan karena
tidak bimbang melakukan kekerasan pada waktu marah. Sementara itu,
tipe kepribadian agresivitas yang selalu terkontrol dengan ketat
menunjukkan adanya control yang ekstrim kuat terhadap pengukaran
agresivitas dalam berbagai kondisi

Biasanya, perilaku agresivitasnya dipengaruhi oleh besarnya


halangan/rintangan yang dihadapi individu, kualitas frustasi, kepuasan
seseorang terhadap cita-citanya, dan kondisi lingkungan masyarakat.
Untuk itu, cara seseorang berperilaku agresif biasanya meniru apa yang
dilakukan orang lain, dan vicarious process, yakni seolah-olah mengalami
atau ikut terlibat didalamnya, misalnya, actor yang berperan sebaga orang
jahat dikehidupan nyata dianggap jahat.

Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi yang tidak seimbang


atau berlawanan. Tindakan agresif akan tertuju pada individu yang tidak
disenangi atau berlawanan. Misalnya, orang atlet dimarahi oleh
pelatihnya, atlet tersebut tidak berani melawan pelatihnya, tetapi atlet
tersebut akan bertindak agresif dengan menyerang temannya atau
lawannya.

Berdasarkan penjelasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa pelatih


membutuhkan atlet/pemain yang agresif untuk memenangkan suatu
pertandingan, oleh karna itu, pelatih/Pembina wajib memanfaatkan sifat-
sifat agresif dari atlet/pemainnya sehingga dapat tersalur dan terarah
sesuai dengan aktivitasnya olahraga yang diikutinya.

D. Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga

Sifat agresif yang dimiliki pemain yang juga memiliki kesetabilan emosional,
disiplin, rasa tanggung jawab yang besar, tidak akan menjadi masalah dalam
pengarahannya. Pelatih dapat menyiapkan atlet tersebut untuk bermain agresif dengan
tidak perlu khawatir bahwa ia akan melukai lawan dan bertindak destruktif dalam upaya
untuk mencapai tujuan atau memenangkan pertandingan. Dengan memberikan dorongan,
pemberian stimulus yang positif dan sebagainya. Atlit akan bermain agresif tanpa
mengalami frustasi.

Bertitik tolak dari “social-learning Theory”yaitu pemain akan meniru dan belajar
dari pengalaman pemain lainnya maka pelatih harus menyiapkan pemain dengan
petunjuk dan langkah praktis sebagai berikut :
1. Anjuran untuk bermain agresif harus terarah, kapan da bagaimana cara yang tepat agar
tidak menimbulkan hal-hal negative dan melukai lawan.

2. Bermain agresif harus disertai peningkatan penguasaan diri agar dapat selalu mengontrol
diri sendiri.

3. Bermain agresif harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu mematuhi
peraturan dan tunduk pada keputusan wasit serta dapat mempertanggungjawabkan
tindakannya.

4. Perlu adanya pemberian penghargaan bagi mereka yang bertindak agresif tetapi tidak
melukai lawan, memelihara sportivitas dan sebaliknya berikan hukuman apabila berusaha
melukai lawan atau tindakan tercela dan melanggar peraturan.

Dalam upaya mengendalikan tindakan kekerasan atau agresivitas yang


menyimpang, dikemukakan Richard H. Cok sebagai berikut :

1. Atlet-atlet mudah harus sudah diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku non
agresif, penguasaan diri, dan penampilan yang benar.

2. Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum. Harus disadarkan bahwa tindakan
agresif dengan melukai lawan adalah tindakan yang tidak dibenarkan.

3. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet terlibat dengan kekerasan harus ditelitih
dan harus dipecat dari tugasnya sebagai pelatih.

4. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan
dilapangan pertandingan harus dihindari.

5. Para pelatih dan wasit didorong dan dianjurkan untuk menghindari lokakarya- yang
membahas tindakan agresif dn kekerasan.

6. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekerasan atlet harus didorong
secara positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi
emosional.

