Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah sebuah aktivitas kerja otak mengenai sesuatu hal. Berpikir juga
merupakan aktivitas mental sebab berpikir tidak hanya menggunakan aktivitas otak namun
juga menyangkut semua bagian tubuh dan juga perasaan atau emosi dalam psikologi. Definisi
paling umum dalam berfikir merupakan berkembangnya ide dan juga konsep dalam diri
seseorang yang berlangsung lewat keterkaitan hubungan diantara beberapa bagian informasi
yang tersimpan dalam diri seseorang berbentuk pengertian.

2. Konsep Berfikir Dalam Psikologi


Dalam proses berfikir, tentunya setiap individu memakai beberapa simbol atau
penggambaran. Konsep adalah konstruksi simbolik yang memberi gambaran ciri atau
beberapa ciri secara umum mengenai sebuah objek atau kejadian. Sebagai contoh adalah
pengertian dari handphone dimana dalam pikiran akan memberi gambaran berupa alat
komunikasi yang bisa dibawa kemana saja. Dengan proses tersebut, nantinya setiap individu
bisa mengklasifikasikan manakah yang dinamakan handphone dan mana yang bukan. Dalam
berfikir sendiri juga terdapat beberapa macam konsep, yakni:
1. Konsep sederhana
2. Konsep kompleks
3. Konsep konjungtif
4. Konsep disjungtif
5. Konsep relasional.
Sedangkan untuk cara memperoleh konsep sendiri bisa dilakukan secara sengaja atau
tidak sengaja. Sengaja memiliki arti bisa dikatakan sebuah konsep ilmiah yakni konsep yang
didapat. Sedangkan tidak sengaja saat mendapatkan sebuah konsep mengacu pada
pengalaman yang memberikan konsep namun sebenarnya tidak dibutuhkan akan tetapi tetap
bisa memberikan gambaran nyata tergantung dari memori dalam psikologi seseorang.
Konsep tersebut mempunyai prosedur tertentu karena perolehannya benar benar diteliti dan
memakai dasar dasar ilmiah. Sebagai contohnya adalah dalam menganalisa cahaya yang
membutuhkan beberapa tahapan seperti:
1. Tingkat analisis: Tingkatan yang mengacu pada perhatian untuk setiap sumber
cahaya mengenai sifat dan kemudian dicatat menjadi sebuah penelitian.
2. Tingkat komperasi: Tingkatan ini dilakukan untuk menemukan sifat umum dan juga
sifat khusus dari cahaya yang sudah diteliti.
3. Tingkat abstraksi: Dalam tingkatan ini, individu akan mencari perbedaan sifat dari
setiap sumber cahaya tersebut.
Menyimpulkan: Merupakan tingkatan hasil dari penelitian sebelumnya yang memberikan
informasi atau gambaran jika cahaya merupakan kumpulan zat yang bisa memberi
penerangan dan mempunyai massa.
Penyelesaian masalah: Masalah terjadi saat terdapat perbedaan atau konflik saat akan
mencapai tujuan yang memiliki kaidah atau aturan.

3. Macam-Macam Proses Berfikir


Jika dilihat secara garis besar, proses berfikir terdiri dari 2 macam yakni berfikir autistik
dan juga berfikir realistik. Dengan berfikir autistik, maka individu bisa lari dari kenyataan
dan melihat kehidupan hanya sebagai gambaran contoh fantasi dalam psikologi saja.
Sementara berfikir realistik atau disebut juga dengan reasoning atau nalar adalah berfikir
untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang nyata. Namun Floyd L. Ruch [1967]
menyebutkan jika ada 3 macam berpikir realistik yakni : 
A. Berpikir Deduktif
Deduktif adalah sifat deduksi yang berasal dari kata Latin deucere. Dengan begitu, kata
deduksi yang diturunkan dari kata tersebut memiliki arti mengantar dari sebuah hal ke hal
lainnya. Sebagai sebuah istilah penalaran, deduksi adalah proses berfikir atau penalaran yang
bertolak dari preposisi yang sebelumnya sudah ada menuju ke preposisi baru yang akhirnya
membentuk sebuah kesimpulan.
Reasoning yang deduktif bersumber dari pandangan umum atau general conclusion dan
sumber filsafat berfikir atau philosophy thinking seperti yang berasal dari Plato dan juga
Aristoteles.
B. Berfikir Induktif
Induktif memiliki arti bersifat induksi. Sedangkan induksi merupakan proses berfikir
yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan sebuah
kesimpulan atau inferensi.
Berfikir induktif atau inductive thinking merupakan penarikan sebuah kesimpulan umum dari
beberapa kejadian atau dara di sekelilingnya yang juga membutuhkan tips meningkatkan
daya ingat. Dasarnya ialah observasi dan juga proses pemikiran yang sintesis.
C. Berfikir Evaluatif
Berfikir evaluatif merupakan cara berfikir kritis, menilai antara baik dan buruknya, tepat
atau tidaknya sebuah gagasan. Dalam berfikir evaluatif ini, seorang individu bisa menambah
atau mengurangi sebuah gagasan dan menilai atas dasar kriteria tertentu.

4. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Berfikir


Dalam proses berfikir, setiap manusia juga akan menghadapi beberapa faktor penghambat
dan juga pendukung dalam berfikir berdasarkan tingkatan kesadaran dalam psikologi.
A. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam berfikit adalah bagaimana seseorang bisa melihat atau
memahami sebuah masalah, situasi yang sedang dialami seseorang dan juga situasi dari luar
yang dihadapi, pengalaman individu yang bersangkutan, bagaimana inteligasi orang tersebut,
data yang kurang sempurna sehingga masih banyak data yang harus dicari dan juga data
dalam keadaan membingungkan atau confuse sehingga bertentangan dengan data lainnya.
B. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung dalam proses berfikir diantaranya adalah keadaan emosi
individu yang stabil, pendidikan yang sudah terpenuhi, memperlihatkan ciri ciri orang cerdas
menurut psikologi dan sesuai dengan perkembangan individu, keadaan lingkungan sekitar
yang mendukung proses berfikir, perkembangan intelektual individu dan juga sikap terbuka
individu pada sebuah pengetahuan yang baru.

5. Fungsi Berfikir Dalam Psikologi


Ahli logika berpendapat jika ada 3 macam fungsi dari berfikir yakni untuk membentuk
pengertian, membentuk pendapat dan juga membentuk kesimpulan.
1. Pembentukan Pengertian
Manusia mengenal dua macam pengertian yakni pengertian empiris atau pengertian
pengalaman dan juga pengertian rasionalis atau pengertian ilmiah.
 Pengertian empiris: Diperoleh dari pengalaman seperti contohnya susu dimanan dari
pengalam kita dengan susu sehari hari, kita bisa mengetahui apakah susu tersebut.
Pengertian pengalaman ini akan berubah atau bertambah sesuai dengan seberapa
banyak pengalaman yang didapat dan hasilnya akan berbeda antar setiap individu.
 Pengertian rasionalis: Seseorang yang mempunyai pengertian ilmiah seperti
contohnya tentang susu, maka akan mengetahui apa hakekat dari susu tersebut,
bagaimana susu dan juga apa saja elemen elemen yang terdapat dalam susu.
2. Pembentukan Pendapat
Seseorang bisa membentuk pendapat jika mengatakan mengenai sesuatu yang lain.
Sebagai contoh, seseorang mengatakan jika Anton adalah orang pandai dan
memperlihatkan ciri ciri anak cerdas istimewa. Pendapat ini disebut dengan pendapat positif
dan ada pula yang berpendapat negatif jika Anton bukanlah orang yang pandai. Selain itu,
ada juga pendapat modalifet yang berfikir mungkin saja Anton pandai.
Masing masing pendapat ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk kalimat yang terdiri dari
pokok kalimat dan juga sebutan. Pokok kalimat berisikan tentang satu individu yang disebut
dengan pendapat individual dan jika pokok kalimat berisi beberapa individu, maka disebut
dengan pendapat particular.
3. Pembentukan Kesimpulan
Pembentukan kesimpulan merupakan proses membentuk sebuah pendapat yang
berdasarkan atas beberapa pendapat lain bergantung dari jenis jenis meotde pembelajaran.
Kesimpulan ini bisa dibedakan menjadi kesimpulan induktif, kesimpulan deduktif dan juga
kesimpulan analagi.
 Contoh kesimpulan induktif: Besi memuai jika dipanaskan, air memuai jika dipanaskan
sehingga kesimpulannya adalah semua benda akan memuai jika dipanaskan. Pada
kehidupan sehari hari, seringkali kita mengambil kesimpulan hanya atas dasar 1 sampai 2
pendapat yang disebut dengan generaliasi dan jelas jika generalisasi seting tidak tepat
atau meleset.
 Contoh kesimpulan deduktif: Manusia adalah fana [proporsi  unviersal = mayor],
Aristoteles fana [proporsi individual = minor] sehingga kesimpulannya adalah
Artistoteles fana.
 Contoh kesimpulan analogi: Merupakan sifat proses pemecahan sebuah masalah atau
reasoning dimana masalah simasi yang dihadapi dan belum siap dengan respon
pemecahannya sehingga akhirnya membuat seseorang mengambil beberapa langkah jika
bisa menanggapinya tidak sebagai sebuah masalah maka tidak berbuat apa apa.
6. Tingkatan Berfikir
Manusia memiliki beberapa tingkatan dalam berfikir yakni tingkat konkrit, tingkat
skematis atau bagan dan juga tingkat abstrak yang merupakan salah satu dari macam macam
teori belajar dalam psikologi.
A. Tingkat Konkrit
Merupakan proses berfikir lewat bayang atau tanggapan khusus yang terjadi dari
pengamatan panca indera yang bersifat konkrit. Berfikir dalam tingkatan ini mengandung
