Anda di halaman 1dari 14

REVOLUSI MENTAL MENUJU KESERASIAN SOSIAL DI INDONESIA

MENTAL REVOLUTION TOWARD SOCIAL HARMONY IN INDONESIA

Togiaratua Nainggolan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur. Telp. 021-8017146, Fax. 021-8017126
E-mail: togiaratua@gmail.com

Accepted: 31 Juni 2015; Revised: 2 Juli 2015; Approved: 29 Agustus 2015

Abstract
The study discusses of the Ministry of Social Affairs roles in terms of doing main task in social development in
Indonesia, especially in establishing social harmony program. The study uses descriptive-qualitative analysis from
data that conducted by literature and documentary study. The result shows that social harmony in Indonesia have
begun since 1908 when national act namely Boedi Utomo, then in 1928 namely Sumpah Pemuda till 17 August 1945
when the state has been proclaimed. Based on that, then social harmony program that lead by the Ministry of Social
Affairs should be revitalized, as follow up of Indonesian independence soul. Revitalization should be colored by
social harmony program as mental revolution of Indonesian. This idea could be redirect the goal of social welfare
development from social beneficiaries to more macro who are all of citizen. Hence, main indicator of social harmony
should be based on basic values that stated in Pancasila. Furthermore, the essence of social harmony program should
be seen as how internalizing Pancasila values in social life of all of Indonesian citizen.

Keywords: harmony, social harmony, mental revolution.

Abstrak
Kajian ini membahas peran yang dilakukan oleh Kementerian Sosial sebagai penyelenggara utama pembangunan
kesejahteraaan sosial di Indonesia. Khususnya dalam penyelenggaraan Program Keserasian Sosial sebagai sarana
melakukan revolusi mental. Pembahasan dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif terhadap data yang dikumpulkan
melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa keserasian sosial di Indonesia tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan pergerakan kebangsaan Indonesia yang ditandai dengan berdirinya organisasi Budi
Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, dan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejalan dengan hal ini
Program Keserasian Sosial yang dimotori Kementerian Sosial harus direvitalisasi sebagai kelanjutan dari perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi harus diawali dengan menjadikan Program Keserasian Sosial sebagai revolusi
mental bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilanjukan dengan merubah fokus pembangunan kesejahteraan sosial ke
sektor makro dengan menjadikan seluruh warga Negara sebagai sasaran program, bukan hanya kelompok penyandang
masalah kesejahteraan sosial. dengan demikian ukuran dari keserasian sosial harus didasarkan pada nilai-nilai dasar
kenegaraan dan kebangsaan Indonesia, yaitu pancasila. Dengan demikian inti dari Program Keserasian Sosial adalah
bagaimana meng-internalisasi-kan nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan perilaku sosial masyarakat Indonesia.
Kata Kunci : keserasian, keserasian sosial, revolusi mental.

Revolusi Mental Menuju Keserasian Sosial di Indonesia, Togiaratua Nainggolan 247


PENDAHULUAN Kementerian Dalam Negeri, (Sumarno &
Seraya menggambarkan realitas sosial Roebyantho; 2013: 2) mencatat bahwa dari
saat ini, sebelum menjadi Presiden RI, Januari hingga November tahun 2012 telah
Jokowi dalam sebuah tulisannya menegaskan terjadi 104 konflik sosial dengan 8 pemicu
bahwa “Indonesia saat ini menghadapi suatu utama, yaitu 1) Bentrokan antar warga
paradoks pelik yang menuntut jawaban dari 33,6 persen; 2) Isu keamanan 25 persen; 3)
para pemimpin nasional. Setelah 16 tahun Konflik organisasi masyarakat 5 persen; 4)
melaksanakan reformasi, masyarakat kita Sengketa lahan 12,5 persen; 5) Isu SARA 9,6
bertambah resah dan bukannya tambah bahagia, persen; 6) Ekses konflik politik 2 persen; 7)
atau dalam istilah anak muda sekarang semakin Konflik institusi pendidikan 2,8 persen; dan 8)
galau (Widodo, 2014) Kesenjangan sosial 0,9 persen.

Situasi ini tidak hanya dirasakan sendiri Selanjutnya, sebagai sesama warga,
oleh Jokowi. Hardana (n.d) mengeluh karena keberadaan waria dengan segala aktivitasnya
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa sering dipersoalkan masyarakat. Bahkan lebih
yang “miskin” dan “kerdil” mentalitas, belum dari itu, waria diperlakukan diskriminatif
memiliki mentalitas kuat sebagai modal meraih dengan mengabaikan hak asasinya sebagai
cita-cita kemerdekaannya. Dari kemiskinan dan manusia. Sebagai contoh, peristiwa pembubaran
kekerdilan mentalitas itu, lahir berbagai macam paksa yang dilakukan oleh ormas tertentu atas
tindakan dan perilaku hidup yang jauh dari kegiatan pentas budaya yang diselenggarakan
keadaban publik. oleh Forum Komunikasi Waria Indonesia
(FKWI) pada tanggal 3 Desember 2012 di
Gambaran yang lebih dramatis dikemukakan Kuningan Jakarta Selatan (LBH Jakarta, 2012).
oleh Baron dkk., (2012) dalam sebuah bukunya
dengan mengemukakan bahwa pasca kejatuhan Kasus terbaru adalah kemunculan Islamic
Suharto, kehidupan masyarakat dipenuhi State of Iraq and Syria (ISIS) yang ternyata
kucuran darah. Menyusul kerusuhan di Jakarta mendapatkan dukungan dari tersangka dan
dan kota-kota lain pada Mei 1998, serangkaian pelaku kasus terorisme di Indonesia. Kepala
konflik kekerasan etnis dan keagamaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
berkepanjangan dan menelan korban jiwa (BNPT) Ansyad Mbaai dalam diskusi bertema
pecah hampir di seluruh nusantara. Indonesia Merespons Ancaman ISIS di Hotel
Borobudur Jakarta, Senin 25 Agustus 2014
Sejumlah fakta yang berkaitan dengan menjelaskan setidaknya hal itu tergambar
perilaku tersebut dapat ditemui dengan sangat dari bergabungnya 34 mantan tahanan kasus
mudah dalam kehidupan bersama akhir-akhir terorisme ke dalam organisasi ini (Angga;
ini. Konflik antar etnis terjadi di Sampit pada 2014).
tahun 2001. Konflik yang melibatkan Suku
Dayak dan Madura ini bahkan menyebabkan Berbagai kasus ini memang sudah
sejumlah warga Madura eksodus dari Sampit ditangani, namun hingga saat ini akibatnya
dan sekitarnya ke Pulau Jawa (Alexander, R., masih menyisakan pengalaman buruk
2005). Konflik juga terjadi di Poso tahun 1998- dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
2001, di Ambon tahun 1999-2002, di Mesuji bermasyarakat. Secara psikologis situasi
Lampung tahun 2013, dan Sampang tahun ini menimbulkan pengalaman traumatik.
2013. Sementara secara sosial hal ini menimbulkan

