Togiaratua Nainggolan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur. Telp. 021-8017146, Fax. 021-8017126
E-mail: togiaratua@gmail.com
Abstract
The study discusses of the Ministry of Social Affairs roles in terms of doing main task in social development in
Indonesia, especially in establishing social harmony program. The study uses descriptive-qualitative analysis from
data that conducted by literature and documentary study. The result shows that social harmony in Indonesia have
begun since 1908 when national act namely Boedi Utomo, then in 1928 namely Sumpah Pemuda till 17 August 1945
when the state has been proclaimed. Based on that, then social harmony program that lead by the Ministry of Social
Affairs should be revitalized, as follow up of Indonesian independence soul. Revitalization should be colored by
social harmony program as mental revolution of Indonesian. This idea could be redirect the goal of social welfare
development from social beneficiaries to more macro who are all of citizen. Hence, main indicator of social harmony
should be based on basic values that stated in Pancasila. Furthermore, the essence of social harmony program should
be seen as how internalizing Pancasila values in social life of all of Indonesian citizen.
Abstrak
Kajian ini membahas peran yang dilakukan oleh Kementerian Sosial sebagai penyelenggara utama pembangunan
kesejahteraaan sosial di Indonesia. Khususnya dalam penyelenggaraan Program Keserasian Sosial sebagai sarana
melakukan revolusi mental. Pembahasan dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif terhadap data yang dikumpulkan
melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa keserasian sosial di Indonesia tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan pergerakan kebangsaan Indonesia yang ditandai dengan berdirinya organisasi Budi
Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, dan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejalan dengan hal ini
Program Keserasian Sosial yang dimotori Kementerian Sosial harus direvitalisasi sebagai kelanjutan dari perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi harus diawali dengan menjadikan Program Keserasian Sosial sebagai revolusi
mental bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilanjukan dengan merubah fokus pembangunan kesejahteraan sosial ke
sektor makro dengan menjadikan seluruh warga Negara sebagai sasaran program, bukan hanya kelompok penyandang
masalah kesejahteraan sosial. dengan demikian ukuran dari keserasian sosial harus didasarkan pada nilai-nilai dasar
kenegaraan dan kebangsaan Indonesia, yaitu pancasila. Dengan demikian inti dari Program Keserasian Sosial adalah
bagaimana meng-internalisasi-kan nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan perilaku sosial masyarakat Indonesia.
Kata Kunci : keserasian, keserasian sosial, revolusi mental.
Situasi ini tidak hanya dirasakan sendiri Selanjutnya, sebagai sesama warga,
oleh Jokowi. Hardana (n.d) mengeluh karena keberadaan waria dengan segala aktivitasnya
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa sering dipersoalkan masyarakat. Bahkan lebih
yang “miskin” dan “kerdil” mentalitas, belum dari itu, waria diperlakukan diskriminatif
memiliki mentalitas kuat sebagai modal meraih dengan mengabaikan hak asasinya sebagai
cita-cita kemerdekaannya. Dari kemiskinan dan manusia. Sebagai contoh, peristiwa pembubaran
kekerdilan mentalitas itu, lahir berbagai macam paksa yang dilakukan oleh ormas tertentu atas
tindakan dan perilaku hidup yang jauh dari kegiatan pentas budaya yang diselenggarakan
keadaban publik. oleh Forum Komunikasi Waria Indonesia
(FKWI) pada tanggal 3 Desember 2012 di
Gambaran yang lebih dramatis dikemukakan Kuningan Jakarta Selatan (LBH Jakarta, 2012).
