Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN URTIKARIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARIODILAH

OLEH :
Winka Futria Afeka
144011926070

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dalam bentuk Studi Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak E.M Dengan
Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman di Ruang Mawar Rumah
Sakit Bhayangkara kupang”.
Penulis menyadari sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sampai terselesaikannya
laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Studi Kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan agar dapat digunakan penulis untuk menyelesaikan Studi Kasus ini
selanjutnya.

Palembang

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Sampul.....................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan Studi Kasus.....................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................4
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis.....................................................................4
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi pendidikan.................................................4
..........................................................................................................
1.3.3 Manfaat Bagi Pasien......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Konsep Keluarga........................................................................................7
2.1 Konsep Urtikaria.......................................................................................21
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.........................................................28
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................28
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................29
2.2.3 Rencana Keperawatan..................................................................31
2.2.4 Implementasi Keperawatan.........................................................31
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................31
BAB III KERANGKA STUDI KASUS................................................................39
BAB IV METODE STUDI KASUS.....................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................45
4.1 Kesimpulan..............................................................................................46
4.2 Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut kaplan, urtikaria adalah lesi kulit yang terdiri atas reaksi lokal edema

intrakutan dan dikelilingi oleh area area kemerahan serta disertai dengan pruritus.

Pasien dengan urtikaria menempati proporsi besar yang datang ke klinik alergi.

Berdasarkan data World Alergy Organization, prevalensi urtikaria di dunia berkisar

antara 0,05% - 20%. Sedangkan di Indonesia, prevalensi urtikaria belum diketahui secara

pasti. Penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3000 remaja usia 14-19 tahun,

mendapatkan prevalensi urtikaria sebesar 42,78%.

B. Batasan Masalah

Karya Tulis ilmiah ini difokuskan pada keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Ariodilah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan ganguan urtikaria di wilayah

kerja Puskesmas Ariodilah

2. Tujuan Khusus

a. Diskripsikan pengkajian keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Ariodilah .

4
b. Diskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Ariodilah

c. Direncanakan intervensi keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Ariodilah

d. Dilakukan implementasi keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di

wilayah kerja Puskesmas Ariodilah

e. Dilakukan evaluasi keperawatan keluarga dengaan gangguan urtikaria di wilayah

kerja Puskesmas Ariodilah

f. Didokumentasian keperawatan keluarga dengan gangguan urtikaria di wilayah

kerja Puskesmas Ariodilah

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi bermanfaat dan

menjadi tambahan ilmu untuk Jurusan Keperawatan dan dapat menjadi acuan dan

contoh untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Puskesmas Ariodilah

Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi dan untuk

acuan mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan urtikaria

3. Bagi Akademik

Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau masukan di jurusan

keperawatan dalam upaya meningkatkaan proses pembelajaran tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan urtikaria .

5
E. Implikasi Studi Kasus

1. Implikasi Pada Perawat Sebagai Pendidik

Peran perawat pada pasien dengan urtikaria dalam menghindari faktor

pencetus untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien berupa

motivasi dan edukasi faktor pencetus pada pasien urtikaria. Pada kasus ini

perawat menjelaska apa saja yang menjadi pencetus urtikaria, selain

menganjurkan untuk menghindari alergen yang diketahui. Termasuk

beberapa makanan dan penyedap makanan, obat-obatan, dan beberapa

situasi seperti panas, dingin atau stress emosional.

2. Implikasi Perawat Sebagai Advokat

Peran perawat sebagai advokat pada pasien urtikaria dalam upaya menghindari

faktor pencetus adalah perawat bertindak dalam mencegah kesalahan maupun

resiko lebih lanjut yang dapat terjadi pada pasien saat terjadi urtikaria, disini

perawat mengajarkan keluarga secara bertahap sesuai dengan 5 tahap

perkembangan keluarga.

3. Implikasi Perawat Sebagai Care Provaider

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada keluarga dengan

utikaria dengan mengguakan energi dan waktu seminimal mungkin. Serta

memberikan informasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Setelah melakukan

tindakan perawat selalu melakukan pengkajian maupun evaluasi terkait tindakan

yang akan dilakukan, disesuaikan dengan kondisi keluarga.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Urtikaria

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

yang merupakan bagian dari keluarga (Padila, 2012: 19).