248 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
disharmoni dalam relasi sosial. Dengan kata menjadi bagian dari embrio yang menjelma
lain berbagai kasus di atas menggambarkan menjadi nafas perjuangan kemerdekaan hingga
gangguan keserasian sosial di Indonesia. melahirkan Negara Republik Indonesia.
Perhatian terhadap gangguan keserasian sosial
ini semakin urgen jika dikaitkan dengan realitas Sebagaimana dijelakaskan oleh Furnivall
sosial masyarakat Indonesia yang sangat pada tahun 1940 (Pelly; 2005: 53) ciri utama
majemuk. Bukan saja bertentangan dengan masyarakat majemuk (plural society) adalah
semangat Bhinneka Tunggal Ika, tetapi dalam orang hidup berdampingan secara fisik, tetapi
level tertentu gangguan ini dapat mengancam mereka terpisah-pisah dan tidak bergabung
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. dalam sebuah unit politik karena perbedaan
sosial. Secara eksplisit Furnivall menunjuk
Menanggapi situasi ini, Kementerian Sosial masyarakat Indonesia pada zaman kolonial
RI telah mengembangkan Program Keserasian sebagai contoh klasik.
Sosial. Program ini dilakukan dengan tujuan
untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan Masyarakat Indonesia yang saat itu
sosial yang serasi yang dilandasi oleh nilai dasar disebut sebagai masyarakat Hindia Belanda,
keberagaman, toleransi, saling menghargai dan hidup terpisah-pisah antara kelompok yang
menghormati, sehingga dapat membangun, memerintah dengan yang diperintah dengan
memantapkan dan mengembangkan serta ras yang berbeda. Bahkan secara fungsional
memelihara kembali kehidupan bersama masyarakatnya terbelah dalam unit-unit
diantara masyarakat dalam persaudaraan sejati. ekonomi antara pedagang Cina, Arab, dan India
(Sumarno & Roebyantho; 2013). dengan kelompok Bumi Putera. Mereka hidup
menyendiri (exclusive) pada lokasi-lokasi
Tulisan ini akan membahas kembali peran pemukiman tertentu.
yang dilakukan oleh Kementerian Sosial RI
sebagai penyelenggara utama pembangunan Situasi ini sengaja dirancang oleh pihak
kesejahteraaan sosial di Indonesia, kususnya penguasa saat itu demi kepentingannya
dalam penyelenggaraan Program Keserasian sebagai penjajah. Berdasarkan hukum Belanda,
Sosial sebagai sarana melakukan revolusi penduduk Indonesia yang saat itu disebut sebagai
mental. Kajian dilakukan dengan pendekatan Hindia Belanda dikategorikan atas empat
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan kelompok; yaitu 1) Eropa; 2) Indo, campuran
dengan studi kepustakaan dan dokumentasi. antara Eropa dengan Indonesia); 3) kelompok
Selanjutnya pembahasan dilakukan dengan Timur Asing seperti keturunan Tionghoa; dan
analisis deskriptif kualitatif 4) Bumi Putra, yang terdiri dari penduduk asli
nusantara sebagai bangsa terjajah. Pembagian
PEMBAHASAN ini sekaligus menunjukkan kelas sosial dalam
stratifikasi sosial yang berlaku saat itu, dan
Keserasian Sosial Indonesia: Dari Era kelompok bumi putra merupakan yang terendah
Hindia Belanda ke Era Reformasi
(http://serbasejarah.blogspot.com/2011/12/
Realitas sosial menunjukkan bahwa bangsa penggolongan-masyarakat-indonesia-masa.
dan Negara Indonesia sangat majemuk. html, diakses tanggal 10 April 2015).
Kemajemukan ini bukanlah hal yang baru,
melainkan sudah ada sejak bangsa Indonesia itu Secara perlahan situasi sosial politik era
ada. Bahkan kemajemukan itu sendiri turut serta penjajahan ini membawa kesadaran bersama

Revolusi Mental Menuju Keserasian Sosial di Indonesia, Togiaratua Nainggolan 249


bagi kelompok Bumi Putra akan kesamaan menuju paham kebangsaan ini sekaligus diikuti
nasibnya sebagai kelompok terjajah yang integrasi sosial. Integrasi sosial ini bahkan
berhadapan dengan musuh bersama, yaitu berjalan secara alamiah berupa tekad bersatu
kelompok penjajah. Selanjutnya kesadaran di antara kelompok-kelompok pejuang yang
bersama ini mengalami transformasi sosial sangat majemuk untuk melawan penjajah.
politik yang mengarah pada terwujudnya Mereka saling mengisi, saling toleran, saling
persatuan dan kesatuan dari berbagai kelompok berbagi, saling kontrol dalam perjuangan,
di wilayah nusantara. dengan interaksi sosial yang sangat dinamis
namun tetap serasi secara sosial menuju tujuan
Proses tersebut berkembang terus
bersama.
menuju pembentukan bangsa (nation) karena
pengalaman sejarah dan politik yang relatif Modal dan sikap dasar inilah yang
sama, hingga pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri berkembang terus hingga perjuangan mencapai
organisasi Budi Utomo yang dikenal sebagai puncaknya dengan Proklamasi Kemerdekaan
awal bangkitnya nasionalisme Indonesia dan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, hingga
hingga kini diperingati sebagai hari kebangkitan secara yurudis formal bangsa dan Negara
nasional.Sebagaimana dijelaskan oleh Suroyo, Indonesia dikukuhkan pada tanggal 18 Agustus
A.M.D (2002) proses pembentukan nation ini 1945 dengan disahkannya Undang-Undang
mencapai tonggak simbolik yang menentukan Dasar, dengan dasar Pancasila dan lambang
dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 ketika para Burung Garuda dengan semboyan Bhinneka
pemuda yang mewakili berbagai golongan Tunggakl Ika.
di nusantara berikrar di Jakarta menjadi satu
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa
bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yaitu
keserasian sosial dalam konteks kebangsaan
Indonesia.
bukanlah suatu hal yang muncul tiba-tiba.
Dilihat dari aspek sosial dan psikologis, Keserasian sosial justru lahir di tengah-
sumpah pemuda ini bukan saja sekedar peristiwa tengah masyarakat Indonesia yang majemuk
politik berupa kebulatan tekad para pemuda bersamaan dengan proses perjuangan politik
untuk bersatu membentuk sebuah bangsa. mendirikan Negara Indonesia. Keserasian sosial
Secara sosial masyarakat Hindia Belanda yang muncul dimotori oleh kelompok elit pejuang
sangat beragam itu menyadari dengan sungguh- pergerakan nasional. Sementara masyarakat
sungguh bahwa mereka berbeda antara satu umum senantiasa memberikan dukungan sosial
kelompok dengan yang lain, dan hal inilah baik secara aktif maupun pasif.
yang menjadi titik lemah yang dimanfaatkan
Proses ini juga menggambarkan bahwa
oleh penjajah. Sementara secara psikologis,
keserasian sosial tidak terbentuk dengan
masyarakat menyadari kelemahan perjuangan
sendirinya. Keserasian sosial harus diperjungkan
ini harus diatasi dengan persatuan dan kesatuan.
dengan mengambil inisiatif membangun
Berkumandangnya Sumpah Pemuda inilah relasi sosial dengan berbagai kelompok guna
yang harus dipegang menjadi dasar atau inti mencapai tujuan bersama. Komitmen untuk
dari keserasian sosial di Indonesia. Peristiwa mewujudkan tujuan bersama menjadi kata
politik ini membawa implikasi luas dalam kunci yang harus diaplikasikan dalam sikap dan
kehidupan masyarakat nusantara. Sumpah perilaku sosial.
Pemuda sebagai proses integrasi politik