7. Penguasaan emosi menghadapi tindakan agresif dengan kekerasan harus dilatih secara
praktis antara lain melalui layihan mental

E. Upaya Pengendalian Agresivitas

Upaya-upaya untuk mengendalikan agresivitas antara lain:

a) teknik time out


b) memberikan pemahaman dan contoh perilaku nonagresif sebagai metode konstruktif
untuk memecahkan masalah

c) menciptakan atau mendesain lingkungan belajar/latihanj yang kondusif, dan

d) memberikan latihan empat. Selain itu, ada pula upaya untuk mengendalikan tindakan
kekerasan/agresivitas yang mnyimpang, antara lain:

1. atlet-atlet mudah harus diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku nonagresif,
peguasaan diri, dan penampilan yang benar.

2. Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum, harus disadarkan bahwa tindakan
agresif dengan melukai lawan adalah timdakan yang tidak benar.

3. Pelatih yang member kemungkinan para atlet terlibat agresif dengan kekerasan harus
diteliti dan harus dihentikan dari tugasnya sebagai pelatih,

4. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan di
lapangan pertandingan harus dihindarkan.

5. Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk menghadiri lokakarya-lokakarya
yang membahas tindakan agresif dan kekerasan.

6. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekerasan, atlet harus didorong
secara positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi
emosional.

7. Penguasaan emosi mengahadapi tindakan agresif dengan kekarasan harus dilatih secara
praktis melalui latihan mental.

F. Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan Cara Tanpa Kekerasan

Mengatasi konflik tanpa kekerasan adalah hal yang sangat penting untuk
diajarakan kepada anak-anak. Perilaku olahraga harus tahu bagaimana menyelesaikan
konflik dan perselisihan dengan cara tanpa kekerasan. Sementara itu, langkah-langkah
sebagai berikut.

a. Menyetujui untuk bertemu. Apakah yang bersangkutan setuju untuk bertemu dengan
mediator (tapi tidak duduk di samping satu sama lain di pertemuan tersebut).

b. Mencatat fakta. Setiap pihak yang bersengketa diberikan kesempatan untuk menceritakan
tentang permasalahannya, para mediator mendengarkan,tetapi tidak memihak.

c. Mengungkapkan perasaan, setiap pihak yang bersengketa mengungkapkan perasaannya


tentang kejadian, dan mediator mengulangi apa yang dikatakan untuk memastikan
kejelasan makna.
d. Mempunyai tujuan untuk menyelesaikan. Konsekuensi diinginkan meyelesaikan konflik
disajikan oleh masing-masing pihak yang bersengketa.

e. Memiliki perubahan. Masing-masing pihak yang bersengketa dapat melakukan


perubahan yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik.

f. Mengembangkan rencana aksi. Sebuah rencana tindakan dikembangkan dan masing-


masing pihak yang bersengketa menujukkan komitmennya untuk rencana aksi dan
menyelesaikan konflik secara kooperatif.

g. Menindaklanjuti rencana tersebut. Pihak yang bersengketa akan ditanya oleh mediator
apakah masalahnya masih ada.

G. Mengontrol Agresivitas Penonton

Pengendalian agresivitas tidak hanya dilakukan pada atlet saja tetapi dapat
dilakukan pada penonton. Berikut adalah beberapa strategi umum untuk mengendalikan
agresivitas penonton.

a. Mengembangkan kebijakan pengendalian yang ketat tentang alkohol dan larangan


minuman keras bagi penonton di dalam kompetensi olahraga.

b. Memberikan hukuman bagi penonton yang bertindak agresif misalnya, segera mengusir
penonton keluar, hentikan agresif secepat mungkin kemudian informasikan kepada
penonton yang lain bahwa tidak akan memberikan toleransi kepada perilaku agresif
dalam kompetensi.

c. Mempekerjakan petugas keamanan, misalnya menghimpun untuk tidak akan mentolerir


agresivitas penonton saat dilapangan.