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga

mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan

tugas (Padila, 2012 : 19).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam

suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-

masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Muhlisin, 2012 : 3).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan

perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili, maupun adopsi yang hidup

bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut.

b. Tipe Keluarga

7
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga

berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe

keluarga menurut Andarmoyo (2012 : 6), yakni antara lain sebagai berikut :

1) Tipe Keluarga Tradisional

a) The Nuclear family (Keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari suami

istri dan anak (kandung atau angkat).

b) The dyad family, suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

c) Keluarga usila, keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut,

sedangkan anak sudah memisahkan diri.

d) The childless, yaitu keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa

disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

e) The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah

keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

f) “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau

kematian).

g) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota dan bisa berkumpul

pada hari minggu atau libur saja.

8
h) Multigeneration family, beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling

berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur,

sumur yang sama.

j) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

k) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orang dewasa.

2) Tipe Keluarga Non Tradisional

a) The unmarried teenage mother, keluarga yang terdiri dari satu orang

dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

c) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup

serumah.

d) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

e) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal

dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

f) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena alasan tertentu.

9
g) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling

menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

h) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan

aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan

bertanggung jawab membesarkan anak.

i) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan

saudara untuk waktu sementara.

j) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang

permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

k) Gang, keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan

emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

c. Struktur Keluarga

Setiawati (2009 : 14), mengidentifikasi bahwa struktur keluarga terdiri dari 4,

yaitu:

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga

sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga

10
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang tua

dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)

dengan keluarga inti.

4) Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan. Berdasarkan keempat elemen diatas, diasumsikan bahwa :

1) Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.

2) Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.

3) Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi

kelompok lain

4) Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan

norma yang berlaku dalam masyarakat.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

ada tingkatan keluarga sejahtera sebagai berikut :

1) Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau

keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga

sejahtera tahap I.

2) Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

11
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,

yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan

lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Indikator Keluarga Sejahtera

Tahap I :

a) Melaksanakan ibadah.

b) Makan 2x sehari atau lebih.

c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.

d) Lantai rumah bukan dari tanah.

e) Kesehatan (anak sakit/pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana

kesehatan).

3) Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi

belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan

menabung dan memperoleh informasi. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap

II :

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I (lihat diatas).

b) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

c) Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x dalam

seminggu.

d) Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.

12
e) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 per orang.

f) Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir.

g) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.

h) Bisa baca tulis latin bagi setiap anggota keluarga yg berumur 10-60 tahun.

i) Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.

j) Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.

4) Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi

belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal kepada masyarakat

secara teratur dalam bentuk material dan keuangan, juga berperan serta aktif

menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan dan lain-lain.Indikator Keluarga

Sejahtera Tahap III:

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II (lihat diatas).

b) Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama.

c) Keluarga mempunyai tabungan.

d) Makan bersama paling kurang sekali sehari.

e) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

f) Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.

g) Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah.

h) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

13
5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang

bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun pengembangan, serta

telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi

masyarakat. Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:

a) Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III (lihat diatas).

b) Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela

dalam bentuk material kepada masyarakat.

c) Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan

Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan,

Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I).

a) Tidak bisa makan 2x sehari atau lebih.

b) Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk, paling

kurang 1x dalam seminggu.

c) Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.

d) Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.

e) Luas lantai tiap penghuni rumah kurang dari 8 M2 perorang.

f) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas tidak mempunyai penghasilan

tetap.

g) Anak usia sekolah (7-15 tahun) tidak bersekolah.

h) Lantai rumah dari tanah.

14
i) Kesehatan (anak sakit/pasangan usia subur ingin ber-KB tidak bisa

dibawa ke sarana kesehatan).

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998) dikutip oleh Padila (2012), mengidentifikasi

lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1) Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan

dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan

demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh

keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi

afektif adalah :

a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan

kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya

untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya

tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim

15
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan

dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.

b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai

hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota

keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang

positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan

keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul

karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu

dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga

yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar

norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan

keluarga.