250 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
Memasuki era kemerdekaan, bersamaan pelajaran berharga dari situasi ini adalah bahwa
dengan usaha mempertahankan dan mengisi tantangan utama keserasian sosial adalah
kemerdekaan dengan pembangunan, keserasian perubahan sosial. Dengan demikian perlu
sosial Indonesia mulai menghadapi batu disadari bahwa keserasian sosial bukanlah
ujian. Indonesia yang baru merdeka belum sesuatu yang bersifat statis melainkan dinamis.
diakui sepenuhnya oleh Belanda. Sehubungan
Sejalan dengan penjelasan di atas, Suroyo,
dengan hal ini, arah perjuangan pun berubah
A.M.D (2002) menjelaskan bahwa integrasi
dari sebelumnya usaha merebut kemerdekaan
sosial sebagai langkah menuju keserasian sosial
menjadi usaha mempertahankan kemerdekaan.
harus dilakukan dengan dua arah, yaitu 1)
Hingga saat ini, secara psikologis keserasian
integrasi vertikal antara elit penguasa dan massa
sosial masyarakat Indonesia justru semakin
atau rakyat yang dikuasai; dan 2) integrasi
kohesif mengingat masih adanya musuh
horizontal antar golongan di masyarakat
bersama yang harus dihadapi.
seperti antar suku, antar pemeluk agama dan
Ujian pertama terhadap keserasian sosial seterusnya.
justru muncul setelah kemerdekaan diakui oleh
Selanjutnya Pemerintah Orde Baru yang
dunia. Berbagai golongan masyarakat mulai
dipimpin oleh Presiden Soeharto berusaha menata
menampakkan wajah kepentingannya, baik yang
kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa
bersifat ideologis, politik, ekonomi, sosial dan
dan bernegara. Secara formal, usaha tersebut
budaya. Tidak jarang perbedaan kepentingan
didasarkan pada tekad untuk melaksanakan
ini pecah menjadi konflik terbuka. Bahkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa orde lama, perbedaan kepentingan
secara murni dan konsekuen. (Soeharto, 1985).
tersebut sempat menyeret perubahan bentuk
Penerapan Pancasila sebagai ideologi tunggal
Negara Indonesia menjadi Republik Indonesia
bangsa melalui penataran Pedoman Penghayatan
Serikat (RIS), walaupun kemudian kembali
dan Pengalaman Pancasila (P4) yang dimotori
menjadi Negara kesatuan.
oleh Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan
Situasi ini mengindikasikan bahwa integrasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
sosial sebagai langkah utama membangun Pancasila (BP7) merupakan salah satu cara
keserasian sosial masyarakat Indonesia belum membangun citra pemerintahan yang anti dan
tuntas. Hal ini terlihat dari ketidaksiapan bersih dari komunisme.
masyarakat menghadapi perubahan situasi
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah
sosial. Perubahan situasi yang dimaksud adalah
Orde Baru terlalu mengejar kemajuan di bidang
hilangnya musuh bersama penjajah dari pihak
ekonomi, dan hal ini harus dibayar mahal
eksternal karena kemerdekaan sudah diakui
dengan semakin ketatnya pengaturan hak-hak
dunia.
politik sipil. Bahkan secara garis besar rezim
Pada sisi lain, situasi ini sesungguhnya orde baru mampu memaksakan rakyat untuk
merupakan hal yang wajar. Kondisi psikologis patuh dan tunduk terhadap segala kebijakan
masyarakat yang baru lepas dari kungkungan yang diarahkan pemerintah, baik dengan cara-
penjajahan menimbulkan harapan yang cara persuasif maupun represif (Hadi, D.W.
tinggi pasca kemerdekaan, sementara Negara dan Kasuma, 2012). Dalam kondisi demikian,
pemerintah belum siap melaksanakan tugas masyarakat tampak serasi secara semu, namun
dan tanggung jawabnya. Hal lain yang menjadi secara psikologis situasi ini justru tidak serasi.

Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugiyanto 251
Terakhir, memasuki orde reformasi, ibarat Kegiatan fisik dapat dilakukan melalui
kuda baru lepas dari kandang, masyarakat rehabilitasi sarana ibadah, pembangunan gedung
cenderung bertindak kebablasan. Diawali dengan pertemuan atau hal lainnya sesuai dengan
demontrasi mahasiswa menentang orde baru kesepakatan bersama di antara masyarakat
timbul gerakan massa yang membuat kerusuhan yang menjadi sasaran. Sedangkan kegiatan non
di kota-kota besar. Sejumlah gedung megah yang fisik antara lain dilakukan dengan upacara ritual
menjadi simbol dan arogansi kelompok ekonomi keagamaan atau acara budaya. Dengan kegiatan
tertentu dibakar hingga orde baru tumbang. fisik dan non fisik ini, masyarakat yang pernah
konflik dan atau rawan konflik diharapkan ikut
Perkembangan selanjutnya muncul otonomi
serta berpartisipasi dalam kegiatan sehingga
daerah sebagai respon terhadap pemerintahan
membuka interaksi sosial yang mengakrabkan
sebelumnya yang terlalu sentralistik. Namun
mereka hingga tercipta keserasian sosial di
dalam pelaksanaannya, hal itu cenderung
antara mereka. Sedangkan kegiatan penunjang
mengarah pada munculnya fenomena raja-raja
adalah aktivitas petugas pelaksana di lapangan
kecil di daerah dengan selera politik yang justru
melalui Forum Keserasian Sosial Berbasis
jauh dari keserasian sosial, seperti perilaku
Masyarakat (KSBM).
mengutamakan putra daerah yang terkesan
diskriminatif. Tim Analisis Kebijakan KSBM Kementerian
Sosial RI (2013) mencatat bahwa sejak tahun
Pada saat yang bersamaan otonomi daerah
2006 hingga tahun 2013 telah terbentuk 3013
dihadapkan dengan globalisasi dengan segala
Forum KSBM di desa/kelurahan yang tersebar
kecanggihan komunikasi elektronik. Dua isu
di 29 provinsi yang ada di Indonesia. Forum
dikotomis ini otonomisasi dan globalisasi
ini bekerja menangani konflik sosial di wilayah
menjadi stimulus sosial yang akan mewarnai
masing-masing. Berdasarkan penelitiannya,
perilaku sosial masyarakat Indonesia yang
Sumarno dan Roebyantho (2013) menjelaskan
majemuk. Di satu sisi hal ini merupakan
bahwa Program Keserasian Sosial sangat
modal tersendiri bagi pembangunan nasional
bermanfaat bagi daerah rawan konflik. Dengan
Indonesia, namun di sisi lain dapat menjadi
kegiatan pembangunan sarana fisik potensi
ancaman jika tidak dikelola dengan baik. Oleh
konflik dapat diredam atau dikendalikan.
sebab itu dibutuhkan strategi tersendiri agar
Namun manfaat yang diperoleh masyarakat
kemajemukan lebih dimaknai sebagai potensi
belum optimal karena kegiatannya lebih fokus
bagi pengembangan keserasian sosial dan
pada kegiatan fisik sementara kegiatan non
pembangunan nasional umumnya.
fisik belum terlaksana dengan baik karena
pihak penyelenggara program keserasian di
Kinerja Program Keserasian Sosial
lapangan belum mampu memetakan sumber
Kementerian Sosial RI
permasalahan konflik.
Saat ini Program Keserasian Sosial
dilaksanakan dengan tiga macam kegiatan yang Temuan ini mengindikasikan Program
terdiri dari: 1) kegiatan fisik; 2) kegiatan non Keserasian Sosial potensial untuk dikembangkan
fisik; dan 3) kegiatan penunjang. Tiga kegiatan lebih janjut, mengingat substansi program ini
ini dilaksanakan di daerah bekas atau rawan sesungguhnya dimaksudkan untuk merubah
konflik dengan melibatkan pihak-pihak yang sikap mental dan perilaku masyarakat menuju
terlibat konflik atau rawan konflik dalam satu keserasian sosial. Bagi kelompok masyarakat
kegiatan secara bersama. yang sudah terlanjur mengalami konflik sosial,

252 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
perubahan ini dimaksudkan untuk memulihkan dihubungkan dengan hiburan atau sesuatu yang
situasi sehingga kembali harmonis serasi secara menyenangkan; 2) Kata sosial ditempatkan
sosial. Sedangkan bagi kelompok masyarakat sebagai lawan kata individual. Dalam hal
yang rawan konflik, perubahan ini dimaksudkan ini kata sosial cenderung diarahkan pada
untuk mencegah terjadinya konflik sosial. kelompok orang sehingga dapat ditafsirkan
sebagai society atau community; 3) Kata sosial
Ini berarti bahwa fokus kegiatan Program
diartikan sebagai lawan dari pengertian benda.
Keserasian Sosial saat ini adalah memulihkan
Jika dikaitkan dengan kata pembangunan
dan mencegah konflik sosial dalam kehidupan
sosial, yang dimaksud bukan pembangunan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
yang menghasilkan objek fisik yang bersifat
Menteri Sosial RI yang menjelaskan bahwa
kebendaan, tetapi lebih menitikberatkan aspek
keserasian sosial dilakukan di daerah yang
manusianya; 4) Kata sosial diartikan sebagai
sering konflik. Dari program itu muncul tenaga
lawan kata ekonomi. Dalam kata ini sosial
pelopor perdamaian sekitar 400-an orang.
dilihat sebagai salah satu aspek pembangunan
Tugasnya adalah menangani masyarakat kalau
yang berbeda dengan aspek atau pembangunan
terjadi konflik. Bahkan sebelum terjadi konflik
ekonomi, yang dicirikan sebagai hal-hal yang
mereka sudah menyatu dengan masyarakat
tidak langsung mempengaruhi produktivitas
(voa-islam).
dan memberikan manfaat ekonomi; 5) Konsep
Persoalan yang muncul adalah apakah sosial diartikan dalam kaitannnya dengan hak
Program Keserasian Sosial itu hanya ditujukan asasi dari seseorang sebagai anggota masyarakat.
pada masyarakat konflik atau rawan konflik?. Jika hal ini dikaitkan dengan kebutuhan, berarti
Jika demikian halnya, muncul kesan bahwa terpenuhinya kebutuhan sesuai harkat dan
seakan-akan makna keserasian sosial hanya martabat dan hak asasi manusia.
sebatas masyarakat yang tidak konflik. Jika tidak
Penjelasan di atas memberi pemahaman
demikian, lalu bagaimana sesungguhnya makna
bahwa makna kata sosial sangat luas. Dalam arti
keserasian sosial itu dalam konteks kebutuhan
makro, kata sosial menyangkut masyarakat atau
Negara Kesatuan Republik Indonesia?.
kemasyarakatan sebagai satu unit, baik dalam
ukuran kecil seperti keluarga maupun dalam
Revitalisasi Program Keserasian Sosial
ukuran yang besar seperti bangsa. Sebagai
Rekonstruksi Makna Pembangunan Sosial
satu unit, masyarakat terdiri dari sejumlah
Revitalisasi Program Keserasian Sosial
komponen yang membentuk sub sistem yang
harus diawali dengan melakukan rekonstruksi
bekerja mendukung sistem sosial sehingga
kata sosial itu sendiri terutama jika dikaitkan
tercipta keserasian sosial.
dengan kata “Kementerian Sosial”. Hal ini
penting mengingat kesan yang muncul selama Jika Kementerian Sosial ditugaskan
ini adalah bahwa Kementerian Sosial cenderung oleh Negara sebagai penyelenggara utama
lebih mengurusi masalah sosial yang sifatnya pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia,
mikro yang dikenal dengan Penyandang maka seharusnya Kementerian Sosial bertugas
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). membangun sistem sosial secara makro
dan sifatnya prososial dalam mewujudkan
Sebagaimana diungkapkan oleh Conyers
kesejahteraan sosial warganya. Ini berarti
tahun 1994 (Soetomo; 2006: 311) terdapat
bahwa secara operasional, substansi bidang
lima makna sosial, yaitu: 1) Kata sosial
garapan yang menjadi tugas pokok dan fungsi

Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugiyanto 253
Kementerian Sosial adalah menciptakan atau Sosial membentuk atau memperbaiki relasi
melakukan rekayasa sosial (mendesain) sistem sosial, sistem sosial, dan nilai yang berhubungan
sosial yang serasi khas Indonesia sebagai basis dengan itu.
untuk menangani masalah sosial lainnya.
Jika hal ini menjadi satu kebijakan, maka
Sebagai suatu sistem, sistem sosial terdiri Kementerian Sosial seyogyanya tidak terlalu
dari sejumlah elemen atau unsur yang saling fokus menangani Penyandang Masalah
mendukung dalam bentuk relasi yang dikenal Kesejahteraan Sosial (PMKS), akan tetapi
dengan nama relasi sosial. Sementara relasi melakukan intervensi sosial kepada seluruh
sosial bergerak dengan satu sistem nilai yang masyarakat atau Bangsa Indonesia sehingga
berorientasi pada pencapaian tujuan. Penjelasan sebagai satu unit sosial, seluruh masyarakat
ini sejalan dengan pendapat Sumarno Nugroho bertindak selaras menciptakan keserasian sosial
(Soetomo; 2006: 312) yang menggunakan dalam konteks kebangsaan. Sebagai contoh,
pengertian pembangunan sosial yang diambil jika Kementerian Sosial hanya menangani
dari rumusan Pre-Conference Working Party orang miskin tanpa melakukan intervensi pada
dari International Conference of Social orang kaya, tidak tertutup kemungkinan orang
Welfare. Pembangunan sosial diartikan sebagai kaya justru bertindak merusak keserasian sosial.
sebagai aspek keseluruhan pembangunan Misalnya mendanai orang miskin melakukan
yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial, tindakan asosial demi kepentingan si kaya.
sistem-sistem sosial dan nilai-nilai yang Artinya mereka akan bertindak pada “frekwensi
berhubungan hal itu. Selanjutnya dijelaskan nilai” yang sama.
bahwa pembangunan sosial memberi perhatian
Ini berarti bahwa Kementerian Sosial
kepada keseimbangan kehidupan manusia
harus membangun sikap dan perilaku sosial
dalam memperbaiki atau menyempurnakan
masyarakat secara keseluruhan. Upaya ini harus
kondisi-kondisi sosial mereka.
dilakukan dengan melakukan intervensi sosial
Lebih jauh dijelaskan oleh Sumarno kepada masyarakat tanpa kecuali, termasuk
Nugroho bahwa konsep pembangunan sosial kepada faktor-faktor yang mempengaruhi
juga dilihat dari kaitannya dengan upaya pembentukan dan perubahan perilaku sosial
mewujudkan cita-cita Negara kesejahteraan masyarakat, yaitu stimulus sosial sebagaimana
(welfare state). Konsep tersebut bersumber dijelaskan oleh Sherif & Muzfer (Sarwono;
dari pemahaman tentang fungsi Negara. 2002: 5)
Menurut pandangan tersebut, Negara dituntut
Jika hal ini dilakukan, maka Kementerian
untuk berperan aktif dalam mengusahakan
Sosial diharapkan lebih bergerak ke hulu
kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh
bukan di hilir. Lebih bertindak makro daripada
pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak
mikro. Bukan berarti bahwa aspek mikro akan
memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan
diabaikan, namun dengan menangani aspek
martabatnya sebagai manusia.
makro, sebagian aspek mikro justru sudah
Sejalan dengan penjelasan di atas, jika tertangani dengan sendirinya.
Negara melakukan pembangunan sosial melalui
Kementerian Sosial dan jajarannya, seyogyanya Revolusi Mental Menuju Keserasian Sosial.
hal itu dimaknai sebagai upaya, kewajiban, dan Sebagaimana telah dijelaskan di atas,
tanggung jawab Negara melalui Kementerian masyarakat Indonesia sangat majemuk. Di satu