oleh Baron dkk., (2012) dalam sebuah bukunya
dengan mengemukakan bahwa pasca kejatuhan Kasus terbaru adalah kemunculan Islamic
Suharto, kehidupan masyarakat dipenuhi State of Iraq and Syria (ISIS) yang ternyata
kucuran darah. Menyusul kerusuhan di Jakarta mendapatkan dukungan dari tersangka dan
dan kota-kota lain pada Mei 1998, serangkaian pelaku kasus terorisme di Indonesia. Kepala
konflik kekerasan etnis dan keagamaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
berkepanjangan dan menelan korban jiwa (BNPT) Ansyad Mbaai dalam diskusi bertema
pecah hampir di seluruh nusantara. Indonesia Merespons Ancaman ISIS di Hotel
Borobudur Jakarta, Senin 25 Agustus 2014
Sejumlah fakta yang berkaitan dengan menjelaskan setidaknya hal itu tergambar
perilaku tersebut dapat ditemui dengan sangat dari bergabungnya 34 mantan tahanan kasus
mudah dalam kehidupan bersama akhir-akhir terorisme ke dalam organisasi ini (Angga;
ini. Konflik antar etnis terjadi di Sampit pada 2014).
tahun 2001. Konflik yang melibatkan Suku
Dayak dan Madura ini bahkan menyebabkan Berbagai kasus ini memang sudah
sejumlah warga Madura eksodus dari Sampit ditangani, namun hingga saat ini akibatnya
dan sekitarnya ke Pulau Jawa (Alexander, R., masih menyisakan pengalaman buruk
2005). Konflik juga terjadi di Poso tahun 1998- dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
2001, di Ambon tahun 1999-2002, di Mesuji bermasyarakat. Secara psikologis situasi
Lampung tahun 2013, dan Sampang tahun ini menimbulkan pengalaman traumatik.
2013. Sementara secara sosial hal ini menimbulkan
248 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
disharmoni dalam relasi sosial. Dengan kata menjadi bagian dari embrio yang menjelma
lain berbagai kasus di atas menggambarkan menjadi nafas perjuangan kemerdekaan hingga
gangguan keserasian sosial di Indonesia. melahirkan Negara Republik Indonesia.
Perhatian terhadap gangguan keserasian sosial
ini semakin urgen jika dikaitkan dengan realitas Sebagaimana dijelakaskan oleh Furnivall
sosial masyarakat Indonesia yang sangat pada tahun 1940 (Pelly; 2005: 53) ciri utama
majemuk. Bukan saja bertentangan dengan masyarakat majemuk (plural society) adalah
semangat Bhinneka Tunggal Ika, tetapi dalam orang hidup berdampingan secara fisik, tetapi
level tertentu gangguan ini dapat mengancam mereka terpisah-pisah dan tidak bergabung
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. dalam sebuah unit politik karena perbedaan
sosial. Secara eksplisit Furnivall menunjuk
Menanggapi situasi ini, Kementerian Sosial masyarakat Indonesia pada zaman kolonial
RI telah mengembangkan Program Keserasian sebagai contoh klasik.
Sosial. Program ini dilakukan dengan tujuan
untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan Masyarakat Indonesia yang saat itu
sosial yang serasi yang dilandasi oleh nilai dasar disebut sebagai masyarakat Hindia Belanda,
keberagaman, toleransi, saling menghargai dan hidup terpisah-pisah antara kelompok yang
menghormati, sehingga dapat membangun, memerintah dengan yang diperintah dengan
memantapkan dan mengembangkan serta ras yang berbeda. Bahkan secara fungsional
memelihara kembali kehidupan bersama masyarakatnya terbelah dalam unit-unit
diantara masyarakat dalam persaudaraan sejati. ekonomi antara pedagang Cina, Arab, dan India
(Sumarno & Roebyantho; 2013). dengan kelompok Bumi Putera. Mereka hidup
menyendiri (exclusive) pada lokasi-lokasi
Tulisan ini akan membahas kembali peran pemukiman tertentu.