16
3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain

sebagainya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,

yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a) Mengenal masalah

b) Membuat keputusan tindakan yang tepat

c) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

e. Tugas Perkembangan Keluarga

17
Tugas perkembangan keluarga menurut Muhlisin (2012 : 40) yaitu :

1) Tahap I : Keluarga pemula

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).

2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

b) Mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga.

c) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

d) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

e) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran-peran orangtua dan kakek-nenek.

3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi, keamanan.

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan

anak-anak yang lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

18
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

d) Meningkatkan komunikasi terbuka.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.

6) Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b) Mempertahankan keintiman pasangan.

c) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa

tua.

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

a) Mempertahankan kesehatan dan mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.

b) Meningkatkan keakraban pasangan

19
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik

dan pendapatan.

c) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e) Melakukan life review.

f) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama

keluarga pada tahap ini.

f. Peran Keluarga

Setiadi (2011), mengemukakan bahwa peranan keluarga antara lain :

1) Peran sebagai ayah

Ayah sebagai suami dan ayah dari anak-anak berperan mencari nafkah,

pendidikan, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

anggota kelompok sosial, serta anggoat masyarakat danlingkungan.

2) Peran sebagai ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anaknya berperan untuk mengurus rumah

tangga, sebagai pengasuh, pendidik, pelindung dan salah satu anggota

keluarga sosial serta sebagai masyarakat dan lingkungan. Disamping itu dapat

berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

3) Peran sebagai anak

20
Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisisk, mental, sosial dan spiritual.

Konsep Penyakit Urtikaria

2.1 PENGERTIAN
            Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang sangat mengganggu dan
membuat penderita atau dokter kadang frustasi. Frustasi karena pada keadaan tertentu gangguan
ini sering hilang timbul tanpa dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Kesulitan mencari
penyebab ini terjadi karena faktor yang berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan. Secara
umum yang mendasari utama biasanya adalah penderita memang punya bakat alergi kulit yang
didasari oleh alergi makanan dan dipicu oleh hilang timbulnya infeksi virus dalam tubuh
(gejalanya demam, sumeng atau tanpa demam, pilek, badan pegal (sering dikira kecapekan),
batuk atau gangguan saluran cerna).
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi oleh
haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan seringkali
menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2005)
Urtikaria, yang dikenal dengan hives, terdiri atas plak edematosa (wheal) yang terkait
dengan gatal yang hebat (pruritus). Urtikaria terjadi akibat pelepasan histamine selama respons
peradangan terhadap alegi sehingga individu menjadi tersensitisasi. Urtikaria kronis dapat
menyertai penyakit sistemik seperti hepatitis, kanker atau gangguan tiroid. (Elizabeth, 2007)
Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang ditandai dengan
adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan
bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah merasakan salah satu bentuk urtikaria
akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal. Gambaran patologis yang utama adalah
didapatkannya edema dermal akibat terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons
terhadap histamine (dan mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.
(Tony, 2005)

2.2 BENTUK-BENTUK URTIKARIA

1. URTIKARIA AKUT
Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering
terjadi penyebabnya adalah:
1. adanya kontak dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
21
2. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan dan
strouberi.
3. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

2. URTIKARIA KRONIS
Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada
bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. URTIKARIA PIGMENTOSA
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,
kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.
4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa
urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna
kemerahan.
Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:
1. heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.
2. urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi.
3. cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.
4. pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.
5. contak urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.
6. aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.
7. solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.
8. vaskulitik urtikaria.
9. cholirgening urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

2.3 ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh alergi,
baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria,baik secara imulogik maupun
imunologik,hampit semua obat dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I

22
dan II.contohnya adalah obat-obat tipe penicilin,sulfonamid,analgesik,pencahar,hormon
dan diuretik.aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat sintesis prostaglandin
dari asam arakidonat.
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,umumnya akibat reaksi
imunolgik,makanan berupa protein atau bahan lain yang di campurkan ke dalam nya
seperti zat warna,penyedap rasa,atau bahan pengawet.sering menimbulkan urtikaria.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat,agaknya hal ini di perantarai
oleh IgE(tipe I) dan tipe seluler(tipe IV).nyamuk,lebah dan serangga lainnya
menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,biasanya sembuh sendiri.
4. Bahan Fotosensitizer
Bahan semacam ini,biasanya griseofulvin,Fenotiazin,sulfonamid,bahan kosmetik,dan
sabun germisid.
5.  Inhalan
Berupa serbuk sari bunga,spora jamur,debu,bulu binatang,dan aerosol,umumnya lebih
mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
6.  Kontraktan
Yang sering menimbulkan urtikaria adalah bulu binatang,serbuk tekstil,air liur
binatang ,tumbuh-tumbuhan buah-buahan ,bahan kimia dan bahan kosmetik.
7. Trauma fisik
Dapat di akibatkan oleh faktor dingin,yakni berenang atau memegang benda
dingin,Faktor panas misalnya sinar matahari,radiasi dan pana pembakaran.Faktor
tekanan yaitu,goresan,pakaian ketat,ikat pinggang,dan tekanan berulang-ulang
yakni,pijatan,keringan,pekerjaan berat dan demam.
8. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri,virus,jamur,maupun infestasi
parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil,infeksi gigi,dan sinusitis,dan
infestasi cacing pita,cacing tambang,dapat menyababkan urtikaria.

2.4 PATOFISIOLOGI 
            Sebenarnya patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas.
23
Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk
antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast. Setelah itu, pada saat
terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah
berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah
kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada
akhirnya sel mast akan mengekuarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa
sanya sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada
seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi merah, gatal dan sedikit ada
benjolan pada permukaan kulit. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi ??? , Begini
jawabannya,pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat saraf perifer, dan pembuluh
darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena histamin yang dikeluarkan sel mast itu
menyerang pembuluh darah yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.
Gatal yang terjadi juga diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
Urtikaria terjadi akibat vasodilatasi dan peningkatan permiabilitas dari kapiler atau
pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari pembuluh darah di kulit. Hal in
karena adanya pelepasan mediator kimia dari sel mast atau basofil terutama histamin.
Pelepasan mediator ini dapat terjadi melalui mekanisme : 
- Imunologi (terutama reaksi hipersensitivitas tipe I kadang kadang tipe II) 
- Non imunologi (“chemical histamine liberator”, agen fisik, efek kolinergik).
Baik faktor imunologi maupun nonimunologi mampu merangsang sel mas atau basofil
untuk melepaskan mediator. Pada yang imunologi mungkin sekali siklik AMP(adenosine mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator.beberapa bahan kimia seperti
golongan amin dan derivate amidin,obat-obatan seperti morfin,kodein,polimiksin,dan beberapa
anttibiotik berperan pada keadaan ini.
            Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut dari pada yang
kronik,biasanya IgE terikat pada permukaan sel mas dan atau sel basofil karena adanya reseptor
Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE,maka terjadi degranulasi sel,sehingga
mampu melepaskan mediator.

2.5 PATHWAYS
Faktor-faktor pencetus :
Fx. Imunologik/non imunologik
24
Kulit

Melakukan Pertahanan

Induksi Respon Antiodi IgE

Sel Mast Basofil

Pelepasan mediator
(H, SRSA, Serotonin,Kinin)

