Anda di halaman 1dari 6

DEWAN PENGURUS PUSAT

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020
Graha DPP PPNI: Jl. Lenteng Agung Raya No 64 RT 006/RW 008 Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;
Telp: +6221 2271 0272 www.inna-ppni.or. id;dppppni@gmail.com; Badan
Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus

KEPERAWATAN GERONTIK
Kegiatan Belajar III

Gangguan Aman-Nyaman

DES KR IPS I

Modul ini membahas masalah pemenuhan kebutuhan dasar pada lanjut usia (lansia),
yaitu aman-nyaman. Masalah pemenuhan kebutuhan aman-nyaman di bahas dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan ditambahkan materi perubahan fisiologis
lansia pada sistem indra (penglihatan-pendengaran) pada lansia. Sub-modul juga akan
dilengkapi dengan contoh soal yang paling sering digunakan pada uji kompetensi. Materi
dan pembahasan yang dipaparkan menekankan pada kasus yang lazim terjadi pada lansia
di setting panti werda atau rumah sakit.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari modul asuhan keperawatan individu lanjut usia (lansia)


dengan masalah pemenuhan kebutuhan aman-nyaman ini, peserta diharapkan dapat
mengetahui:

1. Perubahan fisiologis pada sistem indra (penglihatan-pendengaran) lansia


2. Masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan aman-nyaman pada lansia
3. Tindakan keperawatan pada lansia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aman-
nyaman
URAIAN MATERI

a. Pengertian
Gangguan penglihatan pada lansia terjadi karena adanya perubahan fisiologis pada
system indera penglihatan seperti mata terasa kering, penurunan ketajaman penglihatan,
penurunan lapang pandang sampai menurunnya kemampuan kontraksi pupil. Selain itu
perubahan yang disebabkan kondisi patologis yang khas pada lansia seperti katarak.
Penurunan fisiologis yang terjadi pada penglihatan lansia diantaranya adalah
penurunan ketajaman penglihatan, reaksi pupil yang lambat, dan mata kering. Kondisi
normal (fisiologis) pada lansia ini dapat di perburuk karena adanya penyakitlain seperti
katarak, diabetes mellitus ataupun gangguan sirkulasi lainnya. Arkus senile yang di
gambarkan sebagai lingkaran seperti cincin putih pada lensa mata, adalah hal fisiologis
yang ditemukan pada lansia. Gambaran mata katarak memiliki lensa yang keruh dan
pandangan menjadi tidak jelas.

Sistem saraf pendengaran dipengaruhi oleh semua perubahan terkait usia berikut:
perubahan degeneratif di telinga bagian dalam, penyempitan meatus pendengaran dari
aposisi tulang, suplai darah berkurang, dan perubahan sistem saraf pusat (misalnya,
kecepatan pemrosesan informasi berkurang).
Gambar 3. Anatomi telinga
Selain perubahan terkait usia yang memengaruhi pendengaran, faktor yang terkait
dengan gaya hidup, faktor keturunan, lingkungan, obat-obatan, dan kondisi penyakit
dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Berbagai faktor yang memengaruhi fungsi
pendengaran adalah usia 65 tahun atau lebih, tinggal di fasilitas perawatan, gangguan
kognitif atau penglihatan, paparan terhadap kebisingan yang berlebihan, penggunaan
obat-obatan ototoksik, jenis kelamin laki-laki.

b. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif


1. Data subyektif: informasi adanya gangguan penglihatan dan respon kliennya,
seperti lensa mata berwana putih keruh, klien mengeluh tidak dapat melihat dengan
jelas, silau melihat cahaya, sering ganti kaca mata, takut jatuh karena tidak jelas
melihat, tidak dapat melihat wajah dengan jelas.
2. Data objektif: visus mata klien, riwayat penyakit seperti diabetes mellitus. Riwayat
paparan dari sinar matahari secara langsung dalam durasi waktu yang lama juga
menjadi petunjuk adanya kemungkinan klien mengalami katarak. Pemeriksaan
pada pupil dan lapang pandang.
3. Pengkajian sistem pendengaran meliputi: faktor yang mengganggu kesehatan
pendengaran yaitu sejauh mana penurunan pendengaran yang terjadi, dampak dari
penurunan pendengaran terhadap keselamatan dan kualitas hidup, peluang untuk
meningkatkan kemampuan pendengaran, hambatan dalam menerapkan intervensi.

c. Masalah Keperawatan
1. Risiko jatuh yang di sebabkan karena penurunan penglihatan dapat diidentifikasi
dari data yang diberikan pada kasus.
2. Risiko mata kering merupakan kondisi fisiologis yang mungkin dikeluhkan oleh
klien, ditambah dengan beberapa factor risiko yang dapat meningkatkan keluhan
seperti terlalu lama di ruang dengan pendingin, riwayat perokok dan berada di
lingkungan yang kelembapan udaranya rendah (musim dingin).
3. Gangguan persepsi sensori dapat ditegakkan pada lansia yang mengalami baik
gangguan pada pendengaran dan penglihatan. Masalah ini di definisikan dengan
adanya perubahan terhadap stimulus internal dan eksternal.

Tabel. 4 Data Gangguan Persepsi Sensori


Gangguan Persepsi Sensori
Data Subyektif
✓ Mendengar suara tapi tidak jelas
✓ Pandangan kabur
Data Obyektif
✓ Serumen telinga
✓ Salah merespon pembicaraan
✓ Mendekatkan telinga saat berbicara

d. Perencanaan Keperawatan
1. Tindakan perawatan mata diantaranya adalah membersihkan mata dengan air atau
obat tetes, menjaga agar mata tidak kering atau menghindari kondisi yang dapat
menyebabkan cidera pada mata. Pemberian alat bantu dapat berkolaborasi dengan
dokter mata sebelumnya. Perhatikan prosedur memersihkan mata menggunakan
teknik bersih, dimulai dari bagian dalam ke bagian luar mata, hindari menyentuh
mata secara langsung, gunakan obat tertentu tidak berlebihan pada mata.
2. Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah jatuh
3. Tindakan untuk mengatasi masalah persepsi sensori adalah meningkatkan
komunikasi seperti terdapat dalam tabel berikut:
Tabel. 5. Tindakan Keperawatan Masalah Persepsi-Sensori
Tindakan Peningkatan Komunikasi
✓ Berdiri atau duduk tepat di depan berjarak satu lengan
✓ Usahakan bibir terlihat
✓ Ulangi pesan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
✓ Hindari atau hilangkan kebisingan latar belakang
✓ Jangan menaikkan volume suara
✓ Gunakan bahasa tubuh
✓ Gunakan gambar dan komunikasi tertulis cetak besar untuk melengkapi komunikasi
verbal
✓ Pastikan hanya satu orang yang berbicara pada satu waktu
✓ Lakukan perawatan kebersihan telinga secara rutin

DAFTAR PUSTAKA
1. NANDA International. 2016. Nursing diagnosis. Definition and Classification 2017-
2019. Oxford : Willey-Blackwell
2. Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6 Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin
3. Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M. (2013). Nursing intervention
classification (NIC). 5th ed. United Kingdom: Elsevier Inc
4. Moorhead, S., Johson, M., Maas, M. L., et al. (2013). Nursing outcomes classification
(NOC) (5th ed.). United Kingdom: Elsevier Inc.
5. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
6. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
7. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai