Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah dibentuk dengan maksud untuk membangun

peradaban dan menjaga sistem ketertiban sosial sehingga masyarakat

bisa menjalani kehidupan secara wajar dalam konteks kehidupan

bernegara. Dalam perkembangannya, konsep pemerintahan mengalami

transformasi paradigma dari pemerintahan yang kuat, besar dan

otoritarian ke orientasi small and less goverment, egalitarian dan

demokratis, serta traansformasi sistem pemerintahan dari sentralistik ke

desentralistik.

Birokrasi pada sektor publik, kehadirannya adalah untuk

memberikan pelayanan pada masyarakat. Meskipun birokrasi publik

memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan organisasi bisnis, tetapi dalam

menjalankan misi, tujuan dan programnya menganut prinsip-prinsip

efesiensi, efektivitas, dan menempatkan masyarakat sebagai stakeholder,

yang harus di layani secara optimal. Layanan publik merupakan hak

masyarakat yang pada dasarnya mengandung prinsip:

sederhana,kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung

jawab, kelengkapan sarana, dan prasarana, kemudahan akses,

kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan kenyamanan (Sugandi, 2011:

13).

1
Good Governance merupakan isu yang menonjol dalam

pengelolaan administrasi publik. Tuntutan pemerintah untuk

melaksanakan penyelenggaraan pemeritanhan adalah sejalan dengan

kemajuan tingkat pengetahuan serta pengaruh globalisasi. Pola lama

dalam menyelenggarakan pemerintahan di anggap tidak sesuai lagi

dengan tatanan masyarakat yang telah berubah, maka daripada itu dalam

sebuah perubahan ke arah penyelenggaraan pemerintahan yang baik

sudah seharusnya mendapat respon positif dari pemerintah. Sebagai

negara yang menganut bentuk kekuasaan demokrasi, maka kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar seperti disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 pasal 1 ayat (2). Negara seharusnya memfasilitasi

keterlibatan warga dalam proses kebijakan publik menjadi salah satu

bentuk pengawasan rakyat pada negara dalam rangka mewujudkan good

governance.

Implementasi Good Governance dalam rangka penyelenggaraan

otonomi daerah yakni penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu di

ukur melalui indeks kepuasan masyarakat (IKM) sebagai salah satu

bentuk partisipasi publik untuk mengukur kualitas pelayanan publik. Dalam

literatur ilmu politik, partisipasi publik merupakan salah satu indikator

penting ciri-ciri eksistensi pemerintah yang demokratis.

Teori demokratis mengatakan, bahwa kedaulatan ada di tangan

rakyat, dimana salah satu semangat yang terkandung didalamnya adalah

2
pemerintahan untuk rakyat, dengan demikian pemerintahan yang

mengakui dirinya sebagai pemerintahan demokratis adalah yang

menggunakan konsep demokratis dalam proses penyelenggaraan negara.

Memperlakukan rakyat dengan baik sesuai dengan harkat dan

martabatnya karena berlangsungnya suatu pemerintahan ditentukan oleh

kehendak rakyat.

Dalam hubungan inilah pelayanan sebagai salah satu fungsi

pemerintah, pada tingkat operasionalnya harus dapat melindungi dan

memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Memenuhi dan

melindungi tuntutan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari wujud

pelayanan dimaksudkan oleh masyarakat dapat terpuaskan. Pentingnya

partisipasi publik dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik juga

memperoleh momentum yang tepat seiring dengan munculnya era

otonomi daerah yang memberikan keleluasaan lebih besar kepada daerah

untuk merancang dan menentukan sendiri jenis pelayanan yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

Penyelenggaraaan pemerintah yang didasarkan pada prinsip-

prinsip good governance merupakan landasan bagi penyusunan dan

penerapan kebijakan negara yang demokratis. Tata kepemerintahan yang

baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan

yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya

suatu masyarakat madani. Tata kepemerintahan yang baik terkait erat

3
dengan konstribusi, pemberdayaan, dan keseimbangan peran antara tiga

pilarnya (pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat).

Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan

mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor

swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam,

sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai good

governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,

pemberdayaan hukum, efektifitas, dan efesiensi, dan keadilan. Kebijakan

publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan

efesiensi, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai

bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan

masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan.

Tata kepemerintahan yang baik juga memasyarakatkan adanya

kompetensi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan politik/publik atau

sebagai perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan

amanat yang diembannya Local goverment (Pemerintah daerah/lokal)

dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, pembagunan dan

pelayanan publik, harus pula diiringi dengan penerapan prinsip good

governance (kepemerintahan atau tata pemerintah yang baik). Dalam

kaitannya dengan otonomi daerah prinsip good governance dalam

praktiknya adalah dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dalam setiap pembuatan kebijakan dan

4
pengambilan keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh birokrasi

pemerintah daerah dalam melaksanan fungsi pelayanan publik.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah dalam wujud

pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab

telah menjadikan Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak dalam

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Sebagai konsekuensi dari perubahan

tersebut maka perlu adanya penataan ulang berbagai elemen dalam

sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka manisfestasi

pelaksanaan otonomi daerah. Karena pada dasarnya tujuan pelaksanaan

ototnomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan sasaran atau tujuan yang diinginkan

diperlukan upaya pembinaan aparatur pemerintah daerah, sehingga dapat

bekerja secara profesional dan manajemen pelayanan umum (publik

service) dapat dilaksanakan secara efektif, efesien dan akuntabel: Yang

perlu dikedepankan oleh pemerintah Daerah adalah bagaimana

Pemerintah Daerah mampu membangun, meningkatkan dan

mendayagunakan kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat

mendesain standar peleyanan publik yang mudah, murah dan cepat.