yang dilakukan oleh Kementerian Sosial RI
sebagai penyelenggara utama pembangunan Situasi ini sengaja dirancang oleh pihak
kesejahteraaan sosial di Indonesia, kususnya penguasa saat itu demi kepentingannya
dalam penyelenggaraan Program Keserasian sebagai penjajah. Berdasarkan hukum Belanda,
Sosial sebagai sarana melakukan revolusi penduduk Indonesia yang saat itu disebut sebagai
mental. Kajian dilakukan dengan pendekatan Hindia Belanda dikategorikan atas empat
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan kelompok; yaitu 1) Eropa; 2) Indo, campuran
dengan studi kepustakaan dan dokumentasi. antara Eropa dengan Indonesia); 3) kelompok
Selanjutnya pembahasan dilakukan dengan Timur Asing seperti keturunan Tionghoa; dan
analisis deskriptif kualitatif 4) Bumi Putra, yang terdiri dari penduduk asli
nusantara sebagai bangsa terjajah. Pembagian
PEMBAHASAN ini sekaligus menunjukkan kelas sosial dalam
stratifikasi sosial yang berlaku saat itu, dan
Keserasian Sosial Indonesia: Dari Era kelompok bumi putra merupakan yang terendah
Hindia Belanda ke Era Reformasi
(http://serbasejarah.blogspot.com/2011/12/
Realitas sosial menunjukkan bahwa bangsa penggolongan-masyarakat-indonesia-masa.
dan Negara Indonesia sangat majemuk. html, diakses tanggal 10 April 2015).
Kemajemukan ini bukanlah hal yang baru,
melainkan sudah ada sejak bangsa Indonesia itu Secara perlahan situasi sosial politik era
ada. Bahkan kemajemukan itu sendiri turut serta penjajahan ini membawa kesadaran bersama
250 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
Memasuki era kemerdekaan, bersamaan pelajaran berharga dari situasi ini adalah bahwa
dengan usaha mempertahankan dan mengisi tantangan utama keserasian sosial adalah
kemerdekaan dengan pembangunan, keserasian perubahan sosial. Dengan demikian perlu
sosial Indonesia mulai menghadapi batu disadari bahwa keserasian sosial bukanlah
ujian. Indonesia yang baru merdeka belum sesuatu yang bersifat statis melainkan dinamis.
diakui sepenuhnya oleh Belanda. Sehubungan
Sejalan dengan penjelasan di atas, Suroyo,
dengan hal ini, arah perjuangan pun berubah
A.M.D (2002) menjelaskan bahwa integrasi
dari sebelumnya usaha merebut kemerdekaan
sosial sebagai langkah menuju keserasian sosial
menjadi usaha mempertahankan kemerdekaan.
harus dilakukan dengan dua arah, yaitu 1)
Hingga saat ini, secara psikologis keserasian
integrasi vertikal antara elit penguasa dan massa
sosial masyarakat Indonesia justru semakin
atau rakyat yang dikuasai; dan 2) integrasi
kohesif mengingat masih adanya musuh
horizontal antar golongan di masyarakat
bersama yang harus dihadapi.
seperti antar suku, antar pemeluk agama dan
Ujian pertama terhadap keserasian sosial seterusnya.
justru muncul setelah kemerdekaan diakui oleh
Selanjutnya Pemerintah Orde Baru yang
dunia. Berbagai golongan masyarakat mulai
dipimpin oleh Presiden Soeharto berusaha menata
menampakkan wajah kepentingannya, baik yang
kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa
bersifat ideologis, politik, ekonomi, sosial dan
dan bernegara. Secara formal, usaha tersebut
budaya. Tidak jarang perbedaan kepentingan
didasarkan pada tekad untuk melaksanakan
ini pecah menjadi konflik terbuka. Bahkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa orde lama, perbedaan kepentingan
secara murni dan konsekuen. (Soeharto, 1985).
tersebut sempat menyeret perubahan bentuk
Penerapan Pancasila sebagai ideologi tunggal
Negara Indonesia menjadi Republik Indonesia
bangsa melalui penataran Pedoman Penghayatan
Serikat (RIS), walaupun kemudian kembali
dan Pengalaman Pancasila (P4) yang dimotori
menjadi Negara kesatuan.
oleh Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan
Situasi ini mengindikasikan bahwa integrasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
sosial sebagai langkah utama membangun Pancasila (BP7) merupakan salah satu cara
keserasian sosial masyarakat Indonesia belum membangun citra pemerintahan yang anti dan
tuntas. Hal ini terlihat dari ketidaksiapan bersih dari komunisme.
masyarakat menghadapi perubahan situasi
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah
sosial. Perubahan situasi yang dimaksud adalah
Orde Baru terlalu mengejar kemajuan di bidang
hilangnya musuh bersama penjajah dari pihak
ekonomi, dan hal ini harus dibayar mahal
eksternal karena kemerdekaan sudah diakui
dengan semakin ketatnya pengaturan hak-hak
dunia.