kesadaran akan hubungan antara pengamatan satu dengan yang lain dan belum ada.
Sebagai contoh, tanggapan hanya khusus mengenai sebuah benda yang sudah pernah diamati.
Tingkat ini dialami anak anak sebab mereka belum dapat menyusun pengertian untuk
menguasai bayang atau tanggapan dalam fikiran sehingga membuat anak anak belum dapat
berfikir secara cepat atau dengan kata lain masih memerlukan peraga benda yang konkrit.
B. Tingkat Skematis
Tingkat skematis atau bagan adalah tingkat saat bayang atau tanggapan tidak lagi menjadi
kegiatan yang konkrit dan seseorang sudah mempunyai gambaran umum. Untuk itu,
seseorang sudah bisa membandingkan keadaan atau sifat dari banyak benda yang diamati
sebab sudah mengetahui bagaimana cara membangun sikap kritis.
C. Tingkat Abstrak
Tingkat abstrak adalah saat seseorang memakai pengertian yang dibagi atas beberapa
golongan. Pada proses berfikir, seseorang tidak lagi membayangkan sebuah benda sebab
alam fikiran sudah dipenuhi dengan pengertian umum sebagai bahasa.
Sedangkan dalam jiwa digunakan untuk menyusun pengertian atas dasar arah yang sudah
ditentukan oleh problema atau soal yang harus diselesaikan. Aturan beberapa pengertian
tersebut memiliki hubungan yang sudah dikuasai seperti hubungan sebab akibat, persamaan
dan juga perbedaan.
Konsep berfikir dalam psikologi bisa dikatakan proses memanipulasi atau mengelola
dan juga mentransformasi informasi ke dalam memori dimana terdapat macam macam
berfikir yakni deduktif, induktif dan juga evaluatif. Dengan ini diharapkan jika seseorang bisa
meningkatkan proses berfikir dengan cara yang kreatif.
1. Pengertian Belajar Menurut Teori
A. Teori Behavioristik
Belajar adalah berubahnya tingkah laku akibat adanya interkasi antara stimulus dan respon.
Inti belajar adalah kemampuan seseorang dalam merespon stimulus yang datang kepadanya.
B. Teori Kognitif
Belajar adalah proses membangun sebuah persepsi seseorang dari adanya objek yang dilihat.
Belajar menurut teori kognitif tersebut lebih mementingkan proses daripada hasil yang
dicapai.
C. Teori Konstruktivis
Belajar adalah upaya memahami atau membentuk persepsi akan pengalaman yang dialami
peserta didik atau bisa disebut juga dengan belajar adalah sesuatu yang memberikan
pengalaman nyata bagi peserta didik.
D. Nasution M.A
Belajar adalah berubahnya perilaku, pengalaman dan latihan yang membentuk kecakapan,
kebiasaan, pengertian, minat dan penyesuaian diri.
E. Sardiman A.M
Belajar adalah proses merubah tingkah laku dengan melakukan berbegai kegiatan seperti
membca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
F. S. Suryabrata
Belajar adalah berubahnya kecakapan baru melalui usaha tertentu melalui sebuah proses atau
yang biasa disebut dengan pendidikan.
G. Ngalim Purwanto
Belajar adalah berubahnya tingkah laku seseorang akibat dari pengalaman yang berulang-
ulang
H. M.Dalyono
Belajar adalah usaha melakukan perubahan tingkah lalu, sikap dan perbuatan sehingga
peserta didik dapat mendapatkan kepribadan yang diinginkan.
I. Dr. Oemar Hamalik
Belajar adalah proses menerima pengetahuan yang didapatkan dari pengamatan peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya.
J. Wasty Soemanto
Belajar adalah proses menggunakan berbagai bentuk perbuatan secara aktif dan integratif
untuk mencapai suatu tujuan
2. Konsep Dasar Belajar Melalui Psikologi Pendidikan
Sudah disinggung di atas berbagai pengertian tentang belajar bahwa pada hakikatnya
belajar adalah faktor utama dari usaha pendidikan. Tanpa belajar tidak akan pernah ada
pendidikan. Belajar adalah salah satu kajian paling utama dari metode psikologi
pendidikan atau psikologi belajar.
Konsep dasar belajar adalah kegiatan yang menggunakan unsur fundamental pada setiap
jenis dan jenjang pendidikannya. Berhasil atau tidaknya pendidikan peserta didik tergantung
dari proses belajar dan teori psikologi perkembangan saat berada pada lingkungan sekolah
atau di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, konsep dasar belajar sangat dibutuhkan oleh
pengajar.
Kekeliruan persepsi akan konsep dasar belajar bisa berakibat pada mutu hasil belajar yang
didapatkan oleh peserta didik sesuai dengan macam-macam kecerdasan manusia yang
beragam. Hindari terlalu menekan peserta didik dengan berlebihan sebab akan
menimbulkan gangguan kepribadian menghindar, ciri-ciri depresi ringan dan gangguan
disosiatif  yang berbahaya.