Anafilaksis Sistemik

Urtikaria

2.6  MANISFESTASI KLINIS
            Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan
obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan)
dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih
pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat
sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali.Bila mengenai
organ dalam, misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan
yang lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita
urtikaria kronis akan menderita angioedema. 
Dermografisme berupa edema dan eritema yang linear di kulit yang terkena goresan
benda tumpul,timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit,urtikaria akibat penyinaran biasanya
pada gelombang 285-320 dan 400-500 nm,timbul setslah 18-72 jam penyinaran.
25
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. a. Urtikaria akut. Uji laboratorium pada umumnya tidak diperlukan.
              b. Urtikaria kronik. Jika penyebab agen fisik telah disingkirkan, maka penggunaan
pemeriksaan laboratorium, radiografik, dan patologik berikut ini dapat memberikan petunjuk
untuk diagnosis penyakit sistemik yang samar.
2. Uji rutin
a) Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia, laju endap darah
(LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan urine, antibody antinuclear
b)   Radiografik. Radiograf dada, foto sinus, foto gigi, atau panorex
c) Uji selektif. Krioglobulin, analisis serologic hepatitis dan sifilis, factor rheumatoid,
komplemen serum, IgM, IgE serum
d) Biopsi kulit. Jika laju endap darah meningkat, lakukan biopsy nyingkirkakulit untuk men
kemungkinan vaskulitis urtikaria.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi  ini adalah dengan
menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada
umumnya hal ini sulit dilaksanakan
2. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang
memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin. Hidroksizin (Atarax) 0,5
ml/kg, merupakan salah satu antihistamin yang paling efektif untuk mengendalikan
urtikaria, tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25 mg/kg, dan antihistamin lainnya juga
efektif. Jika perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg, maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan
penyembuhan yang cepat atas urtikaria akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg setiap 4-6
jam) merupakan obat pilihan untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria kronis. Penggunaan
bersama antihistamin tipe H1 dan H2 kadang-kadang membantu mengendalikan urtikaria
kronis. Antihistamin h2 saja dapat menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin
(Periactin) (2-4 mg setiap 8-12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk
urtikaria dingin.
Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan penambahan berat
pada beberapa penderita. Tabir surya merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif
untuk urtikaria sinar matahari. Kortikosteroid mempunyai pengaruh yang bervariasi pada
urtikaria kronis ; dosis yang diperlukan untuk mengendalikan urtikaria sering begitu besar
26
sehingga obat-obat tersebut menimbulkan efek samping yang serius. Urtikaria kronis sering
tidak berespons dengan baik pada manipulasi diet. Sayang sekali, urtikaria kronis dapat
menetap selama bertahun-tahun.

2.9 KOMPLIKASI
1.    Purpura dan excoriasi
2.    Infeksi sekunder
3.    Bibir kering

2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakaan proses yang kompleks dengan

mengggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan

individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan

keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan

perencanaan, pelaksanaan asuhan dan evaluasi (Muttaqin, 2017).

2. Tujuan dan Manfaat Aauhan Keperawatan

Adapun tujuan dan manfaat dalam pemberian asuhan keperawatan antara

lain menurut Muttaqin (2017)

1) Membantu individu untuk mandiri.

2) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan.

3) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara

kesehatannya.

4) Membantu individu memperoleh derajat kesehtan yang optimal.

3. Tahapan Asuhan Keperawatan


27
a. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data

secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.

1) Pengumpulan Data

Hal – hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian

keluarga adalah :

a) Data Umum :

Nama kepala keluarga(KK), Alamat dan telepon,

pekerjaaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku

bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas

rekreasi keluarga.

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga:

Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat

keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya.

c) Pengkajian Lingkungan :

Karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas

RW, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga

dan interaksi dengan masyarakat.

d) Struktur Keluarga :

28
Sistem pendukung keluarga, pola komunkasi keluarga,

struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai atau norma

keuarga.

e) Fungsi keluarga :

Fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan

kesehatan, fungsi reproduksi, fugsi ekonomi.

f) Sterssor dan Koping Keluarga :

Stressor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga

berespon terhadap stressor, strategi koping yang

digunakan, strategi adaptasi disfungsional.

g) Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

h) Harapan Keluarga

b. Diagnosa

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah

keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang berhubungan

dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi perawatan keluarga

atau dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga (Nursalam, 2013).

Bagan skala prioritas masalah keluarga

No Kriteria Skor Bobot

29
1. Sifat masalah 1

a. Aktual(tidak/kurang sehat) 3

b. Ancaman kesehatan 2

c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

a. Mudah 2

b. Sebagian 1

c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1

a. Tinggi 3

b. Cukup 2

c. Rendah 1

c. Intervensi

Perencanaa keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup

tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan

rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. (Nursalam, 2017).

d. Implementasi

Implementasi atau pelaksanaan adalah serangkaian tindakan perawat pada

keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. (Nursalam, 2017).