politik sipil. Bahkan secara garis besar rezim
Pada sisi lain, situasi ini sesungguhnya orde baru mampu memaksakan rakyat untuk
merupakan hal yang wajar. Kondisi psikologis patuh dan tunduk terhadap segala kebijakan
masyarakat yang baru lepas dari kungkungan yang diarahkan pemerintah, baik dengan cara-
penjajahan menimbulkan harapan yang cara persuasif maupun represif (Hadi, D.W.
tinggi pasca kemerdekaan, sementara Negara dan Kasuma, 2012). Dalam kondisi demikian,
pemerintah belum siap melaksanakan tugas masyarakat tampak serasi secara semu, namun
dan tanggung jawabnya. Hal lain yang menjadi secara psikologis situasi ini justru tidak serasi.
252 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
perubahan ini dimaksudkan untuk memulihkan dihubungkan dengan hiburan atau sesuatu yang
situasi sehingga kembali harmonis serasi secara menyenangkan; 2) Kata sosial ditempatkan
sosial. Sedangkan bagi kelompok masyarakat sebagai lawan kata individual. Dalam hal
yang rawan konflik, perubahan ini dimaksudkan ini kata sosial cenderung diarahkan pada
untuk mencegah terjadinya konflik sosial. kelompok orang sehingga dapat ditafsirkan
sebagai society atau community; 3) Kata sosial
Ini berarti bahwa fokus kegiatan Program
diartikan sebagai lawan dari pengertian benda.
Keserasian Sosial saat ini adalah memulihkan
Jika dikaitkan dengan kata pembangunan
dan mencegah konflik sosial dalam kehidupan
sosial, yang dimaksud bukan pembangunan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
yang menghasilkan objek fisik yang bersifat
Menteri Sosial RI yang menjelaskan bahwa
kebendaan, tetapi lebih menitikberatkan aspek
keserasian sosial dilakukan di daerah yang
manusianya; 4) Kata sosial diartikan sebagai
sering konflik. Dari program itu muncul tenaga
lawan kata ekonomi. Dalam kata ini sosial
pelopor perdamaian sekitar 400-an orang.
dilihat sebagai salah satu aspek pembangunan
Tugasnya adalah menangani masyarakat kalau
yang berbeda dengan aspek atau pembangunan
terjadi konflik. Bahkan sebelum terjadi konflik
ekonomi, yang dicirikan sebagai hal-hal yang
mereka sudah menyatu dengan masyarakat
tidak langsung mempengaruhi produktivitas
(voa-islam).
dan memberikan manfaat ekonomi; 5) Konsep
Persoalan yang muncul adalah apakah sosial diartikan dalam kaitannnya dengan hak
Program Keserasian Sosial itu hanya ditujukan asasi dari seseorang sebagai anggota masyarakat.
pada masyarakat konflik atau rawan konflik?. Jika hal ini dikaitkan dengan kebutuhan, berarti
Jika demikian halnya, muncul kesan bahwa terpenuhinya kebutuhan sesuai harkat dan
seakan-akan makna keserasian sosial hanya martabat dan hak asasi manusia.
sebatas masyarakat yang tidak konflik. Jika tidak
Penjelasan di atas memberi pemahaman
demikian, lalu bagaimana sesungguhnya makna
bahwa makna kata sosial sangat luas. Dalam arti
keserasian sosial itu dalam konteks kebutuhan
makro, kata sosial menyangkut masyarakat atau
Negara Kesatuan Republik Indonesia?.
kemasyarakatan sebagai satu unit, baik dalam
ukuran kecil seperti keluarga maupun dalam
Revitalisasi Program Keserasian Sosial
ukuran yang besar seperti bangsa. Sebagai
Rekonstruksi Makna Pembangunan Sosial
satu unit, masyarakat terdiri dari sejumlah
Revitalisasi Program Keserasian Sosial
komponen yang membentuk sub sistem yang
harus diawali dengan melakukan rekonstruksi
bekerja mendukung sistem sosial sehingga
kata sosial itu sendiri terutama jika dikaitkan
tercipta keserasian sosial.