3.Ragam Belajar
Berikut adalah beberapa ragam belajar yang muncul dalam dunia pendidikan :
1. Ragam abstrak adalah belajar memecahkan masalah dengan berfikir secara abstrak.
Misalnya adalah belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga materi
agama seperti tauhid.
2. Ragam sosial adalah belajar memahami masalah sosial seperti masalah keluarga,
persahabtan, kelompok dan masalah kemasyarakatan.
3. Ragam pemcahan masalah adalah belajar dengan metode ilmiah, berifikir sistematis,
logis, teratur dan teliti untuk memecahkan masalah secara rasional dan tuntas.
4. Ragam rasional adalah belajar dengan berfikir secara logis dan rasional dimana
belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
5. Ragam keterampilan adalah belajar dengan gerakan motorik yang berhubungan
dengan urat syaraf dan otot, misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis dan
sebagian study agama seperti shalat dan mengaji.
6. Ragam kebiasaan adalah pembentukan kebiasaan baru atau memperbaiki kebiasaan
lama agar peserta didik mendapatkan sikap baru yang lebih positif.
4. Metode Belajar
Perlu diketahui bahwa seseorang memiliki metode belajar yang berbeda-beda yaitu :
1. Visual
Ciri belajar visual adalah :
A. Belajar cepat
B. Menjawab pertanyaan dengan singkat
C. Senang akan seni
D. Mengantuk jika penjelasannya panjang lebar
2. Auditorial
Ciri belajar auditorial adalah :
A. Berbicara dengan diri sendiri
B. Senang musik daripada seni
C. Suka berdiskusi
D. Berbicara dengan penjelasan panjang lebar
3. Kinestetik
Ciri belajar kinestetik adalah :
A. Berbicara dengan perlaham
B. Banyak gerak
C. Menghafal dengan belajar dan melihat
D. Banyak menggunakan bahasa tubuh