30
e. Evaluasi

Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan

evaluas. Tindakan – tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak

dapat dilakukan dalam satu kali kunjunga, untuk itu dilakukan secara

bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Evaluasi dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan SOAP(sukjeltif, objektif, analisa, dan

planing).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Urtikuria

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Data umum

a) Nama kepala keluarga

b) Alamat dan telepon

c) Pekerjaan kepala keluarga

d) Pendidikan kepala keluarga

e) Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi keluarga

Menjelaskan anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari

keluarga mereka. Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih

dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian diikuti denga

31
anggota keluarga yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari

yang lebih tua, kemudian mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap

anggota keluarga, umur, pekerjaan dan pendidikan.

Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan

konstelasi keluarga (pohon keluarga). Diagram ini menggambarkan

hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal (dalam generasi yang

sama) untuk memahami kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola

penyakit. Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus memuat

informasi tiga generasi (keluaga inti dan keluarga masing-masing orang

tua).

f) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-

masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut.

g) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

h) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga

32
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga.

j) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan

menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas

rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga

inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaska mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing angota

keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk status

33
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa di gunakan keluarga dan

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

3) Pengkajian lingkungan

a) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,

sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat

meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk

setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga

berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga

dengan masyarakat.

34
4) Struktur keluarga

a) Sistem pendukung keluarga

Termasuk sistem pendukukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga

yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atu dukungan dari

anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

b) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

c) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk mengubah perilaku.

d) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal.

e) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang di anut oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

35
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi Sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi Perawatan Kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan

keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari

kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga,

yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang

sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meingkatkan kesehatan dan

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan

setempat.

d) Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

 Berapa jumlah anak?

 Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota

keluarga?

 Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga?

36
e) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fugsi ekonomi keluarga adalah:

 Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan?

 Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkata status kesehatan

keluarga?

6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan panjang

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh mana

keluarga berespon terhadap stressor.

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan/stress.

d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan/stress.

7) Pemeriksaan Fisik

8) Harapan Keluarga

37
BAB III

KERANGKA STUDI KASUS

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian san visualisasi tentang hubungan atau kaitan antar

konsep-konsep atau variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

38
dilakukan.(Notoatmojo, 2012). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai

berikut:

Bagan 3.1 kerangka konseptual

Input Proses Output

Urtikaria ditandai Pengkajian: Data Berhasil: Masalah


dengan: lingkungan, struktur teratasi
keluarga, fungsi
 Gatal keluarga, struktur  Keluarga
 Rasa peran. mampu
terbakar mengenal
 Tampak Diagnosa: masalah
eritema & Menegakkan urtikaria
edema diagnosa sesuai  Memutuska
 Bentuk dengan data yang n untuk
popular didapatkan. merawat
 dermogra keuarga
Intervensi: Memnuat
fisme dengan
rencana sesuai
urtikaria
dengan kasus.
 Merawat
Implementasi: anggota
Melaksanakan seusai keluarga
dengan rencana. dengan
urtikaria

B. Kerangka Kerja

Bagan 3.2 kerangka kerja

Pengkajian
:pengumpulan data,
analisis data, Diagnosa
Intervensi
penentuan masalah keperawatan
39

Tidak berhasil
BAB IV

METODE STUDI KASUS

A. Pendekatan/Desain Studi Kasus

Desain studi kasus adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah pada asuhan keperawatan keluarga dengan urtikaria di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus yang digunakan dalam penelitian asuhan keperawatan keluarga

dengan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Bengkulu adalah

individu dalam satu keluarga yang menderita urtikaria. Adapun subyek penelitian yang akan

diteliti berjumlah satu keluarga dengan satu kasus dengan masalah keperawatan urtikaria.

C. Fokus Studi

Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah urtikaria .

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam praktik keperawatan

yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Asuhan keperawatan ini di lakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan

oleh penerima asuhan keperawtan (pasien) yang tahapnya terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

40
2. Pasien dengan urtikaria adalah orang yang menerima perawatan medis atau asuhan

keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahapan asuhan keperawatan.

3. Urtikaria adalah

E. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian Asuhan

keperawatan sesuai dengan ketentuan yang ada di Prodi DIII Keperawatan.

F. Metode Pengumpula Data

Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu - keluarga, riwayat psikologis, pola-pola

fungsi kesehatan). (Sumber data bisa dari pasien, keluarga, perawat lainnya).

Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, pemeriksaan

integumen,pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan

inguinal, genitalia, anus, pemeriksaan ekstremitas, pemeriksaan nuerologis (dengan

pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) pada sistem tubuh pasien. Data fokus

yang harus didapatkan adalah sistem integumen.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi studi kasus ini di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Bengkulu .

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian yang dilakukan dengan

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Selanjutnya hasil pengumpulan data pengkajian di

41
analisis dengan membandingkan dengan teori yang telah disusun pada bab sebelumnya (bab

2) untuk mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk menyusun tujuan dan

intervensi. Selanjutnya intervensi dilaksanakan kepada pasien sesuai rencana- rencana yang

telah disusun (implementasi).

Hasil implementasi dianlisis untuk mengevaluasi kondisi pasien apakah masalah

sudah teratasi, teratasi sebagaian, dimodifikasi atau diganti dengan masalah keperawatan

yang lebih relevan. Hasil pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi di tuangkan dalam bentuk narasi pada bab pembahasan, yang dibandingkan dengan

teori-teori yang sudah yang sudah disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan penelitian.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

I. Etika Sudi Kasus

Dalam melakukan laporan asuhan keperawatan penulis terlebih dahulu meminta rekomendasi

dari pihak institusi pendidikan setelah mendapat rekomendasi tersebut peneliti mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini diajukan kepada kepala UPT

Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu atau instansi yang bersangkutan. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika

penelitian meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan memenuhi

kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Lembar persetujuan

42
diberikan kepada responden dengan memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh bila

bersedia menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui dampak yang akan

terjadi selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi responden, maka harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada lembar pengumpulan

data yang diisi oleh responden sehingga identitas tidak diketahui publik.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan hasil penelitian.

43
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan asuhan keperawatan pada pasien urtikaria pada umumnya sama antara teori

dan kasus. Hal ini dapat dibuktikan dalam penerapan teori pada kasus An. E.M yang

menderita urtikaria . Penerapan kasus ini dilakukan dengan menggunakan proses

keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi

dan evaluasi.

4.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilaksanakan pada An. E.M dengan hipertermi pada kasus

urtikaria meliputi panas, dan data obyektif yang diperoleh keadaan umum An. E.M

lemah, suhu tubuh pasien 37,9 oC, warna kulit kemerahan dan akral hangat.

4.1.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. E.M dengan hipertermi berhubungan

dengan proses inflamasi, Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

4.1.3 Intervensi Keperawatan

Semua intervensi keperawatan yang ditetapkan pada An. E.M sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang ditegakan.

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Iplementasi keperawatan yang dilakukan pada An. E.M semua sesuai dengan intervensi

yang ditetapkan dan implementasi dilakukan selama tiga hari.

44
4.1.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari maka penulis melakukan

evaluasi pada An. E.M dengan dua diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1) Hipertermi

berhubungan dengan proses inflamasi, 2) Nyeri akut berhubungan dengan proses

inflamasi.

4.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan urtikaria, penulis

ingin memberikan masukan yang positif dalam pengelolaan pasien meliputi:

4.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien

tanpa melihat latar belakang status ekonomi pasien, menjalin hubungan yang baik

dengan keluarga pasien maupun tim kesehatan lainnya serta dapat menambah fasilitas

pelayanan yang menunjang.

4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan untuk

pengemabangan ilmu di bidang keperawatan khususnya untuk pengembangan ilmu

keperawatan anak.

4.2.3 Bagi Penulis

Diharapkan mampu meningkatkan wawasan dalam kegiatan proses belajar tentang

asuhan keperawatan pada pasien dengan faringitis akut dan dapat digunakan sebagai

acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar: Keperawatan Keluarga, Padila Nuha Medika; Yogyakarta,April 2012

Hamzah,mochtar,2007,Ilmu penyakit kulit dan kelamin,Jakarta,fakultas kedokteran universitas

Indonesia.

Suddarth&brunner,2002,buku ajar keperawatan medical bedah,jkarta,buku kedokteran.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Efiaty Arsyad Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Dan Leher, edisi 6. Jakarta : FKUI.

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.

Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatn Medikal- Bedah, Vol 1.

46

Anda mungkin juga menyukai