dengan kata “Kementerian Sosial”. Hal ini
penting mengingat kesan yang muncul selama Jika Kementerian Sosial ditugaskan
ini adalah bahwa Kementerian Sosial cenderung oleh Negara sebagai penyelenggara utama
lebih mengurusi masalah sosial yang sifatnya pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia,
mikro yang dikenal dengan Penyandang maka seharusnya Kementerian Sosial bertugas
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). membangun sistem sosial secara makro
dan sifatnya prososial dalam mewujudkan
Sebagaimana diungkapkan oleh Conyers
kesejahteraan sosial warganya. Ini berarti
tahun 1994 (Soetomo; 2006: 311) terdapat
bahwa secara operasional, substansi bidang
lima makna sosial, yaitu: 1) Kata sosial
garapan yang menjadi tugas pokok dan fungsi
254 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
sisi hal ini berpotensi menimbulkan masalah hasil penelitian, yaitu: 1) Konsep “kancah
sosial, namun pada sisi lain justru sebaliknya, pembauran” (melting pot), yang mempunyai
kemajemukan dapat menjadi modal sosial bagi asumsi bahwa integrasi (kesatuan) akan terjadi
pembangunan nasional. Persoalannya adalah dengan sendirinya pada suatu waktu apabila
bagaimana kemajemukan itu dimaknai, dan orang berkumpul pada suatu tempat yang
apa persoalannya agar kemajemukan itu dapat berbaur, seperti di sebuah kota atau pemukiman
dimaknai positif. industri. 2) Konsep “pluralisme kebudayaan”
(cultural pluralism) justru menentang konsep
Pelly (2005) menjelaskan bahwa,
kancah pembauran. Bahkan Kallen (Pelly;
kemajemukan masyarakat dapat diklasifikasikan
2005: 54) salah seorang pelopor konsep
ke dalam dua kategori, yaitu kemajemukan
pluralisme kebudayaan tersebut, menyatakan
horizontal dan kemajemukan vertikal.
bahwa kelompok-kelompok etnis atau ras
Kemajemukan horizontal merupakan faktor-
yang berbeda tersebut harus didorong untuk
faktor yang diterima seseorang sebagai warisan
mengembangkan sistem mereka sendiri
(ascribed-factors), sedangkan kemajemukan
dalam kebersamaan, memperkaya kehidupan
vertikal lebih banyak diperolehnya sebagai
masyarakat majemuk mereka.
hasil usaha sendiri (achievement-factors).
Kemajemukan horizontal meliputi etnis, bahasa Kallen (Usman Pelly; 2005: 54)
daerah, adat-istiadat atau perilaku, gama, menjelaskan lebih jauh bahwa berbagai
dan pakaian atau makanan budaya material. penelitian menunjukkan bahwa konsep kancah
Sedangkan kemajemukan vertikal meliputi pembauran hanyalah suatu mitos yang tidak
penghasilan (income), pendidikan, pemukiman, pernah menjadi kenyataan. Sedang pluralisme
pekerjaan, dan kedudukan. kebudayaan menurut berbagai ahli telah
mengangkat Amerika Serikat, Cina, Rusia,
Kemajemukan akan menjurus ke arah konflik
Kanada, dan India menjadi Negara yang kuat.
yang sangat potensial apabila kemajemukan
horizontal bersatu dengan kemajemukan Jika dikaitkan dengan kondisi sosial
vertikal. Dengan kata lain, suatu kelompok Indonesia, konsep apa yang lebih sesuai
etnis tidak hanya dibedakan dengan kelompok sehingga tercipta keserasian sosial?.