5. Tingkah Laku dalam Belajar


Sedangkan tingkah laku yang termasuk dalam aktivitas belajar adalah memiliki ciri berikut
ini :
1. perubahan terjadi secara sadar
2. perubahannya berlanjut dan fungsional
3. perubahan ke arah positif fan aktif
4. perubahannya bersifat permanen
5. perubahannya terarah dan tertuju
6. perubahannya mencakup seluruh tingkah laku
6. Hasil Belajar
Moh Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar ditandai dengan ciri berikut ini :
1. Kebiasaan yakni peserta didik yang awalnya menggunakan kata yang keliru akhirnya
terbiasa menggunakan kata yang baik
2. Keterampilan seperti menulis dan berolahraga
3. Pengamatan yakni menerima, menafsirkan dan memberi rangsangan melalui indera-
indera
4. Berfikir asosiatof yakni berfikir dengan menggunakan daya ingat
5. Berfikir rasional dan kritis yakni sikap menjawab pertanyaan dengan kritis
6. Sikap yakni bereaksi dengan baik sesuai dengan pengetahuan dan keyakina
7. Inhibisi yakni menghindari hal yang mubadzir
8. Apresiasi yakni menghargai karya-karya yang bermutu
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang berkaitan dengan perasaan takut, marah, sedih,
gembira, kecewa dan sebagainya.
10. Belajar bisa juga disebut dengan sikap untuk menangkap isi dan pesan belajar
menggunakan kemampaun-kemampuan yakni :
11. Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan, penalaran dan
pikiran dari pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis dan evaluasi
12. Efektif adalah kemampuan yang bekaitan dnegan perasaan, emosi dan reaksi yang
terdiri dari penerimaan, partisipasi, sikap organisasi dan pembentukan pola hidup
13. Sikromatik adalah kemampuan ketrampilan jasmani yag terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan dan kreatifitas.

Teori belajar secara psikologis dibedakan menjadi tiga yaitu :


1. Teori disiplin mental adalah teori yang menganggap bahwa belajar akan
mendisiplinkan atau melatih mental siswa.
2. Teori behaviorisme adalah teori yang mengutamakan bagian kecil yang bersifat
mekanisme, menekan peran lingkungan dan menentukan kepentingan latihan
3. Teori cognitive adalah teori untuk meneliti menggunakan metode pengertian bukan
hafalan di sekolah

Syarat agar peserta didik mencapai hasil belajar adalah :


1. Kemampuan berpikir tinggi
2. Menimbulkan minat tinggi akan pelajaran
3. Bakat dan minat khusus
4. Menguasai bahan-bahan yang diperlukan dalam proses belajar
5. Menguasai salah satu bahasa asing
6. Ekonomi yang memadai
7. Menguasai teknik belajar yang aman di sekolah maupun di luar sekolah

Faktor Belajar
Sedangkan M. Surya (1979, 39-40) menjelaskan bahwa faktor belajar terdiri dari faktor
internal yang terdiri dari :
1. Faktor fisiologis atau jasmani misalnya pendengaran, penglihatan dan sebagainya
2. Faktor psikologis terdiri dari faktor intelektif (intelegensi dan bakat) serta faktor non
intelektif (sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri,
emosional dan sebagainya)
Sedangkan pada faktor eksternal terdiri dari :
 Sosial,Lingkungan keluarga, sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan teknologi
Menurut Muhibbin Syah (2001:132-139), faktor yamg mempengaruhi belajar adalah :
a. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik itu jasmani maupun
rohani atau pada aspek fisiologis (anggota tubuh) dan aspek psikologis (intelegensi,
sikap, bakat, minat dna motivasi siswa)
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar siswa seperti lingkungan sosial
(keluarga, guru, masyarakat, teman) dan lingkungan non-sosial (rumah, sekolah,
alam)
c. Faktor pendekatan belajar yaitu upaya siswa berupa strategi dan metode dalam
kegiatan pembelajaran materi pelajaran

Anda mungkin juga menyukai