254 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
sisi hal ini berpotensi menimbulkan masalah hasil penelitian, yaitu: 1) Konsep “kancah
sosial, namun pada sisi lain justru sebaliknya, pembauran” (melting pot), yang mempunyai
kemajemukan dapat menjadi modal sosial bagi asumsi bahwa integrasi (kesatuan) akan terjadi
pembangunan nasional. Persoalannya adalah dengan sendirinya pada suatu waktu apabila
bagaimana kemajemukan itu dimaknai, dan orang berkumpul pada suatu tempat yang
apa persoalannya agar kemajemukan itu dapat berbaur, seperti di sebuah kota atau pemukiman
dimaknai positif. industri. 2) Konsep “pluralisme kebudayaan”
(cultural pluralism) justru menentang konsep
Pelly (2005) menjelaskan bahwa,
kancah pembauran. Bahkan Kallen (Pelly;
kemajemukan masyarakat dapat diklasifikasikan
2005: 54) salah seorang pelopor konsep
ke dalam dua kategori, yaitu kemajemukan
pluralisme kebudayaan tersebut, menyatakan
horizontal dan kemajemukan vertikal.
bahwa kelompok-kelompok etnis atau ras
Kemajemukan horizontal merupakan faktor-
yang berbeda tersebut harus didorong untuk
faktor yang diterima seseorang sebagai warisan
mengembangkan sistem mereka sendiri
(ascribed-factors), sedangkan kemajemukan
dalam kebersamaan, memperkaya kehidupan
vertikal lebih banyak diperolehnya sebagai
masyarakat majemuk mereka.
hasil usaha sendiri (achievement-factors).
Kemajemukan horizontal meliputi etnis, bahasa Kallen (Usman Pelly; 2005: 54)
daerah, adat-istiadat atau perilaku, gama, menjelaskan lebih jauh bahwa berbagai
dan pakaian atau makanan budaya material. penelitian menunjukkan bahwa konsep kancah
Sedangkan kemajemukan vertikal meliputi pembauran hanyalah suatu mitos yang tidak
penghasilan (income), pendidikan, pemukiman, pernah menjadi kenyataan. Sedang pluralisme
pekerjaan, dan kedudukan. kebudayaan menurut berbagai ahli telah
mengangkat Amerika Serikat, Cina, Rusia,
Kemajemukan akan menjurus ke arah konflik
Kanada, dan India menjadi Negara yang kuat.
yang sangat potensial apabila kemajemukan
horizontal bersatu dengan kemajemukan Jika dikaitkan dengan kondisi sosial
vertikal. Dengan kata lain, suatu kelompok Indonesia, konsep apa yang lebih sesuai
etnis tidak hanya dibedakan dengan kelompok sehingga tercipta keserasian sosial?.
etnis lainnya karena kemajemukan “ascribed” Menanggapi hal ini Pelly. (2005) menjelaskan
lainnya seperti bahasa daerah, agama, dan bahwa urbanisasi dan industrialisasi Indonesia
lain-lain, tetapi juga karena kemajemukan seperti dibuktikan dalam sejarah, tidak dengan
“achievement” seperti ekonomi, pemukiman sendirinya mengikis unsur-unsur kemajemukan
dan kedudukan. Jika hal ini terjadi maka masyarakatnya, malah dalam berbagai studi
intensitas konflik akan dapat menjurus kepada menunjukkan kecenderungan penguatan aspek-
suasana permusuhan. Sebaliknya, apabila aspek primordialisme suku, agama, dan sistem
kemajemukan horizontal tidak diperkuat oleh simbolik lainnya dalam kehidupan masyarakat
kemajemukan vertikal, maka intensitas konflik kota. Ironisnya, kemajemukan primordialisme
sangat kecil. ini berkembang bersama proses transformasi
masyarakat kota itu sendiri dari masyarakat
Persoalannya adalah apakah kemajemukan
agraris ke masyarakat industri, sehingga
ini harus dibatasi?. Pelly. (2005) menjelaskan
kemajemukan dalam aspek kehidupan tersebut
bahwa dewasa ini ada dua konsep masyarakat
menjadi berganda.
majemuk yang muncul dari berbagai

Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugiyanto 255
Situasi ini banyak terjadi di perkotaan. sosial masyarakat yang berkonflik. Di Konawe-
Kemajemukan dengan segala atribut sosialnya Selatan-Sulawesi Tenggara, masyarakat
berkembang dan dikaitkan dengan berbagai memaknai keserasian sosial sebagai solusi
kepentingan kelompok seperti urusan ibadah, atas terbatasnya kemampuan desa memenuhi
tradisi etnik, yang kemudian menimbulkan kebutuhan dasar masyarakat. Sementara
berbagai prasangka sosial yang dikaitkan di Kabupaten Ogan Ilir-Sumatera Selatan,
dengan kedudukan, dominasi ekonomi, hingga masyarakat memaknai keserasian sosial sebagai
terjadi disharmoni sosial. sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan sosial.

Banyak pendapat ahli dikemukakan Secara umum, pemahaman di atas masih


menangggapi situasi ini. Pelly (2005) positif. Namun perbedaan pemahaman ini
menjelaskan bahwa masyarakat majemuk berpotensi menimbulkan implikasi substantif
Indonesia lebih sesuai didekati dari konsep akan makna hakiki dari keserasian sosial.
pluralism kebudayaan, sebab integrasi nasional Selanjutnya perbedaan ini akan mempengaruhi
yang hendak diciptakan tidak bermaksud untuk pola pikir dan pola tindak, yang tercermin
melebur identitas ratusan kelompok etnis bangsa dalam sikap dan perilaku masyarakat dalam
kita menjadi satu, bahkan di samping hal itu mewujudkan keserasian sosial itu sendiri.
dijamin oleh UUD 45, tetapi juga memerlukan Pemikiran ini sangat beralasan mengingat
pluralisme itu dalam pembangunan nasional. kegiatan Program Keserasian Sosial saat ini
masih didominasi kegiatan fisik sebagaimana
Persoalan berikutnya adalah bagaimana
dijelaskan oleh Sumarno & Roebyantho (2013).
konsep pluralism kebudayaan itu dapat dipahami
sehingga tercipta keserasian sosial sementara Jika direnungkan secara substantif,
keserasian soosial itu sendiri dipahami berbeda- keserasian sosial juga harus dimaknai secara
beda oleh kelompok-kelompok masyarakat makro dalam konteks kebutuhan Negara
Indonesia. Persoalan inilah yang harus dijawab Kesatuan Republik Indonesia pada masa kini
oleh Kementerian Sosial sebagai penyelenggara dan masa depan. Azhari (2007) menjelaskan
Program Keserasian Sosial. bahwa keserasian sosial adalah hubungan
sosial yang komplementer, terbuka dan tidak
Sebagaimana dijelaskan di atas, secara
segregatif. Sejalan dengan hal ini, maka ukuran
sederhana keserasian sosial dapat diartikan
keserasian sosial itu juga harus dimaknai secara
sebagai kondisi sosial yang serasi. Penjelasan
makro, yaitu serasi secara sosial dalam ukuran
sederhana ini terlalu umum dan masih susah
nasional, bukan hanya dalam ukuran lokal,
dipahami karena kondisi sosial yang serasi itu
golongan dan atau kepentingan kelompok
banyak versinya. Satu diantaranya menjelaskan
tertentu. Walaupun tetap harus disadari bahwa
bahwa masyarakat yang serasi secara sosial
sesuangguhnya keserasian sosial secara
adalah masyarakat yang tidak mengalami konflik.
nasional harus dilandasi dengan keserasian
Tim Analisis Kebijakan KSBM Biro sosial pada skala lokal dan golongan.
Perencanaan Kementerian Sosial RI (2013)
Persoalannya kemudian adalah bagiamana
menemukan bahwa pemahaman masyarakat
melakukan sinkronisasi antara ukuran nasional
tentang keserasian sosial sangat beragam. Di
dengan ukuran lokal dan atau golongan?. Jika
Lombok Barat-NTB, keserasian sosial lebih
disadari, sesungguhnya hal ini sudah ada bahkan
dimaknai sebagai upaya mewujudkan integrasi
sejak awal berdirinya Negara ini, yaitu dengan