etnis lainnya karena kemajemukan “ascribed” Menanggapi hal ini Pelly. (2005) menjelaskan
lainnya seperti bahasa daerah, agama, dan bahwa urbanisasi dan industrialisasi Indonesia
lain-lain, tetapi juga karena kemajemukan seperti dibuktikan dalam sejarah, tidak dengan
“achievement” seperti ekonomi, pemukiman sendirinya mengikis unsur-unsur kemajemukan
dan kedudukan. Jika hal ini terjadi maka masyarakatnya, malah dalam berbagai studi
intensitas konflik akan dapat menjurus kepada menunjukkan kecenderungan penguatan aspek-
suasana permusuhan. Sebaliknya, apabila aspek primordialisme suku, agama, dan sistem
kemajemukan horizontal tidak diperkuat oleh simbolik lainnya dalam kehidupan masyarakat
kemajemukan vertikal, maka intensitas konflik kota. Ironisnya, kemajemukan primordialisme
sangat kecil. ini berkembang bersama proses transformasi
masyarakat kota itu sendiri dari masyarakat
Persoalannya adalah apakah kemajemukan
agraris ke masyarakat industri, sehingga
ini harus dibatasi?. Pelly. (2005) menjelaskan
kemajemukan dalam aspek kehidupan tersebut
bahwa dewasa ini ada dua konsep masyarakat
menjadi berganda.
majemuk yang muncul dari berbagai
256 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
disepakatinya secara formal Pancasila sebagai Jika demikian halnya, maka inti atau
dasar dan ideologi Negara melalui Pembukaan dasar dari persoalan keserasian sosial bagi
UUD 1945. Artinya ukuran tertinggi untuk bangsa, Negara, dan masyarakat Indonesia
keserasian sosial adalah masyarakat dan atau adalah persoalan nilai-nilai Pancasila yang
Bangsa Indonesia yang Pancasilais. harus dibangun dalam diri setiap warga
Negara Indonesia. Ini berarti bahwa inti
Bangsa Indonesia yang Pancasilais adalah
dasar dari Program Keserasian Sosial adalah
bangsa yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila
pembentukan nilai atau transformasi nilai-nilai
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
Pancasila sehingga nilai-nilai Pancasila meng-
bermasyarakat. Nilai-nilai Pancasila adalah
internalisasi dalam diri setiap warga Negara,
nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila
hingga pada akhirnya tercermin dalam sikap
yang terdapat dalam Pancasila, baik secara
dan perilakunya.
eksplisit maupun implisit. Dengan demikian
masyarakat atau bangsa yang serasi secara Selanjutnya jika penjelasan ini
sosial adalah masyarakat atau bangsa yang ber- ditindaklanjuti, seyogyanya Program
Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-kemanusiaan Keserasian Sosial harus direvitalisasi, baik
yang adil dan beradab, ber-persatuan Indonesia, aspek substansi maupun teknis fasilitasinya.
ber-kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Revitalisasi ini harus menempatkan Program
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Keserasian Sosial sebagai sarana melakukan
perwakilan, dan ber-keadilan sosial bagi seluruh revolusi mental sebagaimana dimaksudkan oleh
rakyat Indonesia. Presiden Jokowi. Program ini harus menjamin
harmoni bangsa Indonesia dalam relasi sosial,
Masing-masing sila ini tidak boleh
baik secara intern maupun antar kelompok
dimaknai dan diamalkan secara partial. Artinya
horizontal dan vertikal.
sila pertama tidak boleh lepas dari sila yang
lainnya, dan demikian pula sebaliknya. Dengan Jika inti dasar dari Program Keserasian
demikian, sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sosial adalah pembentukan nilai atau
harus dimaknai dan diamalkan berdasarkan transformasi nilai-nilai Pancasila sehingga
kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam nilai-nilai Pancasila meng-internalisasi dalam
konteks persatuan Indonesia, dijiwai oleh diri setiap warga Negara, maka pertanyaan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah berikutnya adalah bagaimana nasib dan posisi
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Pancasila sekarang di Negara ini.
perwakilan, dan demi keadilan sosial bagi
Banyak pendapat tentang Pancasila
seluruh rakyat Indonesia.