d. Mengimformasikan tidak ada toleransi pelati bagi pelatih yang agresif.

e. Melakukan kerja sama dengan media dalam mensosialisaikan dan tidak membenarkan
tindakan agresif.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan dan saran

Semua orang mengerti bahwa tindakan agresif, adalah tindakan yang tidak terpuji,
maka orang yang memiliki kepribadian yang kuat tidak mudah untuk dipengaruhi untuk
berbuat agresif. Mereka yang mengalami “emotional enstability“ atau ketidakstabilan
emosi, karena perasaan marah dan perasaan negatif lainnya mudah dipengaruhi, dan
mudah mendominasi perasaan yang lainnya. Individu yang memiliki emotional instability
yang tidak mudah marah, mudah benci, mudah kecewa, mudah bingung, mudah kesal,
dsb. Karena emosinya mudah terombang ambing, maka gejala emosional tersebut akan
mengganggu fungsi jiwa yang lain. Sebagaimana diketahui bahwa jiwa kita merupakan
kesatuan yang organis, dimana sumber kemampuan jiwa yang satu dapat mempengaruhi
sumber kemampuan jiwa yang lain. Karena itu goncangan emosional akan
mempengaruhi pertimbangan akal, sehingga individu tersebut akan bertindak tidak sesuai
dengan akal sehat.

Individu yang menunjukkan gejala kematangan emosional atau “emotional


maturity ” dapat meredam goncangan-goncangan emosional sehingga dapat tenang, dan
dapat menjalankan fungsi akalnya dengan baik.Secara umum, individu yang memiliki
kemarahan tinggi tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan angina atau serangan
jantung dibandingkan orang yang memiliki kemarahan rendah, bahkan setelah pengaruh
berisiko seperti faktor genetik, alkohol, berat badan, kolesterol, hipertensi dan merokok
diperhitungkan pada rendah -kemarahan individu. Hal ini mencerminkan pengalaman
banyak psikolog dan dokter yang menemukan korelasi langsung antara risiko kesehatan
secara keseluruhan dan kemarahan intens. Secara umum, individu yang memiliki sikap
bermusuhan berisiko tinggi menderita penyakit lain juga. Hal ini terjadi karena alasan
seperti kesenangan untuk perilaku berisiko dan peningkatan aktivitas biologis ketika
sangat marah dan mengalami dukungan sosial yang rendah.

Suasana kompetisi dan kelas pendidikan jasmani dan olahraga kerap kali menjadi
media potensial yang mendorong perilaku terjadinya perilaku agresif. Perilaku ini dalam
kadar yang sesuai sangat perlu dimiliki oleh para pemain untuk dapat memenangkan
pertandaingan misalnya pertnadingan sepak bola, tinju dan lain-lain. Tetapi jika
berlebihan dan tidak terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan yang tidak
diinginkan, berbahaya, mencederai lawan, melanggar peraturan, tidak fair play, bahkan
dapat berakibat fatal. Tindakan agresif tidak sama peluangnya pada setiap cabang
olahraga dan setiap atlet.

Beberapa rekomendasi untuk upaya mengendalikan agresifitas antara lain :

a) Teknik time out.


b) Memberikan pemahaman dan contoh perilaku non agresif sebagai metode konstruktif
untuk memecahkan masalah.

c) Menciptakan atau mendesain lingkungan belajar atau lingkungan latihan yang kondusif.

d) Memberikan latihan empati.


DAFTAR PUSTAKA

Husdarta, (2010) Psikologi Olahraga,Bandung : Alfabeta

Cox H. Richard, (1985) Sport Psychology, Concepts and Aplication, Iowa: W.Mc.
Brown,Publishers Dubuque

http://gunturfirmansyah17.blogspot.co.id/2013/09/agresivitas-dalam-olahraga.html

Mylsidayu Apta, (2014) Psikologi olahraga: Bumi aksara

Anda mungkin juga menyukai