Pelaksanaan Otonomi Daerah oleh pemerintah membawa

perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu

perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam

penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan

5
bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintah di

daerah dapat mengelola dan menyelenggarakan pelayanan publik dengan

lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Pelayanan Publik (Publik Service) oleh birokrasi publik merupakan

salah satu perwujudan dan fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat disamping sebagai abdi negara. Pelayanan publik oleh

birokrasi publik dimkasudkan untuk mensejahterahkan masyarakat (warga

negara) dari satu negara kesejahteraan (walfare state) pelayanan

masyarakat bisa dikatakan baik (profesionalisme) bila masyarakat dapat

dengan mudah mendapatkan pelayanan dengan prosedur yang tidak

panjang, biaya murah, waktu cepat dan hampir tidak ada keluhan yang

diberikan kepadanya.

Namun hingga sekarang ini kualitas pelayanan publik masih

diwarnai oleh pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-

belit ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas

serta terjadinya praktek pungutan liar (pungli), merupakan indikator

rendahnya kualitas pelayanan publik di Indonesia. Di mana hal ini juga

sebagai akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum

dirasakan oleh rakyat. Di samping itu, ada kecenderungan adanya

ketidakadilan dalam pelayanan publik dimana masyarakat yang tergolong

miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang

memiliki “uang” dengan sangat mudah mendapatkan segala yang

diinginkan.

6
Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-

menerus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan

potensi yang bersifat berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini

antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antara

yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi

yang lamban dan pada tahapan tertentu, dapat meledak dan merugikan

bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kemudian, terdapat

kecenderungan di berbagai instansi pemerintah pusat yang enggan

menyerahkan kewenangan yang lebih besar kepada daerah otonom,

akibatnya pelayanan publik menjadi tidak efektif, efesien dan ekonomis,

dan tidak menutup kemungkinan unit-unit pelayanan cenderung tidak

memiliki responsilibilitas, responsivitas, dan tidak representatif sesuai

dengan tuntutan masyarakat. Banyak contoh yang dapat diidentifikasi,

seperti pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, fasilitas

sosial, dan berbagai pelayanan di bidang jasa yang dikelola pemerintah

daerah belum memuaskan masyarakat, kalah bersaing dengan pelayanan

yang dikelola oleh pihak swasta.

Pembenahan aparatur publik dapat menjadi langkah awal yang

strategis, karena kompleksitas masalah, dampak yang mungkin dihasilkan

dan dukungan yang mungkin di peroleh sangat besar. Dengan

memberikan prioritas pada pembenahan birokrasi pemerintah daerah,

maka dampaknya terhadap percepatan terwujudnya good local

governance sangat besar. Karena itu sebaiknya pemerintah daerah

7
memberikan prioritas pada reformasi birokrasi sebagai bagian dari

tindakan kongkrit dalam membangun good governance. Bahkan lebih

kongkrit lagi perbaikan praktek penyelenggaraan pelayanan publik

semestinya menjadi agenda awal dari reformasi birokrasi. Dengan

berhasil memperbaiki penyelenggaraan pelayanan publik menjadi efesien,

responsif, partisipasif dan akuntabel maka pemerintah daerah bukan

hanya dapat memperbaiki kinerja birokrasi tetapi juga membangun good

local governance.

Dengan menilik kepada hal-hal yang disebutkan diatas, maka

penting bagi penulis sebagai mahasiswa ilmu pemerintahan untuk

membahas perumusan tentang bentuk implementasi good governance

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi aparat pemerintah di kabupaten

sinjai, pemerintah daerah sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam

melaksanakan otonomi daerah, dan merumuskan kebijakan di daerah

harus dapat menciptakan kebijakan yang dapat memberikan pelayanan

yang baik kepada seluruh lapisan masyarakat dan memberikan

pemasukan kepada daerah (PAD). Dalam penelitian ini salah satu

kebijakan yang di maksud adalah pelayanan terhadap masyarakat.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah

penyelenggaraan pelayanan sebagai bentuk implementasi dari

perwujudan good governance telah berjalan efektif atau belum. Dalam hal

ini penulis menggunakan indeks profesionalitas,akuntabilitas dan

transparansi sebagai ukuran dan bahan pertimbangan.

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Bagaimana implementasi prinsip good governance dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi Pegawai Sekretariat Daerah

Kabupaten Sinjai?

B. Faktor apakah yang menghambat dan mendukung implementasi good

governance dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Pegawai Sekretariat

Daerah Kabupaten Sinjai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi prinsip good governance dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten

Sinjai.

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung

implementasi good governance dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Sinjai.

9
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan akan memperkaya pengembangan teori-teori

good governance dan menjadi sumbangan pemikiran bagi penilitian

lainnya yang ingin meneliti lebih jauh dan mendalam terhadap hal-hal

yang belum terungkap dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan bagi instansi Pemerintah Kabupaten Sinjai

untuk meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia dalam

pelayanan kepada masyarakat.

10

Anda mungkin juga menyukai