dikemukakan masyarakat saat ini, mulai dari
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang formal hingga informal, dari yang nyeleneh
harus dimaknai dan diamalkan berdasarkan hingga normatif. Fakta menunjukkan bahwa
Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam konteks secara formal Pancasila memang masih kokoh
persatuan Indonesia, dijiwai oleh kerakyatan sebagai dasar Negara. Namun secara sosial ada
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan yang menyebut bahwa Pancasila sudah menjadi
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan demi yatim piatu. Bahkan sejalan dengan maraknya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. kasus korupsi yang ditayangkan secara
Demikian selanjutnya dengan sila-sila yang vulgar di media, secara berseloroh ada orang
lainnya. berpendapat bahwa sila pertama sudah berubah
258 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015
pada terwujudnya persatuan dan kesatuan dari Azhari, Abdi. (2007). Keserasian Sosial Antar
berbagai kelompok di wilayah nusantara, hingga Etnik Melayu dan Migran Mandailing di
bangkitnya benih nasionalisme yang ditandai Kecamatan Rambah Pasirpengarayan
dengan berdirinya organisasi Budi Utomo Kabupaten Rokan Hulu Riau. Medan:
tahun 1908, mencapai tonggak simbolik dalam Program Pascasarjana Universitas
Sumpah Pemuda tahun 1928, puncak perjuangan Negeri Medan.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
Baron, Patrick., Azca., M.N., & Susdinarjanti,
hingga secara yurudis formal bangsa dan Negara
Tri. (2012). Seusai Perang Komunal:
Indonesia dikukuhkan pada tanggal 18 Agustus
Memahami Kekerasan Pasca Konflik
1945 dengan disahkannya Undang-Undang
di Indonesia Timur dan Upaya
Dasar Republik Indonesia 1945, dengan dasar
Penanganannya. Yogyakarta: CSPS
Pancasila dan lambang Burung Garuda dengan
BOOKS.
semboyan Bhinneka Tunggakl Ika.
Hadi, D.W. & Kasuma, G. (2012 ). Propaganda
Sejalan dengan hal ini Program Keserasian
Orde Baru 1966-1980, Jurnal
Sosial yang dimotori Kementerian Sosial harus
Propaganda. Verleden, Vol. 1, No.1
direvitalisasi sebagai kelanjutan dari perjuangan
Desember 2012.
kemerdekaan Indonesia. Revitalisasi harus
diawali dengan menjadikan Program Keserasian Pelly, Usman. (2005). Pengukuran Intensitas
Sosial sebagai revolusi mental bangsa Indonesia. Konflik dalam Masyarakat Majemuk.
Hal ini dapat dilakukan dengan merubah fokus Etnovisi, Jurnal Antropologi Sosial
pembangunan kesejahteraan sosial ke sektor Budaya, Vol. 01. No. 2 Oktober 2005.
makro dengan menjadikan seluruh warga
Negara sebagai sasaran program, bukan hanya Sarwono, S.W. (2002). Psikologi Sosial:
kelompok penyandang masalah kesejahteraan Individu dan Teori-Teori Psikologi
sosial. Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sejalan dengan hal ini, maka ukuran Soeharto. (1985). Amanat Kenegaraan I 1967-
dari keserasian sosial harus didasarkan pada 1971, Jilid II. Jakarta: Inti Indayu Press.
nilai-nilai dasar kenegaraan dan kebangsaan
Soetomo. (2006). Strategi-Strategi
Indonesia, yaitu Pancasila. Dengan demikian
Pembagunan Masyarakat. Yogyakarta:
inti dari Program Keserasian Sosial adalah
Pustaka Pelajar.
bagaimana meng-internalisasi-kan nilai-nilai
Pancasila dalam sikap dan perilaku sosial Sumarno, Setyo & Roebyantho, Haryati.(2013).
masyarakat Indonesia. Evaluasi Program Keserasian Sosial
dalam Penanganan Konflik Sosial.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: P3KS Press.
Alexander, Robert. (2005). Konflik Antar
Etnis dan Penanggulangannya: Suatu Suroyo, A.M.D. (2002). Integrasi Nasional
Tinjauan Kriminologi dalam Kasus Dalam Perspektif Sejarah Indonesia:
Kerusuhan Etnis di Sampit Kalimantan Sebuah Proses yang Belum Selesai
Tengah (Tesis: Program Magister Ilmu (Pidato Pengukuhan Pada Upacara
Hukum Universitas Diponegoro). Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam
260 Sosio Informa Vol. 1, No. 03, September - Desember, Tahun 2015