256 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
disepakatinya secara formal Pancasila sebagai Jika demikian halnya, maka inti atau
dasar dan ideologi Negara melalui Pembukaan dasar dari persoalan keserasian sosial bagi
UUD 1945. Artinya ukuran tertinggi untuk bangsa, Negara, dan masyarakat Indonesia
keserasian sosial adalah masyarakat dan atau adalah persoalan nilai-nilai Pancasila yang
Bangsa Indonesia yang Pancasilais. harus dibangun dalam diri setiap warga
Negara Indonesia. Ini berarti bahwa inti
Bangsa Indonesia yang Pancasilais adalah
dasar dari Program Keserasian Sosial adalah
bangsa yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila
pembentukan nilai atau transformasi nilai-nilai
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
Pancasila sehingga nilai-nilai Pancasila meng-
bermasyarakat. Nilai-nilai Pancasila adalah
internalisasi dalam diri setiap warga Negara,
nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
hingga pada akhirnya tercermin dalam sikap
yang terdapat dalam Pancasila, baik secara
dan perilakunya.
eksplisit maupun implisit. Dengan demikian
masyarakat atau bangsa yang serasi secara Selanjutnya jika penjelasan ini
sosial adalah masyarakat atau bangsa yang ber- ditindaklanjuti, seyogyanya Program
Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-kemanusiaan Keserasian Sosial harus direvitalisasi, baik
yang adil dan beradab, ber-persatuan Indonesia, aspek substansi maupun teknis fasilitasinya.
ber-kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Revitalisasi ini harus menempatkan Program
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Keserasian Sosial sebagai sarana melakukan
perwakilan, dan ber-keadilan sosial bagi seluruh revolusi mental sebagaimana dimaksudkan oleh
rakyat Indonesia. Presiden Jokowi. Program ini harus menjamin
harmoni bangsa Indonesia dalam relasi sosial,
Masing-masing sila ini tidak boleh
baik secara intern maupun antar kelompok
dimaknai dan diamalkan secara partial. Artinya
horizontal dan vertikal.
sila pertama tidak boleh lepas dari sila yang
lainnya, dan demikian pula sebaliknya. Dengan Jika inti dasar dari Program Keserasian
demikian, sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sosial adalah pembentukan nilai atau
harus dimaknai dan diamalkan berdasarkan transformasi nilai-nilai Pancasila sehingga
kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam nilai-nilai Pancasila meng-internalisasi dalam
konteks persatuan Indonesia, dijiwai oleh diri setiap warga Negara, maka pertanyaan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah berikutnya adalah bagaimana nasib dan posisi
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Pancasila sekarang di Negara ini.
perwakilan, dan demi keadilan sosial bagi
Banyak pendapat tentang Pancasila
seluruh rakyat Indonesia.
dikemukakan masyarakat saat ini, mulai dari
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang formal hingga informal, dari yang nyeleneh
harus dimaknai dan diamalkan berdasarkan hingga normatif. Fakta menunjukkan bahwa
Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam konteks secara formal Pancasila memang masih kokoh
persatuan Indonesia, dijiwai oleh kerakyatan sebagai dasar Negara. Namun secara sosial ada
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan yang menyebut bahwa Pancasila sudah menjadi
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan demi yatim piatu. Bahkan sejalan dengan maraknya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. kasus korupsi yang ditayangkan secara
Demikian selanjutnya dengan sila-sila yang vulgar di media, secara berseloroh ada orang
lainnya. berpendapat bahwa sila pertama sudah berubah

Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugiyanto 257
menjadi “keuangan yang berkuasa”. Perkataan pemerintah dan rejim orde baru. Bahkan hal itu
ini sedikit banyak mengggambarkan “nasib” juga dimaknai sebagai bagian dari reformasi
Pancasila yang terkesan hanya sekedar menjadi mengingat P4 dan lembaga BP 7 merupakan
pajangan penghias teras rumah Indonesia, produk orde baru.
terutama pasca reformasi.
Sebagai bangsa yang besar, bangsa
Pada aspek sosial, Jokowi sendiri sebelum Indonesia harus belajar dari pengalaman.
menjadi Presiden mengakui bahwa “pemimpin Secara objektif harus diakui bahwa saat ini kita
nasional dan pemikir di Indonesia bingung harus berani memulai revolusi mental menuju
menjelaskan fenomena bagaimana keresahan keserasian sosial dengan melakukan gerakan
dan kemarahan masyarakat justru merebak”. nasional. Gerakan ini harus dimotori oleh
Bahkan lebih jauh dijelaskan bahwa reformasi Kementerian Sosial RI dengan mengadopsi
yang dilakukan di Indonesia baru sebatas sekaligus melakukan inovasi terhadap model-
perombakan yang sifatnya kelembagaan, model Program BP 7 dalam memasyarakatkan
belum menyentuh paradigma, mindset, atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
budaya politik dalam rangka membangun Pancasila sehingga tidak terkesan sebagai
bangsa (nation building). Dalam kaitan inilah indoktrinasi.
dibutuhkan revolusi mental manusia Indonesia,
Inovasi ini harus dikaitkan dengan aspek
sebuah tindakan korektif terhadap karakter
kelembagaan, regulasi dan pendanaan. Dengan
manusia Indonesia sebagai bangsa menuju
inovasi ini, Program Keserasian Sosial harus
keserasian sosial.
dibangun sebagai sarana pendidikan karakter
Sejalan dengan penjelasan ini, perlu bangsa atau revolusi mental di luar pendidikan
disadari bersama oleh setiap warga Negara formal di sekolah mulai dari Taman Kanak-
Indonesia bahwa pembangunan keserasian Kanak hingga Perguruan Tinggi. Dengan
sosial harus ditempatkan sebagai bagian dari demikian kalau pendidikan formal dimotori
nation building. Ini berarti bahwa Program oleh Kementerian Pendidikan, maka pendidikan
Keserasian Sosial harus diawali dengan non formal sebagai gerakan sosial nasional
kegiatan merubah paradigma, mindset, atau membentuk karakter bangsa harus dimotori oleh
budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Kementerian Sosial beserta semua pemangku
Pancasila. Dengan kata lain revolusi mental kepentingan terkait.
menuju keserasian sosial harus diawali
dengan sosialisasi atau internalisasi nilai-nilai PENUTUP
Pancasila bagi semua warga Negara secara Keserasian sosial mempunyai nilai historis
berkesinambungan dan masif. dalam konteks sejarah kebangsaan Indonesia.
Keseserasian sosial tumbuh dan berkembang
Sesungguhnya hal ini sudah dilakukan secara
bersamaan dengan pergerakan kebangsaan
melembaga semasa Orde Baru oleh Badan
Indonesia. Proses ini diawali dengan tumbuhnya
Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
kesadaran bersama akan kesamaan nasib sebagai
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dengan
kelompok terjajah yang berhadapan dengan
memasyarakatkan Pedoman Penghayatan
musuh bersama, yaitu kelompok penjajah.
dan Pengamalan Pancasila. Sayang lembaga
dan kegiatan ini dibubarkan karena dinilai Kesadaran bersama ini mengalami
sebagai bagian dari upaya indoktrinasi oleh transformasi sosial politik yang mengarah

258 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
pada terwujudnya persatuan dan kesatuan dari Azhari, Abdi. (2007). Keserasian Sosial Antar
berbagai kelompok di wilayah nusantara, hingga Etnik Melayu dan Migran Mandailing di
bangkitnya benih nasionalisme yang ditandai Kecamatan Rambah Pasirpengarayan
dengan berdirinya organisasi Budi Utomo Kabupaten Rokan Hulu Riau. Medan:
tahun 1908, mencapai tonggak simbolik dalam Program Pascasarjana Universitas
Sumpah Pemuda tahun 1928, puncak perjuangan Negeri Medan.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
Baron, Patrick., Azca., M.N., & Susdinarjanti,
hingga secara yurudis formal bangsa dan Negara
Tri. (2012). Seusai Perang Komunal:
Indonesia dikukuhkan pada tanggal 18 Agustus
Memahami Kekerasan Pasca Konflik
1945 dengan disahkannya Undang-Undang
di Indonesia Timur dan Upaya
Dasar Republik Indonesia 1945, dengan dasar
Penanganannya. Yogyakarta: CSPS
Pancasila dan lambang Burung Garuda dengan
BOOKS.
semboyan Bhinneka Tunggakl Ika.
Hadi, D.W. & Kasuma, G. (2012 ). Propaganda
Sejalan dengan hal ini Program Keserasian
Orde Baru 1966-1980, Jurnal
Sosial yang dimotori Kementerian Sosial harus
Propaganda. Verleden, Vol. 1, No.1
direvitalisasi sebagai kelanjutan dari perjuangan
Desember 2012.
kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi harus
diawali dengan menjadikan Program Keserasian Pelly, Usman. (2005). Pengukuran Intensitas
Sosial sebagai revolusi mental bangsa Indonesia. Konflik dalam Masyarakat Majemuk.
Hal ini dapat dilakukan dengan merubah fokus Etnovisi, Jurnal Antropologi Sosial
pembangunan kesejahteraan sosial ke sektor Budaya, Vol. 01. No. 2 Oktober 2005.
makro dengan menjadikan seluruh warga
Negara sebagai sasaran program, bukan hanya Sarwono, S.W. (2002). Psikologi Sosial:
kelompok penyandang masalah kesejahteraan Individu dan Teori-Teori Psikologi
sosial. Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sejalan dengan hal ini, maka ukuran Soeharto. (1985). Amanat Kenegaraan I 1967-
dari keserasian sosial harus didasarkan pada 1971, Jilid II. Jakarta: Inti Indayu Press.
nilai-nilai dasar kenegaraan dan kebangsaan
Soetomo. (2006). Strategi-Strategi
Indonesia, yaitu Pancasila. Dengan demikian
Pembagunan Masyarakat. Yogyakarta:
inti dari Program Keserasian Sosial adalah
Pustaka Pelajar.
bagaimana meng-internalisasi-kan nilai-nilai
Pancasila dalam sikap dan perilaku sosial Sumarno, Setyo & Roebyantho, Haryati.(2013).
masyarakat Indonesia. Evaluasi Program Keserasian Sosial
dalam Penanganan Konflik Sosial.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: P3KS Press.
Alexander, Robert. (2005). Konflik Antar
Etnis dan Penanggulangannya: Suatu Suroyo, A.M.D. (2002). Integrasi Nasional
Tinjauan Kriminologi dalam Kasus Dalam Perspektif Sejarah Indonesia:
Kerusuhan Etnis di Sampit Kalimantan Sebuah Proses yang Belum Selesai
Tengah (Tesis: Program Magister Ilmu (Pidato Pengukuhan Pada Upacara
Hukum Universitas Diponegoro). Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam

Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Napza


di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sugiyanto 259
Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jakarta 5 Desember 2012), diakses
Diponegoro). tanggal 12 Maret 2014 dari http://www.
ahmadtaufik.com/2012/12/fpi-warai-
Tim Analisis Kebijakan KSBM. (2013). Naskah
dan-pelanggaran-ham.html.
Kebijakan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dalam Program Keserasian --------- (2015). Penggolongan Masyarakat
Sosial Berbasis Masyarakat. Jakarta: Indonesia Masa Kolonial Belanda. http://
Biro Perencanaan Kementerian Sosial RI. serbasejarah. blogspot.com/2011/12/
penggolongan-masyarakat-indonesia-
Internet: masa.html diakses tanggal 10 April
Angga, Dita.(2014). Puluhan Teroris di 2015.
Indonesia Gabung ISIS. http:// nasional.
Widodo, Joko. (2014). Revolusi Mental. http://
sindonews.com/read/895022/14/
nasional.kompas.com/read /2014/05/10/
puluhan-teroris-di-indonesia-gabung-
1603015/ Revolusi.Mental; diakses
isis-1408998380. diakses 6 April 2015.
tanggal 18 Pebruari 2015.
Author. (n.d.) Penggolongan-masyarakat-
indonesia. http://serbasejarah.
blogspot.com/2011/12/penggolongan-
masyarakat-indonesia-masa.html,
diakses tanggal 10 April 2015.

Hardana, I.K.A. (n.d.). Revolusi Mental,


Suatu Pilihan dan Keharusan Bagi
Perbaikan Masyarakat. https://drive.
google.com /file/ d/0B084cNYQ1S1-
eDBWSWxTbVhsN0E/edit?pli=1
diakses tanggal 18 Peb 2015.

VOA-Islam.com. (2012). Kemensos ingatkan


180 titik rawan konflik sosial di tanah
air. voa-islam.com/read/ indonesiana
/2012/11/07/21571/ warning-kemensos-
ingatkan-180-titik-rawan-konflik-
sosial-di-tanah air/;#sthash.Z3kulGmR.
dpbsWarning. diakses tanggal 27 Peb
2015.

LBH Jakarta. (2012). YLBHI, Arus Pelangi,


Forum Komunikasi Waria Indonesia
(FKWI), Forum LGBT. Pembubaran
Paksa Pentas Budaya Waria Merupakan
Pelanggaran HAM (Press Realese,

260 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai